• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMILIHAN TAPAK POTENSIAL DI BANGKA BARAT

HASIL YANG DIHARAPKAN

DATA NON LAPANGAN DATA LAPANGAN DATA LABORA- TORIUM TAHAP PRA LAPANGAN • Penetapan kriteria • Informasi narasumber • Studi data sekunder • Interpretasi peta • Rencana kerja lap. •Peta wilayah potensial •Peta rupa bumi •Peta geologi •Peta kontur •Peta sungai •Peta rencana tata

ruang wilayah •Peta potensi bahan

galian Gambaran awal kondisi wilayah potensial, topografi, sungai, geologi (batuan, struktur), penggunaan lahan, bahan galian dan rencana tata ruang

Penentuan lintasan dan lokasi sampel TAHAP KERJA LAPANGAN • Pengenalan medan • Pengumpulan data lapangan • Pengecekan hasil Data lapangan parameter topografi, batuan, struktur geologi, sungai, penggunaan lahan, bahan tambang Kondisi topografi, batuan, struktur, sungai, penggunaan lahan, bahan tambang

TAHAP PASCA LAPANGAN • Analisis lab. • Pembuatan peta-

peta

• Analisis data dan peta • Evaluasi • Pelaporan Peta kontur, Peta sungai, Peta geologi, Peta potensi bahan galian, Peta RTRW, Peta hasil analisis dan evaluasi, Data hasil analisis petrografi, XRD dan XRF. Tapak Potensial untuk Disposal Limbah Radioaktif

162

Pemilihan tapak potensial dilakukan dengan metode deskriptif, scoring, overlay dan

buffering. Pemilihan tapak potensial didasarkan pada kriteria tapak yang telah ditetapkan pada tahap penyusunan konsep dan rencana [9].

Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai sasaran meliputi 1. Persiapan (studi pustaka, persiapan alat dan bahan, penentuan

lintasan observasi dan titik sampling); 2. Survei lapangan dalam aspek topografi, geologi,hidrologi, sumberdaya alam, penggunaan lahan, tata ruang dan aspek lingkungan lain; 3. Analisis laboratorium, untuk sampel tanah dan batuan untuk karakterisasi fisik dan kimia; 4. Pengolahan data, 5. Evaluasi dan interpretasi, 6. Penulisan laporan.

Gambar 2. Diagram alir evaluasi tapak potensial dengan ArcGIS 10

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Geomorfologi

Aspek geomorfologi yang dibahas meliputi topografi dan pola pengaliran sungai. Berdasarkan peta kontur yang dibuat berdasarkan peta rupa bumi lembar daerah Bangka Barat dapat diuraikan sebagai berikut (Gambar 3).

Kondisi topografi dan morfologi di Kabupaten Bangka Barat sangat bervariasi. Puncak tertinggi di Bangka Barat adalah Gunung Menumbing di Kec. Muntok dengan ketinggian sekitar 445 meter di atas permukaan laut (dpl). Bukit-bukit lainnya yang relatif lebih rendah dari Gunung Menumbing tersebut, antara lain adalah Bukit Kelumpang, Bukit Kukus (Kec.Muntok), Bukit Mayang, Bukit Penyabung (Kecamatan Simpangteritip), Bukit Kebon Kapit, Bukit Pasukan, Bukit Penyabung, Sinar Kelabat (Kecamatan Jebus), Bukit Galang (Kecamatan

Kelapa), dan Bukit Telimpuk (Kecamatan Tempilang), yang ketinggiannya bervariasi antara 150 m sampai 200 meter. Lahan dengan ketinggian 0 - 25 meter dpl adalah yang paling dominan, sehingga menunjukkan “seolah” ada lahan rendah yang memisahkan antara wilayah Kecamatan Jebus dengan wilayah lainnya di Bangka Barat. Bagian lahan rendah tersebut adalah persambungan antara kompleks Sungai Kampak dan kompleks Sungai Antan. Pada bagian wilayah yang menghadap ke Laut Natuna cenderung lebih curam/melandai, seperti di bagian utara Kec. Muntok, Kec. Simpangteritip, dan di bagian barat hingga utara Kecamatan Paritiga, yang ditandai oleh lebih dekatnya garis kontur 25 meter ke pesisir. Sementara pada bagian wilayah yang menghadap ke Selat Bangka dan Teluk Kelabat cenderung lebih datar, dengan posisi garis kontur 25 meter relatif lebih jauh dari garis pantai.

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

163 Kabupaten Bangka Barat memiliki

kurang lebih 87 Daerah Aliran Sungai (DAS), dengan DAS terluas adalah DAS Mancung sebesar 59.844 ha (21 %) yang melewati dua kecamatan dan 11 desa. Dua Kecamatan yaitu

Kecamatan Kelapa dan Simpangteritip, sedangkan desa yang dilewati adalah Desa Tanjungniur, Penyampak, Kayuarang, Simpangyul, Mancung, Pangkalberas, Sinarsari, Kelapa, Tebing, Airbulin, dan Dendang.

Gambar 3. Peta kontur ketinggian dan pola sungai wilayah Kabupaten Bangka Barat

Pola hidrologi yang diidentifikasi terdiri dari Daerah Aliran Sungai (DAS), kolong, dan rawa. Beberapa diantaranya merupakan potensi air baku di Kabupaten Bangka Barat. Selain sungai, badan air yang merupakan air permukaan yang banyak terdapat di Kabupaten Bangka Barat adalah air kolong, yaitu air yang tertampung dalam lubang bekas galian tambang timah. Sejumlah kolong yang ada, antara lain adalah Kolong Terabek, Kolong Berang, Kolong Sekar Biru, Kolong Parit III, Kolong Ketap, Kolong Hijau/Alang, Kolong Panca. Selain itu juga terdapat rawa-rawa yang merupakan tampungan air permukaan.

2. Geologi

Berdasarkan hasil digitasi peta geologi yang bersumber dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung tahun 1994 [16], jenis batuan utama di Kabupaten Bangka Barat terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil, aluvial, granit, perselingan batupasir, serta filit dan sekis yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Bangka Barat. Perselingan batu pasir merupakan jenis batuan utama yang memiliki luas terbesar yaitu 135.115,5 ha atau sebesar 47 % dari total luas daratan di Pulau Utama Kabupaten Bangka Barat, sedangkan jenis batuan filit dan sekis memiliki luas terkecil yaitu sebesar 426, 89 ha atau sebesar 0,1 %.

164

Gambar 4. Singkapan batuan potensial granit di bukit daerah Simpangtritip, Bangka Barat

Gambar 5. Kenampakan granit dalam bentuk sayatan tipis yang dilihat secara mikroskop petrografi (contoh granit dari calon tapak PLTN Bangka Barat)

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

165 Gambar 6. Peta geologi wilayah Kabupaten Bangka Barat

3. Sumberdaya mineral

Kawasan pertambangan terdiri dari tambang logam dan non logam, untuk kawasan non logam hanya terdapat di wilayah daratan sedangkan untuk kawasan pertambangan berada di wilayah laut dan darat. Izin usaha pertambangan (IUP) untuk kawasan pertambangan di wilayah laut seluas ± 5.4515 ha sedangkan untuk kawasan pertambangan di wilayah darat seluas ± 74.437 ha.

4. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Penentuan pola ruang Kabupaten Bangka Barat dirumuskan dengan pertimbangan- pertimbangan antara lain potensi kegiatan aktual, potensi sumber daya alam, daya dukung dan daya tampung ruang aspek lingkungan hidup, kesesuaian lahan, existing penggunaan lahan (landuse) dan arahan RTRW Provinsi [17].

Secara garis besar RTRW Kabupaten Bangka Barat terdiri dari Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung dan Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya. Adapun masing-masing rencana pola ruang tersebut dibagi lagi menjadi beberapa kawasan yang terdistribusi seperti berikut dan ditampilkan dalam Gambar 7.

Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung terdiri dari Kawasan Hutan Lindung (HL), Kawasan yang Memberi Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya, Kawasan Perlindungan Setempat (sempadan pantai, sempadan sungai, sempadan mata air, sempadan kolong atau waduk, ruang terbuka hijau kota), Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya (Kawasan Hutan Konservasi dan Cagar Alam, Kawasan pantai berhutan bakau, Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan), Kawasan Rawan Bencana Alam dan Kawasan Lindung Geologi [17].

Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya terdiri atas Kawasan Peruntukan Hutan Produksi (HP), Kawasan Hutan Rakyat (HR), Kawasan Peruntukan Pertanian (Peruntukan pertanian lahan pangan, Peruntukan pertanian hortikultura, Kawasan peruntukan perkebunan besar dan perkebunan rakyat, Kawasan peruntukan peternakan, Kawasan Peruntukan Perikanan- tangkap dan budidaya perikanan), Kawasan Peruntukan Pertambangan, Kawasan Peruntukan Industri, Kawasan Peruntukan Pariwisata (Wisata Alam, Wisata Budaya) dan Kawasan Peruntukan Permukiman (permukiman perkotaan dan permukiman perdesaan) [17].

166

Gambar 7. Peta rencana tata ruang wilayah Kabupaten Bangka Barat

Evaluasi Wilayah Potensial Bangka Barat

Berdasarkan kriteria topografi yang telah ditentukan yaitu wilayah yang dipilih adalah yang memiliki ketinggian di atas 25 m dpal diperoleh wilayah hasil proses select seperti disajikan dalam Gambar 8. Sebagian besar wilayah berada di bagian barat, utara dan tenggara wilayah Kabupaten Bangka Barat.

Sesuai dengan kriteria bahwa struktur geologi sampai dengan jarak 1000 m harus dikecualikan sebagai wilayah yang menarik untuk tapak disposal, maka untuk memproses

pemilihannya dengan proses GIS cara buffering

(erase-1) terhadap peta ketinggian (Gambar 8). Dengan langkah erase-1 tadi diperoleh gambaran wilayahnya seperti ditunjukkan dalam Gambar 9.

Kriteria jarak dengan tubuh air permukaan (sungai, danau dan laut) adalah sejauh 500 m harus dikecualikan sebagai wilayah menarik untuk tapak disposal, maka proses pemilihannya dengan proses GIS cara buffering

(erase-2) terhadap peta pada Gambar 6. Dengan langkah erase-2 tersebut dapat diperoleh gambaran wilayahnya seperti ditunjukkan pada Gambar 10.

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

167 Gambar 8. Peta wilayah dengan ketinggian >25 m wilayah Kabupaten Bangka Barat

168

Gambar 10. Peta wilayah buffering sungai 500m wilayah Kabupaten Bangka Barat Gabungan dari hasil dua kali buffering struktur geologi dan sungai diperoleh peta tapak potensial yang bebas struktur dan bebas sungai Kabupaten Bangka Barat (Gambar 11).

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

169 Hasil bersih dari peta yang ditunjukkan pada

Gambar 11 kemudian dilakukan proses GIS berikutnya yaitu intersect dengan peta geologi dan peta RTRW. Hasil dari proses intersect

tersebut diperoleh peta tapak potensial yang dapat dilihat pada Gambar 12, 13 dan 14. Gambar 12 menunjukkan hasil intersect dengan

scoring geologi sehingga didapat peta tapak potensial berbasis scoring geologi.

Gambar 13 memperlihatkan hasil intersect

dengan scoring RTRW sehingga diperoleh peta tapak potensial berbasis scoring RTRW. Pada Gambar 14 dapat diketahui hasil intersect dengan

scoring geologi dan RTRW sehingga diperoleh peta tapak potensial berbasis scoring geologi dan RTRW.

Gambar 12. Peta tapak potensial berbasis scoring geologi Kabupaten Bangka Barat

170

Gambar 14. Peta tapak potensial berbasis scoring geologi dan RTRW Kabupaten Bangka Barat Setelah didapatkan peta tapak potensial

kemudian dilakukan proses GIS union dengan peta administrasi untuk mengetahui letak tapak potensial tersebut berada pada daerah yang masuk wilayah administrasi kecamatan dan atau

desa tertentu (Gambar 15). Dari hasil semua proses GIS tersebut akhirnya dapat diperoleh tapak potensial yang nilainya tertinggi, yaitu daerah Air Gantang, Kelabat, Cupat, Ketap dan Rambat.

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

171 Dari hasil evaluasi wilayah potensial di Bangka

Barat diperoleh beberapa tapak potensial untuk disposal limbah radioaktif yaitu Air Gantang, Kelabat, Cupat, Ketap dan Rambat.

KESIMPULAN

Hasil evaluasi wilayah potensial untuk mendapatkan beberapa tapak potensial dengan metode gabungan antara buffering, scoring dan

overlay dengan menggunakan ArcGIS-10 melalui proses Select, Erase-1, Erase-2, Intersect dan

Union diperoleh beberapa tapak potensial untuk disposal limbah radioaktif.

Di Bangka Barat diperoleh beberapa tapak potensial yaitu Air Gantang, Kelabat, Cupat, Ketap dan Rambat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan bantuan berbagai pihak antara lain seluruh staf BTPL, pimpinan dan staf PTLR, pemerintah daerah setempat dan semua pihak yang membantu penelitian baik dalam bentuk fasilitas, tenaga, pikiran maupun perijinan, maka tersusunlah makalah ini. Untuk itu saya sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu tersebut.