• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

C. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

1. Siti Khotimah, Konsep Pendidikan Anak Menurut Abdullah Nashih

‘ulwan, Skripsi UIN Raden Intan, Lampung, 2020. Lingkungan pertama dalam pendidikan Islam dalam lingkungan keluarga. Bagi anak orang tua adalah model yang harus ditiru dan diteladani, sikap orang tua harus mencerminkan akhlak yang mulia. Yang ditekan pada penelitian ini adalah dari segi akhlakul karimah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep pendidikan anak, baik dan ideal menurut salah satu cendekiawan muslim yang berkecimpung dalam bidang dakwah yaitu Abdullah Nashih ‘Ulwan

53 Muzayyin Arifin, Ibid, hal. 153-154

dalam bukunya yang berjudul ‘Tarbiyatul Aulad Fil Islam (Pendidikan Anak Dalam Islam)’. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan sumber data primernya. Teknik pengumpulan datanya menggunakan dokumentasi, dan metode yang digunakan adalah analisis isi (content analysis).

Adapun persamaan penelitian ini dengan apa yang dibahas oleh saya adalah sama-sama membahas tentang pendidikan anak, dan perbedaannya adalah dari segi kajian teori bab II penelitian ini langsung membahas tentang konsep dan anak sedangkan penelitian saya tentang pendidikan, tokoh yang dibahas dalam penelitian ini adalah seorang cendekiawan muslim dalam bidang dakwah ialah Abdullah Nashih

‘Ulwan sedangkan tokoh yang saya bahas adalah Maria Montessori dari tokoh pendidikan barat.

2. Fitri Nuria Rivah, Konsep Pendidikan Agama Islam Untuk Anak Dalam Keluarga Muslim, skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2011. Jenis penelitian yang digunakan adalah kepustakaan (library research), hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep pendidikan agama Islam untuk anak dalam keluarga muslim adalah keluarga merupakan peranan yang sangat penting dalam menanamkan nilai – nilai agama pada anak.

Adapun persamaan penelitian ini dengan apa yang saya bahas adalah sama-sama membahas tentang anak dalam ranah pendidikan.

Dan perbedaannya adalah terletak dari segi kajian teori bab II penelitian ini langsung membahas tentang pendidikan agama Islam bukan tentang pendidikan anak, objek dari penelitian ini adalah dalam ranah konsep keluarga muslim sedangkan penelitian yang saya bahas adalah menurut sudut pandang seseorang yaitu pemikiran tokoh pendidikan yaitu Maria Montessori.

3. Miftakhul Jannah, Studi Komparasi Pemikiran Maria Montessori dan Abdullah Nashih ‘Ulwan Tentang Metode Pendidikan Anak Dalam

Keluarga, Skripsi UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2018. Metode merupakan salah satu unsur terpenting dalam keberhasilan proses pendidikan. Penelitian ini menitik beratkan pada metode pendidikan.

Metode yang digunakan adalah analisis isi dan model penelitian yang digunakan adalah library research dengan pendekatan deskriptif dari data primer dan sekunder yang bersifat kualitatif.

Penelitian ini melakukan komparasi dari 2 tokoh yang sama sama membahas tentang pendidikan anak yakni Maria Montessori dan Abdullah Nashih ‘Ulwan yang keduanya mempunyai ciri khas tersendiri, seperti Maria Montessori menemukan sebuah metode yang berasal dari sebuah penelitian sedangkan Abdullah Nashih ‘Ulwan berasal dari Al Quran dan Hadits.

Adapun persamaan dengan apa yang dibahas oleh penulis ialah, sama-sama membahas tentang pendidikan anak namun penelitian ini menitik beratkan pada metode pendidikan anak. Adapun perbedaannya adalah tokoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah komparasi 2 tokoh sedangkan penelitian yang saya bahas hanya menurut salah satu tokoh saja.

4. Aprilia Ria Adisti, Perpaduan Konsep Islam Dengan Metode Montessori Dalam Membangun Karakter Anak, Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. 8, No. 1, Juni 2016: 61-88. Perpaduan antara konsep Islam dan metode Montessori terutama untuk membangun karakter yang baik bagi anak-anak.

Ada lima konsep dalam metode pendidikan Montessori yang bisa dipadukan dengan teori mengajar anak-anak dalam Al Quran dan Al Hadits; Konsep kebebasan dengan konsep fitrah, struktur dengan konsep langkah demi langkah, realitas dan alam dengan konsep mencintai alam dan makhluk hidup, keindahan dan nuansa sejalan

dengan konsep kebersihan dan keindahan Islam dan materi Montessori dengan proses konsep pembelajaran hidup.

Persamaan dengan apa yang saya teliti adalah sama – sama membahas tentang pemikiran tokoh yaitu Maria Montessori, perbedaannya adalah dalam penelitian ini lebih mengedepankan hasil yaitu tentang karakter anak sedangkan dalam penelitian saya adalah dari segi pendidikan anaknya yaitu tentang prosesnya.

5. Dinda Nur Afifah, Kuswanto, Membedah Pemikiran Maria Montessori Pada Pendidikan Anak Usia Dini, PEDAGOGI: Jurnal Anak Usia Dini dan Pendidikan Anak Usia Dini, Volume 6 Nomor 2 Agustus 2020.

Montessori merupakan seorang wanita pertama Italia lulusan kedokteran. Montessori tertarik pada studi tentang penyakit mental dan gangguan psikologis terhadap anak.

Kemudian ia meneliti bagaimana pendidikan untuk anak cacat mental sampai berkeyakinan bahwa metode yang telah dilakukannya pada anak cacat bisa dilakukan juga pada anak-anak normal. Kurikulum Montessori terdiri dari tiga bagian yaitu lingkungan yang praktis, latihan sensorik motorik, dan perkembangan bahasa.

Perbedaan dalam penelitian ini adalah penelitian ini hanya membahas pendidikan anak menurut Maria Montessori secara umum, sedangkan penelitian yang saya bahas adalah mensinkronisasikan pemikiran Maria Montessori tentang pendidikan anak secara umum dengan Pendidikan anak perspektif Islam.

43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. WAKTU PENELITIAN

Penelitian yang berjudul “Metode Pendidikan Anak Montessori dalam Perspektif Pendidikan Islam” ini dilaksanakan dalam waktu beberapa bulan, dengan pengaturan waktu sebagai berikut : bulan April sampai bulan Oktober 2021 digunakan untuk pengumpulan data mengenai sumber-sumber tertulis yang diperoleh dari teks book yang ada di perpustakaan, serta sumber lain yang mendukung penelitian, terutama yang berkaitan dengan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut sebagat penguat dalam penulisan skripsi ini. Kemudian menyusun data dalam bentuk hasil penelitian dari sumber-sumber yang telah ditemukan.

B. METODE PENELITIAN

Metode berasal dari kata Yunani yaitu methodos artinya jalan atau cara. Metode merupakan cara untuk memahami objek yang menjadi sarana ilmu pengetahuan yang ingin dipelajari. Metode adalah kerja, meneliti, mengkaji, dan menganalisis objek sasaran penelitian untuk mencari hasil atau kesimpulan.1 Sedangkan metode penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan oleh ilmu pengetahuan lain sehingga nantinya dapat digunakan untuk menemukan dan memecahkan masalah yang ditemukan.2

Jenis metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-1 Kuncoro Ningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia, 1989), hal. 7

2 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 6

orang dan perilaku yang dapat diamati, serta analisis yang digunakan dalam penelitian kualitatif deskriptif-analisis yang berarti interpretasi terhadap isi dibuat dan disusun secara sistematik atau menyeluruh dan sistematis.3

Penelitian dengan library research ini, awalnya peneliti mengumpulkan berbagai referensi sebagai sumber data yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, selanjutnya menelaahnya dan yang terakhir adalah mengambil poin-poinnya.

C. FOKUS PENELITIAN

Fokus penelitian adalah mempersempit masalah, sehingga peneliti mampu mengetahui secara mendalam apa yang menjadi fokusnya dalam penelitian di lapangan. Penelitian tersebut diselidiki secara menyeluruh dan secara khusus serta dalam bagian yang mendukung atau menambah kejelasan makna dalam situasi di lapangan. Setelah mengetahui dan memahami secara mendalam dan menyeluruh dari apa yang terjadi di lapangan kemudian menghasilkan hipotesis atau teori baru dari apa yang terjadi di lapangan.4

Berdasarkan penjelasan mengenai fokus penelitian diatas, maka penulis memfokuskan penelitian ini dengan membatasi permasalahan mengenai Pendidikan Anak Maria Montessori dalam Perspektif Pendidikan Islam.

D. SUMBER DATA

Pengambilan sumber data yang digunakan penulis pada penelitian ini adalah library research (studi pustaka). Sumber datanya mencakup hal primer, sekunder, dan penunjang.

3 Nurul Zuhriah, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikatif, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), Cet. Kedua, hal. 92

4 Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2014), hal. 367

1. Data primer yaitu data yang langsung dari sumber pertama mengenai masalah yang diungkap secara sederhana disebut data asli.5 Yaitu a. Maria Montessori, The Montessori Method The Origin of

Educational Innovation: Including An Abridged and Annoted Edition Of Maria Montessori’s The Montessori Method.

Diterjemahkan oleh Ahmad Lintang Lazuardi. Metode Montessori Panduan Wajib untuk Guru dan Orang tua Didik PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).

b. Jamal Abdurrahman, Athfal Al-Muslimin, yang dalam kitab tersebut membahas tentang konsep pendidikan anak yang diterapkan oleh Rasulullah SAW.

2. Data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku lainnya yang masih berkesinambungan tentang Pendidikan Anak baik itu dari Maria Montessori maupun lainnya.

a. Maria Montessori, Absorbent Mind : Pikiran yang Mudah Menyerap.

b. Maria Montessori, Rahasia Masa Kanak-Kanak c. Zahra Zahira, Islamic Montessori Inspired Activity d. Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fiil al Islam e. Agustina Prasetyu Magini, Sejarah Pendekatan Montessori f. Vidya Dwina Paramitha, Jatuh Hati Pada Montessori g. Khalid bin Abdurrahman al-‘Ik, Prophetic Parenting h. Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan.

i. Jamal Abdurrahman, Cara Nabi Menyiapkan Generasi

3. Sumber penunjangnya berupa artikel, jurnal maupun makalah yang pembahasannya berkaitan dengan tema yanng penulis tulis dalam penelitian ini.

a. Indah Fajarwati dalam jurnal, “Konsep Montessori tentang Pendidikan Anak Usia Dini dalam Perspektif Pendidikan Islam”.

5 Sudaryono, Metode Penlitian Pendidikan, (Banten: Dinar Pendidikan Provinsi Banten, 2011), hal. 135

b. Priscila Natalia Kezia, Pentingnya Pendidikan Karakter pada Anak Sekolah Dasar di Era Digital,

c. Wijayanti L. K. dalam tesisnya yang berjudul “Pemikiran Pendidikan Anak Usia Dini Perspektif Maria Montessori dan Abdullah Nashih Ulwan: Studi Analisis Komparatif”.

E. PROSEDUR PENELITIAN

Dalam proses penelitian, kegiatan pengumpulan data merupakan kegiatan yang sangat penting.6 Terkait proses pengumpulan data , peneliti mengambil prosedur penelitian berupa :

1. Tahap persiapan dan perencanaan, adalah tahap di mana penulis memulai membuat rumusan masalah dan pembatasan masalah.

2. Tahap pelaksanaan, adalah tahap di mana penulis mulai mengumpulkan referensi yang akan digunakan yang berkenaan dengan topik yang dibahas.

3. Tahap penyelesaian, adalah tahap di mana penulis mengakhiri pengumpulan data setelah mendapatkan semua informasi yang penulis butuhkan berkenaan dengan topik yang dibahas.

Selain dari prosedur di atas, peneliti juga menguraikan langkah – langkah yang digunakan dalam melakukan penelitian kepustakaan, yaitu : 1. Menyiapkan alat perlengkapan, dalam penelitian kepustakaan tidak

memerlukan perlengkapan yang banyak, cukup mempersiapkan alat tulis dan kertas kecil yang difungsikan untuk menulis catatan penelitian.

2. Menyusun bibliografi kerja. Bibliografi kerja merupakan catatan tentang sumber data primer yang digunakan dalam kegiatan penelitian.

Sumber data tersebut, tentu saja berasal dari buku-buku koleksi perpustakaan.

6 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hal, 266

3. Mengatur waktu, dalam penelitian kepustakaan, peneliti dituntut untuk dapat mengatur waktu sebaik mungkin.

4. Membaca dan membuat catatan penelitian. Bahan sumber penelitian yang berupa teks-teks bacaan harus dicari, dikumpulkan, dan diklasifikasi berdasarkan koleksi, judul, topik dan subtopik, sesuai dengan topik penelitian yang dilakukan.

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. MARIA MONTESSORI 1. Biografi Maria Montessori

Maria Montessori adalah seorang dokter, antropolog dan salah satu pendidik besar. Maksudnya adalah orang yang mampu membawa pengaruh besar dalam dunia pendidikan. Maria Montessori lahir pada 31 Agustus tahun 1870 di Chiaravalle, kota bukit dengan pemandangan laut Adriatik di provinsi Ancona, Italia.1 Dia adalah anak tunggal dari Alessandro Montessori, seorang manajer bisnis di perusahaan monopoli tembakau miliki negara dan ibunya bernama Renilde Stoppani, perempuan berpendidikan dari sebuah keluarga terpandang saat itu dan merupakan cucu-ponakan seorang ilmuwan alam dan geolog Italia, Antonia Stoppani.2 Montessori dibesarkan dalam keluarga yang sangat memperhatikan pendidikan, meskipun awalnya Alessandro seringkali menghambat keputusan-keputusan yang dibuat oleh Montessori, tapi karena melihat bakat dan kemampuan yang dimiliki Montessori akhirnya Alessandro mendukung semua keputusan yang dibuat oleh Montessori mengenai pendidikan yang ia tempuh.

Pada saat tahun 1875 keluarga Montessori pindah ke kota Abadi, Roma. Kemudian Montessori menempuh pendidikan dasarnya di Via, San Nicolo da Valentino.3 Di sekolah dasar tersebut Montessori mengikuti pendekatan tradisional dalam pembelajarannya, bahwa penyampai informasi adalah guru, dan metode yang digunakan adalah metode “bank”

di mana informasi ditampung dan disimpan untuk digunakan di masa depan.

Pada saat itu, praktik diskriminatif kepada wanita masih terasa sangat

1 Rita Kramer, Maria Montessori : A Bioghraphy, (Mass : Perseus Book, 1988), hal. 22

2 Maria Montessori, Op.Cit., hal. 1

3 Maria Montessori, Ibid., hal. 4

kental. Sebuah hal yang mustahil bagi wanita Italia untuk memperoleh pendidikan kedokteran. Dan kebanyakan wanita diarahkan kepada pendidikan guru ataupun biarawati. Pada usia 12 tahun, Montessori memperlihatkan independensinya yang khas dengan menyatakan keinginannya untuk memasuki sekolah teknik. Saat berusia 13 tahun, Montessori melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah teknik Regia Scuola Tecnica Michelangelo Buonarroti. Tempat ia mempelajari bahasa Italia, aritmatika, aljabar, geometri, akuntansi, sejarah, geografi dan ilmu alam.4 Ia lulus tahun 1886 dengan nilai dan hasil ujian baik. Pada tahun yang sama, saat berusia 16 tahun, ia melanjutkan pendidikan ke institut teknik Regio Istituto Tecnico Leonardo da Vinci, yang mempelajari bahasa Italia, matematika, sejarah, geografi, geometri, dan menggambar ornamen, fisika, kimia, botani, zoologi, serta dua bahasa asing. Ia mahir dalam ilmu alam dan matematika khususnya.

Pada tahun 1890, Montessori memutuskan untuk meninggalkan studi teknik dan berpindah bidang ke bidang kedokteran. Pada awalnya lamaran ke sekolah kedokteran universitas Roma ditolak oleh fakultas yang dipenuhi kaum laki-laki. Akan Montessori tidak menyerah, akhirnya pada musim gugur tahun 1890 Montessori diterima sebagai mahasiswa di bidang fisika, matematika dan ilmu pengetahuan alam. Ia berhasil lulus dalam ujian botani, zoologi, fisika eksperimental, histologi, anatomi, serta kimia umum dan organik, sehingga ia memperoleh sertifikat diploma tahun 1892.

Dengan sertifikat tersebut, ditambah dengan bahasa Italia dan Latin, ia memenuhi kualifikasi untuk masuk ke program kedokteran di universitas tahun 1983. Montessori adalah perempuan pertama yang diterima di sekolah kedokteran tersebut.5

Karena Montessori seorang perempuan, ia dimusuhi dan berusaha disingkirkan oleh para koleganya dari kalangan pria. Saat praktek

4 Maria Montessori, Ibid., hal. 5

5 Maria Montessori, Ibid., hal. 6

pembedahan kadaver (mayat), Montessori melakukannya seorang diri karena saat itu perempuan berada bersama-sama dengan lelaki menghadapi suatu tubuh telanjang dianggap tidak pantas. Dia hanya dapat menggunakan laboratorium anatomi di malam hari, ketika tidak ada lagi mahasiswa pria.

Montessori memperlihatkan keunggulan dirinya, dan meraih kesarjanaan di bidang bedah, patalogi klinik, dan kedokteran.6

Selama dua tahun terakhir di sekolah kedokteran, Montessori mendalami pediatri (kedokteran anak) di rumah sakit anak-anak, sebuah pengalaman yang kemudian mengantarkannya ke bidang yang akan dijalani seumur hidupnya. Pada 1896, Maria Montessori menjadi perempuan Italia pertama yang meraih gelar doktor di bidang kedokteran. Di tahun tersebut pula Montessori mewakili Italia pada kongres internasional wanita di Berlin, yang menyuarakan hak asasi wanita pekerja, termasuk persamaan gaji dan kesempatan kerja. Dan sekaligus mempelajari tulisan-tulisan Itard dan Seguin serta bekerja dengan anak-anak tunagrahita.7

Kemudian dia menerima sebuah posisi di rumah sakit San Giovani milik universitas dan mulai melakukan praktik pribadi. Pencapaian Montessori di bidang pendidikan dan kedokteran menjadikannya perempuan istimewa di Italia pada peralihan abad tersebut.8

Setelah mendapat kesempatan untuk menguji coba idenya mengenai metode pendidikan anak di Casa De Bambini, Montessori menghabiskan seluruh hidupnya untuk mensosialisasikan metode yang dikemukakannya ke seluruh dunia. Hingga pada usia 69 tahun Montessori masih aktif menghadiri kongres-kongres dan konferensi-konferensi metode Montessori, memberi kuliah dan memimpin kelas-kelas pelatihan. Pada tahun 1947, Montessori yang semakin menua mendelegasikan banyak tanggung jawab

6 Lena L. Gitter, The Montessori Way, (Seattle: Special Child Publications, 1970), hal. 7

7 Agustina Prasetyo Magini, Sejarah Pendekatan Montessori¸ (Yogyakarta: Knius, 2013), hal. 103

8 Maria Montessori, Op.Cit., hal. 7

administratif kepada Maria Montessori yang merupakan anak dari Montessori. Hingga pada akhirnya tahun 1952 Montessori menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 82 tahun.9 Maria Montessori meninggal pada 6 Mei 1952 di Noordwijk aan Zee, Belanda, dan dimakamkan di pemakaman Katolik setempat.10

2. Sejarah Metode Montessori

Di tahun terakhir Montessori di sekolah kedokteran, dia menjadi asisten sukarela di klinik penyakit jiwa universitas Roma, dari sinilah Montessori memiliki kesempatan untuk mempelajari mereka. Melalui proses tersebut Montessori tertarik pada anak-anak yang memiliki kecacatan mental yang saat itu ditempatkan bersama asil umum untuk orang gila.11 Penelitian Montessori tentang keterbelakangan mental dan gangguan kejiwaan lain pada anak-anak mengantarkannya pada karya dari Jean Marc Gaspard Itard dan Eduard Seguin, dua dokter dan psikolog asal Perancis.12 Itard menjadi pelopor dalam mentransfer metode observasi klinis yang biasa dilakukan dokter kepada pasiennya menjadi metode observasi yang biasa dilakukan pendidik kepada anak-anak. Dari eksperimennya tentang “anak liar dari Averyon”, Itard menyimpulkan bahwa manusia melewati tahap-tahap perkembangan yang spesifik, definit dan penting. Menurut Itard, anak-anak mengalami tahap-tahap perkembangan mereka dengan terlibat dengan aktivitas atau kegiatan yang sesuai untuk periode tertentu di mana mereka telah siap secara fisiologis dan psikologis.13 Montessori sangat terkesan dengan karya Itard. Melalui teori Itard inilah muncul inspirasi Montessori mengenai metode yang akan dikemukakan nanti.

Edouard Seguin adalah seorang yang mempelajari kedokteran bersama Itard, Seguin mendalami bidang yang sama dengan Itard yaitu

9 Maria Montessori, Ibid., hal. 63

10 Agustina Prasetyo Magini, Op.Cit., hal. 111

11 Maria Montessori, Op.Cit., hal. 128

12 Maria Montessori, Ibid., hal. 10

13 Maria Montessori, Ibid., hal. 11

bekerja dengan anak-anak yang mengalami gangguan mental. Seguin percaya bahwa bagi anak-anak cacat, lembaga menjadi pusat pelatihan dan pendidikan.14 Menurut Seguin, pengetahuan medis dan pedagogis keduanya harus digunakan dalam menangani anak-anak cacat tersebut.

Seguin semakin menekankan pengukuran dan pengamatan fisiologis terhadap anak sebagai sarana menuju diagnosis, penanganan dan pendidikan. Seguin merancang serangkaian alat dan bahan ajar untuk melatih indra-indra dan untuk meningkatkan keterampilan-keterampilan fisik dari anak-anak dengan gangguan mental. Dalam kerjanya dengan anak-anak ini, Seguin mengembangkan beberapa teknik yang kemudian diadopsi oleh Montessori diantaranya mendasarkan pengajaran pada tahap-tahap perkembangan dengan menggunakan bahan-bahan pembelajaran dan melatih anak-anak membangun keterampilan-keterampilan praktis sehingga dapat mencapai sebagian derajat kemandirian.

Dari karya Itard dan Seguin, Montessori mengembangkan dua prinsip: pertama, bahwa definisi mental membutuhkan jenis pendidikan khusus dan tidak hanya penanganan medis; kedua, jenis pendidikan khusus dijalankan menggunakan bahan dan alat pembelajaran. akan tetapi Montessori meyakini dalam mendidik anak cacat mental memerlukan aktivitas-aktivitas pengajar yang bersifat spiritual. Artinya penting bagi pengajar untuk memfokuskan pada spirit(jiwa) anak.15 Karena kunci pendidikan yang sesungguhnya adalah pada jiwa anak.

Pengamatan pertama yang dilakukan Montessori pada anak yang mengalami gangguan mental yang kemudian dilabelinya sebagai anak cacat mental. Montessori melatih anak-anak itu untuk mencapai kemandirian, dengan mengajar mereka melakukan keterampilan praktis berupa kegiatan sehari-hari. Dari sinilah muncul ide Montessori untuk menggunakan

14 Maria Montessori, Ibid., hal. 12

15 Maria Montessori, Ibid., hal. 12

metode-metode dalam melatih anak-anak defisiensi mental untuk anak-anak normal, khususnya pada tahap pertama kehidupan anak.16 Melihat adanya kesejajaran (kemiripan) di antara keduanya seperti, selama periode permulaan bayi ketika anak belum memiliki kekuatan untuk mengembangkan diri dan anak-anak yang belum dikembangkan dalam beberapa hal memiliki kemiripan. Secara spesifik, kesejajaran itu tampak pada koordinasi motorik anak-anak dan perkembangan indra dan bahasa mereka.17

Satu kesempatan dalam karir Montessori datang pada tahun 1907, Edoardo Talamo meminta Montessori untuk mendirikan sekolah di distrik San Lorenzo, Roma. Dia memanfaatkan kesempatan ini untuk menciptakan sekolah yang akan berfungsi sebagai laboratorium untuk menguji ide-idenya dan menerapkan metode yang ia gunakan sebelumnya untuk anak cacat mental yang kemudian diterapkan pada anak normal.18 Montessori membuka sekolah pertamanya yang bernama Casa Dei Bambini atau Children’s House, ia menawarkan pendidikan yang didasarkan pada prinsip-prinsip pendidikan ilmiah. Salah satu prinsip pendidikan yang bercakupan luas dari Montessori adalah bahwa proses belajar anak-anak paling baik diselenggarakan dalam lingkungan tertata dengan terstruktur.

Konsep Montessori tentang peran pengajar berbeda dengan konsep yang tradisional. Kurikulum Casa Dei Bambini didasarkan pada prinsip Montessori bahwa anak-anak mengalami masa krusial dalam perkembangannya yang disebut periode-periode sensitif.19 Melalui Casa Dei Bambini Montessori menguji ide-idenya serta melakukan pengamatan, dari sana Montessori menemukan berbagai perilaku anak yang dirasa berbeda dari anggapan orang dewasa pada umumnya, seperti kecintaan anak

16 Maria Montessori, Ibid., hal. 70

17 Maria Montessori, Ibid., hal. 14

18 Maria Montessori, Ibid., hal. 21

19 Maria Montessori, Ibid., hal. 26

pada pengulangan, hadiah dan hukuman, tentang konsentrasi anak, kemandirian dan disiplin diri.20

Berdasarkan teorinya tentang periode-periode sensitif, Montessori melalui pengamatan dan percobaan, merancang sebuah kurikulum yang

Berdasarkan teorinya tentang periode-periode sensitif, Montessori melalui pengamatan dan percobaan, merancang sebuah kurikulum yang