• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENDIDIKAN ANAK MONTESSORI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "METODE PENDIDIKAN ANAK MONTESSORI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENDIDIKAN ANAK MONTESSORI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun oleh:

Luthfi Hidayat NIM. 11160110000038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021

(2)
(3)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

METODE PENDIDIKAN ANAK MONTESSORI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

oleh:

Luthfi Hidayat NIM. 11160110000038

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Dr. Siti Khadijah, M.A.

NIP. 197007271997032004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021

(4)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul METODE PENDIDIKAN ANAK MONTESSORI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM disusun Luthfi Hidayat NIM.

11160110000038, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta . telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketetapan yang ditetapkan oleh fakultas.

Ciputat, 04 Oktober 2021 Yang Mengesahkan,

Dr. Siti Khadijah, M.A.

NIP. 197007271997032004

(5)

UJI REFERENSI

Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian skripsi yang berjudul

“Metode Pendidikan Anak Montessori dalam Perspektif Islam” disusun oleh Luthfi Hidayat, NIM 11160110000038, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal 04 Oktober 2021.

Pembimbing

Dr. Siti Khadijah, M.A.

NIP. 197007271997032004

(6)
(7)

i

Luthfi Hidayat (11160110000038), “Metode Pendidikan Anak Montessori Dalam Perspektif Pendidikan Islam”

Kata Kunci: Metode Pendidikan Anak, Montessori, Pendidikan Islam

pendidikan adalah sebagai usaha yang dilakukan oleh seorang pendidik terhadap seseorang anak didik agar tercapai perkembangan maksimal yang positif. fase perkembangan setiap anak memiliki kriteria khas tertentu dan membutuhkan cara mendidik yang berbeda. Maria Montessori merupakan tokoh pendidik dari barat yang berpusat pada anak (student-centered) dengan konsep kebebasan dan kemandirian serta keindahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode pendidikan anak menurut Maria Montessori dan bagaimana metode pendidikan anak Montessori dalam perspektif pendidikan Islam. Metode analisis yang digunakan adalah kualitatif deskriptif-analisis.

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi pustaka (library research) yang mengambil berbagai referensi sebagai sumber data mencakup hal primer (data pokok), sekunder (buku-buku), dan penunjang (artikel, jurnal maupun makalah).

Hasil penelitian ini diketahui bahwa metode pendidikan anak Montessori mempunyai corak yang sama dengan pendidikan Islam yaitu sebagai wadah untuk mengembangkan potensi anak secara bebas dan kreatif. Montessori dapat diakumulasikan ke dalam konsep keIslaman seperti halnya nilai-nilai keimanan, ibadah dan akhlak. Pendidikan anak ala metode Montessori dengan pendidikan Islam memiliki relevansi dalam orientasi dan proses pendidikan yaitu sama-sama sangat menekankan akan proses akhlak untuk menjadikan manusia sebagai insan kamil yaitu manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal yang diasah sejak dari dini kepada anak dengan metode yang diberikan sesuai dengan usia perkembangannya.

(8)

ii

ABSTRACT

Luthfi Hidayat (11160110000038), “Metode Pendidikan Anak Montessori Dalam Perspektif Pendidikan Islam”

Keywords: child education method, Montessori, Islamic Education

Education is an effort made by an educator towards a student to achieve maximum positive development. Each child's developmental phase has certain distinctive criteria and requires a different way of educating. Maria Montessori is a child-centered western educator with the concepts of freedom, independence, and beauty. This study aims to determine the method of child education according to Maria Montessori and how the Montessori child education method is in the perspective of Islamic education. The analytical method used is qualitative descriptive analysis. The type of research used is a literature study that takes various references as data sources including primary (basic data), secondary (books), and supporting (articles, journals, and papers).

The results showed that the Montessori children's education method has the same style as Islamic education, namely as a forum to develop children's potential freely and creatively. Montessori can be accumulated into Islamic concepts such as values of life, worship, and morals. Children's education a la Montessori method with Islamic education has relevance in the orientation and educational process, which is both very important to make humans like human beings, namely human beings who are whole and physical, can live and develop naturally and normally which are honed from an early age to children with methods that are suitable for children. given according to their developmental age.

(9)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah senantiasa melimpahkan nikmat, rahmat, dan karunia-Nya kepada kita semua. Shalawat beserta salam tak akan lupa selalu tercurah kepada nabi Muhammad Saw. beserta semua keluarganya dan para sahabat dan juga para pengikut sunnahnya sampai akhir zaman. Alhamdulillah berkat karunia dan hidayah Allah SWT. maka tersusunlah proposal skripsi tentang “METODE PENDIDIKAN ANAK MONTESSORI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM”Adapun proposal skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan skripsi.

Manusia adalah tempatnya lupa dan salah dan ia tidaklah sempurna. Oleh karena itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit kesulitan serta hambatan yang dialami oleh penulis dan berkat kesungguhan hati, kerja keras dan motivasi serta bantuan dari berbagai pihak, maka penulis dapat menjalani kesulitan tersebut. Maka atas tersusunnya skripsi ini, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, petunjuk serta dukungan terutama kepada:

1. Orang tua penulis, Mamah Eli Nurlianti dan Bapak Agus Sonjaya dan Agus Sudrajat yang penulis hormati dan sayangi serta selalu menjadi semangat bagi penulis dalam mengerjar cita-cita.

2. Allah SWT yang selalu memberikan kesehatan, kemudahan, serta nikmat yang luar biasa kepada penulis.

3. Ummi penulis, yaitu nenek Hj. Ade Suhaeni yang senantiasa mengingatkan penulis akan selalu menjadi orang yang sabar, jujur, dan jangan pernah meninggalkan ibadah sholat dikala penulis sedang berpergian.

(10)

iv

4. Bibi penulis beserta keluarga, yang senantiasi dengan sepenuh hati merwat dan membimbing penulis selama di perantauan dan yang selalu mengingatkan dan menyemangati penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.

5. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Dr. Sururin, M.Ag, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7. Bapak Drs, Abdul Haris, M.Ag dan Bapak Drs. Rusdi Jamil, M.Ag selaku ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.

8. Bapak Dr. Siti Khadijah, M.A, selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktunya, memberikan ilmunya, banyak membantu dalam pengerjaan skripsi, dan selalu memberikan nasihat-nasihat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

9. Prof. Dr. Armai Arief, M.Ag., selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak membantu dan selalu memberikan masukan selama studi, serta yang selalu meluangkan waktunya untuk penulis pada saat meminta arahan selama pengerjaan skripsi.

10. Adik tersayang, Nadiya Nurazizah, yang kini sedang mengenyam pendidikan di pondok pesantren ialah yang menjadi pengingat penulis untuk senantiasa segera menyelesaikan skripsi ini.

11. Om Bagus, Mbak Wie, Kak Mamduh, serta seluruh Wali Dosen Kahfi BBC Motivator School, selaku guru spiritual di Kahfi BBC Motivator School yang tidak akan pernah membiarkan anak didiknya kehausan ditengah banyaknya telaga ilmu.

12. Seluruh keluarga Kahfi BBC Motivator School terkhusus angkatan 18 yang selalu memberikan motivasi untuk tetap bertahan dalam keadaan rapuh.

13. Teman-teman seperjuangan PAI angkatan 2016 yang selalu memberikan bantuan dalam keadaan apapun.

14. Teman-teman seperjuangan Bani Buloghiyah mulai dari generasi awal hingga kini bang amar, bang ziyan, bang zaki, bang aufa, ramadhan, rifki,

(11)

v

sainul, ilyas dan yang lainnya, yang tak pernah bosan selalu membuat tawa serta kebahagiaan dalam kehidupan sehingga penat dirasa pada saat pengerjaan skripsi mampu teringankan oleh canda tawa mereka.

15. N Sinta Fauziah Ulfah, yang selalu membantu penulis, yang selalu ada ketika dibutuhkan, yang selalu menyemangati tanpa henti, dan yang setia menemani pada saat masa pengerjaan skripsi.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat balasan pahala dan rahmat Allah SWT. dan semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin Ya Robbal ‘Alamin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Ciputat, 04 Oktober 2021

Penulis

(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. IDENTIFIKASI MASALAH ... 9

C. PEMBATASAN MASALAH ... 9

D. RUMUSAN MASALAH ... 10

E. TUJUAN PENELITIAN ... 10

F. KEGUNAAN PENELITIAN ... 10

BAB II KAJIAN TEORI ... 12

A. TINJAUAN METODE PENDIDIKAN ANAK ... 12

1. Pengertian Metode Pendidikan ... 12

2. Pengertian Anak ... 16

3. Metode Pendidikan Anak ... 18

B. TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM ... 21

1. Pengertian Pendidikan Islam ... 21

2. Dasar Pendidikan Islam ... 24

3. Tujuan Pendidikan Islam ... 27

4. Ciri dan Fungsi Pendidikan Islam ... 29

5. Metode Pendidikan Islam ... 30

6. Pendidikan Islam Masa Kini ... 36

C. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43

A. WAKTU PENELITIAN ... 43

B. METODE PENELITIAN ... 43

C. FOKUS PENELITIAN ... 44

D. SUMBER DATA ... 44

E. PROSEDUR PENELITIAN ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

(13)

vii

A. MARIA MONTESSORI ... 48

1. Biografi Maria Montessori ... 48

2. Sejarah Metode Montessori ... 51

3. Konsep Metode Montessori ... 54

4. Kurikulum Montessori ... 63

5. Tahap Perkembangan Anak Montessori ... 69

B. PEMBAHASAN ... 72

1. Analisis Metode Pendidikan Anak Maria Montessori ... 72

2. Metode Pendidikan Anak Maria Montessori Dalam Perspektif Islam ... 79

3. Korelasi metode Montessori dengan Pendidikan Islam (Jamal Abdurrahman) ... 83

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pendidikan Anak Maria Montessori ... 86

BAB V PENUTUP ... 89

A. KESIMPULAN... 89

B. SARAN ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 92

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam peradaban manusia, karena dengan pendidikan manusia menjadi orang yang mempunyai wawasan yang luas. Pendidikan mampu menjadikan seseorang dapat mencapai kehidupan yang lebih baik. Dalam pendidikan tidak terlepas dari kata belajar dan mengajar. Pendidikan tidak hanya diberikan dalam batas ruang saja, melainkan pendidikan juga bisa didapatkan di mana dan waktu kapan saja. Sehingga pendidikan dapat disimpulkan adalah suatu pembelajaran yang tidak terikat oleh ruang dan waktu dan bisa dilakukan oleh siapa saja.

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar anak secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Ada dua hal yang menjadi poin penting dari pendidikan yaitu pendidikan dilakukan secara sadar dan pendidikan yang dilakukan secara terencana.

Kedua poin penting ini akan menggiring manusia untuk memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ahmad Tafsir yang menyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang (pendidik) terhadap seseorang (anak didik) agar tercapai perkembangan maksimal yang positif.1

Dalam ajaran Islam, pendidikan sudah dikenalkan pertama kali saat Jibril datang menemui Nabi Muhammad Saw. Di Gua Hira untuk membaca

1 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1992), hal. 28

(15)

dan mengikuti apa yang dibicarakan kepadanya. Turunya surat Al-Alaq dari ayat 1-5 adalah adanya bukti tentang adanya proses pengajaran dan pendidikan. Dari ke-5 ayat yang turun pertama kali, Mahmudi dalam jurnalnya mengatakan setidaknya ada 4 poin, yaitu pertama, manusia sebagai subjek dalam membaca, memperhatikan, merenungkan, meneliti dengan prinsip niat baik yang ditandai dengan menyebut nama Tuhan.

Kedua, objek yang dibaca, diperhatikan, dan direnungkan, yaitu materi dan proses penciptaan menjadi manusia yang sempurna. Ketiga, media dalam aktivitas membaca dan lainnya. Dan keempat, motivasi dan potensi yang dimiliki oleh manusia, “rasa ingin tahu”. 2

Seperti yang diketahui bahwa proses pendidikan itu terjadi karena adanya pendidik, siswa, dan alat pendidikan baik itu secara nampak atau secara kasat mata. Pendidikan yang dialami oleh seseorang dimulai sejak mereka masih berbentuk janin sampai menjadi manusia yang utuh atau dewasa. Sehingga tak salah bila ada pepatah mengatakan buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Begitu juga dengan apa yang dilakukan oleh anak adalah cerminan dari orang tuanya dahulu. Karena anak adalah fitrah dan orang tuanyalah yang membimbingnya ke arah mana yang diinginkannya sesuai dengan kecenderungan potensi yang dimiliki oleh anak-anaknya.

Sebagaimana yang dikatakan hadis Nabi Saw. bersabda :

َع اَن َ ث َّد َح ي ِن َر َب ْخ َ

أ ِهي ِر ْه ُّزلا ْن َع ُس ُ

ن ْوُي اَن َرا َب ْخ َ

أ ِ للّا ُد ْب َع اَن َراَب ْخ ه َ

أ نا َد ْب ُ ُ

ل ْو ُس َر َ لا ق َ َ

لا ق ُهْن َع َ ُّ

للّا َي ِض َر َة َرْيَر ُه اَب َ أ ن َّ َ

أ ِن َمْح َّرلا ِدْب َع ُنْب َةَمَل َس ْوُب َ

َّ أ لِإ ٍد ْو ُ

ل ْو َم ْن ِم َم َم َّ

ل َس َو ِهْي َ

ل َع للّا ى ُّ َّ

ل َص ِ للّا ه ُها َوَب َ

أ َ

ف ِة َر ْط ِف ْ لا ى َ

ل َع ُد َ ل ْوُي ا

` 2 Mahmudi, Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Islam Tinjauan Epistimologi, Isi, dan Materi, Ta’dibuna : Jurnal Pendidikan Agama Islam¸ Vol. 2, No. 1, Mei 2019, hal. 91

(16)

ْ ل َه َءا َع ْم َج ًة َمْي ِهَب ِة َمْي ِهَب ْ

لا ُجَت نُت اَم ْ َ

ك ِهِنا َس ِ هجَمُي ْو َ

أ ِهِنا َر ِهص َنُي َو ِهِناَد ِهوَهُي َءاَع ْد َج ْن ِم ا َهْيِف َ

ن ْو ُّس ِه ُت

“Abdan menceritakan kepada kami (dengan berkata) ‘Abdullah memberitahukan kepada kami (yang berkata) Yunus menceritakan kepada kami (yang berasal) dari al-Zuhri (yang menyatakan) Abu Salamah bin

;abd al-Rahman memberitahukan kepadaku bahwa Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah Saw. bersabda: ‘Setiap anak lahir (dalam keadaan) fitrah, kedua orang tuanya (memiliki andil dalam) menjadikan anak beragama Yahudi, atau Nasrani, atau bahkan beragama Majusi, sebagaimana binatang ternak mempertahankan seekor binatang (yang sempurna anggota tubuhnya). Apakah anda melihat anak binatang itu ada yang cacat (putus telinganya atau anggota tubuhnya yang lain)’?”.3

Begitulah Islam sangat intens sekali memperhatikan tentang pendidikan, terutama dalam prosesnya seperti proses tumbuh kembangnya seorang anak. Realitanya, tidak sedikit bagi pendidik yang tidak begitu paham akan perkembangan anak-anaknya. Sehingga momen terpenting dalam kehidupan pendidik untuk menyaksikan hal tersebut kerap tidak pernah disadari dengan sungguh-sungguh. Padahal masa yang paling penting dalam mendidik adalah masa anak-anak. Namun tidak sedikit pula pendidik yang menyaksikan tumbuh kembang anak menggunakan cara yang tidak tepat dalam mendidiknya. Akibatnya, dari cara mendidik tersebut anak tumbuh dengan pengetahuan yang didapatnya dari luar.

Oleh karena itu orang tua harus menjadi suri tauladan bagi anak- anaknya. Karena anak akan meniru secara tidak langsung perilaku yang diperlihatkan oleh orang tuanya. Masa meniru secara tidak langsung ini akan membentuk watak anak di kemudian hari. Dengan demikian orang tua harus memiliki usaha dalam mengasuh dan memelihara anak-anaknya.

Anak merupakan daya penyerap yang pintar sehingga apapun pengalaman

3 Imam al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Beirut: Dar Ibn Katsir al-Yamamah, 1987), kitab al-Janaiz, Bab idza aslam al-shabiyyu fa mata hal yushallo ‘alaih, Hadis Nomor 1293, Jilid I, hal.

456

(17)

yang dialaminya akan diingat dengan kuat.4 Karena tak jarang orang tua yang menginginkan anaknya berhasil dan sukses justru mendapatkan hasil yang sebaliknya dikarenakan kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan anaknya.

Dalam pandangan Islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh Allah Swt. kepada kedua orang tuanya, karena itu orang tua harus menjaga dan memelihara serta menyampaikan amanah itu kepada anaknya seperti mengantarkan anaknya untuk mengenal dan menghadapkan diri kepada Allah Swt. sebagai Tuhan seluruh alam yang mengatur segala urusan hambanya. Namun kenyataannya, banyak dari golongan orang tua yang tidak memperhatikan persoalan ini, khususnya orang tua yang mementingkan karirnya daripada menemani tumbuh kembangnya anak untuk mendidiknya. Sehingga orang tua rela mengeluarkan uang yang tidak begitu sedikit untuk mendidik anaknya oleh orang lain.

Padahal sejalan dengan itu, tugas bahkan kewajiban orang tua dalam ajaran Islam khususnya adalah mengajarkan kitab Al Quran kepadanya, mendidik dengan mencintai Nabinya dan mendidik untuk segera mengerjakan sholat. Sebagaimana tertera dalam hadits Rasulullah Saw. :

:َم َّ

ل َس َو ِهْي َ

ل َع للّا ى ه َّ

ل َص ِ للّا ه ُ

ل ْو ُس َر َ لا ق : َ َ

لا ق ُهْن َع َ ه

للّا َي ِض َر ٍهيِل َع ْن َع ِة َ

أ َر ِق َو ِهِتْيَب ِل ْهَا ِهب ُح َو ْم ُ

ك ِهيِبَن ِهب ُح : ٍلا َص ِخ ِثا َ ل ث ى َ َ

ل َع ْم ُ كَدا َ

ل ْو َ ا ا ْوُب ِ هد َ

أ ِظ ْيِف ِنأ ْر ق ُ ْ

لا ة ً َ

ل ْمَح َّ

ن ِإ َ

ف ِنا ْر ق ُ ْ َو ِهِئ اَيِب ْن َ لا

أ َع َم ُه َّ

ل ِظ ُّ

ل ِظ ا َ

ل َم ْوَي ِ ه للّا ِ ه

ل

) ِم َ

لْي َّدلا ُها َو َر( ِهِئ اَي ِف ْص َ ا

“Didiklah anak – anakmu dengan tiga perkara, yaitu mencintai Nabi mereka, mencintai anggota keluarganya, dan membaca Al Quran, karena orang yang menghafal Al Quran akan berada dalam lindungan Allah,

4 Maria Montessori, The Absorbent Mind, (Madras: Theosophical Publishing House, 1949b), hal.2

(18)

disuatu hari yang tidak ada perlindungan lain kecuali perlindungan Allah”

(HR Al-Dailami dari ‘Ali)5

Akan tetapi dalam mengajarkan hal tersebut harus disertai dengan cara menyampaikan yang tepat kepada sang anak. Materi yang sempurna dan disampaikan dengan cara yang sempurna dengan memperhatikan tahap kembang anak, akan sangat mudah untuk langsung memahaminya. Anak akan senang dan tertarik terhadap apa yang disampaikan oleh pendidik.

Nyatanya dalam kehidupan yang serba modern saat ini, pendidikan yang diberikan orang tua tidaklah sesuai dengan tuntutan Islami seperti hadits Nabi di atas. Karena kurangnya waktu mendidik anak dan terlalu fokus pada urusan di luar bagi orang tua yang berkarir, mengakibatkan kurangnya keterampilan dalam hal mendidik anak. Sehingga metode atau cara yang diberikan terkesan satu arah. Metode yang diberikan dengan model yang seperti ini akan membawa anak kepada minimnya rasa dan perasaan yang dimilikinya, minimnya komunikasi yang terjalin secara harmonis, sehingga anak akan terbiasa dan akan membiasakan diri dengan hal tersebut.

Padahal orang tua harus sering berjumpa dan berdialog dengan anak- anaknya. Pergaulan dalam keluarga harus terjalin secara harmonis.

Kurangnya kedekatan antara kedua orang tua dengan anak-anaknya dapat menimbulkan kerenggangan kejiwaan yang dapat menjerumuskan kepada kerenggangan secara jasmaniah misalnya akan kurang betah di rumah dan lebih senang berada di luar rumah dengan teman-temannya atau betah di dalam rumah namun tidak menghiraukan dengan keadaan sosialnya (fokus terhadap dunianya sendiri). Keadaan pergaulan yang kurang terkontrol ini akan memberi pengaruh yang kurang baik bagi perkembangan kepribadiannya, karena kedua orang tuanya jarang memberi pengarahan dan nasehat kepada dirinya.

5 Sayyid Ahmad Hasyimi, Mukhoratul Hadis al-Nabawiyah, (Bairut Libanon: Darul Bayan al-Arabi, 2002), hadis ke-48, hal. 23

(19)

Memberikan pendidikan yang tepat dan terbaik adalah tuntutan orang tua bagi anaknya. Informasi dan metode mengenai program yang membantu tahap kembang anak pada zaman modern ini tentu sangat beragam. Meskipun metode pendidikan anak usia dini beragam tetapi metode pembelajarannya belum tentu cocok bagi semua anak. Sangat sulit bagi orang dewasa untuk menentukan metode yang cocok dan sesuai kebutuhan bagi pendidikan anak usia dini. Hal inilah yang menjadi tugas orang tua dan guru atau orang dewasa untuk memilih dan memahami metode pendidikan anak dan membantu proses tumbuh kembang anak.6

Nyatanya pada anak zaman sekarang dalam mengeksplorasi pengetahuannya cenderung lebih mandiri. Hal ini diakibatkan mudahnya akses informasi yang ada di mana-mana melalui internet. Namun bagi pendidik juga harus menyadari akan hal tersebut dan tidak kalah dengan pengetahuan anak akan era digital sekarang. Dewasa ini dengan mudahnya akses informasi dimana-mana, pendidik bisa mencari-cari tentang metode- metode pendidikan terhadap anak yang sesuai dengan perkembangannya.

Dari sekian banyak metode yang ada, pendidik harus pintar memilah dan memilih metode mana saja yang cocok dengan buah hatinya. Selama beberapa tahun terakhir, ada salah satu metode yang sangat digandrungi oleh masyarakat saat ini yaitu metode Montessori.

Metode Montessori adalah sebuah metode yang disandarkan kepada namanya yaitu Maria Montessori. Ia adalah seorang dokter perempuan pertama di Italia. Metode Montessori ini lahir ketika ia merasakan kejanggalan terhadap anak-anak yang disatukan dengan orang dewasa yang sakit jiwa dan ia berinisiatif untuk memisahkannya. Montessori yakin bahwa anak-anak ini bukanlah anak yang sakit jiwa, melainkan anak hiperaktif dan kurang stimulasi dari lingkungannya. Montessori melakukan

6 Wijayanti L.K. Pemikiran Pendidikan Anak Usia Dini Perspektif Maria Montessori dan Abdullah Nashih Ulwan: Studi Analisis Komparatif.(Tesis) Sekolah Pasca Sarjana. Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2018) hal, 2

(20)

observasi dan penelitian terhadap perilaku anak-anak tersebut dengan mencari kegiatan yang relevan dengan mereka dengan menggunakan berbagai macam cara dan alat tentunya. Dan pada akhirnya Montessori membuat suatu kesimpulan bahwa :

1. Semakin menantang materi pembelajaran melalui alat peraga yang disiapkan dengan pengendali kesalahan yang ada dalam alat peraga tersebut, semakin materi itu menarik bagi anak-anak.

2. Anak-anak melakukan kegiatan tidak karena tertarik pada hadiah, melainkan pada keinginan menaklukkan materi pembelajaran tersebut.

3. Pendidikan harus mengikuti perilaku alami anak dan menyiapkan lingkungan yang bisa mendorong kegiatan spontan belajar agar anak mampu memanifestasikan dirinya melalui kegiatan belajar tersebut.7

Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa mendidik anak adalah sebuah usaha yang tidak mudah dilakukan begitu saja. Karena masing-masing anak mempunyai karakter yang berbeda apalagi fase pertumbuhan antara satu anak dengan anak yang lainnya juga tidak sama.

Begitu juga halnya dalam mendidik anak. Seorang pendidik harus lebih cerdas dalam memberikan cara yang terbaik untuk memberikan pendidikan yang optimal dengan memperhatikan setiap fase perkembangannya. Karena setiap fase perkembangan anak membutuhkan cara mendidik yang berbeda.

Dalam klasifikasi pembagian tahap perkembangan anak, yaitu menurut ilmuwan yang sedang penulis teliti adalah Montessori. Menurut Montessori pembagian usia ada tiga bagian, yaitu tahap pertama terjadi pada anak usia 0-6 tahun, tahap kedua pada usia 6-12 tahun, dan tahap ketiga anak usia 12-18 tahun.8 Dengan demikian, bagi seorang pendidik khususnya orang tua dan umumnya bagi para guru harus mengetahui karakteristik

7 Agustina Prasetyu Magini, Sejarah Pendekatan Montessori, (Yogyakarta: Kanisius, 2013), hal. 51

8 Vidya Dwina Paramitha, Jatuh Hati Pada Montessori, (Yogyakarta: PT Bintang Pustaka, 2017), hal. 12

(21)

setiap perkembangan usia anak dengan baik agar dapat menstimulasikan metode yang tepat dalam mendidik anak-anaknya sesuai usia perkembangannya. Karena terkadang masih ada orang tua yang menanamkan sistem pendidikan yang sama terhadap anak-anaknya, sehingga timbul kesenjangan antara orang tua dan anak karena berasal dari sistem pendidikan yang diberikan tidak tepat sasaran.

Menurut penulis dengan menggunakan metode yang tepat dalam mendidik anak, anak akan mampu mengeksplorasi pengetahuan yang didapatkan dengan sendirinya. Dengan demikian jiwa mereka akan terbentuk lebih mandiri daripada biasanya begitulah dengan metode Montessori dalam mendidik anak. Metode ini merupakan pendekatan yang berpusat pada anak (children centered), serta berdasarkan pengamatan ilmiah terhadap anak-anak (scientific observation).9 Tujuan pokok yang hendak dicapai Montessori adalah membuat anak-anak mandiri dan melakukan segala sesuatunya sendiri. “Tak ada orang bebas, kecuali dia MANDIRI”.10 Itulah kalimat yang ditanamkan Montessori yang dijadikan sebagai motto dalam mendekatkan diri dalam mendidik anak-anak.

Doktrin lain yang diajarkan Montessori adalah “manusia itu berhasil bukan karena sudah diajarkan oleh gurunya, tetapi karena mereka mengalami dan melakukannya sendiri. Pengalaman adalah guru terbaik”.

Oleh karena itu, guru dalam lingkup pendekatan Montessori tidak lagi disebut sebagai guru, melainkan direktris karena fungsi guru lebih sebagai pengarah, fasilitator, dan observer atau pengamat.11

Oleh karena itu, penulis berinisiatif mengadakan sebuah penelitian tentang cara pendekatan Montessori kepada anak dalam menanamkan nilai- nilai keIslaman dalam kehidupannya. Hal ini menjadi kepentingan bagi diri

9 Zahra Zahira, Islamic Montessori Inspired Activity, (Yogyakarta: Bintang Pustaka, 2019), hal. 1

10 Agustina Prasetyu Magini, Op.Cit., hal. 54

11 Agustina Prasetyu Magini, Ibid., hal. 55

(22)

sendiri yaitu penulis khususnya dan umumnya para pembaca yang budiman dalam memberikan pengetahuan-pengetahuan keIslaman dalam menanamkan nilai-nilai spiritual sebagai pondasi dasar kepada anak.

Karena anak yang mempunyai pondasi dasar keagamaan dan spiritualitas yang kuat akan mampu menjalankan kehidupannya dengan baik di fase pertumbuhan setelahnya.

Dengan memperhatikan cara yang tepat dalam mendidik anak, penulis berasumsi hal ini akan menjadi stimulus bagi para pendidik untuk menjadi semangat dan berlomba-lomba dalam mendidik anak-anaknya untuk berprestasi dari segi keilmuan dan juga budi pekerti, yang mana anak- anak yang dididik ini menjadi sumber kebahagiaan. dan ini menjadi modal dasar bagi para calon pendidik baik guru maupun calon orang tua, karena sejatinya kita tidak bisa memilih ingin mempunyai orang tua yang seperti apa, akan tetapi kita semua bisa menjadi orang tua yang seperti apa yang kita inginkan. Berdasarkan hal inilah penulis menyusun skripsi dengan judul

“METODE PENDIDIKAN ANAK MONTESSORI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Kurangnya keterampilan pendidik dalam menerapkan metode pendidikan yang bisa mengaktifkan anak pada proses perkembangan pembelajarannya

2. Minimnya pengetahuan pendidik dalam mengetahui karakteristik tumbuh kembang anak

C. PEMBATASAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disebutkan di atas dalam penelitian ini penulis membatasi masalah berupa Metode Pendidikan Anak Montessori dalam Perspektif Pendidikan Islam. Dengan fokus membahas :

(23)

1. Metode Pendidikan anak yang digunakan adalah metode montessori yang ada di dalam bukunya dan buku-buku montessori yang lainnya 2. Metode pendidikan yang digunakan sasarannya adalah anak usia dini.

D. RUMUSAN MASALAH

Adapun berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka dapat dirumuskan pokok-pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana Metode Pendidikan Anak menurut Maria Montessori ? 2. Bagaimana Metode Pendidikan Anak Montessori dalam perspektif

Pendidikan Islam ? E. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui :

1. Metode pendidikan anak menurut Montessori

2. Metode Pendidikan Anak Montessori dalam perspektif pendidikan Islam

F. KEGUNAAN PENELITIAN

1. Secara teoritik yaitu sebagai berikut :

Memberikan sumbangan pemikiran dan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pendidikan, untuk kemajuan pendidikan secara umum dan pendidikan Islam secara khusus.

2. Secara praktis, yaitu sebagai berikut :

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk merumuskan kembali konsep pendidikan anak

(24)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi bagi semua kalangan pemerhati pendidikan, khususnya dalam upaya pengkajian secara lebih komprehensif dan serius terhadap konsep-konsep pendidikan anak.

(25)

12

BAB II KAJIAN TEORI

A. TINJAUAN METODE PENDIDIKAN ANAK 1. Pengertian Metode Pendidikan

Sebelum membahas tentang apa itu metode pendidikan anak, ada baiknya mengulas terlebih dahulu tentang pengertian dari metode guna menambah wawasan pemahaman yang lebih komprehensif tentang metode pendidikan.

Salah satu komponen terpenting dalam suksesnya suatu pendidikan adalah dengan metode. Metode memiliki pengertian jalan atau cara yang biasa dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Metode berasal dari dua kata yaitu meta dan hodos. Meta berarti melalui, hodos berarti jalan atau cara, bila ditambah dengan logi sehingga menjadi metodologi berarti ilmu pengetahuan tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.1 Adapun dalam bahasa arab sendiri, metode mempunyai istilah sebagai thoriqoh yang mempunyai arti sebagai langkah-langkah yang strategis dalam melakukan suatu pekerjaan.2

Adapun dalam pandangan para ahli tentang definisi metode ialah:

a. Abdurrahman Ghunaimah menyebut metode sebagai cara-cara yang diikuti oleh pendidik untuk menyampaikan sesuatu kepada peserta didik.3

1 M. Arifin, Ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2011), hal. 65

2 Shalil Abd. Al Aziz, at tarbiyah wa thuriq al tadris, kairo, maarif, 119 H, hal. 196 dalam Ramayulis, Metode Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hal. 2-3

3 Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam : Fakta Teoritis-Filosofis dan Aplikatif-Normatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013) hal. 139

(26)

b. Winarno Surakhmad mendefinisikan bahwa metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.4 c. Abu Ahmadi mendefinisikan bahwa metode adalah suatu

pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur.5

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah seperangkat cara, jalan, dan cara yang harus dimiliki dan digunakan oleh pendidik dalam upaya menyampaikan dan memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak atau peserta didik guna tercapainya suatu tujuan pendidikan. Bila ditinjau lebih spesifikasi makna kata metode dari para ahli di atas adalah formal yaitu makna metode yang digunakan dalam pembelajaran di suatu lembaga. Hal ini terlihat dari kata yang digunakan menggunakan peserta didik.

Bila ditinjau lebih jauh, makna metode yang mempunyai spesifikasi bagi nonformal ada dalam sudut pandang montessori.

Montessori adalah salah satu ilmuan barat yang menaruh banyak perhatian terhadap masa perkembangan anak. Pada akhirnya ia menemukan dan membuat sebuah metode sendiri dengan menggunakan namanya sendiri yaitu metode montessori. Jadi metode Montessori adalah sebuah metode pendidikan yang berpusat pada hasil pemikiran Dr. Maria Montessori selaku penggagasnya.

Ciri khas dari metode montessori ini adalah penghargaan terhadap kepribadian anak yang dibawa menuju sebuah titik yang tidak pernah dicapai sebelumnya. Pembelajaran dalam metode montessori ini menekankan pada stimulasi seluruh indra anak, bukan hanya dari segi audio atau visual saja seperti yang seringkali diterapkan pada sekolah konvensional. Dan tujuan dari metode montessori ini adalah untuk

4 Winarno Surakhmand, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito, 1998), hal. 96

5 Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hal. 52

(27)

menemukan watak alami anak dan memberi kebebasan pada anak.6 Oleh karena itu metode ini menekankan pada kemandirian dan keaktifan anak dengan konsep pembelajaran langsung melalui praktik dan permainan kolaboratif.

Sehingga bila di korelasikan maksud definisi di atas mempunyai suatu kesimpulan berupa suatu cara yang digunakan oleh pendidik dengan suatu penghargaan yang membawa anak kepada suatu titik yang belum dicapainya dan membuat watak alami yang dimilikinya berkembang tanpa adanya keterikatan. Definisi metode yang formal mengantarkan anak akan paham dan mengerti terhadap apa yang disampaikan sedangkan definisi metode dengan sudut pandang non formal mengantarkan anak kepada kebebasan dan menumbuhkembangkan watak anak.

Sedangkan pendidikan secara etimologi, sebagaimana yang dikutip dalam kamus besar bahasa Indonesia “proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan latihan”.7

Banyak dari para ahli mendefinisikan kata pendidikan sesuai dengan apa yang dialaminya, berikut makna definisi pendidikan menurut para ahli :

a. Abuddin Nata dalam bukunya Pengembangan Profesi Keguruan Dalam Perspektif Islam menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha atau aktivitas untuk membentuk manusia – manusia yang cerdas dalam berbagai aspeknya, yakni baik

6 Maria Montessori, terj. Ahmad Lintang Lazuardi, Rahasia Masa Kanak-Kanak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), hal/ 163

7 Tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, Tt), h. 240

(28)

intelektual, sosial, emosional, maupun spiritualnya terampil, serta berkepribadian dan dapat berperilaku dengan dihiasi akhlak mulia.8 b. Teguh Triyanto, pendidikan adalah usaha menarik sesuatu di dalam

manusia sebagai upaya memberikan pengalaman – pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah, dan luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi kemampuan – kemampuan individu agar di kemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.9

c. Ahmad Tafsir yang dimaksud dengan pendidikan adalah pengembangan pribadi dalam semua aspeknya, dengan penjelasan bahwa yang dimaksud pengembangan pribadi ialah yang mencakup pendidikan oleh diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan, dan pendidikan oleh orang lain. (guru). Seluruh aspek mencakup jasmani, akal dan hati.10

d. Dan pada dasarnya pendidikan merupakan proses pengalihan pengetahuan secara sadar dan terencana untuk mengubah tingkah laku manusia dan mendewasakan manusia melalui proses pengajaran dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal.11

Melihat dari definisi di atas adanya suatu usaha atau proses yang dilakukan dalam pendidikan, Montessori menggunakan pendapatnya yang mana bagi Montessori mencakup dua unsur kunci yang sangat penting, yaitu anak secara individu dan lingkungan. Adapun unsur primernya adalah keadaan fisiologis dan mental dari anak secara

8 Prof. Dr. Abuddin Nata, MA., Pengembangan Profesi Keguruan Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: 2018), hal. 1

9 Teguh Triyanto, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), hal. 23-24

10 Ahmad Tafsir, Op.Cit., hal. 26

11 Muhammad Irham, et. All., Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hal. 19

(29)

individu, yang memberinya kekuatan untuk beraktifitas.12 Maksudnya ialah melalui interaksi dan keterlibatan mereka terhadap lingkungan, anak-anak mampu beradaptasi dengan benda dan situasi yang dialaminya dari lingkungan. Sehingga adanya kekuatan fisiologis, mental dari anak menggerakkannya pada aktivitas yang bebas dalam mengeksplorasi lingkungannya dan informasi yang didapatinya menjadi bagian dari dirinya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan adalah adanya suatu usaha yang dilakukan sengaja dan secara sadar baik itu dilakukan dalam bentuk formal (sekolah) dan non formal (keluarga dan masyarakat) yang berorientasi pada pendidikan jasmani, akal dan hati, guna menghasilkan manusia yang cerdas, berakhlak mulia, cinta tanah air dan mempunyai mental yang terlatih yang memberinya kekuatan untuk terus beraktivitas pada ranah yang positif.

Dari definisi yang tertera di atas bila dikaitkan satu sama lain, metode pendidikan adalah cara yang digunakan baik secara formal maupun nonformal dalam mendidik yang digunakan oleh pendidik guna terwujudnya kepribadian utama dan watak yang baik.

2. Pengertian Anak

Pengertian anak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, anak adalah manusia yang masih kecil yang masih belum dewasa dan sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan.13 Beberapa ahli pun mengemukakan pendapatnya tentang definisi anak, dalam berbagai pandangan :

12 Maria Montessori, terj. Ahmad Lintang Lazuardi, Metode Montessori: Panduan Wajib Untuk Guru dan Orang Tua Didik PAUD, editor Gerald Lee Gutek. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), 72

13 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia¸(Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hal. 32

(30)

a. Anak dalam ranah psikologi yaitu mereka yang sedang berada dalam perkembangan masa prenatal, lahir, bayi, atitama (anak berusia 3 tahun), alitama (anak lima tahun), dan anak tengan (usia 6-12 tahun).14

b. Anak sebagai orang dewasa yang mini, sebagaimana yang diungkapkan oleh Zakiah Daradjat mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul Ilmu Jiwa Agama bahwa anak adalah sekelompok orang yang belum dewasa yang masih dalam taraf perkembangan dan memerlukan bimbingan dan pembinaan orang dewasa.15

c. Anak sebagai generasi penerus orang tua dan bangsa, orang tua yang telah memiliki anak akan merasa ada pihak yang dapat meneruskan garis keturunannya. Garis keturunan tidak akan terputus dan kelangsungan hidup manusia pada umumnya akan lebih terjamin.16

Oleh karena itu, dalam hal mendidik anak diperlukan sikap yang penuh dengan kelemah lembutan serta murah hati, dalam memperlakukannya sekalipun ia melakukan suatu perbuatan yang salah. Karena dibalik semua perilaku anak sering kali terdapat alasan yang luar biasa hebat dan kritis yang membuat kita berdecak kagum.17 Hal inilah yang membuat Montessori mengklaim bahwa tiap-tiap anak ketika lahir memiliki daya psikis, sebuah pengajar-dalam diri yang merangsang pembelajaran.18 Sehingga anak bisa tumbuh dewasa sesuai dengan suara hati nuraninya.

Maria Montessori berpendapat anak dianugerahi dengan kekuatan yang tak dikenal, yang dapat memandu kita menuju masa depan yang gemilang. Jika yang benar-benar kita inginkan adalah dunia

14 Agoes Daryo, Psikologi Perkembangan Anak 3 Tahun, (Bandung: PT. Afrika Aditama, 2007), hal. 8

15 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), hal. 109

16 Abdul Halim, Anak Soleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: Mitra Pustaka: 2003), hal.

7

17 Ayah Edy, Ayah Edy : Punya Cerita. (Jakarta: Noura Books, 2013), hal. 68

18 Maria Montessori, terj. Ahmad Lintang Lazuardi, Metode Montessori, Op.Cit. hal. 72

(31)

yang baru, maka pendidikan harus menjadikan pengembangan potensi- potensi tersembunyi ini sebagai tujuannya.19 Oleh karenanya, suatu bangsa yang menjadi besar disebabkan oleh generasi yang mempunyai jiwa yang besar. Cita-cita yang kuat dan penuh penggapaian yang dibaluti dengan semangat juang akan mampu menghantarkan kehidupan bangsa yang lebih baik, yang dipandu melalui proses pendidikan.

Dengan demikian dapat disimpulkan dari pendapat para pakar di atas bahwa yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang memiliki usia kurang dari 12 tahun yang kesehariannya selalu dipenuhi dengan bermain dan masih berada dalam fase pertumbuhan dan perkembangan yang tidak lepas dari bimbingan dan pendidikan serta pengawasan karena pada dasarnya anak akan tumbuh dewasa sesuai dengan hati nuraninya tanpa ada unsur paksaan dari manapun.

3. Metode Pendidikan Anak

Pada dasarnya dalam mendidik anak perlu adanya usaha yang ekstra baik dari segi waktu, tenaga, dan rasa penuh akan kesabaran. Cara mendidik anak pun tidak bisa disamakan dengan anak yang lainnya, hal ini karena masing-masing anak mempunyai karakter yang berbeda dan menjadikannya unik dan penuh tantangan. Maka oleh karena itu, diperlukanlah cara, strategi atau metode dalam mendidik anak khususnya anak-anak yang masih kecil. Menurut Jamal dalam bukunya Manajemen Strategis Pendidikan Anak Usia Dini mengemukakan ada beberapa metode yang dapat ditempuh dalam melaksanakan pendidikan anak usia dini, di antaranya :

a. METODE GLOBAL (GANZE METHOD)

19 Maria Montessori, The Absordent Mind, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal. 3

(32)

Metode ini mendorong anak membuat suatu kesimpulan dengan kalimatnya sendiri. Contohnya, ketika membaca buku, anak diminta menceritakan kembali dengan rangkaian katanya sendiri.

Sehingga, informasi yang anak peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diserap lebih lama. Dengan demikian, anak akan terlatih berpikir kreatif dan berinisiatif.

b. METODE PERCOBAAN (EXPERIMENTAL METHOD)

Metode pembelajaran ini mendorong anak dan memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan percobaan sendiri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Maryam, staf pengajar di sekolah alam Ciganjur, Jakarta Selatan, yang menyatakan bahwa terdapat tiga tahapan yang dilakukan anak untuk memudahkan masuknya informasi, yaitu mendengar, menulis atau menggambar lalu melihat dan melakukan percobaan sendiri.

c. METODE LEARNING BY DOING

Menurut Nazhori Author, sabda Rasulullah yang berbunyi,”shalatlah kamu seperti kamu melihat aku sholat” adalah bukti bahwa proses belajar mengajar sudah berlangsung sejak zaman Rasulullah sebagai pondasi awal dalam pendidikan Islam. Sabda tersebut juga mengandung unsur pedagogis, di mana bahasa nonverbal yang disampaikan Rasulullah sampai saat ini masih menjadi bumbu penyedap dalam melengkapi metode pengajaran.

Artinya, bahasa nonverbal memegang peranan dalam proses belajar mengajar. Bahkan, bahasa nonverbal banyak digunakan taman kanak-kanak atau kelompok bermain (playgroup) yang banyak mengadopsi model belajar kindergarten-nya Froebel dan model belajar casa dei bambini-nya Maria Montessori.

d. METODE HOMESCHOOLING GROUP

(33)

Metode homeschooling groups ini dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, karena dalam pelaksanaannya bersifat dinamis, dapat bervariasi sesuai dengan keadaan sosial ekonomi orang tua.

Dalam pelaksanaannya homeschooling groups ini mengharuskan adanya kelompok-kelompok belajar dan bermain yang bisa dibuat oleh beberapa orang tua (ibu) anak itu sendiri. Hal tersebut bertujuan untuk menanamkan konsep sosialisasi pada anak, membangun solidaritas di kalangan ibu, di samping dapat meringankan beban ibu dan upaya memperbaiki lingkungan masyarakat. Kurikulum homeschooling groups diharapkan dapat mencerminkan kegiatan untuk membangun kemampuan kepribadian anak, kemampuan ilmu agama, dan keterampilan ilmu pengetahuan (kognitif, bahasa, motorik kasar, motorik halus, seni, kemandirian, dan sosial emosional).

e. METODE GLENN DOMAN

Metode ini yaitu, mengajarkan anak bayi kita untuk membaca.

Glenn Domman menggunakan metode ini kepada anak yang mengalami cedera otak, sehingga menjadikan anak tersebut lebih terlambat dari anak-anak yang seusianya, baik dalam hal bicara, membaca ataupun menganalisis.38 Metode Glenn Doman mengajak anak belajar dalam suasana yang sangat nyaman. Seolah-olah si anak diajak bukan belajar, tetapi bermain dengan riang. Suasana inilah yang menimbulkan keingintahuan anak meningkat. Kegiatan ini dilaksanakan penuh kasih orang tua terhadap anak. Namun, orang tua tidak diizinkan untuk menguji si anak. Kegiatan harus dihentikan ketika si anak kelihatan sudah bosan. Menurut metode Glenn Doman, orang tua bisa memulai mengajarkan anaknya belajar membaca sejak bayi.

Bahkan, sejak ia masih dalam kandungan, orang tua sudah bisa

(34)

berbicara padanya. Pembelajaran sejak dini akan melatih indra penglihatannya.20

B. TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM 1. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan Islam terdiri dari 2 kata, pendidikan dan Islam.

Secara etimologi, pengertian pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.21 Sedangkan Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. berpedoman pada kitab suci Al Quran yang diturunkan melalui wahyu Allah Swt.22 Sehingga makna pendidikan dan Islam bila disatupadukan mempunyai makna tentang pola perubahan tingkah laku seseorang yang berpedoman pada Al Quran dan Hadis.

Adapun pengertian pendidikan Islam dari segi bahasa adalah sebagai berikut :

a. Al-Tarbiyah

Tarbiyah berasal dari kata rabba, yarbu tarbiyatan yang memiliki makna tambah (zad) dan berkembang (numu). Maka al- tarbiyah dapat berarti proses menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada pada diri anak, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual. Pengertian ini didasarkan atas QS. Ar-Rum ayat 39:

ٓا َم َوۚ ِ ه

للّا َدْن ِع ا ْوُب ْرَي ا َ ل َ

ف ِساَّنلا ِلا َو ْم َ ا ٓ ْيِف ۟

ا َوُب ْرَيِ ه

ل اًب ِهر ْنِهم ْم ُتْيَتٰا ٓاَمَو ىٰۤلو ُ

ا ف ِ َ ه

للّا َه ْج َو َ

ن ْو ُدْي ِر ُت ٍةو ٰ

كَز ْن ِهم ْمُتْي َتٰا

َ ن ْو ُ ف ِع ْض ُم ْ

لا ُم ُه َك

20 Jamal Ma’mur Asmani, Manajemen Strategis Pendidikan Anak Usia Dini, (Jogjakarta:

Diva Press, 2009), hal. 112-122

21 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. Ke IV. (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), hal. 326

22 Pusat Bahasa, Ibid., hal. 549

(35)

dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah.

dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).

Dalam pengertian ini, pendidikan (al-tarbiyah) merupakan proses menambahkan, menumbuhkan dan mengembangkan sesuatu (potensi) yang terdapat pada baik secara psikis, fisik,spiritual maupun sosial.

b. Al-Ta’lim

Kata ta’lim yang jamaknya kata ta’aalim atau asal katanya yaitu

‘allama, yu’allimu, ta’liman. Dengan demikian kata al - talim menunjukkan sebuah proses pengajaran, yaitu menyampaikan sesuatu berupa ilmu pengetahuan.

c. Al-Tahdzib

Kata al-tahdzib secara harfiah berarti pendidikan akhlak, atau menyucikan diri dari perbuatan akhlak yang buruk, dan berarti pula terdidik atau terpelihara dengan baik.

d. Al-Riyadhah

Al-Riyadhah berasal dari kata raudha, yang mengandung arti tame (menjinakkan), train (latihan), dan regulate (mengatur). Dalam pendidikan ar-riyadah diartikan mendidik jiwa anak dengan akhlak mulia.

e. Al-Tadris

Kata al-tadris berasal dari kata darrasa yudarrisu tadrisan, yang berarti pengajaran atau mengajarkan. Yaitu menyampaikan ilmu

(36)

pengetahuan kepada yang selanjutnya memberi pengaruh dan menimbulkan perubahan pada dirinya.23

Adapun secara terminologi, menurut Muhammad, dkk. dalam bukunya yang berjudul “Kawasan dan Wawasan Studi Islam”

memaknai pendidikan Islam sebagai usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membalas secara mendalam tentang seluk beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan ajaran, sejarah maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupann sehari-hari, sepanjang sejarahnya.24

Sedangkan menurut Arifin, pendidikan Islam merupakan pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana tercantum dalam Al-Quran dan Al-Hadits serta dalam pemikiran para ulama dan dalam praktik sejarah umat Islam. Manusia harus dididik melalui proses pendidikan Islam, yang berarti sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.25

Dari sudut pandang yang lain adalah suatu pendidikan yang melatih perasaan murid-murid dengan cara sebegitu rupa sehingga di dalam sikap hidup, tindakan, keputusan dan pendekatan mereka terhadap segala jenis pengetahuan mereka dipengaruhi sekali dengan nilai spiritualitas dan semangat kesadaran akan nilai etis Islam itulah yang disebut dengan pendidikan Islam.26

Berbeda halnya dengan penuturan Syekh Khalid Abdurrahman Al-‘Ikk yang memaknai pendidikan Islam dengan kumpulan beberapa

23 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 7-21

24 Muhammad, dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Cet. Ke 2. (Jakarta: Pranada Media, 2005), hal. 63

25 Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hal. 7

26 Nik Haryanti, Ilmu Pendidikan Islam, (Malang: Gunung Samudra, 2004), hal. 9

(37)

sistem yang telah ditetapkan oleh Islam untuk mendidik generasi muda dengan pendidikan keimanan. Pendidikan ini memetakan akal manusia dan melatihnya untuk berpikir, berangan-angan, melakukan analisis, dan meneliti, serta memaksimalkan kecerdasan untuk kebaikan diri dan masyarakat.27

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam memiliki makna bahwa pertama, adanya suatu wadah yang di dalamnya terdapat proses perubahan sikap dan berorientasi kepada keimanan yang berpedoman pada Al Quran dan Sunnah Rasul.

kedua, adanya usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik untuk menciptakan generasi selanjutnya yang mempunyai intelektual dan integritas yang tinggi. Ketiga, menanamkan kesadaran dalam diri bahwa segala sesuatu yang dipelajari dalam proses pendidikan harus disertai dengan bukti nyata kepada masyarakat dan lingkungannya.

2. Dasar Pendidikan Islam

Islam sangat mementingkan pendidikan, dan pendidikan yang benar dan berkualitas mampu membentuk individu menjadi lebih beradab yang pada akhirnya tercipta kerukunan yang aman dan tentram dalam berkehidupan sosial. Oleh karena itu Al Quran dan Sunnah adalah dua sumber utama dalam pondasi pendidikan Islam. Karena segala urusan dan permasalahan yang ada sudah termaktub dalam dua sumber ini.

Menurut Zuhairini dkk, yang dimaksud dengan dasar pendidikan Islam adalah dasar-dasar yang bersumber dari ajaran Islam yang tertera dalam Al Quran dan Hadits. Menurut ajaran Islam, bahwa

27 Syekh Khalid Abdurrahman al-‘Ikk, Prophetic Parenting Berdasarkan al-Quran dan Sunnah Rasulullah Saw., (Yogyakarta: Laksana, 2017), hal. 281

(38)

pelaksanaan pendidikan agama Islam merupakan perintah dari Allah dan merupakan ibadah kepadanya.28

a. Al Quran

Pendidikan Islam ibarat cahaya penerang bagi siapa saja yang menjalankannya dan mengamalkannya. Karena dari pendidikan seseorang mampu belajar, bilamana pendidikan itu dibalut dengan nilai-nilai keIslaman yang penuh pada saat proses belajar mengajarnya, hal itu mampu menjadi satu modal untuk menggapai kemuliaan dan ketinggian derajat seseorang. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat Al-Mujadilah: 11

ا ْو ُح َس فا ْ َ

ف ِسِل ٰج َم ْ

لا ىِف ا ْو ُح َّس فَت ْم َ ُ ك َ

ل َ

لْي ِق ا َذ ِا آ ْوُن َم ٰ

ا َنْي ِذ َّ

لا اَهُّي َ آٰي َ

لْي ِق ا َذ ِا َو ْۚم ُ ك َ

ل ُ ه

للّا ِح َس فَي ْ ا ْوُن َم ٰ

ا َنْي ِذ َّ

لا ُ ه

للّا ِع ف ْرَي ا ْو ُز ُش َ ْ

نا ف ا ْو ُز ُش َ ْ نا رْيِب َخ َنْوُلَم ْعَت اَمِب ُ هللّاَو ٍٍۗت ٰج َرَد َم ْ

ل ِع ْ لا اوُت ْو ُ

ا َنْي ِذ َّ

لا َو ْْۙم ُ كْن ِم

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:

"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:

"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q.S. Al – Mujadilah [58]: 11)

Ayat diatas menerangkan bahwa pendidikan adalah suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia tentunya pendidikan yang dijalankan dengan penuh keikhlasan dan keridhoan semata-mata hanya karena Allah. Dan bahkan manusia diperintahkan untuk terus berdoa agar selalu ditambahkan ilmu dari sumber dari segala sumber ilmu yaitu Allah Swt. sebagaimana Allah berfirman :

28 Zuhairini dkk, Metodik Khusus Islam, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), cet. ke 8, hal.

23

(39)

. . . . .

اًم ْ

ل ِع ْي ِن ْد ِز ِ هب َّر ْلُقَو

dan Katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.(Q.S. Thaahaa [20]: 114)

b. Sunnah/ Hadis

Sunnah menurut istilah syara’ adalah sesuatu yang datang dari Rasulullah, baik berupa perkataan, perbuatan, ataupun pengakuan (taqrir).29 Atau dengan kata lain, cara, jalan, kebiasaan dan tradisi.

Hadits/ Sunnah bersifat menegaskan yang umum dan khusus, memberikan penjelasan secara operasional serta menegaskan dan mengoperasionalkan aturan dalam Al Quran.30

c. Ijtihad

Ijtihad menurut bahasa yaitu mengerjakan sesuatu dengan segala kesungguhan. Sedangkan menurut istilah ialah mengerahkan segala potensi akal pikiran dan kemampuan semaksimal mungkin untuk menetapkan hukum-hukum syari’ah. Yang terdiri dari Ijma’ yaitu kesepakatan para ulama, qiyas yaitu menetapkan hukum sesuatu yang belum ditetapkan hukumnya di dalam Quran dan Sunnah, Istihsan yaitu menetapkan suatu hukum karena didasarkan pada asas kebaikan, maslahah mursalah yaitu menetapkan hukum atas dasar manfaat bagi masyarakat, saddudz-Dzari’ah yaitu menetapkan hukum atas dasar kerusakan bagi seseorang atau golongan, istishab yaitu menetapkan suatu hukum atas hukum yang sudah menjadi kebiasaan di masyarakat dan ‘urf yaitu menetapkan suatu hukum yang telah menjadi kebiasaan masyarakat.31

29 Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fikih, (Semarang: Thoha Putra, 1994), hal. 40

30 Aminuddin, Aliaras Wahid, Moh. Rofiq, Membangun Karakter dan Kepribadian Melalui Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Graha Ilmu, 2006), hal. 41

31 Aminuddin, Aliaras Wahid, Moh. Rofiq, Ibid., hal. 42-43

(40)

3. Tujuan Pendidikan Islam

Pendidikan Islam berusaha membina atau mengembalikan manusia kepada fitrahnya yaitu kepada rububiyah Allah sehingga mewujudkan manusia yang (1). Berjiwa tauhid (2). Taqwa kepada Allah (3). Rajin beribadah dan beramal shaleh (4). Ulil albab serta berakhlakul karimah.32

Menurut akhdiyat, ada beberapa indikator untuk mencapai tujuan pendidikan Islam yakni :

a. Tercapainya peserta didik yang cerdas dengan memiliki tingkat kecerdasan intelektualitas yang tinggi.

b. Tercapainya yang memiliki kesabaran dan kesalehan emosional, sehingga tercermin dalam kedewasaan menghadapi masalah.

c. Tercapainya yang memiliki kesalehan spiritual, yaitu menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya.33

Sedangkan bila dilihat dari paradigma anak, tujuan pendidikan Islam terhadap anak menurut Heri Jauhari Muchtar ada 17, yaitu : a. Menanamkan tauhid dan aqidah

b. Mengajarkan al-Quran dan Hadits

c. Melatih mengerjakan shalat dan ibadah – ibadah lain d. Memisahkan tempat tidur dan menutup aurat

e. Mengajarkan halal dan haram

f. Memperlakukan anak dengan kasih sayang dan bijaksana g. Menanamkan rasa cinta kepada sesama anak

h. Memperlakukan anak sesuai dengan kemampuannya i. Berlaku adil terhadap anak-anaknya

j. Memberi teladan terhadap anak-anak k. Memperhatikan pergaulan anak

32 Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 2005), h. 128

33 Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hal. 189

(41)

l. Memberi hiburan dan mengajak berolahraga m. Mendidik anak agar mandiri

n. Memperkenalkan dan bersilaturahmi kepada kerabat o. Mendidik anak untuk peduli kepada sesama

p. Mendidik anak untuk peduli terhadap lingkungan sekitar q. Mewasiatkan Islam kepada anak.34

Pendidikan Islam juga bertujuan untuk mengarahkan manusia, menggali, dan mengasah bakatnya, serta memperkenalkan berbagai macam cara berinteraksi dengan masyarakat, sehingga tercipta rasa persaudaraan dan saling mengasihi.35 Selain itu, pendidikan Islam juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk perkembangan akhlak dan moral seseorang.

Ibnu Khaldun merumuskan bahwa tujuan pendidikan Islam terbagi menjadi dua macam, yaitu : (1) tujuan yang berorientasi pada ukhrawi, yaitu membentuk seorang hamba agar melakukan kewajiban kepada Allah; (2) tujuan yang berorientasi duniawi, yaitu membentuk manusia yang mampu menghadapi segala bentuk kebutuhan dan tantangan kehidupan agar menjadi lebih layak dan bermanfaat bagi orang lain.36

Sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang mengalami pendidikan Islam secara keseluruhan, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi “insan kamil” dengan pola taqwa insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allah Swt. ini mengandung arti bahwa pendidikan Islam itu diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam

34 Heri Jauhari Muchtar, Ibid. h. 85 - 109

35 Syekh Khalid Abdurrahman al-‘Ik, Op.Cit., h. 281

36 Abdul Majid dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010), hal. 84

(42)

berhubungan dengan Allah dan dengan manusia sesamanya, dapat mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia kini dan di akhirat nanti.37

Sehingga penulis berkesimpulan bahwa tujuan dari pendidikan Islam adalah terbentuknya pola akhlakul karimah, dengan mengedepankan keimanan dan ketakwaan dan tanpa mengesampingkan pengetahuan hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Karena sistem pendidikan akhlak yang Islami akan menumbuhkan proses pendidikan yang berorientasi pada nilai-nilai yang mampu mengarahkan perkembangan manusia yang bertahap dari kehidupan anak sampai pada titik kemampuan yang optimal. Karena seseorang tidak akan mendapat kenikmatan akhirat bilamana dirinya tidak dibekali dengan ilmu, dan seseorang tidak akan mendapatkan kenikmatan dunia bila tidak diikuti dengan ilmu, dan bila ingin kenikmatan kedua-duanya harus disertai dengan ilmu. Dan akhlak menjadi landasan utama para muslimin dalam mendidik dan mengajarkan suatu pengetahuan kepada anak.

4. Ciri dan Fungsi Pendidikan Islam

a. Sistem Pendidikan Islam Merujuk pada Al-Qur’an dan Hadist b. Sistem pendidikan Islam memiliki jika tujuan akhir, prinsip

kepemimpinan, kebijaksanaan strategis, pengorganisasian dan sistem manajemen penyelenggaraan pendidikan berbasis pada serta dikendalikan dengan ketentuan-ketentuan menurut al-ahkam al- khamsah

c. Visi misi, strategi, kepemimpinan pada tingkat penanggung jawab tertinggi dari lembaga penyelenggara merujuk dan menjunjung tinggi ajaran islam, baik dinyatakan secara eksplisit maupun tidak tentang ayat Al-Qur’an dan hadist.

37 Zulkifli Agus, Konsep Pendidikan Islam Bagi Remaja Menurut Zakiah Daradjat, Jurnal Tarbiyah Islamiyah : RAUDHAH Proud To Be Professional, Volume 4 Nomor 1 Edisi Juni 2019, hal. 11-12

Referensi

Dokumen terkait

Metode numerik merupakan suatu metode untuk menyelesaikan masalah- masalah matematika dengan menggunakan sekumpulan aritmatik sederhana dan operasi logika pada

Definisi Kejahatan Perang, secara detail dijelaskan dalam Pasal 8 Statuta Roma, sebagai sebuah perbuatan yang melanggar Konvensi Jenewa, tanggal 12 Agustus 1949,

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung jahe pada level 0,5% menghasilkan dangke dengan kadar protein terlarut dan aktivitas antioksidan yang tinggi

Mungkin memang benar apabila matahari memancar, langit biru , tetapi kita tentu tidak mau kesimpulan ini bahwa kebiruan langit merupakan syarat tunggal yang menjamin kebenaran

Untuk mencari jumlah pekerja yang dibutuhkan dalam proses produksi pembuatan  beton tiang pancang bulat ( spunt piles) dapat dilakukan dengan membagi waktu proses  produksi

pendidikan Islam yaitu anak didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan, Metode Pendidikan

Dengan kata lain, hidup bukanlah sekedar untuk hidup, namun dengan perspektif bahwa hidup kita di bumi ini akan dan pasti ada akhirnya, supaya suatu saat, ketika akhir kita sudah