Oleh: La Harudu
KAJIAN TEORITIK Konsep Dasar Mengajar
Mengajar (to teach) dari asal usul katanya berarti memperlihatkan sesuatu kepada seseorang melalui tanda atau symbol dengan
maksud untuk membangkitkan atau
menumbuhkan respons mengenai kejadian,
seseorang, observasi, penemuan dan lain sebagainya (Sanjaya, 2006). Definisi tentang mengajar dalam Fathurrohman dan Sutikno (2007) dikemukakan bahwa mengajar telah
banyak dijelaskan oleh para ilmuwan
diantaranya: (1) Bohar Suharto (1997) bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur (mengelola) lingkungan sehingga tercipta suasana yang sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan peserta didik
sehingga terjadi proses belajar yang
menyenangkan, (2) Oemar Hamalik (1992) mendefinisikan bahwa mengajar merupakan
proses menyampaikan pengetahuan dan
kecakapan kepada siswa. Dengan kata lain definisi mengajar menurut pengertian mutakhir adalah penciptaan sistem lingkungan yang terdiri
dari komponen-komponen yang saling
mempengaruhi yakni tujuan instruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana
dan prasarana belajar –mengajar yang tersedia agar terjadi proses belajar yang optimal.
Keterampilan Dasar Mengajar
Keterampilan mengajar merupakan
kompetensi profesional guru yang cukup
kompleks, integrasi berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh yang memerlukan latihan yang sistematis melalui micro teaching
(Mulyasa, 2005). Selain itu juga merupakan puncak keahlian guru yang profesional yang menerapkan semua kemampuan yang telah dimilikinya dalam hal bahan pengajaran, komunikasi dengan siswa, metode mengajar, dan terampil mengajukan pertanyaan baik lisan maupun tertulis (Sudjana, 2006). Menurut Bahri (2005), Bahri dan Zain (2006), dan Sanjaya (2006) menjelaskan bahwa keterampilan dasar mengajar didefinisikan sebagai keterampilan yang mutlak harus guru miliki dalam proses pembelajaran agar guru dapat mengoptimalkan peranannya di kelas. Keterampilan yang mutlak tersebut terdiri atas 9 (sembilan) aspek diantaranya yakni:
1. Keterampilan bertanya dasar, merupakan
keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai bagi seorang guru karena dengan bertanya maka proses pembelajaran akan lebih bermakna, sebaliknya tanpa bertanya maka pembelajaran akan membosankan. Petunjuk teknis bagi seorang guru dalam menerapkan aspek ini adalah: (a) antusias dan kehangatan, (b) pemberian waktu berpikir, (c) pemusatan, (d) pindah gilir, (e) pemberian tuntunan, (f) penyebaran.
2. Keterampilan bertanya lanjut, merupakan
komponen bertanya yang bertingkat yang mengacu pada taksonomi Bloom yakni: (1) Mengingat kembali, (2) pemahaman, (3) aplikasi, (4) analisis, (5) sintesis, dan (6) evaluasi
3. Keterampilan memberi penguatan
(reinforcement), merupakan segala bentuk respon guru terhadap tingkah laku siswa sebagai suatu dorongan atau koreksi. Ada dua jenis penguatan yaitu verbal (dengan kata- kata) dan nonverbal (dengan bahasa isyarat atau tingkah-laku). Prinsip penggunaan: (1) hangat dan antusias, (2) bermakna, (3) bervariasi, dan (4) dengan segera.
4. Keterampilan mengadakan variasi, komponen keterampilan ini terdiri tiga jenis variasi yakni: (1) Variasi saat proses pembelajaran seperti: suara, pemusatan perhatian, kesenyapan guru, kontak pandang, gerak guru. (2) Variasi pengunaan alat/media pembelajaran, dan (3) Variasi interaksi dan aktifitas siswa
5. Keterampilan menjelaskan, yakni pemberian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya
hubungan sebab-akibat, yang dialami,
generalisasi konsep, antara konsep dengan data, atau sebaliknya. Prinsip penggunaannya: kejelasan, penggunaan contoh, penekanan, dan balikan.
6. Keterampilan membuka dan menutup
pelajaran yakni perbuatan guru untuk
menciptakan siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada apa yang
akan dipelajari. Komponen membuka
pelajaran: (1) menarik perhatian dan menimbulkan motivasi, (2) membuat acuan dan kaitan. Sedangkan komponen menutup pelajaran yakni: (1) review, (2) evaluasi dan tindak lanjut.
Sertifikasi Guru
Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 butir 11 bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru dan dosen. Selanjutnya pasal 11 butir 1: sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan; dan pasal 16:
Guru yang memiliki sertifikat pendidik
memperoleh tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok, baik guru negeri maupun swasta yang dibayar oleh pemerintah. Dari kutipan tersebut, sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan tertentu yaitu kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujutkan tujuan pendidikan nasional, yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan yang layak (Muslich, 2007: 2)
Salah satu komponen kompetensi
profesional guru adalah menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik yang mencakup diantaranya implementasi program pembelajaran
termasuk penyesuaian sambil jalan (midourse) berdasarkan on going transactional decisions
berhubungan dengan adjustments dan reaksi unik dari peserta didik terhadap tindakan guru. Sertifikasi guru diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Rasionalnya bila kompetensi guru bagus yang diikuti dengan penghasilan bagus, diharapkan kinerjanya bagus. Apabila kinerjanya bagus maka pembelajarannya juga bagus. Inilah yang mendasari perlunya guru sertifikasi (Muslich, 2007: 8).
METODE PENELITIAN
1. Jenis, Waktu dan Tempat Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif tentang keterlaksanaan aspek-aspek keterampilan dasar mengajar dari guru IPA
fisika yang belum sertifikasi yang
dilaksanakan mulai tanggal 15 Januari 2013 sampai dengan 28 Februari 2013 yang bertempat di SMP Negeri Se Kota Kendari. 2. Subjek Penelitian ini adalah guru IPA fisika
yang belum sertifikasi pada SMP Negeri Se Kota Kendari yang berjumlah 11 orang, dimana setiap sekolah diwakili oleh satu orang guru yang ditunjuk oleh kepala sekolahnya sebagai perwakilan dari guru IPA fisika yang belum sertifikasi dari 17 SMP Negeri Se Kota Kendari.
3. Teknik Pengambilan Data
Data yang dikumpulkan berupa data kualitatif aspek-aspek keterampilan dasar mengajar yang dilaksanakan oleh guru pada
saat proses pembelajaran, yang
pelaksanaannya secara alamiah disesuaikan dengan kelas dimana guru mengajar baik kelas VII, kelas VIII maupun kelas IX. 4. Teknik Analisis Data
Data pengamatan dikuantitatifkan dengan menggunakan rentang skor 0 – 4 yang didasarkan pada jumlah deskriptor yang muncul dengan mengadopsi panduan
penilaian APKG 2 (Anonim, 2001).
Selanjutnya dikonversi menjadi skala nilai 0-
100. Untuk menentukan kategori
keterlaksanaan aspek dengan menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan dari
Pedoman Akademik FKIP Universitas
Tabel 1. Konversi Nilai dan Kategori Aspek Keterampilan Dasar Mengajar
Angka (Huruf) Nilai (Skala 100) Kategori 4 ( A) 86 – 100 Baik Sekali 3 ( B ) 76 – 85 Baik 2 ( C ) 60 – 75 Cukup 1 ( D ) 50 – 59 Kurang 0 ( E ) < 50 Gagal
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, aspek keterampilan dasar mengajar guru yang diobservasi sebagai berikut: 1) keterampilan membuka dan menutup pelajaran; 2) keterampilan memberi penguatan; 3) keterampilan menjelaskan; 4) keterampilan mengadakan variasi; 5) keterampilan bertanya dasar; dan 6) keterampilan bertanya lanjut. Berdasarkan hasil observasi keterlaksanaan pada setiap aspek keterampilan dasar mengajar oleh guru IPA fisika yang belum sertifikasi pada SMP Negeri se Kota Kendari dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Skor Pengamatan Keterampilan Dasar Mengajar oleh Guru IPA Fisika yang Belum Sertifikasi
pada SMP Negeri Se- Kota Kendari
No
Komponen Keterampilan dan
Aspek
Guru IPA Fisika SMP Negeri ... Kendari
1 2 3 4 5 6 7 8 10 12 13 A Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran (KM2P) Membuka Pelajaran 1 Menarik perhatian siswa 3,0 2,8 3,8 3,5 2,8 3,0 3,8 3,3 2,8 3,0 3,8 2 Menimbulkan Motivasi 2,0 1,3 2,3 1,3 2,7 2,7 0,3 2,0 1,0 3,0 3,7 3 Memberi Acuan 1,0 1,3 4,0 2,3 3,3 2,8 1,8 2,8 1,5 3,5 3,8 4 Membuat kaitan 0,3 0,0 3,0 1,3 2,0 0,3 0,3 1,0 1,7 2,3 3,3 a. Menutup Pelajaran 1 Meninjau Kembali 3,5 0,0 0,0 1,5 3,5 0,0 1,0 4,0 0,0 3,0 2,5 2 Mengevaluasi 1,0 1,8 2,8 0,8 1,3 2,3 0,0 0,0 0,0 1,8 2,3 3 Tindak Lanjut 2,5 2,0 1,0 3,5 3,0 3,0 1,5 3,5 1,5 2,0 4,0 Rerata Sub A 1,9 1,3 2,4 2 2,6 2 1,2 2,4 1,2 2,7 3,3 B Keterampilan Memberi Penguatan (KMP) 1 Komponen Keterampilan 1,3 0,7 1,3 1,3 0,7 1,3 0,0 0,7 0,2 0,8 1,3 2 Cara penggunaan 2,0 1,0 1,8 3,3 1,8 2,0 0,0 2,3 0,0 1,0 1,8 3 Prinsip Penggunaan 3,7 2,7 4,0 2,7 4,0 4,0 1,3 3,3 1,3 3,0 2,7 Rerata Sub B 2,3 1,4 2,4 2,4 2,1 2,4 0,4 2,1 0,5 1,6 1,9 C Keterampilan Menjelaskan (KM) 1 Kejelasan 3,0 3,0 4,0 4,0 3,0 2,5 2,5 4,0 3,0 4,0 2,5
No
Komponen Keterampilan dan
Aspek
Guru IPA Fisika SMP Negeri ... Kendari
1 2 3 4 5 6 7 8 10 12 13 2 Penggunaan contoh dan ilustrasi 2,7 4,0 4,0 2,0 3,7 2,7 2,3 1,3 1,0 1,7 3,7 3 Pengorganisasian 1,5 2,0 2,0 3,5 3,5 2,0 1,0 3,5 2,0 0,5 1,0 4 Penekanan 2,0 3,0 2,3 2,0 2,8 4,0 0,3 3,5 3,0 3,5 4,0 5 Balikan 3,5 3,5 1,0 3,5 3,5 3,5 1,0 3,5 2,0 2,0 3,5 Rerata Sub C 2,5 3,1 2,7 3 3,3 2,9 1,4 3,2 2,2 2,3 2,9 D Keterampilan Memberikan Variasi (KMV)
1 Variasi Gaya Mengajar
Guru 3,2 3,3 4,0 3,2 3,0 3,5 2,3 4,0 3,3 3,3 3,7 2 Variasi media atau alat
bantu pelajaran 0,3 0,7 2,3 2,3 2,0 2,7 0,7 0,3 1,3 1,3 1,3 3 Variasi interaksi dan
kegiatan siswa 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 3,0 4,0 2,5 4,0 4,0 Rerata Sub D 2,5 2,7 3,4 3,2 3 3,4 2 2,8 2,4 2,9 3 E Keterampilan Bertanya Dasar (KBD) 1 Ungkapan pertanyaan
jelas & singkat 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4
2 Pemusatan 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 Pemindahan Giliran 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 Penyebaran Pertanyaan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 Pemberian waktu berpikir 1 4 3 3 4 3 3 1 1 4 3 6 Pemberian tuntunan 4 4 4 4 4 0 1 3 4 2 4 Rerata Sub E 3,2 3,8 3,8 3,8 4,0 3,0 3,3 3,3 3,3 3,3 3,8 F Keterampilan Bertanya Lanjut (KBL) 1 Pertanyaan sesuai dgn tuntunan tingkat kognitif (C1- C6) 3 4 4 4 4 4 4 4 0 4 4 2 Pertanyaan dari sederhana ke kompeks 1 4 1 3 1 0 3 3 0 0 3 3 Pemberian pertanyaan pelacak 1,7 3 0,3 1,6 2,1 1,6 0,6 0,9 0,6 0 2,7 4 Mendorong terjadinya interaksi siswa 4 4 4 4 4 4 0 3 0 4 4 Rerata Sub E 2,6 3,8 2,6 3,3 3,0 2,5 2,2 2,8 0,8 2,3 3,5 Rerata Akhir Keterampilan Guru 2,4 2,5 2,7 2,8 2,8 2,7 1,5 2,6 1,4 2,4 2,9
Tabel 2 diatas menunjukkan skor hasil observasi keterlaksanaan aspek-aspek dari 6(enam) komponen keterampilan dasar mengajar guru yang nampak atau yang dilaksanakan oleh setiap guru IPA fisika yang belum sertifikasi
pada SMP Negeri se Kota Kendari dalam proses pembelajaran di kelas selama tiga kali pertemuan yang berjumlah 11 orang. Dengan mengacu pada Tabel 1.2 tersebut, kemudian dikonversi menjadi nilai keterampilan dasar mengajar guru dengan
interval 0 – 100 (Pedoman Akademik, 2010) dan dikaitankan dengan pengkategorian keterampilan
dasar mengajar guru maka dapat diperlihatkan seperti pada Gambar 1a, 1b dan 1c berikut:
Keter angan:
KM 2P = Keter ampilan M embuka dan M enutup Pelajar an, KM P = Keter ampilan M ember i Penguatan; KM = Keter ampilan M enjelaskan; KM V = Keter ampilan M ember ikan Var iasi, KBD = Keter ampilan Ber tanya Dasar ; dan KBL = Keter ampilan Ber tanya Lanjut
menunjukkan bahwa masih terdapat guru yang sangat minim (nilai ≤ 49) yang menerapkan salah satu komponen keterampilan dasar mengajar guru dalam proses pembelajaran seperti: KM2P
berjumlah 4 orang; KMP berjumlah 5 orang; KM dan KBL masing-masing berjumlah 1 orang selama 3(tiga) kali pertemuan. Namun demikian terdapat pula beberapa guru yang sudah
optimal (nilai ≥ 76) dalam menerapkan
keterampilan dasar mengajar guru yakni pada komponen KM2P berjumlah 1 orang; KM berjumlah 3 orang, KMV berjumlah 3 orang, dan KBD berjumlah 10 orang serta KBL berjumlah 3 orang. Dari Gambar 1a,1b, dan 1c, nampak juga bahwa hampir semua guru IPA fisika yang belum sertifikasi telah menerapkan KBD secara optimal, itupun hanya 1 orang dengan nilai yang mendekati 76 yakni 75. dan bahkan ada 1 orang guru yang menerapkan salah satu komponen keterampilan secara maksimal yakni pada komponen KBD.
Jika ditinjau dari segi nilai rata-rata keterampilan dasar mengajar guru oleh setiap guru IPA fisika yang belum disertifikasi pada SMP Negeri Se Kota Kendari dapat dilihat seperti pada Gambar 2a berikut:
Sesuai grafik rata-rata keterampilan dasar mengajar guru IPA fisika yang belum sertifikasi pada Gambar 2a menunjukkan bahwa hanya 1 orang guru yang menerapkan keterampilan dasar mengajar secara optimal (nilai ≥76) yakni guru SMP Neg. 13 Kendari, meski demikian ada juga guru yang hampir
optimal menerapkan keterampilan dasar
mengajar guru yakni Guru SMP Neg. 5 Kendari dan Guru SMP Negeri 4 Kendari dengan nilai masing-masing 75 dan 74. Demikian pula masih terdapat 2 orang yang masih kurang (nilai ≤
mengajar yakni Guru SMP Neg. 7 Kendari dan Guru SMP Neg. 10 Kendari. Bersadarkan Gambar 2a tersebut mengisyaratkan bahwa perlunya guru mengoptimalkan penerapan keterampilan dasar mengajar agar terjadi interaksi timbal balik secara optimal antara guru dan siswa, serta hal tersebut merupakan salah satu tanggung jawab sebagai guru agar
menjadi guru profesional khususnya
kompetensi pedagogik, yang secara tidak langsung dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Gambaran persentase kategori
keterampilan dasar mengajar guru, jika dikaitkan kategori dari Pedoman Akademik FKIP Universitas Haluoleo (2010) dapat dinyatakan seperti pada Gambar 2b berikut:
Dari grafik pada Gambar 2b tersebut
menunjukkan bahwa persentase tingkat
kemampuan guru IPA fisika yang belum sertifikasi dalam menerapkan keterampilan dasar mengajar pada proses pembelajaran adalah sebagian besar yakni 73% berada pada kategori cukup, sementara persentase tingkat kemampuan guru yang diharapkan yakni kategori baik dan baik sekali adalah sangat rendah yakni hanya 9% pada kategori baik dan bahkan tidak ada yang berada pada berkategori
baik sekali. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan tingkat kemampuan guuru IPA fisika yang telah sertifikasi yang sebagian besar berada pada kategori cukup (47%), dan tingkat kemampuan yang diharapkan yakni kategori baik (20%) serta tidak ada guru yang berkategori baik sekali (Sahara, 2013).
Demikian halnya jika ditinjau dari keterlaksanaan setiap aspek keterampilan dasar mengajar juga belum sesuai dengan yang diharapkan sebagaimana ditunnjukkan grafik pada Gambar 3 berikut:
Berdasarkan Gambar 3 tersebut menunjukkan bahwa dari 6 (enam) komponen hanya 1 komponen keterampilan yang terlaksana secara optimal yakni KBD, dan 3 komponen keterampilan berada pada kategori cukup yakni KM, KMV, dan KBL serta 1 komponen keterampilan yang kurang dan sangat kurang
masing-masing berturut-turut KM2P dan KMP, dengan rata-rata nilai keterampilan dasar mengajar sebesar 65 yang berada pada kategori
cukup. Hasil yang sama sebelumnya
menunjukkan bahwa keterampilan memberi
penguatan merupakan aspek yang masih kurang
diterapkan oleh guru IPA fisika dalam
pembelajaran (Sahara, 2009; 2013; dan Maria, 2013 ).
Hasil-hasil penelitian ini mengisyaratkan bahwa keterampilan dasar mengajar guru masih kurang diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran khususnya guru IPA fisika baik yang belum sertifikasi maupun yang telah disertifikasi. Hal ini tentu harus menjadi perhatian bagi lembaga pencetak guru yakni Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK) dan juga pihak yang mengeluarkan sertifikat pendidik profesional yakni Pendidikan
Sertifikasi Guru (PSG) dengan program
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Selain itu dengan wacana perubahan program dari PLPG menjadi Pendidikan Profesi Guru (PPG) dengan waktu yang relatif lama diharapkan dapat terwujud sehingga dapat menjadi salah satu alternatif solusi permasalahan guru dalam
menerapkan berbagai keterampilan dasar
mengajar karena keterampilan ini sesungguhnya salah satu aspek yang mudah dan harus dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran agar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan analisis dari hasil penelitian ini, maka bagi guru kiranya perlu memahami dan menelaah kembali berbagai
aspek dari keterampilan dasar mengajar dan berupaya menerapkan secara sungguh-sungguh dalam proses pembelajaran, karena hal ini merupakan sesuatu yang mutlak dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan interaksi pembelajaran di kelas (Bahri, 2005). Selain itu keterampilan dasar mengajar sangat penting bagi seorang guru agar dapat melaksanakan perannya dalam pengelolaan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Selain itu keterampilan dasar mengajar berkaitan erat dengan implementasi berbagai strategi pembelajaran di kelas (Sanjaya, 2006).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data secara deskriptif dapat disimpulkan bahwa penerapan keterampilan dasar mengajar oleh guru IPA fisika yang belum sertifikasi pada SMP Negeri Se Kota Kendari adalah sebagian besar atau 73% berada pada kategori cukup atau sedang dan masih perlu ditingkatkan lagi. Aspek keterampilan dasar mengajar yang sudah baik diterapkan adalah keterampilan bertanya dasar
sedangkan aspek keterampilan dasar mengajar
yang masih kurang adalah keterampilan
memberikan penguatan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran,. Guru IPA fisika yang belum sertifikasi yang sudah baik menerapkan berbagai aspek keterampilan dasar mengajar adalah Guru IPA fisika SMP Negeri 13 Kendari dan SMP Negeri 5 Kendari.
a. Saran
Keterampilan dalam mengajar perlu
dipahami, ditelaah dan diterapkan secara sungguh-sungguh oleh guru IPA fisika yang belum sertifikasi sebagai bentuk tanggung jawab guru profesional dan menjadi perhatian bagi lembaga pencetak guru atau LPTK serta Pendidikan Profesi Guru sebagai lembaga yang diberi wewenang memberikan sertifikat pendidik bagi guru sebagai guru profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2001). Panduan Pelaskanaan PPL
FKIP Universitas Haluoleo Kendari
2000/2001.UPT PPL FKIP Unhalu
Anonim. (2010). Pedoman Akademik 2010.
Kendari: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Atikah, N, dkk. (2013). “Hubungan antara
Keterampilan Dasar Guru dalam
Mengajar dengan Hasil Belajar PKN Siswa?. Jurnal PPKN UNJ Online, No.2 Tahun 2013, Volume (1). Tersedia di:
http://skripsippknunj.com/wp-
content/uploads/2013/06/Tamplate-Jurnal-
Online-Mahasiswa2.pdf. [diakses 2
Februari 2014].
Bahri S.D. (2005). Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta
Bahri S.D, dan Zain, A (2006). Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta
Fathurrohman P dan Sutikno S. (2007). Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman
Konsep Umum dan Konsep Islami.
Bandung: Refika Aditama
Iriyani, D. (2008). “Pengembangan Supervisi Klinis untuk Meningkatkan Keterampilan Dasar Mengajar Guru?. Jurnal Didaktika, No.2 Tahun 2008, Volume (2), 278-285.
Maria, E.G. (2013). ?Analisis Kemampuan
Pelaksanaan Keterampilan Dasar
Mengajar pada Mahasiswa PPL Program Studi Pendidikan Biologi Di SMA Negeri Se Kota Jambi?. Tersedia di: Error! Hyperlink reference not valid. [diakses 2 Februari 2014].
Mulyasa. (2005). Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kretiatif dan
Menyenangkan. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Muslich, M. (2007). Sertifikasi Guru Menuju
Profesionalisme Pendidik. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Sahara, L. (2009). “Deskripsi Pelaksanaan
Keterampilan Dasar Mengajar Guru
dalam Proses Pembelajaran oleh Guru Fisika SMA Negeri 4 Kendari?. Jurnal Humanika, No.2 Tahun I Juli 2009, Volume (1), 102-107.
... (2013). “Deskripsi Pelaksanaan
Keterampilan Dasar Mengajar Guru
dalam Proses Pembelajaran oleh Guru Sertifikasi IPA Fisika SMP Negeri Se-Kota Kendari?. Jurnal MIPMIPA, No.2, Agustus 2013, Volume (12), 162-172.
Sanjaya W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Sudjana, N. (2006). Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
65