• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYIAPAN KONSEP DESAIN FASILITAS DISPOSAL DEMO LIMBAH RADIOAKTIF DI KAWASAN NUKLIR SERPONG :

FASILITAS DEMONSTRATION-PLANT OF DISPOSAL DI KAWASAN NUKLIR SERPONG

PENYIAPAN KONSEP DESAIN FASILITAS DISPOSAL DEMO LIMBAH RADIOAKTIF DI KAWASAN NUKLIR SERPONG :

TATA LETAK, DRAINASE, BAHAN PENGISI dan PENUTUPAN Heru Sriwahyuni, Dewi Susilowati, Budi Setiawan, Hendra Adhi Pratama,

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif – BATAN Kawasan PUSPIPTEK, Serpong 15310

ABSTRAK

PENYIAPAN DESAIN KONSEP FASILITAS DISPOSAL DEMO LIMBAH RADIOAKTIF DI KAWASAN NUKLIR SERPONG. Telah dilakukan pengkajian dan penelitian mengenai konsep desain tata letak,

konsep desain drainase, konsep desain penutupan dan pemilihan bahan pengisi pada fasilitas disposal demo limbah radioaktif. Metode yang digunakan adalah pengumpulan data sekunder, pengambilan data primer di lapangan dan analisa sampel di laboratorium. Tujuan kegiatan ini untuk memperoleh seperangkat data desain dalam rangka mendukung pembangunan fasilitas disposal demo di Kawasan Nuklir Serpong (KNS). Terdapat dua zona dalam area fasilitas disposal demo. Zona I adalah zona terbuka,yang meliputi gedung administrasi dan ruang pengamanan. Zona II adalah zona terbatas, yang meliputi fasilitas disposal, gedung penyimpanan sementara, gedung laboratorium, fasilitas dekontaminasi dan fasilitas utilitas penunjang operasional disposal. Fasilitas disposal demo dilengkapi dengan tiga sistem drainase, yaitu drainase tertutup yang terdapat pada desain cover dan drainase terbuka yang terdapat dalam gedung dan diluar gedung fasilitas disposal. Untuk bahan pengisi digunakan pasir kuarsa yang berasal dari Babel. Hasil penelitian bahan pengisi menunjukkan bahwa waktu kontak untuk mencapai kesetimbangan diperoleh setelah 48 jam dengan nilai Kd 125 mL/g. Waktu kesetimbangan desorpsi dicapai lebih panjang setelah pengocokan sekitar 5 hari dengan nilai Kd baru menjadi 100 mL/g. Peningkatan konsentrasi NaCl di larutan membuat nilai Kd menurun karena adanya kompetisi antara ion Na dan Cs-137 berinteraksi dengan sampel. Rendahnya konsentrasi CsCl di larutan menghasilkan nilai Kd yang tinggi, demikian pula sebaliknya, hal ini disebabkan terbatasnya kapasitas serap sampel terhadap Cs-137. Fasilitas disposal demo akan ditutup setelah seluruh kompartemen disposal terisi penuh dan diberi bahan pengisi. Proses penutupan fasilitas disposal dilakukan dengan menempatkan beberapa lapisan cover pada disposal, pembangunan fasilitas monitoring dan perawatan untuk menjamin keselamatan dan kehandalan disposal. Pengawasan pasca penutupan dilakukan secara berkala dan dapat menjadi alasan yang cukup jika sewaktu-waktu diperlukan tindakan korektif. Komponen penting sistem penutupan yaitu multi-layer cover, sistem drainase, fasilitas monitoring dan perawatan disposal.

Kata Kunci : Desain Konsep, Disposal Limbah Radioaktif, Tata Letak, Drainase

ABSTRACT

PREPARATION OF DESIGN CONCEPT OF RADIOACTIVE WASTE DEMONSTRATION DISPOSAL FACILITY AT SERPONG NUCLEAR AREA. The study and research about the concept design of lay out, drainage, backfill material and post closure of radioactive waste demonstration disposal facility in the Serpong Nuclear Area has been done. The method has used the collected secondary data sources, primary data collection in the field and analysis samples in the laboratory. The purpose of this activity is to obtain a set of design data to support the construction of radioactive waste demonstration disposal facility. There are two zone on the radioactive waste disposal, the first zone is an unrestricted one consisting of administration building and security office. The second one is a restricted zone consisting of disposal facility, utility facility, waste receival facility, temporary storage facility, waste conditioning facility and decontamination facility. The disposal facility has three drainage system that is closed drainage in the cover design and open drainage in the inside and out side the facility of disposal demo. Backfill material was used Quartz sand from Bangka-Belitung Provinces. Results showed that equilibrium contact times were reached after 48 hours with Kd values 125 mL/g. Desorption times were reached more longer after shaking about 5 days with new Kd values was 100 mL/g. Increasing in NaCl concentration in solution made Kd value decreasing due to competition among Na and Cs ions interacted with sample. Low concentration of CsCl in solution produced a high Kd value, vice a versa due to the limitation of sorption capacity of samples to Cs-137. The disposal demo facility will be closed when the compartment full filled waste packages and filled of the backfill materials. The closure process was done by placing multilayer cover on the disposal facility, construction of monitoring and maintenance facility to ensure the safety and reliability of disposal. Post closure monitoring conducted periodically and may be a sufficient reason at any time if necessary corrective action. Important component of the closure system is a multi-layer cover, drainage systems, monitoring and treatment disposal facilities.

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

179

PENDAHULUAN

Sejak tahun 2010 Bidang Teknologi Penyimpanan Lestari (BTPL), khususnya kelompok desain penyimpanan lestari fokus pada kegiatan penyiapan desain konsep disposal demo limbah radioaktif di KNS. Sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan kegiatan tersebut, maka pada tahun 2013 dilakukan penyiapan konsep desain

tata letak, konsep desain bahan isian, konsep

desain drainase dan konsep disain penutupan fasilitas disposal demo. Penyiapan disposal limbah radioaktif di KNS dilatarbelakangi oleh kebutuhan akan tersedianya disposal untuk limbah radioaktif dari kegiatan aplikasi iptek nuklir di bidang industri, kesehatan dan riset, serta bidang energi yang masih dalam tahap perencanaan. Prinsip dasar dari disposal adalah bahwa fasilitas tersebut ditempatkan, dirancang, dibangun, dioperasikan, ditutup dan didekomisioning sedemikian rupa sehingga pekerja, masyarakat dan lingkungan hidup terlindung dari bahaya lepasnya zat radioaktif. Lahan untuk tapak disposal dipilih yang memenuhi kriteria keselamatan sehingga dapat mengungkung radionuklida dalam limbah, mampu menahan lepasan radionuklida tersebut ke biosfer dan mampu menyangga beban repositori beserta limbahnya.

Fasilitas disposal harus dibangun dan dioperasikan secara sungguh-sungguh untuk menjamin bahwa semua persyaratan keselamatan terpenuhi dan didesain sesempurna mungkin sehingga dapat menutup atau meminimalkan kemungkinan terjadinya kecelakaan karena kesalahan desain. Pembangunan fasilitas disposal demo ini akan menjadi pengalaman pertama Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) dalam membuat sebuah fasilitas disposal, yang tentunya dapat digunakan sebagai uji coba sekaligus unjuk kerja sebuah disposal walaupun bersifat demonstration plant. Hal ini juga dapat dilakukan sebagai unjuk kemampuan PTLR dalam mempersiapkan fasilitas disposal yang sesungguhnya.

Disain tata letak fasilitas disposal demo mengacu pada ketentuan IAEA, dimana area dibagi menjadi dua zona yaitu zona tak

terbatas/terbuka (unrestricted zone) dan zona

terbatas/tertutup (restrictedzone) [1]. Zona tak terbatas/terbuka biasanya merupakan area dengan

akses bebas, area ini biasanya berisi bangunan/gedung administrasi, kantor pengamanan. Gedung administrasi didesain untuk mengakomodasi semua personil administrasi dan menyediakan ruang untuk inventaris paket limbah yang akan ditempatkan dalam fasilitas disposal limbah radioaktif. Untuk zona terbatas/tertutup keberadaannya sangat terjaga dan untuk personil yang akan memasuki area tersebut harus melewati prosedur pemeriksaan yang sangat. Di antara zona tak terbatas dan terbatas terdapat area kontrol dimana terdapat gedung yang di dalamnya terdapat ruang ganti baju untuk operator, kamar mandi, ruang monitoring, ruang pemeriksaan kesehatan, laboratorium lingkungan, ruang dekontaminasi personil dan ruangan pengamanan. Untuk zona terbatas mencakup gedung MES, gedung fasilitas

pembongkaran (unloading) dan penyortiran,

gedung tempat pengkondisian limbah dan fasilitas dekontaminasi peralatan maupun kendaraan angkut juga fasilitas monitoring kontaminasi.

Untuk tujuan keselamatan, fasilitas disposal perlu dilengkapi dengan penahan untuk menghalangi air agar tidak masuk ke dalam

repositori (preventive barrier) dan atau untuk

menahan pelepasan radionuklida ke biosfer

(remedial barrier). Air merupakan media

transport utama bagi radionuklida, sehingga kontrol terhadap air permukaan dan air tanah merupakan hal yang sangat penting. Rekayasa sipil atau struktur dapat digunakan untuk menahan kemungkinan infiltrasi air hujan dan air permukaan menjadi minimum. Sistem tersebut harus bisa menjamin efisiensi dan pergerakan cepat air hujan serta mencegah banjir dan erosi. Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut maka harus disediakan sistem drainase yang memadai, sistem drainase dibuat sedemikian rupa sehingga limbah radioaktif aman tersimpan didalam fasilitas disposal demo dan tidak membahayakan manusia dan lingkungan.

Secara umum drainase dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi suatu kawasan sehingga fungsi kawasan tidak tergangu [2]. Sedangkan drainase yang ada dalam fasilitas disposal berfungsi untuk mencegah air hujan dan atau air rembesan masuk

180

ke dalam fasilitas disposal, sehingga limbah radioaktif yang tersimpan di dalamnya tidak release ke lingkungan.

Bahan isian (backfill) merupakan salah

satu dari sistem penghalang berlapis

(multibarriers system) dalam fasilitas disposal. Bahan isian ini akan mengisi ruang antara wadah

limbah dan berfungsi sebagai mechanical

support terhadap tumpukan paket limbah, bahan

isian yang digunakan adalah pasir kuarsa yang karena sifat mekaniknya yang baik dan mempunyai konduktifitas panas yang tinggi [3]. Efek dari sistem penghalang berlapis ini diharapkan mampu menjamin tidak adanya radionuklida yang terlepas ke lingkungan [4]. Pasir kuarsa adalah bahan galian berupa kristal-

kristal silika (SiO2) juga dikenal dengan nama

pasir putih. Pasir kuarsa mempunyai komposisi gabungan dari SiO2, Fe2O3, Al2O3, TiO3, CaO,

MgO dan K2O, berwarna putih bening atau

warna lain tergantung pada senyawa pengotornya. Mempunyai nilai kekerasan 7 (Skala Mohs), berat jenis 2,65 bentuk kristal hexagonal, panas spesifik 0,185 [5].

Pasir kuarsa selain sebagai sistem

drainase juga digunakan sebagai stabilisator

paket limbah pada fasilitas disposal. Bahan ini digunakan karena murah dan mudah untuk diperoleh. Data karakter sorpsi diperoleh dari serangkaian percobaan sorpsi-desorpsi radionuklida dari sampel sebagai fungsi waktu kontak, pengaruh kekuatan ionik larutan yang diwakilkan oleh adanya perubahan konsentrasi NaCl dan pengaruh konsentrasi CsCl terhadap sorpsi Cs-137 ke sampel [6-8]. Percobaan lama waktu kontak dimaksudkan untuk mendapatkan waktu yang diperlukan untuk mencapai kondisi equilibrium dari Cs-137 ke sampel, dimana selanjutnya diaplikasi sebagai waktu untuk pengontakan antara sampel dengan larutan yang mengandung Cs-137 pada percobaan-percobaan selanjutnya. Kekuatan ionik larutan pada beberapa penelitian diperkirakan dapat mempengaruhi besarnya Cs-137 yang akan terserap ke sampel, demikian pula dengan variasi konsentrasi CsCl terhadap sorpsi Cs-137 oleh sampel [6-8].

Fasilitas disposal demo akan ditutup setelah seluruh kompartemen disposal terisi penuh dan diberi bahan pengisi. Tahap ini merupakan tahap akhir setelah fasilitas disposal

terisi penuh oleh paket limbah, diberi backfill

material dan ditutup oleh cover. Proses

penutupan ini termasuk kegiatan dekontaminasi, disposal limbah hasil dekontaminasi, menghilangkan atau menutup sistem struktur atau peralatan ganda, pemutakhiran arsip disposal, dan penerapan/melanjutkan proses monitoring yang diperlukan [9]. Pada fasilitas

disposal demo, karena merupakan tipe near

surface disposal proses penutupan merupakan

final cover untuk kedua pasang kompartemen

kembar 1S, 2S, 1D dan 2D. Kegiatan pada tahap pasca penutupan yaitu monitoring secara aktif atau pasif fasilitas disposal selama periode tertentu sehingga perlu dibuatkan jalur akses masuk untuk monitoring disposal.

Sejalan dengan prinsip standar keselamatan IAEA maka komponen desain penutupan fasilitas Disposal Demo harus dapat memenuhi persyaratan berikut [10]:

1. Isolasi limbah 2. Kontrol lepasan

3. Reduksi pengaruh yang dihasilkan oleh

lepasan

4. Hindari atau minimasi perawatan fasilitas Hal ini untuk menjamin keselamatan fasilitas disposal demo dalam jangka panjang baik selama masa operasi maupun masa monitoring setelah pasca penutupan.

Secara keseluruhan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempersiapkan data desain dalam rangka mendukung pembangunan fasilitas disposal demo dan untuk menjamin keselamatan pada saat operasi dan penutupan fasilitas disposal demo di Kawasan Nuklir Serpong.

METODE

Metode yang diterapkan adalah metode deskripsi dengan cara penelusuran pustaka, mengumpulkan informasi tentang berbagai tipe

near surface disposal dari negara lain dan

melakukan percobaan secara batch/catu di laboratorium. Tujuannya adalah mendapatkan data untuk mendukung pembangunan Fasilitas Disposal Demo di Kawasan Nuklir Serpong.

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

181

PEMBAHASAN

Fasilitas disposal demo yang direncanakan akan dibangun pada tahun 2015 berada di lahan seluas lahan seluas 85 x 50 m dengan koordinat lokasi : 6020’56,01” LS/

10603941,70BT. Secara topografis lokasi

penelitian tapak disposal demo terletak pada ketinggian antara 50 m hingga 57 m di atas muka air laut [11].

Konsep desain tata letak fasilitas disposal demo terdapat dua zona dalam area fasilitas disposal demo. Zona I adalah zona terbuka,yang meliputi gedung administrasi dan ruang pengamanan. Zona II adalah zona terbatas, yang meliputi fasilitas disposal, gedung penyimpanan sementara, gedung laboratorium, fasilitas dekontaminasi dan fasilitas utilitas penunjang operasional disposal. Desain tata letak fasilitas disposal demo disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Desain tata letak fasilitas disposal demo di KNS [11] Di dalam gedung administrasi

dilengkapi ruang ganti, ruang monitoring, ruang pengecekan limbah dan dokumen limbah.Di area ini dilakukan pemeriksaan kontaminasi permukaan dan keadaan kemasan limbah juga diperiksa dan dicatat untuk diteruskan kemudian bila sudah sampai di area penerimaan disposal. Begitu pula pemeriksaan untuk kendaraan pengangkut paket limbah perlu dilakukan pemeriksaan awal walau tidak secara detail sebelum kendaraan masuk ke dalam zona tertutup/terbatas. Labotarotium (3) untuk kegiatan analisis rutin, seperti analisis air, tanah udara dan tumbuhan di sekitar disposal. Parameter yang diukur minimal adalah aktivitas total alpha, betha, gamma dan tritium. Bila ada indikasi kontaminasi yang tidak normal maka segera ditentukan jenis radionuklida yang terlepas ke lingkungan. Gedung utilitas (4), merupakan fasilitas penunjang selama operasional disposal berlangsung seperti

kebutuhan air dan listrik. Gedung pemeliharaan (5) tempat melakukan pengecekan dan perbaikan

peralatan monitoring dan handling yang

mengalami kerusakan karena kegiatan disposal. Gedung penerimaan dan penyimpanan sementara (6), pemeriksaan/pengecekan terhadap kendaraan dan paket limbah dilakukan (seperti cek laju dosis, kontaminasi permukaan, kerusakan paket, akurasi dan kelengkapan dokumen). Pembongkaran dan penyortiran paket limbah dilakukan satu persatu setelah itu baru penanganan paket limbah dengan mempergunakan peralatan yang ada. Fasilitas penyimpanan sementara perlu disediakan di dalam area disposal untuk mengantisipasi adanya limbah yang tidak bisa langsung di disposal, atau menunggu kesiapan fasilitas. Paket limbah akan di tempatkan dalam fasilitas disposal limbah radioaktif yang terdiri dari 2 kompartemen kembar, kompartemen kiri untuk disposal shell 950 l,kompartemen kanan untuk disposal drum

182

200l. Pintu utama dan pintu pembatas antara zona tak terbatas dan zona terbatas dibuat untuk menjaga ketertiban maupun membatasi akses bagi personil yang tidak memiliki ijin akses ke zona terbatas (7,8). Pagar pembatas dengan kawasan luar dibuat untuk pengamanan dan mencegah adanya perusakan maupun pencurian oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Untuk tujuan keselamatan, fasilitas disposal perlu dilengkapi drainase yang bertujuan untuk menghalangi air agar tidak masuk ke dalam repositori (preventive barrier) dan atau untuk menahan pelepasan radionuklida ke biosfer (remedial barrier).

Sistem drainase pada fasilitas disposal demo terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :

1. Saluran drainase yang terdapat pada

cover fasilitas disposal : terdapat dua saluran drainase pada cover yang berada pada lapisan ketiga dan lapisan kelima. Pada lapisan ketiga merupakan lapisan drainase sekunder yang berupa pasir halus dan dialasi lapisan semi impermeable yang berfungsi untuk mengalirkan air yang lolos dari lapisan di atasnya. Pada lapisan kelima adalah lapisan drainase primer berupa kerikil yang berfungsi untuk mengalirkan air ke sisi luar dan mencegah masuknya air ke dalam fasilitas disposal. Kedua lapisan drainase tersebut mengalirkan air menuju ke drainase utama. Sketsa cover untuk disposal demo dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Sketsa cover untuk disposal demo di KNS [12]

2. Saluran drainase yang terdapat di dalam

bangunan fasilitas disposal : berupa

gutter yang terdapat dalam

kompartemen dengan kemiringan 1 %

dan mengarah ke sumpit. Dari sumpit

aliran menuju ke bak kontrol, bak kontrol dilengkapi dengan pompa yang berfungsi untuk menyedot air jika terjadi luapan air. Jarak antar gutter pada kompartemen penyimpanan paket

limbah drum 20 cm, jarak antar gutter

pada kompartemen penyimpanan paket limbah shell beton 50cm. Untuk

memonitor bak kontrol, di buat man

hole yang dilengkapi dengan tangga.

3. Saluran drainase utama terdapat di luar

bangunan fasilitas disposal. Drainase utama menggunakan beton bertulang dengan kedalaman 40 cm dan kemiringan 1 %, yang dilengkapi dengan bak resapan. Diameter drainase adalah 20 cm (lingkar dalam) yang akan digunakan untuk menampung tapisan air hujan dari atap (talang) dan mengalir menuju kolam penampung air KNS. Sketsa saluran drainase fasilitas disposal demo disajikan pada Gambar 5.

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

183

Gambar 5. Sketsa saluran drainase fasilitas disposal demo [13] Sistem drainase yang terdapat dalam

fasilitas disposal demo merupakan saluran drainase tertutup dan terbuka. Saluran tertutup terdapat pada saluran drainase pada

cover, sedangkan untuk saluran terbuka

terdapat di luar dan di dalam bangunan fasilitas disposal. Sistem jaringan drainase mengikuti pola gerakan air tanah, dimana pola aliran air mengikuti gaya gravitasi dan kontur dari tapak.

Bahan isian (backfill) merupakan salah satu dari sistem penghalang berlapis

(multibarriesrs system) dalam fasilitas

disposal. Hasil penelitian bahan isian pasir kuarsa dari Sebagin mempunyai nilai Kd sekitar 125 ml/g setelah kontak sekitar 24 jam sehingga terlihat cukup jelas bahwa

kemampuan sorpsi

radiocesium oleh sampel pasir kuarsa sangat kecil sekali.

Demikian pula pada saat percobaan desorpsi, dalam waktu yang relatif singkat telah terjadi pelepasan CsCl dari sampel pasir kuarsa akibat terjadinya perubahan konsentrasi di larutan. Hal ini dapat terjadi karena kemungkinan besar bila sorpsi ion logam oleh pasir kuarsa hanya terjadi berupa sorpsi permukaan saja tidak sampai masuk ke dalam butiran sampel [14], sehingga dengan adanya gangguan sedikit saja maka ion logam yang menempel pada permukaan sampel akan segera terlepas dari sampel dan kembali ke larutan. Nilai Kd yang diperoleh pada kondisi kesetimbangan yang baru 100 ml/g.

184

Gambar 7. Pengaruh kekuatan ionik larutan terhadap sorpsi Cs-137oleh sampel Pengaruh kekuatan ionik di larutan dapat

pula mempengaruhi nilai Kd Cs-137 oleh sampel seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7. Meningkatnya kekuatan ionik dalam larutan yang diindikasikan dengan meningkatnya konsentrasi NaCl dalam larutan (0,1; 0,5 dan 1,0 M NaCl)

telah menyebabkan menurunnya nilai Kd. Di sini telah diperlihatkan bahwa salah satu mekanisme pengontrol sorpsi Cs-137 ke sampel adalah kompetisi antara ion-ion logam garam latar dengan ion Cs terhadap sampel [15].

Gambar 8. Pengaruh variasi konsentrasi CsCl terhadap sorpsi Cs-137 oleh sampel Pengontakan dengan cara memberikan

larutan CsCl dengan konsentrasi awal yang bervariasi ke sampel telah menurunkan nilai Kd bersamaan dengan meningkatnya konsentrasi CsCl di larutan, Gambar 8. Hal ini terjadi karena adanya keterbatasan kapasitas serap dari sampel sehingga hal ini akan menyebabkan menurunnya nilai Kd Cs-137 oleh sampel [16]. Pasir kuarsa umumnya terbentuk dari Kristal SiO2 yang cukup stabil dengan site pertukaran

yang minimal sehingga hasil sorpsi yang

ditunjukkan juga memberikan hasil yang minimal pula.

Tahap akhir pengoperasian fasilitas disposal ketika seluruh kompartemen telah terisi penuh dengan paket limbah dan diisi dengan bahan isian berupa pasir kuarsa untuk menjaga kestabilan paket limbah. Proses penutupan suatu fasilitas disposal limbah radioaktif merupakan bagian dari proses perencanaan ketika suatu fasilitas disposal sudah terisi penuh oleh paket

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

185

limbah atau sudah tidak beroperasi lagi. Namun begitu, penutupan dini (premature closure) dapat saja terjadi dikarenakan kecelakaan (seperti gempa, banjir atau kebakaran) atau disebabkan perubahan sikap publik, status demografi atau perijinan. Dalam hal kejadian tersebut, tindakan korektif mungkin perlu dilakukan. Proses penutupan dapat dilakukan jika badan regulator memberi ijin setelah mereview dokumen perijinan fasilitas disposal dan atau dokumen yang terkait. Secara umum proses yang

berlangsung untuk melakukan penutupan near

surface disposal limbah radioaktif digambarkan pada Gambar 9 [17]. Pada diagram tersebut, kegiatan analisis alternatif remedial diperlukan

jika fasilitas disposal tidak didesain atau dioperasikan sesuai standar keselamatan yang berlaku.

Pada fasilitas Disposal Demo, proses perijinan untuk penutupan fasilitas Disposal hanya dilakukan setelah semua kompartemen

terisi penuh oleh paket limbah dan backfill

material. Penutupan slab beton untuk tiap modul sub kompartemen tidak diperlukan ijin karena merupakan bagian dari operasional Fasilitas Disposal Demo. Proses perijinan ini merupakan langkah pertama dari tahap penutupan fasilitas disposal.

Gambar 9. Diagram proses penutupan untuk fasilitas near surface disposal Identifications of Remedial

Alternatives/Closure Options

Analysis and Selection of Remedial Alternative/Closure Option

Prepare Detailed Closure Plan

Design Closure System and Develop QA/QC Plan

Implementation : Construction and QA/QC

Confirmation Phase Regulatory Factors :

Health, Safety and Environmental

Requirements

Socio-Economic Factors : Input from

Stakeholders Yes No Planning Authority Technical Factors :

Site and Facility Characterization, Operational d Regulatory & Stakeholder Approval for Closure Plan?

186

Proses penutupan fasilitas disposal dilakukan