Studi Pada Perusahaan Manufaktur Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
HASIL-HASIL PENELITIAN DAN Gambaran Umum Observasi Penelitan
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek indonesia (BEi). Badan Pengelola Pasar Modal (Bapepam) melalui surat edaran nomor SE-02/PM/2002 menetapkan karakteristik utama perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang mengolah sumberdaya menjadi barang jadi melalui suatu proses pabrikasi. Bapepam mengelompokkan ada tiga jenis industri manufaktur terdaftar di Bursa Efek indonesia yaitu: a) industri dasar dan kimia, b) aneka industri, dan c) makanan dan minuman.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek indonesia (BEi) dari tahun 2002 sampai 2006 berjumlah 119, namun dari kriteria yang telah ditetapkan diatas hanya 13 emiten manufaktur yang menjadi sampel dari penelitian ini. 13 emiten manufaktur yang terpilih sebagai sampel tersebar ke dalam tiga klasiikasi perusahaan
manufaktur diatas. Ada tiga kegiatan utama yang termasuk kelompok industri manufaktur yaitu: 1. Kegiatan untuk memperoleh dan atau
menyimpan input atau bahan baku.
2. Kegiatan pengolahan/pabrikasi/perakitan bahan baku menjadi barang jadi.
3. Kegiatan menyimpan dan atau memasarkan barang jadi.
Dari ke 13 sampel terpilih, tersebar kedalam beberapa kelompok kegiatan usaha. Sebanyak 54 % sampel merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dalam aktivitas usaha industri dasar dan kimia. Sebesar 31% memiliki aktivitas di aneka industri, sementara 15% aktivitas usaha sampel adalah bergerak di industri makanan dan minuman.
Statistik Diskriptif
Sampel ini kemudian di buatkan nilai average dari masing-masing variabel X, seperti; laba bersih, arus kas bebas dan dividen kas tahun sebelumnya, juga variabel y atau dividen kas tahun berjalan. tujuannya agar dapat diolah dengan menggunakan SPSS. Versi 15. Dari data yang diolah, di hasilkan rata-rata hitung dan standar deviasi.
Pada tabel 5 menunjukkan bahwa dividen kas memiliki rata-rata hitung sebesar rp. 650,08 selama lima tahun dari periode tahun 2002- 2006 yang bermakna bahwa secara keseluruhan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek indonesia membayarkan dividen kas rata- rata sebesar rp. 650,08 perlembar sahamnya
Sementara standar deviasi perlembar saham yang diperoleh dari hasil uji statistik adalah untuk dividen kas rp. 1.117,46, arus kas bebas rp. 2.897,54 dan pembayaran dividen kas sebelumnya rp. 1.154,71.
Pengujian Asumsi Klasik
Analisa data penelitian dilakukan dengan model persamaan regresi linier berganda dengan melakukan uji asumsi t dan uji F. Sebelum dilakukan analisi tersebut maka data yang ada terlebih dulu dianalisa dengan ujia asumsi klasik.
Tabel 4
Kegiatan Usaha Industri Manufatur
Jenis Industri Jumlah Emiten Persentase 1. industri Dasar dan Kimia
2. Aneka industri
3. industri Makanan dan Minuman
7 4 2 54% 31% 15% total 13 100%
Sumber: Data sekunder diolah (2006)
Tabel 5 Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N Dividen Kas 650,0818 1.117,46406 13 Arus Kas Bebas 2.430,4457 2.897,53795 13 Pembayaran Dividen Sebelumnya 647,6977 1.154,70490 13 Sumber: Data Sekunder Penelitian, 2007 (diolah)
Gambar 1: Normal P-P Plot of regression Standardized residual
Pengujian Normalitas Data dan Autokorelasi Dalam melakukan uji regresi disyaratkan agar data yang dipakai adalah normal. Pada penelitian ini untuk mengetahui normalitas distribusi data dilakukan dengan melihat nilai residual pada model regresi yang akan diuji. Jika residual berdistribusi normal maka nilai-nilai sebaran datanya akan terletak disekitar garis lurus (Santoso, 2002). Berikut ini disajikan gambar : graik yang menunjukkan hasil pengujian normalitas sebaran data yang terletak diskitar garis lurus yang merupakan output dari SPSS. Versi 15.0
Pada gambar 1, dapat disimpulkan bahwa penyebaran data semuanya mengikuti distribusi normal karena berada di sekitar garis lurus, artinya tidak terdapat data yang menyimpang secara ekstrim.
Sementara untuk melihat hubungan variabel (correlation) digunakan metode Durbin Watson yang menghasilkan nilai 2,636 ini bermakna bahwa data memiliki autokorelasi negatif. Menurut Santoso (2000), nilai Durbin-Watson di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif, jika nilai Durbin-Watson berada -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, dan jika nilai Durbin-Watson di atas +2 berarti ada autokorelasi negative. Hasil pengujian autokorelasi diperoleh nilai Durbin- Watson berada -2 sampai +2 berarti tidak ada masalah autokorelasi.
Pengujian Heterokedatisitas
uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Salah satu cara yang paling banyak digunakan untuk mendeteksi gejala ini adalah dengan melihat graik plot antara nilai prediksi variable independent dengan residualnya, salah satunya dengan graik scatter plot. Jika terdapat pola tertentu dalam graik hal ini menunjukkan gejala heteroskedasitas, demikian sebaliknya.
JEN SuryA Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Hasil pengujian heteroskedasitas untuk masing-masing persamaan dapat dilihat Gambar 2.
Setelah melihat graik hasil pengujian heteroskedasitas di atas tampak bahwa data-data yang ada tidak membentuk satu pola, dengan demikian disimpulkan bahwa persamaan tidak mengandung heteroskedasitas.
Pengujian multikolonearitas
uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model yang seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable bebas (imam Ghozali, 2001). Secara matematis pengukuran multikolinearitas dapat dirumuskan sebagai persamaan inlasi berikut ini:
2
r
-
1
1
ViF
0,998
-
1
1
ViF
= 9,98Nilai Variance Inlating Factor (VIF) terjadinya multikolonearitas jika ViF melebihi nilai 10 (Hair dkk, 1995). Pada tabel 10 dapat diketahui bahwa model regresi semuanya tidak terjadi masalah multikolonearitas karena nilai ViF yang dihasilkan sebesar 9,99 karena memenuhi asumsi uji multikolonearitas, arus kas bebas (X1), maupun dividen kas sebelumnya (X3) terhadap
variabel dependen (y) masing-masing sebesar; arus kas bebas 13,1% dan pembayaran dividen kas sebelumnya 101,3%. Hal ini menunjukkan hanya dividen kas sebelumnya yang memiliki multikolinearitas terhadap dividen kas, hal ini di karenakan dividen kas sebelumnya menunjukkan nilai koeisien lebih dari 10. Sementara hanya arus kas operasi yang tidak memiliki nilai multikolinearitas negatif, koeisien VIF ini ditunjukkan pada tabel 6.
Pengujian Hipotesis
untuk menguji pengaruh arus kas bebas (X1), dan dividen kas sebelumnya (X2) terhadap dividen kas (y) dilakukan menggunakan regresi linier berganda. Pengujian yang dilakukan dengan melihat hasil uji parsial (uji t), maupun uji simultan (uji F).
Uji Parsial
uji parsial adalah uji yang dilakukan untuk melihat pengaruh individual masing-masing variabel independen (X) terhadap variabel dependen (y). Hasil olah data menggunakan SPSS Versi 15 menunjukkan bahwa dividen kas dengan nilai t = 0,205 dan signiikansi 84,3% karena tingkat signiikansi yang ada diatas kurang dari 95%. dan pembayaran dividen kas sebelumnya memiliki pengaruh signiikan terhadap dividen kas dengan nilai t = 31,613 dengan signiikansi lebih kecil dari 5% yaitu 0,000 pada emiten manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek indonesia (BEi), secara rinci ditunjukkan pada tabel 7.
Uji Simultan
uji simultan adalah uji yang digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen (X) secara bersama-sama terhadap variabel dependen (y). Hasil uji F ini dapat dilihat pada tabel Anova atau tabel 8.
Dari hasil pengolahan data dapat dilihat nilai Fhitung sebesar 1.291,228 dengan tingkat signiikansi sebesar 0,000 (0,000 < 0,05) berarti hipotesis Ha diterima, bermakna, laba bersih, arus kas bebas, dan dividen kas sebelumnya secara simultan berpengaruh terhadap dividen kas pada
Tabel 6 Coeficients
Model Standardized Coeficients 95% Conidence Interval for B Collinearity Statistics
Beta Tolerance VIF B ErrorStd.
1 (Constant) -48.369 56.545
Arus Kas Bebas .028 -.110 .131 .011 94.927
Dividen Kas
Sebelumnya .976 .876 1.013 .203 4.929
a Dependent Variable: Dividen Kas
Tabel 7 Coeficients Model Standardized Coeficients T Sig. Beta 1 (Constant) 0,129 0,180 0,862
Arus Kas Bebas 0,976 0,205 0,843
Pembayaran Dividen
Sebelumnya 0,129 31,613 0,000
a. DependeVaVariable: Dividen Kas
Sumber : Data Primer Penelitian, 2007
Tabel 8 ANOVA(b)
Model Df Mean Square F Sig.
1 Regression 4 3.740.384,248 1.291,228 .000(a) Residual 8 2.896,766
Total 12
a Predictors: (Constant), Dividen Kas Sebelumnya, Arus Kas Operasi, Laba Bersih, Arus Kas Bebas
b Dependent Variable: Dividen Kas
Tabel 9 Coeicients Model Unstandardized Coeficients t Sig. B S t d . Error 1 (Constant) 4,088 0,180 0,180 0,862
Arus Kas Bebas 0,011 0,205 0,205 0,843
Pembayaran Dividen
Sebelumnya 0,944 31,613 31,613 0,000 a. Dependent Variable: Dividen Kas
0 JEN SuryA Jurnal Akuntansi dan Keuangan
emiten manufaktur di Bursa Efek indonesia. Sebaliknya hipotesis H0 yang menyatakan laba bersih, arus kas bebas, dan dividen kas sebelumnya secara simultan tidak berpengaruh terhadap dividen kas pada emiten manufaktur di Bursa Efek indonesia, ditolak.
Berdasarkan pengolahan data maka diperoleh model persamaan dari, arus kas bebas, dan dividen kas sebelumnya secara simultan berpengaruh terhadap dividen kas pada emiten manufaktur di Bursa Efek indonesia, tabel 9 coeicients berikut menggambarkan persamaan regresi linear berganda:
Y = 4,0 + 0,0X + 0,944 X2