• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. RUMUSAN MASALAH

Adapun berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka dapat dirumuskan pokok-pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana Metode Pendidikan Anak menurut Maria Montessori ? 2. Bagaimana Metode Pendidikan Anak Montessori dalam perspektif

Pendidikan Islam ? E. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui :

1. Metode pendidikan anak menurut Montessori

2. Metode Pendidikan Anak Montessori dalam perspektif pendidikan Islam

F. KEGUNAAN PENELITIAN

1. Secara teoritik yaitu sebagai berikut :

Memberikan sumbangan pemikiran dan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pendidikan, untuk kemajuan pendidikan secara umum dan pendidikan Islam secara khusus.

2. Secara praktis, yaitu sebagai berikut :

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk merumuskan kembali konsep pendidikan anak

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi bagi semua kalangan pemerhati pendidikan, khususnya dalam upaya pengkajian secara lebih komprehensif dan serius terhadap konsep-konsep pendidikan anak.

12

BAB II KAJIAN TEORI

A. TINJAUAN METODE PENDIDIKAN ANAK 1. Pengertian Metode Pendidikan

Sebelum membahas tentang apa itu metode pendidikan anak, ada baiknya mengulas terlebih dahulu tentang pengertian dari metode guna menambah wawasan pemahaman yang lebih komprehensif tentang metode pendidikan.

Salah satu komponen terpenting dalam suksesnya suatu pendidikan adalah dengan metode. Metode memiliki pengertian jalan atau cara yang biasa dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Metode berasal dari dua kata yaitu meta dan hodos. Meta berarti melalui, hodos berarti jalan atau cara, bila ditambah dengan logi sehingga menjadi metodologi berarti ilmu pengetahuan tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.1 Adapun dalam bahasa arab sendiri, metode mempunyai istilah sebagai thoriqoh yang mempunyai arti sebagai langkah-langkah yang strategis dalam melakukan suatu pekerjaan.2

Adapun dalam pandangan para ahli tentang definisi metode ialah:

a. Abdurrahman Ghunaimah menyebut metode sebagai cara-cara yang diikuti oleh pendidik untuk menyampaikan sesuatu kepada peserta didik.3

1 M. Arifin, Ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2011), hal. 65

2 Shalil Abd. Al Aziz, at tarbiyah wa thuriq al tadris, kairo, maarif, 119 H, hal. 196 dalam Ramayulis, Metode Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hal. 2-3

3 Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam : Fakta Teoritis-Filosofis dan Aplikatif-Normatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013) hal. 139

b. Winarno Surakhmad mendefinisikan bahwa metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.4 c. Abu Ahmadi mendefinisikan bahwa metode adalah suatu

pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur.5

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah seperangkat cara, jalan, dan cara yang harus dimiliki dan digunakan oleh pendidik dalam upaya menyampaikan dan memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak atau peserta didik guna tercapainya suatu tujuan pendidikan. Bila ditinjau lebih spesifikasi makna kata metode dari para ahli di atas adalah formal yaitu makna metode yang digunakan dalam pembelajaran di suatu lembaga. Hal ini terlihat dari kata yang digunakan menggunakan peserta didik.

Bila ditinjau lebih jauh, makna metode yang mempunyai spesifikasi bagi nonformal ada dalam sudut pandang montessori.

Montessori adalah salah satu ilmuan barat yang menaruh banyak perhatian terhadap masa perkembangan anak. Pada akhirnya ia menemukan dan membuat sebuah metode sendiri dengan menggunakan namanya sendiri yaitu metode montessori. Jadi metode Montessori adalah sebuah metode pendidikan yang berpusat pada hasil pemikiran Dr. Maria Montessori selaku penggagasnya.

Ciri khas dari metode montessori ini adalah penghargaan terhadap kepribadian anak yang dibawa menuju sebuah titik yang tidak pernah dicapai sebelumnya. Pembelajaran dalam metode montessori ini menekankan pada stimulasi seluruh indra anak, bukan hanya dari segi audio atau visual saja seperti yang seringkali diterapkan pada sekolah konvensional. Dan tujuan dari metode montessori ini adalah untuk

4 Winarno Surakhmand, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito, 1998), hal. 96

5 Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hal. 52

menemukan watak alami anak dan memberi kebebasan pada anak.6 Oleh karena itu metode ini menekankan pada kemandirian dan keaktifan anak dengan konsep pembelajaran langsung melalui praktik dan permainan kolaboratif.

Sehingga bila di korelasikan maksud definisi di atas mempunyai suatu kesimpulan berupa suatu cara yang digunakan oleh pendidik dengan suatu penghargaan yang membawa anak kepada suatu titik yang belum dicapainya dan membuat watak alami yang dimilikinya berkembang tanpa adanya keterikatan. Definisi metode yang formal mengantarkan anak akan paham dan mengerti terhadap apa yang disampaikan sedangkan definisi metode dengan sudut pandang non formal mengantarkan anak kepada kebebasan dan menumbuhkembangkan watak anak.

Sedangkan pendidikan secara etimologi, sebagaimana yang dikutip dalam kamus besar bahasa Indonesia “proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan latihan”.7

Banyak dari para ahli mendefinisikan kata pendidikan sesuai dengan apa yang dialaminya, berikut makna definisi pendidikan menurut para ahli :

a. Abuddin Nata dalam bukunya Pengembangan Profesi Keguruan Dalam Perspektif Islam menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha atau aktivitas untuk membentuk manusia – manusia yang cerdas dalam berbagai aspeknya, yakni baik

6 Maria Montessori, terj. Ahmad Lintang Lazuardi, Rahasia Masa Kanak-Kanak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), hal/ 163

7 Tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, Tt), h. 240

intelektual, sosial, emosional, maupun spiritualnya terampil, serta berkepribadian dan dapat berperilaku dengan dihiasi akhlak mulia.8 b. Teguh Triyanto, pendidikan adalah usaha menarik sesuatu di dalam

manusia sebagai upaya memberikan pengalaman – pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah, dan luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi kemampuan – kemampuan individu agar di kemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.9

c. Ahmad Tafsir yang dimaksud dengan pendidikan adalah pengembangan pribadi dalam semua aspeknya, dengan penjelasan bahwa yang dimaksud pengembangan pribadi ialah yang mencakup pendidikan oleh diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan, dan pendidikan oleh orang lain. (guru). Seluruh aspek mencakup jasmani, akal dan hati.10

d. Dan pada dasarnya pendidikan merupakan proses pengalihan pengetahuan secara sadar dan terencana untuk mengubah tingkah laku manusia dan mendewasakan manusia melalui proses pengajaran dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal.11

Melihat dari definisi di atas adanya suatu usaha atau proses yang dilakukan dalam pendidikan, Montessori menggunakan pendapatnya yang mana bagi Montessori mencakup dua unsur kunci yang sangat penting, yaitu anak secara individu dan lingkungan. Adapun unsur primernya adalah keadaan fisiologis dan mental dari anak secara

8 Prof. Dr. Abuddin Nata, MA., Pengembangan Profesi Keguruan Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: 2018), hal. 1

9 Teguh Triyanto, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), hal. 23-24

10 Ahmad Tafsir, Op.Cit., hal. 26

11 Muhammad Irham, et. All., Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hal. 19

individu, yang memberinya kekuatan untuk beraktifitas.12 Maksudnya ialah melalui interaksi dan keterlibatan mereka terhadap lingkungan, anak-anak mampu beradaptasi dengan benda dan situasi yang dialaminya dari lingkungan. Sehingga adanya kekuatan fisiologis, mental dari anak menggerakkannya pada aktivitas yang bebas dalam mengeksplorasi lingkungannya dan informasi yang didapatinya menjadi bagian dari dirinya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan adalah adanya suatu usaha yang dilakukan sengaja dan secara sadar baik itu dilakukan dalam bentuk formal (sekolah) dan non formal (keluarga dan masyarakat) yang berorientasi pada pendidikan jasmani, akal dan hati, guna menghasilkan manusia yang cerdas, berakhlak mulia, cinta tanah air dan mempunyai mental yang terlatih yang memberinya kekuatan untuk terus beraktivitas pada ranah yang positif.

Dari definisi yang tertera di atas bila dikaitkan satu sama lain, metode pendidikan adalah cara yang digunakan baik secara formal maupun nonformal dalam mendidik yang digunakan oleh pendidik guna terwujudnya kepribadian utama dan watak yang baik.

2. Pengertian Anak

Pengertian anak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, anak adalah manusia yang masih kecil yang masih belum dewasa dan sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan.13 Beberapa ahli pun mengemukakan pendapatnya tentang definisi anak, dalam berbagai pandangan :

12 Maria Montessori, terj. Ahmad Lintang Lazuardi, Metode Montessori: Panduan Wajib Untuk Guru dan Orang Tua Didik PAUD, editor Gerald Lee Gutek. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), 72

13 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia¸(Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hal. 32

a. Anak dalam ranah psikologi yaitu mereka yang sedang berada dalam perkembangan masa prenatal, lahir, bayi, atitama (anak berusia 3 tahun), alitama (anak lima tahun), dan anak tengan (usia 6-12 tahun).14

b. Anak sebagai orang dewasa yang mini, sebagaimana yang diungkapkan oleh Zakiah Daradjat mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul Ilmu Jiwa Agama bahwa anak adalah sekelompok orang yang belum dewasa yang masih dalam taraf perkembangan dan memerlukan bimbingan dan pembinaan orang dewasa.15

c. Anak sebagai generasi penerus orang tua dan bangsa, orang tua yang telah memiliki anak akan merasa ada pihak yang dapat meneruskan garis keturunannya. Garis keturunan tidak akan terputus dan kelangsungan hidup manusia pada umumnya akan lebih terjamin.16

Oleh karena itu, dalam hal mendidik anak diperlukan sikap yang penuh dengan kelemah lembutan serta murah hati, dalam memperlakukannya sekalipun ia melakukan suatu perbuatan yang salah. Karena dibalik semua perilaku anak sering kali terdapat alasan yang luar biasa hebat dan kritis yang membuat kita berdecak kagum.17 Hal inilah yang membuat Montessori mengklaim bahwa tiap-tiap anak ketika lahir memiliki daya psikis, sebuah pengajar-dalam diri yang merangsang pembelajaran.18 Sehingga anak bisa tumbuh dewasa sesuai dengan suara hati nuraninya.

Maria Montessori berpendapat anak dianugerahi dengan kekuatan yang tak dikenal, yang dapat memandu kita menuju masa depan yang gemilang. Jika yang benar-benar kita inginkan adalah dunia

14 Agoes Daryo, Psikologi Perkembangan Anak 3 Tahun, (Bandung: PT. Afrika Aditama, 2007), hal. 8

15 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), hal. 109

16 Abdul Halim, Anak Soleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: Mitra Pustaka: 2003), hal.

7

17 Ayah Edy, Ayah Edy : Punya Cerita. (Jakarta: Noura Books, 2013), hal. 68

18 Maria Montessori, terj. Ahmad Lintang Lazuardi, Metode Montessori, Op.Cit. hal. 72

yang baru, maka pendidikan harus menjadikan pengembangan potensi-potensi tersembunyi ini sebagai tujuannya.19 Oleh karenanya, suatu bangsa yang menjadi besar disebabkan oleh generasi yang mempunyai jiwa yang besar. Cita-cita yang kuat dan penuh penggapaian yang dibaluti dengan semangat juang akan mampu menghantarkan kehidupan bangsa yang lebih baik, yang dipandu melalui proses pendidikan.

Dengan demikian dapat disimpulkan dari pendapat para pakar di atas bahwa yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang memiliki usia kurang dari 12 tahun yang kesehariannya selalu dipenuhi dengan bermain dan masih berada dalam fase pertumbuhan dan perkembangan yang tidak lepas dari bimbingan dan pendidikan serta pengawasan karena pada dasarnya anak akan tumbuh dewasa sesuai dengan hati nuraninya tanpa ada unsur paksaan dari manapun.

3. Metode Pendidikan Anak

Pada dasarnya dalam mendidik anak perlu adanya usaha yang ekstra baik dari segi waktu, tenaga, dan rasa penuh akan kesabaran. Cara mendidik anak pun tidak bisa disamakan dengan anak yang lainnya, hal ini karena masing-masing anak mempunyai karakter yang berbeda dan menjadikannya unik dan penuh tantangan. Maka oleh karena itu, diperlukanlah cara, strategi atau metode dalam mendidik anak khususnya anak-anak yang masih kecil. Menurut Jamal dalam bukunya Manajemen Strategis Pendidikan Anak Usia Dini mengemukakan ada beberapa metode yang dapat ditempuh dalam melaksanakan pendidikan anak usia dini, di antaranya :

a. METODE GLOBAL (GANZE METHOD)

19 Maria Montessori, The Absordent Mind, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal. 3

Metode ini mendorong anak membuat suatu kesimpulan dengan kalimatnya sendiri. Contohnya, ketika membaca buku, anak diminta menceritakan kembali dengan rangkaian katanya sendiri.

Sehingga, informasi yang anak peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diserap lebih lama. Dengan demikian, anak akan terlatih berpikir kreatif dan berinisiatif.

b. METODE PERCOBAAN (EXPERIMENTAL METHOD)

Metode pembelajaran ini mendorong anak dan memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan percobaan sendiri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Maryam, staf pengajar di sekolah alam Ciganjur, Jakarta Selatan, yang menyatakan bahwa terdapat tiga tahapan yang dilakukan anak untuk memudahkan masuknya informasi, yaitu mendengar, menulis atau menggambar lalu melihat dan melakukan percobaan sendiri.

c. METODE LEARNING BY DOING

Menurut Nazhori Author, sabda Rasulullah yang berbunyi,”shalatlah kamu seperti kamu melihat aku sholat” adalah bukti bahwa proses belajar mengajar sudah berlangsung sejak zaman Rasulullah sebagai pondasi awal dalam pendidikan Islam. Sabda tersebut juga mengandung unsur pedagogis, di mana bahasa nonverbal yang disampaikan Rasulullah sampai saat ini masih menjadi bumbu penyedap dalam melengkapi metode pengajaran.

Artinya, bahasa nonverbal memegang peranan dalam proses belajar mengajar. Bahkan, bahasa nonverbal banyak digunakan taman kanak-kanak atau kelompok bermain (playgroup) yang banyak mengadopsi model belajar kindergarten-nya Froebel dan model belajar casa dei bambini-nya Maria Montessori.

d. METODE HOMESCHOOLING GROUP

Metode homeschooling groups ini dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, karena dalam pelaksanaannya bersifat dinamis, dapat bervariasi sesuai dengan keadaan sosial ekonomi orang tua.

Dalam pelaksanaannya homeschooling groups ini mengharuskan adanya kelompok-kelompok belajar dan bermain yang bisa dibuat oleh beberapa orang tua (ibu) anak itu sendiri. Hal tersebut bertujuan untuk menanamkan konsep sosialisasi pada anak, membangun solidaritas di kalangan ibu, di samping dapat meringankan beban ibu dan upaya memperbaiki lingkungan masyarakat. Kurikulum homeschooling groups diharapkan dapat mencerminkan kegiatan untuk membangun kemampuan kepribadian anak, kemampuan ilmu agama, dan keterampilan ilmu pengetahuan (kognitif, bahasa, motorik kasar, motorik halus, seni, kemandirian, dan sosial emosional).

e. METODE GLENN DOMAN

Metode ini yaitu, mengajarkan anak bayi kita untuk membaca.

Glenn Domman menggunakan metode ini kepada anak yang mengalami cedera otak, sehingga menjadikan anak tersebut lebih terlambat dari anak-anak yang seusianya, baik dalam hal bicara, membaca ataupun menganalisis.38 Metode Glenn Doman mengajak anak belajar dalam suasana yang sangat nyaman. Seolah-olah si anak diajak bukan belajar, tetapi bermain dengan riang. Suasana inilah yang menimbulkan keingintahuan anak meningkat. Kegiatan ini dilaksanakan penuh kasih orang tua terhadap anak. Namun, orang tua tidak diizinkan untuk menguji si anak. Kegiatan harus dihentikan ketika si anak kelihatan sudah bosan. Menurut metode Glenn Doman, orang tua bisa memulai mengajarkan anaknya belajar membaca sejak bayi.

Bahkan, sejak ia masih dalam kandungan, orang tua sudah bisa

berbicara padanya. Pembelajaran sejak dini akan melatih indra penglihatannya.20

B. TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM 1. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan Islam terdiri dari 2 kata, pendidikan dan Islam.

Secara etimologi, pengertian pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.21 Sedangkan Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. berpedoman pada kitab suci Al Quran yang diturunkan melalui wahyu Allah Swt.22 Sehingga makna pendidikan dan Islam bila disatupadukan mempunyai makna tentang pola perubahan tingkah laku seseorang yang berpedoman pada Al Quran dan Hadis.

Adapun pengertian pendidikan Islam dari segi bahasa adalah sebagai berikut :

a. Al-Tarbiyah

Tarbiyah berasal dari kata rabba, yarbu tarbiyatan yang memiliki makna tambah (zad) dan berkembang (numu). Maka al-tarbiyah dapat berarti proses menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada pada diri anak, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual. Pengertian ini didasarkan atas QS. Ar-Rum ayat 39:

ٓا َم َوۚ ِ ه

20 Jamal Ma’mur Asmani, Manajemen Strategis Pendidikan Anak Usia Dini, (Jogjakarta:

Diva Press, 2009), hal. 112-122

21 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. Ke IV. (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), hal. 326

22 Pusat Bahasa, Ibid., hal. 549

dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah.

dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).

Dalam pengertian ini, pendidikan (al-tarbiyah) merupakan proses menambahkan, menumbuhkan dan mengembangkan sesuatu (potensi) yang terdapat pada baik secara psikis, fisik,spiritual maupun sosial.

b. Al-Ta’lim

Kata ta’lim yang jamaknya kata ta’aalim atau asal katanya yaitu

‘allama, yu’allimu, ta’liman. Dengan demikian kata al - talim menunjukkan sebuah proses pengajaran, yaitu menyampaikan sesuatu berupa ilmu pengetahuan.

c. Al-Tahdzib

Kata al-tahdzib secara harfiah berarti pendidikan akhlak, atau menyucikan diri dari perbuatan akhlak yang buruk, dan berarti pula terdidik atau terpelihara dengan baik.

d. Al-Riyadhah

Al-Riyadhah berasal dari kata raudha, yang mengandung arti tame (menjinakkan), train (latihan), dan regulate (mengatur). Dalam pendidikan ar-riyadah diartikan mendidik jiwa anak dengan akhlak mulia.

e. Al-Tadris

Kata al-tadris berasal dari kata darrasa yudarrisu tadrisan, yang berarti pengajaran atau mengajarkan. Yaitu menyampaikan ilmu

pengetahuan kepada yang selanjutnya memberi pengaruh dan menimbulkan perubahan pada dirinya.23

Adapun secara terminologi, menurut Muhammad, dkk. dalam bukunya yang berjudul “Kawasan dan Wawasan Studi Islam”

memaknai pendidikan Islam sebagai usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membalas secara mendalam tentang seluk beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan ajaran, sejarah maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupann sehari-hari, sepanjang sejarahnya.24

Sedangkan menurut Arifin, pendidikan Islam merupakan pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana tercantum dalam Al-Quran dan Al-Hadits serta dalam pemikiran para ulama dan dalam praktik sejarah umat Islam. Manusia harus dididik melalui proses pendidikan Islam, yang berarti sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.25

Dari sudut pandang yang lain adalah suatu pendidikan yang melatih perasaan murid-murid dengan cara sebegitu rupa sehingga di dalam sikap hidup, tindakan, keputusan dan pendekatan mereka terhadap segala jenis pengetahuan mereka dipengaruhi sekali dengan nilai spiritualitas dan semangat kesadaran akan nilai etis Islam itulah yang disebut dengan pendidikan Islam.26

Berbeda halnya dengan penuturan Syekh Khalid Abdurrahman Al-‘Ikk yang memaknai pendidikan Islam dengan kumpulan beberapa

23 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 7-21

24 Muhammad, dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Cet. Ke 2. (Jakarta: Pranada Media, 2005), hal. 63

25 Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hal. 7

26 Nik Haryanti, Ilmu Pendidikan Islam, (Malang: Gunung Samudra, 2004), hal. 9

sistem yang telah ditetapkan oleh Islam untuk mendidik generasi muda dengan pendidikan keimanan. Pendidikan ini memetakan akal manusia dan melatihnya untuk berpikir, berangan-angan, melakukan analisis, dan meneliti, serta memaksimalkan kecerdasan untuk kebaikan diri dan masyarakat.27

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam memiliki makna bahwa pertama, adanya suatu wadah yang di dalamnya terdapat proses perubahan sikap dan berorientasi kepada keimanan yang berpedoman pada Al Quran dan Sunnah Rasul.

kedua, adanya usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik untuk menciptakan generasi selanjutnya yang mempunyai intelektual dan integritas yang tinggi. Ketiga, menanamkan kesadaran dalam diri bahwa segala sesuatu yang dipelajari dalam proses pendidikan harus disertai dengan bukti nyata kepada masyarakat dan lingkungannya.

2. Dasar Pendidikan Islam

Islam sangat mementingkan pendidikan, dan pendidikan yang benar dan berkualitas mampu membentuk individu menjadi lebih beradab yang pada akhirnya tercipta kerukunan yang aman dan tentram dalam berkehidupan sosial. Oleh karena itu Al Quran dan Sunnah adalah dua sumber utama dalam pondasi pendidikan Islam. Karena segala urusan dan permasalahan yang ada sudah termaktub dalam dua sumber ini.

Menurut Zuhairini dkk, yang dimaksud dengan dasar pendidikan Islam adalah dasar-dasar yang bersumber dari ajaran Islam yang tertera dalam Al Quran dan Hadits. Menurut ajaran Islam, bahwa

27 Syekh Khalid Abdurrahman al-‘Ikk, Prophetic Parenting Berdasarkan al-Quran dan Sunnah Rasulullah Saw., (Yogyakarta: Laksana, 2017), hal. 281

pelaksanaan pendidikan agama Islam merupakan perintah dari Allah dan merupakan ibadah kepadanya.28

a. Al Quran

Pendidikan Islam ibarat cahaya penerang bagi siapa saja yang menjalankannya dan mengamalkannya. Karena dari pendidikan seseorang mampu belajar, bilamana pendidikan itu dibalut dengan nilai-nilai keIslaman yang penuh pada saat proses belajar mengajarnya, hal itu mampu menjadi satu modal untuk menggapai kemuliaan dan ketinggian derajat seseorang. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat Al-Mujadilah: 11

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:

"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:

"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q.S. Al – Mujadilah [58]: 11)

Ayat diatas menerangkan bahwa pendidikan adalah suatu hal

Ayat diatas menerangkan bahwa pendidikan adalah suatu hal