• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL GEMA PENDIDIKAN VOLUME 21 NO 1 JANUARI 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "JURNAL GEMA PENDIDIKAN VOLUME 21 NO 1 JANUARI 2014"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

Gema Pendidikan diterbitkan sejak 01 Januari 1994 oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari

Gema Pendidikan

Volume 21 Nomor 1, JANUARI 2014

Penyunt ing menerima sumbangan t ulisan yang belum pernah dit erbit kan oleh media lain. Naskah diket ik di at as kert as HVS

Terbit dua kali setahun pada bulan Januari dan Juli. Berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian dan konseptual di bidang Pendidikan. I SSN : 0854 ? 9044

DAFTAR ISI Pengantar Redaksi Penerapan Perangkat Pembelajaran Sains Berbasis CTL dan E-Learning di SD 01 Poasia Kendari

sebagai M odel Prakt ikum Pembelajaran Bagi M ahasisw a P.M IPA FKIP UHO Arisona, Yuris?????.???????????.1

Tumbuhan Berkhasiat Obat yang dimanfaat kan oleh Et nis Lokal Sulaw esi Tenggara Asmawati M unir, M .Si????????..??. 8

St udi Karakt erist ik Adsorpsi Ion Logam Pb (II) menggunakan Arang Akt if Tempurung Kemiri Ratna, M uh. Zakir M uzakkar ...13 Penerapan Penilaian Kinerja (Performance Assessment ) dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SD Negeri Kot a Kendari Dorce B. Pabunga???..?..??????.??19

Ket erampilan Sosial M ahasisw a Baru Angkat an 2013 Program St udi Bimbingan Konseling FKIP Nani Restati Siregar??..??????????26

Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan, dan Kepuasan Kerja t erhadap Kinerja Guru Nanik Hindaryatiningsih?????.?..???.36

Dist ribusi Konsent rasi Nit rat dan Fosfat di Perairan Teluk Kendari Indra Purnama Iqbah, Arifin, Arniah ???. 43 Pemet aan Kompet ensi Dasar Capaian Sisw a pada M at apelajaran Fisika di Kabupat en Konaw e

Selat an t ahun 2011 La Harudu?????.?????? ???????.48

Analisis Kemapuan Pelaksanaan Ket erampilan Dasar M engajar Guru dalam Proses Pembelajaran oleh Guru Fisika yang Belum Serit fikasi pada SM PN se-Kot a Kendari La Sahara...56 Peningkatkan Keaktifan M ahasiswa M ata Kuliah Fisiologi Tumbuhan melalui Pembelajaran Problem Solving

Damhuri?.???????????... ???..65?

Penerapan M odel Pembelajaran Kooperat if Tipe TGT (Teams Game Tournament ) dalam Pembelajaran Kimia Pokok Bahasan St oikiomet ri Pada Sisw a SM AN 2 Kendari

La Rudi, Saefuddin, Syamsuw arni ??..?. 69 Kohesif Grammat ikal Tulisan M ahasisw a Jurusan Bahasa Inggris Universit as Halu Oleo

La Ode Nggaw u...76 Sistem Pemerintahan di Indonesia Wa Ode Reni ? 84??????????????

M eningkat kan hasil Belajar IPA Fisika sisw a Kelas VIII3 SM PN 4 Kendari M elalui M odel Pembelajaran Kooperat if Tipe Group Invest igast ion dengan M edia Pict orial Riddle pada M at eri Pokok Alat -Alat Opt ik La Ode Nursalam????????????...91

Identifikasi Peluang Kemitraan dalam Usaha Pengolahan Buah Kelapa di Kec. Abeli Murni Nia?.??96 ?????????

Penanggung Jaw ab Dekan FKIP Unhalu Pemimpin Redaksi Pem bant u Dekan I FKIP

Redaktur Pelaksana Kepala Perpust akaan FKIP

Penyunting Ahli H. Zalili Sailan (UHO) H. Barlian Usm an (UHO) H. Hilaluddin Hanafi (UHO)

La M aront a Galib (UHO) Amiruddin (UHO)

Nurlansi (UHO) La Harudu (UHO) M oh. Salam (UHO)

M uh. Yuris (UHO) Albert (UHO) Darnaw at i (UHO)

La Saw ali (UHO)

Pelaksana Layout La Rudi M uh. Abas Pendais Haq

Rahmat

(2)

DAFTAR ISI

Daftar isi ??????????????????????????????????????????????? ? ??? i Pengantar Redaksi ?????????????????????????????????????????????. ii

Bagian Judul Artikel/ Penulis Halaman

1 Penerapan Perangkat Pem belajarn Sains Berbasis CTL dan E-Learning di SD 01 Poasia Kendari sebagai M odel Prakt ikum Pem belajaran Bagi M ahasisw a

P.M IPA FKIP UHO. (Arisona, Yuris)???????..??????????????????. 1 2 Tumbuhan Berkhasiat Obat yang dimanfaat kan oleh Et nis Lokal Sulaw esi

Tenggara. (Asmawati M unir) ??..? ?????????????????????? ?. 8 3 St udi Karakt erist ik Adsorpsi Ion Logam Pb (II) menggunakan Arang Akt if

Tempurung Kem iri. (Ratna, M uh. Zakir M uzakkar) ?????? ???? ?????? 13 4 Penerapan Penilaian Kinerja (Performance Assessment ) dalam Pem belajaran

IPA di Kelas V SD negeri Kot a Kendari. (Dorce B. Pabunga)??..?..????? ..?? 19 5 Ket erampilan Sosial M ahasisw a Baru Angkat an 2013 Program St udi Bimbingan

Konseling FKIP UHO. (Nani Restati Siregar) ??.. ??..????????????? ...? 26 6 Pengaruh Budaya Organisasi, Kepem impinan, dan Kepuasan Kerja t erhadap

Kinerja Guru. (Nanik Hindaryatiningsi) ???????.. ????????..??? ?? .. 36 7 Dist ribusi Konsent rasi Nit rat dan Fosfaat di Perairan Teluk Kendari

(Indra Purnama Iqbah, Arifin, Arniah) ? ???????????????? ???? ??? 43 8 Pem et aan Kompet ensi Dasar Capaian Sisw a pada M at apelajaran Fisika di

Kabupat en Konaw e Selat an t ahun 2011. (La Harudu)????.? .???????? ? 48 9 Analisis Kemapuan Pelaksanaan Ket erampilan Dasar M engajar Guru dalam

Proses Pem belajaran oleh Guru Fisika yang Belum Serit fikasi pada SM PN

se-Kot a Kendari. (La Sahara) ... 56 10 Peningkatkan Keaktifan M ahasiswa M ata Kuliah Fisiologi Tumbuhan melalui

Pembelajaran Problem Solving. (Damhuri) ?? ???????????????? ?? ?. 65 11 Penerapan M odel Pem belajaran Kooperat if Tipe TGT (Team s Game

Tournament ) dalam Pem belajaran Kimia Pokok Bahasan St oikiomet ri Pada

Sisw a SM AN 2 Kendari. (La Rudi, Saefuddin, Syamsuw arni) ??????????? 69 12 Kohesif Gramm at ikal Tulisan M ahasisw a Jurusan Bahasa Inggris Universit as

Halu Oleo. (La Ode Nggaw u) ... 76 13 Sist em Pem erint ahan di Indonesia (W a Ode Reni) ??????.. ???????? .... 84 14 M eningkat kan hasil Belajar IPA Fisika sisw a Kelas VIII3 SM PN 4 Kendari M elalu

M odel Pem belajaran Kooperat if Tipe Group Invest igast ion dengan M edia Pict oria Riddle pada M at eri Pokok Alat -Alat Opt ik (La Ode Nursalam ??????? ??? ?. 91 15 Identifikasi Peluang Kemitraan dalam Usaha Pengolahan Buah Kelapa

(3)

PENGANTAR REDAKSI

Alhamdulillah, Segala Puji kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga Jurnal

Gema Pendidikan Volume 21 Nomor 1, Januari 2014 dapat diterbitkan kembali tepat

waktu. Tak lupa juga tim redaksi jurnal Gema Pendidikan mengucapkan terimakasih

kepada semua pihak yang mendukung terbitnya kembali Jurnal Gema Pendidikan Volume

21 Nomor 1, Januari 2014.

Gema Pendidikan Volume 21 Nomor 1, Januari 2014 memuat 15 (lima belas artikel) yang

merupakan ringkasan hasil penelitian, yang membahas berbagai permasalahan aktual baik

dibidang pendidikan dan kependidikan serta dibidang ilmu sains.

Para penulis dalam edisi kali ini adalah dosen dan Alumni Fakultas keguruan dan Ilmu

Pendidikan (FKIP) Universitas Halu Oleo (UHO).

Artikel yang dimuat adalah artikel yang memenuhi persyaratan format dari jurnal Gema

Pendidikan FKIP Universitas Halu Oleo.

Pada Edisi kali ini, Tampilan Jurnal Gema Pendidikan berbeda dengan edisi-edisi yang

lalu. Pada edisi kali ini, selain warna sampul yang berubah, pada bagian isi jurnal,

ditambahkan dengan lembar daftar isi. Warna sampul berubah dari warna merah bata

berubah menjadi warna hijau, warna hijau merupakan warna dari FKIP.

Meskipun telah dilakukan upaya perbaikan dan pembenahan yang optimal, akan tetapi

pasti masih ada kekurangan-kekurangan dalam segala hal, oleh karena itu tim redaksi

“Gema Pendidikan” menghar

apkan kritik, saran dan masukan dari berbagai pihak demi

kesempurnaan untuk terbitan berikutnya.

Semoga pada terbitan-

terbitan selanjutnya “Gema Pendidikan” tampil lebih baik lagi

utamanya dari kualitas keilmuan dan relevansinya dengan pembangunan dalam dunia

pendidikan.

Kendari, Januari 2014

(4)

PENERAPAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINS BERBASIS

CTL

dan

E-LEARNING

di SD 01 POASIA KENDARI SEBAGAI MODEL PRAKTIKUM

PEMBELAJARAN BAGI MAHASISWA P.MIPA FKIP UNIVERSITAS HALU OLEO

1

Oleh:

Arisona

2

,Yuris

3

Abstrak. Telah dilakukan penelitian Penerapan perangkat pembelajaran berbasis CTL

(Contekstual Teaching And Learning) dan E-Learning untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran Sains di SD 01 Poasia sebagai Sekolah Unggulan (sebelumnya Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional) di Kota Kendari, dengan menerapkan Four-D Model dengan beberapa adaptasi kerangka berfikir yang sesuai. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi, pengelolaan pembelajaran dan persepsi siswa terhadap penerapan perangkat pembelajaran. Data-data dianalisis dengan statistik deskriptif kualitatif yang dapat memberikan informasi tentang efektivitas dan keterbacaan perangkat pembelajaran, serta kemampuan guru Sains dalam mengelola pembelajaran sesuai yang diinginkan KTSP. Berdasarkan hasil deskriptif terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa kelas IV & V SD Negeri 1 Poasia sebelum dan sesudah penerapan perangkat pembelajaran, nampak bahwa hasil belajar siswa cenderung mengalami peningkatan rata-rata. Hal ini nampak pada nilai rata-rata siswa kelas IV melalui pre-test sebesar 46,05 dimana siswa yang tuntas sebesar 7,89 atau perolehan nilai siswa sama atau lebih besar dari nilai 65, sedang pada post test nilai rata-rata menjadi 75,53 dengan ketuntasan belajar secara individu menjadi sebesar 84,21 % atau terjadi peningkatan rata-rata penguasaan konsep/hasil belajar siswa sebesar 64.53 %.; sedangkan rata-rata pre-test siswa kelas V sebesar 59,36 dimana siswa yang sudah tuntas atau perolehan nilai siswa sama atau lebih besar dari skor 65 sebanyak 35,29%, dan pada pada post test nilai rata-rata menjadi 73,15 dengan ketuntasan belajar secara individu menjadi sebesar 79% atau terjadi peningkatan rata-rata penguasaan konsep/hasil belajar Sains siswa sebesar 23,23 %.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar pengambilan kebijakan bagi Dinas Diknas Kota Kendari untuk mencoba menerapkan perangkat pembelajaran tersebut pada sekolah lain dalam lingkup Kota Kendari.

Kata Kunci :CTL ,E-Learning,Perangkat Pembelajaran.

1 Ringkasan hasil Penelitian

2,3 Dosen Pendidikan Fisika FKIP UHO

PENDAHULUAN

Pendekatan pembelajaran CTL

(Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, dan

sebagai warga masyarakat dan nantinya sebagai tenaga kerja.

Selain itu,untuk memperkuat pemahaman konsep dan proses pembelajaran lebih interaktif maka dikembangkan E-learning yang merupakan sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronika. Salah satu media yang digunakan

adalah jaringan komputer. Dengan

dikembangkannya di jaringan komputer

memungkinkan untuk dikembangkan dalam

(5)

dikembangkan ke jaringan komputer yang lebih luas yaitu internet. Penyajian e-learning berbasis web ini bisa menjadi lebih interaktif. Materi pengajaran dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini berbentuk teks, grafik, animasi, simulasi, audio dan video, serta ruang

diskusi yang memudahkan siswa untuk

berinteraktif dengan guru. Perbedaan

pembelajaran tradisional dengan e-learning yaitu pada kelas tradisional, guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk

menyalurkan ilmu pengetahuan kepada

pelajarnya. Sedangkan di dalam pembelajaran e-learning fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan

bertanggung-jawab untuk pembelajarannya. Suasana

pembelajaran e-learning akan memaksa pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Pelajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha, dan inisiatif sendiri.

Sebagai upaya meningkatkan kompetensi mahasiswa di LPTK, khususnya di FKIP Unhalu Kendari Jurusan Pendidikan MIPA, maka peneliti tertarik untuk mencoba menerapkan perangkat pembelajaran berbasis CTL dan E-learning dalam pembelajaran, khususnya pada SD 01 Poasia sebagai sekolah Unggulan (sebelumnya bernama Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional ) di Kota Kendari. Peneliti berasumsi bahwa Pembelajaran Sains Berbasis

CTL dan E-Learning, akan membuat siswa disekolah terutama pada tingkat Sekolah Dasar akan mampu mengembangkan konsep-konsep Sains yang selama ini merupakan suatu mata pelajaran yang susah difahami (banyak rumus dan hafalan) disamping mata pelajaran lainnya (matematika.) Disisi lain banyak guru yang

beranggapan bahwa apabila siswa dapat

mengahafal semua materi, maka siswa akan dapat memahami isi materi pelajaran Sains. Hal ini diduga disebabkan oleh guru yang senantiasa

menerapkan metode ceramah dalam

pembelajaran Sains di sekolah?. Metode ini menciptakan proses belajar mengajar yang

terpusat pada guru dan menciptakan

ketergantungan siswa siswa pada guru sangat besar. Akhirnya siswa tidak terlatih untuk

mandiri dalam mencari dan menemukan

pengetahuan sendiri. Sehingga perlu

mengembangkan perangkat pembelajaran E-learning yang bertujuan akan membuat siswa lebih interaktif dan dapat secara mandiri menggali pengetahuan dan menghubungkan segala kejadian yang ada diingkungan mereka sendiri.

TINJAUAN PUSTAKA

Hakikat Sains (IPA)

Sains (IPA) dengan bidang Biologi, Fisika, dan Kimia dengan kajian meliputi benda-benda alam semesta, kegiatan mencari untuk menemukan fakta-fakta tentang benda-benda dan menjadikan fakta-fakta menjadi pola konseptual yang disebut Teori atau Hukum. Teori atau Hukum inilah yang akan menjelaskan hubungan antara fakta dan benda-benda alam semesta.

Pembelajaran Kontekstual

Pendekatan pembelajaran konstektual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) berkembang dari faham konstruktivisme (Haston, 1999). Ide utamanya ialah mengaitkan kegiatan dan persoalan pembelajaran dengan konteks keseharian anak (Blankchard, 2000). Anak belajar dari dunia nyata dimana ilmu pengetahuan yang dipelajari bakal digunakan. Teori belajar bermakna (meaningful learning) dari Ausubel (1979) menyarankan agar siswa belajar dari persoalan kesehariannya agar bermanfaat bagi kehidupannya. Ide-ide tersebut dipakai dalam

kontekstual learning, dimana siswa diajak belajar dari persoalan yang nyata dalam konteks kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan

bahwa pendekatan kontektual (Contextual

Teaching and Learning/ CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam

(6)

Model-Model Pembelajaran Kontekstual

Pengembangan CTL di

sekolah-sekolah dilaksanakan melalui pengembangan model pengajaran. Ada 3 (tiga) model-model pengajaran ditambah dengan 1 (satu) strategi-strategi belajar yang dikembangkan dalam CTL, yaitu: (1) model pengajaran langsung (direct instruction), (2) model pembelajaran kooperatif (cooperative learning), (3) model pengajaran berbasis masalah (problem based instruction) dan (4) strategi-strategi belajar (learning strategy).

Pembelajaran Berbasis E-Learning

E-learning adalah sebuah proses

pembelajaran yang berbasis elektronika. Salah satu media yang digunakan adalah jaringan komputer. Dengan dikembangkannya di jaringan komputer memungkinkan untuk dikembangkan dalam bentuk berbasis web, sehingga kemudian dikembangkan ke jaringan komputer yang lebih luas yaitu internet. Penyajian e-learning berbasis web ini bisa menjadi lebih interaktif. Materi pengajaran dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini berbentuk mempunyai teks, grafik, animasi, simulasi, audio dan video. Perbedaan pembelajaran tradisional dengan e-learning yaitu pada kelas tradisional, guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan

kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam

pembelajaran e-learning fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung-jawab untuk pembelajarannya.

Bahan-bahan belajar dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswa di tempat tertentu di dalam websites untuk diakses oleh para mahasiswa. Bahan belajar yang tempatkan di dalam websites dapat terdiri dari teks, grafik, audio, vidio, animasi, dan simulasi yang bersifat interaktif. Bahan-bahan belajar yang tersimpan

dalam komputer dapat diakses oleh

siswa/mahasiswa setiap saat dan memudahkan dosen dalam melakukan pembaharuan dari sisi kontens materi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

METODOLOGI PENELITIAN

1. Rancangan Penerapan perangkat pembelajaran Sains berbasis CTL dan E-Learning

Dalam penelitian pengembangan ini,

metode yang akan digunakan untuk

mengembangkan model dan perangkat

pembelajaran Sains adalah menggunakan Four-D Model dengan beberapa adaptasi kerangka berfikir yang sesuai (Fida, 2004) yaitu : Define, Design, Develop,Implementation

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap 1: Define: Analisis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Dalam analisis kurikulum, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian terhadap masalah dan kebutuhan yang dijumpai dalam pembelajaran Sains di SD 01 Poasia Kendari pada siswa kelas IV dan V. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah mengembangkan Silabus dan RPP berdasarkan KTSP yang telah dikembangkan di SD 01 Poasia Kendari selama ini.

Pada tahap analisis, kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis kemampuan dasar matematika siswa SD 01 Poasia Kendari yaitu sisw kelas IV dan V, melalui analisis tugas-tugas yang

akan diberikan kepada siswa dengan

mempertimbangkan aspek kognitif, psikomotor dan sikap yang dimiliki siswa.

Analisis materi/konsep mata pelajaran Sains, dilakukan untuk menelusuri konsep-konsep

yang ada menurut KTSP dengan

mengklasifikasikan materi kedalam tingkat mudah,

sedang dan sukar/kompleks. Selanjutnya

perumusan tujuan pembelajaran didasarkan pada analisis tugas, analisis konsep, analisis siswa yang telah dijabarkan pada SK dan SKD.

Tahap 2: Design

Kegiatan yang dilakukan pada tahap design adalah perancangan dan penulisan model

perangkat pembelajaran. Pemilihan format

ditempuh dengan mengkaji perangkat

(7)

sekolah menurut KTSP dengan beberapa adaptasi yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa SD 01 Poasia Kendari yang sudah berada pada fase berpikir

formal. Perangkat pembelajaran tersebut

meliputi: Silabus, bahan ajar siswa, pemilihan media, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada model pembelajaran kontekstual, lembar kerja keterampilan proses

siswa (LKKPM), dan lembar penilaian

(asessment) berbasis kelas (produk dan proses).

Tahap 3: Develop

Kegiatan yang dilakukan pada tahap develop adalah menelaah model dan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, baik hasil telaah secara terbatas dari Tim Dosen Peneliti dan tim guru, maupun hasil telah/revisi dari beberapa pakar (bidang pengajaran dan subtansi materi) dan/atau dari hasil refleksi ujicoba terbatas atau simulasi melalui peer teaching. Uji coba terbatas dilakukan dengan melibatkan mahasiswa sebanyak 3 orang. Pada tahap ini akan dihasilkan laporan pengembangan perangkat pembelajaran yang ditulis berdasarkan analisis data ujicoba terbatas dan hasil revisi dari para pakar.

Setelah serangkaian revisi dilakukan terhadap perangkat pembelajaran Sains yang telah dikembangkan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba perangkat untuk skala luas, yaitu menerapkan dalam ruang kelas secara nyata, atau real teaching. Selanjutnyamelakukan lagi revisi terhadap kelemahan-kelemahan yang ada dari perangkat tersebut pasca uji coba, dan diterapkan pada skala luas, misalnya pada semua sekolah pada tingkatan yang sama dalam Kota Kendari.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Setelah dilakukan serangkaian kegiatan dan tahapan dalam pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA-Fisika, maka dapat diuraikan sebagai berikut:

Tahap 1: Define: Analisis Kurikulum

Dalam analisis kurikulum, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian terhadap masalah dan kebutuhan yang dijumpai dalam pembelajaran Sains pada kelas IV,dan V. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah

mengembangkan Silabus dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan format Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Pada tahap analisis siswa, kegiatan yang telah dilakukan adalah melakukan observasi awal di SD 01 Poasia. Hal ini dimaksudkan untuk menganalisis kemampuan dasar matematika siswa mulai dari jenjang kelas IV dan V. Berdasarkan kondisi kemampuan dasar yang dimiliki siswa tersebut, maka dapat dilakukan analisis tugas-tugas yang akan diberikan kepada siswa dengan mempertimbangkan aspek kognitif, psikomotor dan sikap yang dimiliki siswa.

Analisis materi/konsep mata pelajaran Sains dilakukan untuk menelusuri konsep-konsep

yang ada menurut KTSP dengan

mengklasifikasikan materi mulai dari tingkat mudah, sedang dan sukar/kompleks. Selanjutnya perumusan tujuan pembelajaran didasarkan pada analisis tugas, analisis konsep, analisis siswa yang telah dijabarkan pada Standar Kompetensi (SK)

dan Kompetensi Dasar (KD). Adapun

materi/konsep yang akan dikembangkan model

dan perangkat pembelajarannya adalah

materi/konsep mata pelajaran Sains, dari kelas IV dan V dengan masing-masing KD dan materi pokoknya : Sebaran Konsep Pengembangan Perangkat Pembelajaran Sains Siswa kelas IV SD 01 Poasia Kendari: Standar Kompetensi : 9. Memahami perubahan kenampakan bumi dan benda langit .Kompetensi Dasar (KD) : 9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi dan 9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari. Materi Pokok dan Uraian Materi :Perubahan kenampakan bumi dan benda langit : Perubahan kenampakan bumi,

Perubahan kenampakan benda-benda langit.

Sedangkan Sebaran Konsep Pengembangan

(8)

Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya

alam ;Kompetensi Dasar (KD) :7.4

Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya, 7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan air ; Materi Pokok dan Uraian Materi Bumi dan Alam Semesta (Daur Air).

Tahap 2: Design

Kegiatan yang dilakukan pada tahap design adalah perancangan dan penulisan model perangkat pembelajaran. Pemilihan format

ditempuh dengan mengkaji perangkat

pembelajaran yang sedang dikembangkan di sekolah menurut KTSP dengan beberapa adaptasi yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa SD 01 Poasia Kendari yang sudah berada pada fase berpikir

formal. Perangkat pembelajaran tersebut

meliputi: Silabus, bahan ajar, pemilihan media, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau skenario pembelajaran yang mengacu pada model pembelajaran kontekstual, Lembar Kerja

Ilmiah Siswa (LKIS), dan lembar penilaian (asessment) berbasis kelas (produk dan proses).

Tahap 3: Develop

Kegiatan yang dilakukan pada tahap develop adalah menelaah model dan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, baik hasil telaah secara terbatas dari Tim Dosen Peneliti dan juga dari Tim guru mata pelajaran Sains di SD Negeri 1 Poasia, maupun hasil telah/revisi dari beberapa pakar (bidang pengajaran dan subtansi materi) dan/atau dari hasil refleksi ujicoba terbatas atau simulasi melalui peer teaching.

Melalui tahap uji coba terbatas ini dihasilkan laporan pengembangan perangkat pembelajaran IPA-Fisika yang akan dipakai pada tahap uji coba produk perangkat pembelajaran pada siswa kelas IV dan V SD Negeri 1 Poasia

Kendari semester ganjil tahun akademik

2012/2013.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap hasil pre-test serta post-test dapat dirangkumkan pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Profil Distribusi Penguasaan Konsep Sains siswa SD 1 Poasia Kelas IV dan Kelas V sebelum dan sesudah Penerapan Perangkat Pembelajaran

PARAMETER PENILAIAN

NILAI SISWA SETIAP KELAS

KELAS IV KELAS V

Pre- Test Post- Test Pre-Test Post- Test

Skor minimum 25 45 25 20

Skor maksimal 75 95 90 95

Rata-rata 46,05 75,53 59,36 73,15

Standar deviasi 14,34 13,04 17.23 18,24

Persentase jumlah siswa yang masuk kategori belajar Tuntas (Nilai 65 - 100)

7,89 84,21 35.29 79,0

Persentase jumlah siswa yang masuk kategori Tidak Tuntas belajar (Nilai < 65)

92,11 15,79 64.71 21.0

Untuk melihat apakah perangkat

pembelajaran dikembangkan memiliki

keterbacaan yang memadai, maka dapat dilihat dari peningkatkan penguasaan konsep dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan cara membandingkan

(9)

Jika kita melihat dari hasil analisis deskriptif terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa kelas IV dan V SD Negeri 01 Poasia sebelum dan sesudah penerapan perangkat pembelajaran, seperti telah diuraikan pada Tabel 1 di atas, nampak bahwa hasil belajar siswa cenderung mengalami peningkatan rata-rata dengan persentase peningkatan rata-rata dari pre-test ke post-test

sebesar 75.53 dan 73.15 untuk masing-masing kelas; dan secara lengkap dapat dipaparkan seperti pada Gambar berikut:

Gambar 1. Profil peningkatan rata-rata penguasaan konsep Sains Siswa Kelas IV melalui pre-test ke

post-tes selama Uji Coba Perangkat

Gambar 2. Profil peningkatan rata-rata penguasaan konsep IPA-Fisika Siswa Kelas V melalui

pre-test ke post-test selama Uji Coba Perangkat

Gambar 3. Profil peningkatan rata-rata penguasaan konsep Sains Siswa Kelas IV dan V melalui

re-Test ke Post-re-Test selama uji coba perangkat

pembelajaran berbasis CTL dan E-Learning

Dari gambar ke-3 gambar tersebut,

nampak adanya peningkatan penguasaan

konsep/hasil belajar Sains siswa SD 01 Poasia dari nilai Pre-Test ke Post-Test. Disamping itu juga terjadi peningkatan jumlah siswa yang tuntas dengan perolehan nilai 65-100. Pada siswa kelas IV diperoleh 7,89 % siswa yang tuntas melalui pre-test dan pada hasil post-test sudah mencapai 84,21 % siswa yang dikategorikan tuntas. Demikian juga untuk siswa kelas V, dari 35,29 % saja siswa yang berada dalam kategori tuntas pada pres-test menjadi 79% siswa dikategorikan tuntas pada hasil post-test.

Berdasarkan hasil analisis data yang ditampilkan pada Tabel 1 di atas, nampak bahwa rata-rata penguasaan konsep/hasil belajar IPA-Fisika siswa kelas IV dan V SD 01 Poasia setelah

dilakukan uji coba penerapan perangkat

pembelajaran yang berbasis CTL dan E-Learning

diperoleh bahwa terjadi kecenderungan

peningkatan rata-rata penguasaan konsep/hasil belajar Sains siswa dari 46,05 pada Pre-Test

menjadi 75,53 pada siswa kelas IV. Demikian juga pada siswa kelas V terjadi peningkatan rata-rata dari 59,36 pada Pre-Test menjadi 73,15 pada

Post-Test ; hal ini berarti bahwa indikator ketuntasan belajar secara individu 65 dan persentase secara klasial 75 % telah tercapai.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara umum penerapan perangkat pembelajaran Sains yang telah dikembangkan dan telah diujicobakan pada siswa kelas IV dan V SD Negeri 1 Poasia Kendari cenderung dapat meningkatkan penguasaan konsep/ hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran Sains.

Jika kita kaitkan antara hasil penelitian ini dengan teori motivasi dapat dijelaskan bahwa seorang siswa yang menggunakan banyak indra

dalam melakukan aktivitas belajar, akan

(10)

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah dilakukan tahap Define (Analisis kurikulum), Design dan Develop terhadap

terhadap perangkat pembelajaran Sains

berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) di SD 01 Poasia Kendari, sesuai dengan tujuan penelitian pada tahun I (2012), maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penerapan Perangkat pembelajaran Sains berupa Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) setiap materi pokok untuk siswa kelas IV dan V, yang telah dikembangkan oleh Tim Peneliti bekerjasama dengan guru-guru mitra Sains cenderung telah mengacu pada pembelajaran yang berbasis Contextual Teaching and Learning

(CTL) sehingga SD 1 Poasia Kendari dapat dijadikan sebagai sekolah Model Praktikum

Pembelajaran bagi mahasiswa Jurusan

Pendidikan MIPA-FKIP Unhalu,

2. Perangkat pembelajaran Sains berupa materi

ajar dan penilaian (asessment) telah

dikembangkan pula penilaian yang berbasis kelas (proses dan hasil) yang sesuai dengan karakteristik materi pokok/sub-materi pokok yang ada di dalam KTSP.

Saran

Berdasarkan hasil analisis terbatas terhadap pengembangan dan penerapan perangkat pembelajaran Sains yang telah direvisi secara terbatas antara Tim Peneliti dan Tim Ahli bidang Pendidikan Sains (IPA), maka dapat diberikan beberapa saran, yaitu:

1. Dalam mengembangkan perangkat

pembelajaran pada mata pelajaran Sains, khususnya pada konsep/materi yang memiliki karakteristik abstrak agar merancang suatu media Pembelajaran Model E-Learning berbasis Web melalui program simulasi komputer yang interaktif, sehingga guru-guru dalam menjelaskan materi/konsep tersebut menjadi lebih mudah dan tenatunya

siswa-siswa akan lebih cepat memahami

konsep/materi tersebut,

2. Kepada guru-guru Sains di sekolah Dasar dalam lingkup Kota Kendari secara khusus dan umumnya sekolah-sekolah di Sulawesi

Tenggara agar dalam mengembangkan

Perangkat Perbaikan Pembelajaran yang berbasis CTL dan E-Learning dengan kegiatan pembelajaran yang lebih banyak diarahkan kepada siswa untuk belajar melalui berbuat dengan kegiatan kerja ilmiah dan penugasan secara terstruktur berdasarkan KTSP.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2004a). Hakikat Sains (SN-1). Materi

Pelatihan Terintegrasi Berbasis

Kompetensi . Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah.

Departemen Pendidikan Nasional.

Jakarta.

Slamet, S., (2002), Pendekatan Pembelajaran Sains Kontekstual dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Makalah dalam pelatihan TOT guru SLTP se Indonesia di FMSAINS, Universitas Negeri Yogyakarta pada 1-14 Oktober 2002.

Blankchard, A. (2000). Contextual Teaching and

Learning. diakses dari

http://www.horizonshelpr.org/contextual/.

Clifford, M. dan Wilson, M. (2000), Contextual teaching, professional learning and student

experiences: Lessons learned from

implementation. Educational Information Serries no. 2. Madison: Center on Education and Work.

Fida, R., (2004). Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Disajikan dalam pelatihan model-model pembelajaran, penyusunan SAP dan bahan ajar, Program Hibah

Kompetisi A1, Kendari: Jurusan

PMSAINS FKIP Unhalu.

(11)

TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT YANG DIMANFAATKAN OLEH ETNIS LOKAL

SULAWESI TENGGARA

Oleh :

Asmawati Munir, M.Si

1

ABSTRAK

Abstrak. Telah dilakukan penelitian inventarisasi jenis-jenis tumbuhan berkhasiat obat yang dimanfaatkan oleh etnis lokal Sulawesi Tenggara. Tujuan jangka panjang lebih diarahkan pada upaya pemanfaatan tumbuhan obat lokal Sulawesi Tenggara sebagai bahan ramuan obat berbagai jenis penyakit tropis. Penelitian ini dilaksanakan selama satu tahun. Penelitian ini merupakan kelanjutan dari riset peneliti untuk menginventarisasi jenis-jenis tanaman obat pada etnis Tolaki, Buton dan Muna yang merupakan etnis lokal dominan. Penelitian ini selain bertujuan sebagai proses inventarisasi jenis-jenis tanaman berkhasiat obat, juga diarahkan pada pengumpulan informasi mengenai jenis-jenis organ tanaman yang dimanfaatkan dan cara pemanfaatannya. Hasil penelitian berhasil mengidentifikasi 50 famili dan 102 spesies tumbuhan berkhasiat obat yang dimanfaatkan oleh etnis Muna, Buton dan Tolaki. Hasil penelitian juga menunjukan kemiripan yang tinggi antara kearifan lokal masyarakat etnis Muna dan Buton dalam pemanfaatan tanaman sebagai obat-obatan. Di sisi lain terdapat perbedaan kearifan lokal masyarakat etnis Tolaki dengan etnis Muna ataupun Buton dalam penggunaan tanaman obat. Penelitian selanjutnya diarahkan pada identifikasi senyawa kimia yang terkandung dalam organ tumbuhan obat dan upaya pemanfaatannya.

Kata kunci : Tanaman obat, identifikasi, etnis lokal Sultra

1 Dosen Pend. Biologi FKIP UHO

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi dan

menduduki urutan kedua keanekaragaman

tumbuhan tertinggi setelah Brazil. Sebanyak

30.000 spesies tumbuhan telah berhasil

diidentifikasi dan 1.260 spesies di antaranya

merupakan tumbuhan berkhasiat obat.

(Wirakusumah, 2004).

Keanekaragaman jenis-jenis tumbuhan yang tumbuh di wilayah Indonesia merupakan kekayaan hayati yang menunjang kehidupan masyarakat di dalamnya. Banyak manfaat yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan, diantaranya adalah pemanfaatan sebagai obat tradisional.

Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan sejak berabad-abad yang lalu. Prinsip back to nature

yang kembali diangkat ke permukaan pada saat ini berakibat pada peningkatan upaya pemenuhan

kebutuhan hidup dengan meanfaatkan

sumberdaya alami. Masyarakat pedesaan atau masyarakat yang berada di bawah garis

kemiskinan memanfaatkan prinsip “back to nature” sebagai solusi terhadap mahalnya biaya

pengobatan modern. Selain itu, masyarakat cenderung memanfaatkan tumbuhan alami sebagai obat karena efek sampingnya relatif kecil dibandingkan dengan obat modern (Mursito, 2002). Selain itu, obat-obatan yang berasal dari alam tidak memerlukan perawatan intesif serta murah dan cepat (Jarvis, 1991).

Pemanfaatan tanaman sebagai obat-obatan juga telah berlangsung ribuan tahun yang lalu di

Indonesia, tetapi penggunaan belum

terekomendasi dengan baik (Lubis, 1983: 212).

Lebih lanjut Gunawan (2004: 140)

mmengemukakan bahwa pada pertengahan abad ke XVII seorang botanikus bernama Jacobus Rantius (1592-1631) mengumumkan khasiat tumbuh-tumbuhan dalam bukunya “De Indiae

Untriusquere Naturali et Medica”. Meskipun

(12)

Draakestein (1637-1691) dalam bukunya,

Horticus Indicus Malabaricus”.

Menurut catatan Balai Penelitian

Tanaman Rempah dan Obat yang berpusat di Bogor dilaporkan, terdapat lebih dari 1000 jenis tanaman obat yang tumbuh di Indonesia. Namun, baru dimanfaatkan sekitar 50 jenis, itupun karena digunakan oleh industri jamu, sedangkan selebihnya tumbuh liar (Purwadaksi, 2007). Tanaman berkhasiat obat adalah salah satu diantara obat tradisional yang paling banyak digunakan secara empirik oleh masyarakat dalam

rangka menanggulangi masalah-masalah

kesehatan yang dihadapinya, baik dengan maksud pemeliharaan, pengobatan, maupun pemulihan kesehatan lainnya (Kusuma dan Dalimartha, 1994: 2).

Sulawesi Tenggara memiliki sejumlah etnis lokal yang telah mendiami daerahnya dalam jangka waktu yang lama. Etnis lokal yang dominan di Sulawesi Tenggara adalah etnis Tolaki, Muna dan Buton. Mayoritas etnis Tolaki mendiami daerah Konawe dan Konawe Selatan, etnis Buton mendiami pulau Buton dan kepualauan Wakatobi, sedangkan etnis Muna mendiami pulau Muna dan Buton Utara. Masyarakat etnis lokal sebagai etnis yang mendiami wilayah Sulawesi Tenggara memiliki budaya spesifik termasuk dalam pemanfaatan tumbuhan sebagai obat. Oleh karena itu, pengkajian terhadap pemanfaatan tumbuhan obat pada etnis lokal Sulawesi Tenggara sangat diperlukan sebagai bentuk pelestarian kearifan budaya lokal dan sumber informasi awal dalam pengembangan tumbuhan sebagai bahan obat-obatan alternatif.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Penelitian ini terdiri atas 3 tahap utama, yakni wawancara dengan informan untuk mendapakan data awal mengenai jenis-jenis

tanaman berkhasiat obat dan cara

penggunaannya, pengumpulan sampel tanaman obat di lapangan dan identifikasi sampel di laboratorium. Inventarisasi diawali dengan

pengumpulan informasi dari masyarakat

mengenai jenis-jenis tanaman berkhasiat obat pada tiga etnis dominan di Sulawesi Tenggara, yakni Muna, Buton dan Tolaki. Informasi berupa

nama lokal, bagian tumbuhan yang dimanfaatkan dan cara pemanfaatan ditindak lanjuti dengan pengambilan sampel tanaman untuk diidentifikasi. Hasil identifikasi dilaporkan sebagai langkah awal untuk penelitian lebih lanjut mengenai identifikasi senyawa berkhasiat obat pada jenis-jenis tanaman tertentu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukan kepada informan (tabib) diperoleh informasi bahwa penggunaan tanaman sebagai ramuan obat tradisional telah dilakukan oleh masyarakat Sulawesi Tenggara sejak dahulu kala dan masih dipertahankan sampai saat ini. Hal ini dilakukan oleh masyarakat karena persepsi masyarakat terhadap penggunaan obat tradisional masih memenuhi fungsinya sebagai penyembuh, nilai ekonomis yang lebih murah dan aman terhadap efek samping. Hal ini sesuai dengan pendapat Aziddin dan Syarifuddin (1990) yang menyatakan bahwa masyarakat tradisional lebih memilih penggunaan tanaman sebagai obat tradisional karena telah diakui fungsinya secara empirik sebagai sarana penyembuhan berbagai penyakit yang dikenal secara khusus oleh masyarakat. Hal ini didukung dengan kondisi masyarakat lokal yang memiliki kepercayaan yang kuat terhadap tradisi yang diwariskan oleh nenek moyangnya. Fakta adanya pusat pelayanaan kesehatan masyarakat yang mulai masuk sampai di pelosok-pelosok sampai saat ini belum mampu menggeser eksistensi penggunaan tanaman obat dalam masyarakat karena masyarakat lebih cenderung memilih bahan-bahan alami yang dianggap lebih aman dan murah.

Sebagian besar tanaman yang digunakan sebagai tanaman obat oleh masyarakat lokal Sulawesi Tenggara merupakan tanaman liar yang dijumpai pada hutan di sekitar perkampungan warga seperti Spondias malayana, Plumeria rubra, Alastonia scholaris, Alocasia macrorrizos, Arenga pinnata, Elephantopus scaber, Synedrella nodiflora, Wedelia trilobata, Eupatorium odorata,

Crassocephalum crepidiodes, Blumea

balsimifera, Blumea lacera, Ceiba petandra,

Heliotrophium indicum, Cassia alata,

(13)

Melanolepsis multiglandulosa, Hibiscus tiliaceus, Arcangelisia flava, Ficus septica, Averrhoa bilimbi, Abrus precatorius, Sesbania grandiflora, Drynaria sparsisora, Ziziphus mauritina, Schleichera oleosa, Santalum album, Kleinhovia hospita, Clerodendron paniculatum, Premna serratifolia, Vitex cofassus, Lee indica dan Lee aquea. Beberapa jenis tanaman yang digunakan sebagai bahan obat-obatan merupakan tanaman pekarangan dan dibudidayakan oleh masyarakat sebagai tanaman oabat keluarga seperti Kaempferia galanga, Zingiber officinale, Costus speciosus, Curcuma domestica, Lantana camara, Tinospora crispa, Lawsonia inermis,

Ocimum tenuiflorum, Hyptis spicigera,

Philanthus urinata, Jatropa miltifida,

Pedilanthus tithymaloides, Euphorbia hirta, Jatropa curcas, Phyllanthus niruri, Kalanchoe pinnata, Ipomea quamoclit, Bidens pilosa dan Acorus calamus. Selain itu, beberapa spesies tumbuh liar di pekarangan dan ada pula yang meruapakan tanaman budidaya seperti Ruellia

tuberosa, Centella asiatica, Amaranthus

spinosus, Anacardium occidentale, Annona muricata, Areca catechu, Cocos nucifera,

Ageratum conyzoides, Tidax procumbens,

Crassocephalum crepidiodes, Ananas comosus, Carica papaya, Ipomoea batatas, Cucurbita

moschata, Momordica charantia, Manihot

uttilissima, Euphorbia prunifolia, Moringa

oleifera, Musa paradisiaca, Lansium

domesticum, Psidium guajava, Peperomia

pelucida, Piper betle, Imperata cylindrica, Zea mays, Morinda citrifolia, Physalis minima, Nicotiana tabacum, Pilea microphylla, Hedyotis corymbosa, Borreria latifolia dan Premna serratifolia.

Tinjauan ilmiah terhadap jenis-jenis tanaman yang digunakan sebagai tanaman obat

oleh masyarakat tradisional memberikan

kebenaran ilmiah terhadap pengetahuan empirik yang dimiliki oleh masyrakat tradisional. Jenis tumbuhan tertentu dapat bermanfaat sebagai obat tradisional mengandung senyawa bioaktif yang mempengaruhi sel-sel hidup suatu organisme seperti daar, tanin, minyak atsiri, flavanoid dan alkaloid. Adanya senyawa bioaktif dalam tanaman obat menyebabkan tanaman obat bersifat konstruktif, yakni membangun dan

memperkuat organ-organ dan sistem dalam tubuh sehingga tahan terhadap serangan penyakit dan mampu menanggulangi penyakit yang sudah menyerang. Beberapa jenis tumbuhan yang

termasuk dalam famili Euphobiaceae,

Zingiberacea, Asteraceae dan Moraceae memiliki

senyawa metabolit yang bersifat sebagai

antimikroba sehingga mampu membunuh bibit penyakit pada luka ataupun yang masuk ke dalam tubuh. Di sisi lain, kandungan senyawa bioaktif yang dimiliki oleh tumbuhan dapat memacu peningkatan sistem imun sehingga tubuh mampu melawan bibit-bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh dan mampu meregenerasi kembali jaringan yang telah rusak.

Penggunaan tanaman obat pada

masyarakat lokal Sulawesi Tenggara tidak terbatas pada penyakit yang disebabkan oleh organisme-organisme parasit seperti jamur, Protozoa, bakteri, virus ataupun cacing-cacingan, tetapi juga pada jenis-jenis penyakit yang disebabkan oleh kelainan metabolisme seperti panas dalam, penyakit ginjal, sakit kepala, sariawan, demam dan sebagainya. Sejumlah tanaman tertentu seperti alang alang (Imperata cylindica), meniran

(Phyllantus niruri L.) dan Sambiloto

(14)

Masyarakat lokal Sulawesi Tenggara dapat menggunakan tanaman sebagai obat tradisional sebagai ramuan tunggal ataupun dalam bentuk campuran dari berbagai jenis tanaman. Penggunaan tanaman obat sebagai ramuan tunggal terbatas pada pengobatan penyakit ringan seperti Acorus calamus, Phyllantus urinata, Hyptis spicigera, Ocimum tenuiflorum, dan Pilea microphylla sebagai obat

cacingan; Amaranthus spinosus, Spondias

malayana, Alocasia macrorrhizos, Ageratum

conyzoides, Bidens pilosa, Casia alata,

Cucurbita moscahata, Euphorbia hirta, Allium sativum dan Kleinhovia hospita sebagai obat pada berbagai jenis penyakit kulit (bisul, cacar, kurap, panu, dll). Pengobatan terhadap penyakit berat seperti malaria, hipertensi, diabetes, liver

dan infeksi paru-paru pada umumnya

menggunakan campuran berbagai jenis tanaman. Hal ini dimaksudkan untuk memberi efek saling menguatkan. Selain itu, penggunakan organ dari berbagai jenis tanaman dapat pula membawa efek meniadakan toksin yang dihasilkan oleh jenis tanaman tertentu.

Bagian tumbuhan yang sering digunakan sebagai ramuan obat tradisional pada masyarakat lokal Sulawesi Tenggara meliputi akar, batang, daun, bunga dan buah. Bahkan tidak jarang masyarakat langsung memanfaatkan bagian tanaman secara utuh. Pada bagian tanaman ini terdapat senyawa bioaktif seperti alkaloid, tanin, minyak atsiri dan flavanoid yang dapat berfungsi sebagai penyembuh penyakit ataupun berperan secara tidak langsung dalam perbaikan jaringan.

Senyawa-senyawa tersebut dapat berada

bersama-sama dalam satu organ ataupun terpisah-pisah pada berbagai organ. Oleh karena itu, pada beberapa kasus tertentu masyarakat

menggunakan bagian tanaman secara

keseluruhan untuk mengoptimalkan khasiat yang terkandung pada tanaman tersebut.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan diperoleh informasi bahwa ketiga etnis lokal di Sulawesi Tenggara memiliki kemiripan relatif dalam penggunaan tanaman sebagai bahan obat tradisional. Kemiripan yang tinggi dijumpai pada etnis Buton dan Muna. Hal ini disebabkan secara

geografis kedua etnis ini lebih dekat

dibandingkan dengan etnis Tolaki yang mendiami wilayah daratan Sulawesi. Selain itu, sebagian etnis Muna mendiami wilayah daratan Buton, begitupula etnis Buton ada pula yang mendiami wilayah daratan Muna. Hal ini memungkinkan pertukaran informasi dari kedua etnis tersebut lebih mudah terjadi. Meskipun demikian, masih dijumpai adanya perbedaan tradisi pengobatan yang merupakan identitas dari tiap-tiap etnis. Sebagai contoh etnis tolaki menggunakan pegagan (Centella asiatica L.) sebagai obat wasir, penambah stamina dan awet muda, sedangkan etnis Muna menggunakan daun awar-awar (Ficus septica L.) sebagai obat wasir dan etnis Buton

menggunakan akar alang-alang (Imperata

cylindrica L.) sebagai ramuan obat kuat. Contoh

lain adalah penggunaan kunyit (Curcuma

domestica) sebagai ramuan perawatan persalinan bagi masyarakat Buton sedangkan bagi etnis Muna Kunyit (Curcuma domestica) digunakan sebagai perawatan wajah dan penyembuh untuk penyakit trahom. Pada etnis Muna perawatan persalinan menggunakan campuran dari pelepah daun pisang (Musa paradisiaca), pinang (Areca catechu L.), sembung (Blumea balsamifera)dan bunga raja (Ipomoea quamoclit L.). Begitu pula penggunaan sembung kuwuk (Blumea lacera Dc.) sebagai obat haid tidak teratur, sawi langit (Veronia cinerea L.) sebagai penawar bisa ular, sangketan (Heliotrophium indicum L.) sebagai obat infeksi paru-paru dan radang buah zakar pada masyarakat etnis Tolaki yang tidak dijumpai pada etnis Muna dan Buton ataupun penggunaan

Ipomoea quamoclit L. sebagai ramuan persalinan dan penyakit dalam, Trichosanthes tricuspidata

(15)

warisan budaya secara turun temurun dari tiap-tiap etnis.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Jenis-jenis tanaman berkhasiat obat yang dimanfaatkan oleh etnis lokal Sulawesi Tenggara yang berhasil teridentifkasi adalah 50 famili dan 102 jenis. Dalam penggunaan tanaman obat, ada perbedaan kearifan lokal dalam pemanfaatan tanaman sebagai bahan pengobatan antara etnis Muna-Buton dengan etnis Tolaki, sebaliknya terdapat kemiripan yang tinggi antara etnis Buton dengan Muna.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S.A., 1995. Eksplorasi Tumbuhan Hutan Tropis Indonesia : Beberapa

Data Mikromolekuler Tumbuhan

Laurenceae Sebagai Komplemen

Botani. Prosiding Seminar dan

Lokakarya Nasional Etnobotani.

Jakarta.

Aziddin., Y., Syarifuddin, R., 1990. Pengobatan Tradisional Daerah Kalimantan timur. Depdikbud. Jakarta.

Dalimartha, S., 1999. Atlas Tanaman Obat Indonesia jilid I. Pustaka Pembangunan swadaya Nusantara. Jakarta

Dalimartha, S., 2005. Resep Tumbuhan Obat untuk Asam Urat. Penebar swadaya. Jakarta.

Jarvis, P.C, 1991. Pengobatan Tradisional dengan Madu dan Apel. Pionir Jaya. Bandung.

Kusuma dan Dalimartha, 1994. Ramuan

Tradisional untuk Pengobatan Darah Tinggi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lubis, S. 1983. Mengenal Apotik Hidup Obat Asli Indonesia. Bahagia. Pekalongan.

Mursito, B., 2003. Ramuan tradisional untuk

Kesehatan Anak. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Purwodaksi, R., 2007. Memanfaatkan Pekarangan

Untuk tanaman Obat Keluarga.

Agromedia Pustaka. Jakarta

Sastramidjojo, S., 2001. Obat Asli Indonesia. Dian Rakyat, Jakarta

Siswanto, 1997. Penanganan Hasil Panen

Tanaman Obat Tradisional. Trubus

Agrawidya. Jakarta.

Widiyastuti, S., 2004. Penanganan Hasil Panen

Tanaman Obat Komersial. Trubus

Agrawidya. Jakarta.

Winarto, W.P., 2003. Tanaman Obat untuk

Mencegah SARS. Penebar Sawadaya.

(16)

STUDI KARAKTERISTIK ADSORPSI ION LOGAM Pb(II) MENGGUNAKAN ARANG

AKTIF TEMPURUNG KEMIRI

Oleh:

Ratna

1

, Muh. Zakir Muzakkar

2

Abstrak. Telah dilakukan penelitian Adsorpsi ion logam Pb(II) menggunakan arang aktif tempurung kemiri. Tujuan penelitian adalah menentukan waktu kontak optimum, kapasitas adsorpsi, dan energi adsorpsi arang aktif tempurung kemiri terhadap ion logam Pb(II), serta menentukan jenis kinetika adsorpsi yang terjadi. Penelitian ini meliputi pembuatan arang aktif dengan tiga tahap yaitu dehidrasi, karbonasi dan aktivasi dengan aktivator ZnCl2, penentuan waktu kontak optimum dengan cara

mengontakkan arang aktif dengan larutan ion logam Pb(II) 100 mg/L dengan variasi waktu 30, 60, 90 dan 120 menit, serta penentuan jenis dan kapasitas adsorpsi dengan cara mengontakkan arang aktif dengan larutan ion logam Pb(II) dengan konsentrasi 5, 10, 25, 50 dan 100 mg/L. Konsentrasi ion logam Pb(II) ditentukan dengan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 217 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu optimum yang diperlukan oleh arang aktif tempurung kemiri untuk mengadsorpsi ion logam Pb(II) adalah 90 menit. Jenis adsorpsi yang terjadi antara arang aktif tempurung kemiri terhadap ion logam Pb(II) cenderung mengikuti jenis adsorpsi isotermal Langmuir. Energi untuk adsorpsi dengan arang aktif tempurung kemiri adalah sebesar 8687,749 J/mol dan kapasitas adsorpsi arang aktif tempurung kemiri adalah 116,28 mg/g.

Kata Kunci : Adsorpsi, ion logam Pb(II), tempurung kemiri, energi adsorpsi, kapasitas adsorpsi.

1 Dosen Pend. Kimia FKIP UHO 2 Dosen Jur usan Kimia FM IPA UHO

PENDAHULUAN

Kemajuan dalam bidang ilmu

pengetahuan dan teknologi telah mendorong berkem-bangnya kegiatan industri. Perkembangan sektor industri yang sangat pesat di berbagai bidang di satu sisi memberikan manfaat besar bagi manusia, yaitu: memberikan kemu-dahan dalam beraktivitas, dalam pemenuhan kebutuhan hidup, dan juga dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Namun, di sisi lain membawa dampak negatif bagi kehidupan

manusia. Hal ini terkait dengan sistem

pengolahan limbah industri yang kurang baik

yang mengakibatkan lingkungan menjadi

tercemar sehingga menimbulkan gangguan

kesehatan pada manusia.

Limbah sebagai hasil samping industri sangat berpotensi mencemari lingkungan, yang dapat membawa dampak negatif bagi manusia, hewan dan tumbuhan. Limbah tersebut dapat berasal dari bahan-bahan organik, anorganik dan logam berat. Logam timbal merupakan salah satu

contoh logam berat yang berbahaya dan bersifat toksis terhadap tubuh. Gejala yang diakibatkan dari keracunan logam timbal adalah kurangnya nafsu makan, kejang, muntah, dan pusing-pusing.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pemisahan limbah industri dari zat pencemar logam berat sangat penting dilakukan. Beberapa metode seperti penukar ion dan pengendapan secara elektrolisis telah dilakukan untuk menyerap bahan pencemar beracun, tetapi metode ini membutuhkan biaya yang tinggi.

Salah satu metode alternatif yang dapat digunakan adalah metode adsorpsi. Beberapa jenis adsorben yang sering digunakan adalah: lempung, zeolit, mikroorganisme saccharomyces cerevisiae dan arang aktif. Proses adsorpsi oleh arang aktif dapat berlangsung karena adanya sejumlah situs aktif pada permukaan arang. Arang aktif yang sering digunakan dapat berasal dari arang aktif ampas sagu, tempur ung kelapa,

(17)

mete memiliki kandungan lignin dan selulosa yang tinggi, sehingga kadar karbonnya tinggi pula. Selain arang aktif digunakan sebagai adsoben, juga digunakan berbagai keperluan diantaranya untuk bahan bakar briket dan sebagai filter. Berdasarkan uraian di atas, maka pada penelitian ini merupakan penelitian aplikasi adsorpsi ion logam Pb(II) dengan menggunakan arang aktif tempurung kemiri.

M ETODE PENELITIAN

Prosedur Penelitian

1. Pembuatan Arang Aktif Tempurung Kemiri

Pembuatan arang tempurung kemiri dilakukan dalam tiga tahap, yaitu: 1) dehidrasi, merupakan proses penjemuran tempurung kemiri di bawah sinar matahari. 2) karbonasi, pada proses ini tempurung kemiri yang telah didehidrasi ditempatkan dalam drum tertutup berbentuk standar yang telah diberi lubang di atasnya untuk mengontrol asap yang dihasilkan. Selanjutnya drum karbonasi diletakkan di atas tungku pemanas yang terbuat dari tanah liat dengan bahan bakar bongkahan kayu/arang yang biasa diperoleh di pasaran. Karbonasi ini dilakukan dengan pembakaran selama ± 3-5 jam sampai diperoleh arang tempurung kemiri (pembakaran dihentikan saat asap putih telah habis). Arang tempurung kemiri yang dihasilkan digerus dan diayak dengan ayakan 50 dan 100 mesh, sehingga diperoleh arang dengan diameter antara 50–100 mesh. 3) aktivasi, proses ini dilakukan melalui perendaman arang kemiri dengan aktivator ZnCl2. Masing-masing arang

kemiri direndam dalam aktivator dengan

konsentrasi 2 M selama 6 jam. Arang yang telah direndam, selanjutnya dididihkan selama 90 menit, lalu disaring. Residu kemudian diaktivasi dengan pemanasan dalam tanur listrik, arang kemiri dipanaskan pada suhu 1000C selama 60 menit [14]. Selanjutnya dicuci dengan 25 mL larutan HCl 10% sebanyak 3 kali, kemudian dicuci kembali dengan 25 mL HCl panas untuk melarutkan sisa-sisa bahan pengaktif yang tidak larut dalam HCl dingin. Selanjutnya dicuci kembali dengan akuades berulang kali sampai filtratnya memiliki pH 6 atau mendekati pH

netral. Setelah itu dikeringkan dalam oven pada suhu 115C selama 1 jam, lalu disimpan dalam desikator. Bubuk arang kemiri ini siap untuk dianalisis sesuai dengan keperluan.

2. Analisis Arang Aktif Tempurung Kemiri

Pembuatan larutan induk ion logam Pb(II)

Larutan induk ion logam Pb(II) 500 mg/L dibuat dengan melarutkan 0,799 g Pb(NO3)2

dalam gelas kimia dengan akuades, lalu dituang ke dalam labu takar 1000 mL. Selanjutnya ke dalam larutan ditambahkan 15 mL HNO3 pekat,

dikocok hingga bening, kemudian ditambahkan akuades hingga tanda tera.

Pembuatan larutan standar ion logam Pb(II)

Larutan standar dibuat dari larutan induk ion logam Pb(II) 500 mg/L, dengan variasi konsentrasi 0, 5, 10, 15 dan 20 mg/L.

Pembuatan kurva standar

Larutan standar yang dibuat pada point diukur absorbansnya dengan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 217 nm. Selanjutnya data absorbansi yang diperoleh diplotkan dengan konsentrasi larutan standar dalam suatu kurva standar.

3. Penentuan waktu kontak optimum

Arang aktif tempurung kemiri sebanyak 0,1 g dimasukkan ke dalam 4 buah labu erlenmeyer, kemudian dikontakkan dengan 50 mL larutan ion logam Pb(II) 100 mg/L dengan variasi waktu 0, 30, 60, 90, dan 120 menit, dimana larutan dikocok dengan shaker sesuai dengan waktu kontak tersebut. Setelah itu, setiap larutan disentrifus dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit, disaring lalu diencerkan. Selanjutnya konsentrasi ion logam Pb(II) sisa ditentukan dengan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 217 nm.

4. Penentuan jenis dan kapasitas adsorpsi arang aktif terhadap ion logam Pb(II)

(18)

menit. Setelah itu, setiap larutan disentrifus dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit lalu disaring. Selanjutnya konsentrasi ion logam Pb(II) sisa ditentukan dengan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 217 nm.

5. Uji reversibilitas dengan metode desorpsi

Arang aktif yang telah dipakai untuk penentuan jenis dan kapasitas adsorpsi arang aktif

tempurung kemiri, masing-masing disaring

dengan kertas saring whatman lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 115oC. Selanjutnya residu yang telah kering dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berbeda, lalu ditambahkan 50 mL akuades, kemudian dishaker selama 90 menit, disentrifus dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit lalu disaring. Selanjutnya konsentrasi ion logam Pb(II) yang terdesorpsi ditentukan dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 217 nm.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pembuatan arang aktif tempurung kemiri

Proses pembuatan arang aktif tempurung kemiri dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu: a)

Dehidrasi, proses dehidrasi merupakan proses penghilangan air (H2O) yang terkandung dalam

tempurung kemiri. Proses ini dilakukan dengan bantuan sinar matahari, dimana tempurung kemiri dijemur kurang lebih selama 2 minggu (sampai

kering). b) Karbonasi, proses

karbonasi/pengarangan dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan metode

konvensional. Tempurung kemiri yang telah kering ditempatkan pada wadah tertutup (kaleng), yang di setiap sisinya diberi beberapa lubang udara. Reaksi karbonasi secara umum sebagai berikut:

(C6H12O6)n

panas

 Arang (karbonasi) + nCO

+ nH2O + Pengotor

Dari penelitian ini, karbonasi tempurung kemiri menghasilkan arang sebanyak 450 g (rendemen = 45%) dari 1 kg tempurung kemiri. c)

Aktivasi, arang tempurung kemiri yang telah diperoleh dari proses karbonasi, kemudian diaktivasi menggunakan aktivator ZnCl2,

kemudian dipanaskan pada suhu 1000C selama 1 jam (Suryani, 2007). Maksud pemanasan ini

adalah supaya ZnCl2 dalam bentuk oksidanya

(ZnO) dapat masuk di antara gugus-gugus arang, yang akan melapisi permukaan arang dan memperluas permukaan arang tersebut. Pada proses ini, seng klorida (ZnCl2) sebagai aktivator

akan bereaksi dengan karbon monoksida (CO) yang dihasilkan dari pembakaran pada proses karbonasi. Reaksinya sebagai berikut:

(C6H12O6)n

panas

 Arang + nCO

+ nH2O + Pengotor

Arang + nCO + ZnCl2 → ZnO +

Arang aktif + Cl2↑

2. Pengaruh Waktu Kontak Larutan Ion Logam Pb(II) terhadap Adsorpsi Arang Aktif Tempurung Kemiri

Hubungan antara waktu kontak terhadap daya adsorpsi ion logam Pb(II) oleh arang aktif tempurung kemiri dapat dilihat pada Gambar

berikut.

Gambar 1. Kurva pengaruh waktu kontak terhadap adsorpsi ion logam Pb(II) oleh arang aktif tempurung kemiri

Gambar 2. Kurva pengaruh konsentrasi ion logam Pb(II) terhadap daya adsorp-si arang aktif tempurung kemiri 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

0 20 40 60 80 100 120 140

Waktu Kontak (menit)

D a y a A d s o rp s i (m g P b (I I) / g A ra n g A k ti f) 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

0 20 40 60 80 100 120

Konsentrasi Pb(II) (mg/L)

(19)

Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa daya adsorpsi ion logam Pb(II) oleh arang aktif tempurung kemiri mengalami kenaikan seiring dengan semakin lamanya waktu kontak, yang menunjukkan semakin banyak ion logam Pb(II) yang teradsorpsi oleh arang. Akan tetapi setelah waktu kontak 90 menit, nampak daya adsorpsi tidak mengalami kenaikan tetapi mengalami penurunan, yang menunjukkan bahwa arang aktif sudah mulai jenuh, sehingga ion logam Pb(II) yang teradsorpsi sudah mulai terlepas kembali.

Berdasarkan penelitian sebelumnya,

diketahui bahwa luas permukaan arang aktif melalui aktivasi kimia untuk arang aktif tempurung kemiri adalah 985,3711 m2/g dan waktu kontak optimum yang diperoleh untuk arang aktif tempurung kemiri adalah sama yaitu 90 menit. Pada waktu kontak 120 menit

penurunan daya adsorpsi hampir konstan

sehingga dengan penambahan waktu

kontak/interaksi setelah 90 menit tidak efektif.

3. Penentuan Jenis dan Kapasitas Adsorpsi Ion Logam Pb(II) oleh Arang Aktif Tempu-rung Kemiri

Kapasitas adsorpsi ion logam Pb(II) oleh arang aktif tempurung kemiri ditentukan dengan menghitung daya adsorpsi kedua arang aktif tersebut berdasarkan banyaknya ion logam Pb(II) yang teradsorpsi pada tiap gram arang aktif. Data persentase ion logam Pb(II) yang teradsorpsi oleh arang aktif dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi ion logam Pb(II), maka jumlah ion logam Pb(II) yang teradsorpsi semakin besar pula sehingga daya adsorpsinya meningkat.

Pada Gambar 2 menunjukkan pula bahwa apabila arang aktif tempurung kemiri dengan jumlah massa yang sama dikontakkan dengan larutan ion logam Pb(II) dengan konsentrasi yang semakin besar, akan menghasilkan daya adsorpsi yang semakin besar dan meningkat secara linear sampai konsentrasi 100 ppm.

Penentuan jenis adsorpsi isotermal arang aktif tempurung kemiri dilakukan dengan menggunakan dua jenis persamaan isotermal yang umum digunakan untuk adsorpsi padat-cair

yaitu persamaan isotermal Langmuir dan

persamaan isotermal Freundlich. dimana hasil adsorpsi diplotkan pada suatu kurva linearitas. Persamaan Isotermal Freundlich:

e F

e C

n K

q log 1log

log  

Persamaan Isotermal Langmuir:

m e m L

e

K

q

C

q

q

1

1

1

1





Dimana:

Co = Konsentrasi [Pb(II)]awal, Ce =Konsentrasi [Pb(II)]sisa

[Pb(II)]sisa = [Pb(II)]awal–[Pb(II)]teradsorpsi,

qe = Daya adsorpsi hasil dari {berat Pb(II)teradsorpsi

(mg)/berat arang aktif (g)},

Berat Pb(II)teradsorpsi diperoleh dari {CawalCsisa}

(mg/L) x Volume sampel (L)

Dari data yang diperoleh dibuat kurva untuk Freundlich antara log qe dan log Ce dan

untuk langmuir antara 1/qe dan 1/Ce, seperti

diperoleh Gambar 3 dan 4. Kedua gambar tersebut menunjukkan bahwa baik linearitas (R2) isotermal Langmuir maupun linearitas isotermal Freundlich mendekati nilai satu (R2IL = 0,9996

dan R2IF = 0,997). Dengan demikian proses

adsorpsi ion logam Pb(II) oleh arang aktif tempurung kemiri mengikuti kedua model isotermal adsorpsi pada kondisi penelitian ini.

Gambar 3. Kurva Isotermal Freundlich untuk Arang Aktif Tempurung kemiri

y = 0.8874x + 0.8716 R2

= 0.9971 0

0.5 1 1.5 2

-0.5 0 0.5 1 1.5

log Ce

lo

g

q

(20)

Gambar 4. Kurva Isotermal Langmuir untuk Arang Aktif Tempurung kemiri

Energi adsorpsi dapat ditentukan dengan memasukkan harga K yang diperoleh dari persamaan isotermal Langmuir maupun isotermal Freundlich ke dalam persamaan ∆E = -RT lnK. Dari Gambar 3 dan 4 di atas dipeoleh nilai KF =

7,44 L/mg dan KL = 0,03 L/mg. Dengan demikian

diperoleh energi adsorpsi arang aktif tempurung kemiri adalah EF = 4972,167 J/mol dan EL =

8687,749 J/mol. Besar energi adsorpsi ini erat

kaitannya dengan kekuatan ikatan dan

reversibilitas (desorpsi) yang terjadi pada peristiwa adsorpsi ion logam Pb(II) oleh arang aktif tempurung kemiri.

Tabel 1. Perbandingan Adsorpsi-Desorpsi untuk Arang Aktif Tempurung Kemiri

ADSORPSI DESORPSI

[Pb(II)]awal

(mg/L)

Adsorpsi (mg/L)

Persentase Adsorpsi

(%)

[Pb(II)]awal

(mg/L)

Desorpsi (mg/L)

Persentase Desorpsi

(%)

5 10 25 50 100

4,42 8,81 21,85 43,31 83,39

88,40 88,10 87,42 86,61 83,39

4,42 8,81 21,85 43,31 83,39

1,42 2,23 2,33 2,76 3,14

32,12 25,31 10,66 6,37 3,77

Berdasarkan data pada Tabel tersebut diatas, konsentrasi ion logam Pb(II) yang terdesorpsi atau terlepas kembali dari arang aktif sangat kecil. Hal ini menunjukkan bahwa ikatan antara arang aktif tempurung kemiri dengan ion logam Pb(II) adalah ikatan yang cukup kuat. Dari

data tersebut, juga menunjukkan adanya

kecenderungan makin besar konsentrasi awal ion Pb(II), maka makin kecil persentase (%) desorpsinya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu waktu kontak optimum arang aktif tempurung kemiri untuk mengadsorpsi ion logam Pb(II) adalah 90 menit. Adsorpsi yang terjadi antara arang aktif tempurung kemiri terhadap ion logam Pb(II) cenderung mengikuti model isotermal Langmuir dengan kapasitas adsorpsi (qm) yang diperoleh

untuk arang aktif tempurung kemiri adalah 116,28 mg/g. Energi adsorpsi untuk arang aktif tempurung kemiri adalah sebesar 8687,749 J/mol.

DAFTAR PUSTAKA

Palar, H., 1995, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Rineka Cipta, Jakarta. Syarif, H., Pranoto dan Masykur, A., 2002,

Alternatif Pemanfaatan Karbon Aktif Bagase untuk Menurunkan Kadar Ion Pb2+ dan Zat Warna Tekstil. J. Kimia

Lingkungan. Vol. 4 (1): 45–54.

Bandung.

Onrizal, 2005, Restorasi Lahan terkontaminasi

Logam Berat, Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, dalam www.usu-library.co.id, diakses 20 Maret 2007.

y = 0.2579x + 0.0086 R2

= 0.9996 0

0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5

0 0.5 1 1.5 2

1/Ce

1

/q

(21)

Marganof, 2003, Potensi Limbah Udang Sebagai

Penyerap Logam Berat (Timbal,

Kadmium dan Tembaga) di Perairan, http//rudyct.topcities.com/pps702_7103

4/marganof.htm_9 1k. Diakses: 20

Januari 2006.

Nemes, Z, dan Konya, J., 2005, Kinetics of Strontium Ion Adsorption On Natural Clay Sample, J. Radioanalycal and NuclearChemistry,266 (2) : 289 – 293. Widayat, Suherman dan Haryani, K., 2006,

Optimasi Proses Adsorpsi Minyak goreng Bekas dengan Adsorbent Zeolit Alam, J. Teknik Gelagar, 17 : 77 – 82. Wahyuni, 2006, Pemanfaatan Saccharomyces

Cerevisiae Sebagai Adsorben ion Pb(II) Air Laut Sekitar Pelabuhan Nusantara Kendari. Skripsi, Jurusan Kimia, FMIPA UNHALU, Kendari. Alimin, 2007. Pembuatan Dan Karakterisasi

Arang Aktif Dari Ampas Sagu

Menggunakan Aktivator MgCl2.

Paradigma: Majalah Ilmiah Sains dan

Matematika, 11(1), FMIPA Unhalu,

Kendari.

Muzakkar, M. Z. 2001. Studi Absorpsi Arang

Aktif Tempurung Kelapa yang

Diaktivasi dengan ZnCl2. Paradigma:

Majalah Sains dan Matematika, 5(2), FMIPA Unhalu, Kendari.

Jayadin, 2006, Pembuatan dan Karakterisasi Arang Aktif dari Tempurung Kemiri (Aleurites moluccana willd), Skripsi, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Haluoleo, Kendari.

Anas, M., Ratna, 2008. Studi Kualitas Arang Aktif Kulit Biji Mete yang Dibuat

dengan Metode Fisik, Paradigma:

Majalah Ilmiah Sains dan Matematika,

12(2), FMIPA Unhalu, Kendari.

Suryani, 2006, Karakterisasi dan Penentuan

Kondisi Optimum Aktivasi Arang

Tempurung Kemiri Dengan Aktiva

Gambar

Gambar 3. Kurva Isotermal Freundlich untuk Arang Aktif  Tempurung kemiri
Tabel 1. Perbandingan Adsorpsi-Desorpsi untuk Arang Aktif Tempurung Kemiri
Tabel 1. Tanggapan Siswa Terhadap Pelaksanaan Penilaian Sebelum Penerapan Penilaian Kinerja
Tabel   1.  Dimensi Umum Keterampilan Sosial
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran menggunakan model pembelajaran cooperative tipe TPS dapat digunakan oleh guru biologi sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat

1) Manfaat bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika. 2) Manfaat bagi guru, dapat dijadikan pemikiran sebagai salah satu

Pembelajaran menggunakan LKS berbentuk word square melalui video dapat digunakan oleh guru biologi sebagai salah satu alternatif media yang dapat meningkatkan aktivitas dan

problem based learning dapat digunakan oleh guru biologi sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan berpikir kritis

Berdasarkan hasil yang diperoleh kualitas guru mengajar sebagai salah satu upaya meningkatkan status akreditasi sekolah di SD Negeri 18 Tanjung Raja, diketahui

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model Time Token Arends dapat meningkatkan aktivitas guru dalam pembelajaran, hal ini terbukti dengan

Meningkatkan hasil belajar Geografi siswa kelas X-H SMAN 2 Tomia dengan penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Materi pokok Perubahan Litosfer

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) aktivitas belajar siswa, 2) aktivitas mengajar guru di kelas, serta 3) penerapan model pembelajaran Numbered