• Tidak ada hasil yang ditemukan

HIDUP DALAM RUMAH TANGGA PERJANJIAN

Richie Kaa

Apakah budaya dari suatu rumah perjanjian? Rasul Paulus menuliskan beberapa instruksi penting kepada keluarga-keluarga mengenai budaya dan perilaku mereka. Dia memahami bahwa janji-janji perjanjian tersedia bagi setiap keluarga ketika mereka hidup bersama dalam suatu sikap yang spesifik. Jelas, setiap rumah tangga akan memiliki perbedaan-perbedaan kecil, tapi pada prinsipnya budayanya akan sama. Rumah Abraham memberikan kita suatu gambaran yang sangat jelas tentang rumah tangga perjanjian. Sebagai contoh, kita melihat bahwa dia adalah seorang laki-laki yang dimuridkan oleh firman yang keluar dari Elohim. Sangat membantu untuk mengingat bahwa kita menerima firman tentang nama kita sebagai suatu benih dalam Perjanjian Kekal, yang datang melalui firman-Nya. Ketika firman itu disampaikan, firman meminta respon iman – untuk percaya dan taat. Oleh karena itu, kita dapat menggambarkan rumah perjanjian sebagai rumah yang dimuridkan oleh firman kebenaran masa kini. Dalam contoh suatu rumah keluarga, orang tua adalah murid-murid, yang memahami bagaimana berjalan dalam garis ketaatan karena mereka juga

60

ada di bawah otoritas. Oleh karena itu mereka dapat melatih anak mereka dalam jalan yang seharusnya dia tempuh.1

Orang tua juga akan dengan mudah terhubung pada kebapaan dan keibuan, dan dengan demikian bertumbuh dalam kapasitas mereka untuk menjadi ayah dan ibu bagi anak-anak mereka. Mandat dari rumah perjanjian adalah memelihara setiap anak Elohim menuju kepada kehidupan yang berbuah dalam setiap musim.

Sebagai orang yang rohani, mereka akan hidup sebagai budak kasih Kristus, berpartisipasi dalam sunat Kristus sebagai anggota-anggota perjanjian-Nya, mempercayakan anak-anak mereka kepada penamaan sorgawi mereka, melampaui warisan dan keluarga alamiah mereka. Sebagai rumah tangga buah sulung, mereka akan memperhatikan bagaimana menyatakan Kristus dan menghasilkan buah Roh. Dan juga, sebagai orang-orang yang mempersembahkan, mereka akan dengan mudah bersatu dalam persekutuan dan akan secara aktif mempraktekkan kasih akan saudara-saudara. Mereka akan menjadi pelayan-pelayan pendamaian dan anak-anak mereka akan belajar bagaimana diperdamaikan dengan Kristus ketika mereka kedapatan melakukan suatu pelanggaran atau menyimpang dari persekutuan yang ada dalam Kristus. Mereka akan menghargai persekutuan orang-orang kudus dan akan menjaganya juga menjaga hati mereka sendiri, dengan membereskan pelanggaran. Mereka akan mewujudkan (hidup dalam) kebenaran bahwa ‘kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita’.2

Menangani keduniawian/kedagingan

Meskipun seorang anak perjanjian dilahirkan dengan benih kodrat ilahi, mereka harus mengakui bahwa mereka memiliki hukum lain di dalam mereka. Jika mereka hidup dari apa yang mereka pikir yang terbaik, maka mereka tidak dapat menjadi anak yang Elohim inginkan untuk mereka jadi. Bagaimana mereka dilepaskan dari ‘hukum lain’ ini? Paulus menjelaskan bahwa mereka dilepaskan oleh sunat Kristus.3 Secara praktisnya, sunat Kristus adalah tindakan Elohim yang memotong daging kita dan pengaruhnya atas perilaku kita. Kita berkomitmen pada sunat ini dalam baptisan ketika kita mati dengan Kristus, supaya dibangkitkan dengan kapasitas-Nya, tidak lagi bergantung pada diri kita sendiri. Sehingga kita dapat berjalan menurut Roh.

1 Ams 22:6

2 1Yoh 3:14

3 Kol 2:11

61

Ketika seseorang disatukan kepada pekerjaan sunat dari Bapa, mereka dapat menjadi orang percaya buah sulung. Mereka dapat menjadi tanah yang baik dalam ‘perumpamaan tentang penabur’! Orang-orang ini dapat mendengar, percaya dan menaati firman Elohim karena mereka sedang dilepaskan dari cara berpikir dan berperilaku daging/duniawi.4 Hanya hati yang digambarkan sebagai tanah yang baik yang dapat menghasilkan buah kesalehan/keilahian dari benih yang telah diberikan. Ketika seluruh keluarga bertumbuh dalam iman dengan cara ini, mereka menjadi rumah tangga buah sulung. Oleh karena itu mereka peduli dan terlibat penuh untuk menyatakan Kristus dan menghasilkan buah Roh dalam kehidupan mereka.

Menyingkirkan budaya-budaya palsu

Rumah tangga buah sulung akan berkomitmen untuk menyingkirkan akibat-akibat yang membinasakan dari keduniawian, dosa dan kompromi. Keduniawian/kedagingan dan dosa akan terlihat dalam bentuk budaya palsu atau alternatif, yang mulai menentang terbentuknya kesalehan dalam diri anak-anak. Pengaruh-pengaruh ini biasanya bersumber dalam ikatan tradisi (kebiasaan) kita sendiri yang kadang kala jika tidak secara resmi (sungguh-sungguh) diakui, memiliki kekuatan untuk ditegakkan sebagai perjanjian yang mengatur rumah – Kristen ataupun bukan Kristen.

Pada dasarnya, ini adalah perjanjian-perjanjian dengan daging, melayani agenda kedagingan. Hal-hal ini menghasilkan rumah tangga yang kacau dan penuh petaka. Sebagai contoh, suami dan istri yang menikah dalam amoralitas, dan yang tidak mencari nasihat (konseling) ilahi mengenai masalah ini, akan dibutakan terhadap perlunya pengudusan anak-anak mereka. Mereka akan mengizinkan model baju, film, persahabatan duniawi dan lain-lain, dan tidak akan memiliki iman untuk percaya bahwa anak-anak mereka dapat hidup sebagai orang-orang yang dipisahkan dari dunia.

Keluarga Kristen duniawi akan percaya bahwa kehendak Elohim dapat dicapai dengan upaya-upaya daging. Mereka mungkin sangat rajin dalam banyak area kehidupan Kekristenan, tapi akan mendapati bahwa mereka tidak memiliki jawaban untuk dilema-dilema yang anak-anak mereka hadapi, karena jawaban itu didapatkan dengan hidup dipimpin oleh Roh.

Ada sejenis praduga yang dapat menghancurkan anak-anak. Hal ini khususnya bekerja dalam keluarga-keluarga yang memiliki profil pelayanan, yang dengan senang memproklamirkan firman, meskipun secara munafik menolak untuk menghidupi firman itu. Ini akan menghasilkan anak-anak durhaka, yang tidak menghargai otoritas

4 Rm 7:23

62

dalam tubuh Kristus. Orang tua mereka akan membuat segala jenis kompromi, atas nama kasih dan keluarga, akan tetapi anak-anak akan tetap memandang rendah orang tua mereka.

Pernikahan yang tidak melepaskan dasar romantis mereka akan menciptakan konteks keluarga yang di dalamnya kekepalaan tidak memiliki otoritas. Sudut pandang perempuan akan selalu menang. Anak-anak laki-laki akan tumbuh dalam kemarahan dan kebingungan, sementara anak-anak perempuan tidak akan memiliki hormat kepada laki-laki. Mereka akan mencari kompensasi dengan gaya hidup dan kenyamanan, bukannya melakukan kehendak Elohim.

Jelas, ada banyak contoh lain yang dapat kita bahas. Poin yang harus diambil dari hal ini adalah bahwa Elohim tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Kita akan menuai apa yang kita tabur.5 Jika kita menabur kepada daging, kita pasti akan menuai kebinasaan. Jika kita menabur kepada Roh, kita akan menuai kebenaran dan damai sejahtera. Inilah maksud Elohim bagi kita semua.

Poin pentingnya adalah ini. Rumah perjanjian bukan hanya menguduskan dirinya dari kejahatan, mengizinkan dirinya ada dalam suatu ruang gerak yang sangat luas untuk menghidupi sesuatu yang secara umum disebut Kekristenan. Garis-garis pengudusan kita tidak ditarik pada keadaan yang paling jauh dari dosa dan kebinasaan dalam dunia. Itulah yang membawa kepada rumah tangga duniawi/kedagingan. Ini akan mengakibatkan anak-anak terhilang atau terbentuk dengan sangat buruk. Berlawanan dengan itu, rumah tangga perjanjian menyadari bahwa ancaman yang sesungguhnya terletak dalam sifat tipu daya dari apa yang diwariskan dan apa yang kelihatan ‘baik’ bagi kita. Inilah terang yang dengan sangat mudah menjadi kegelapan, karena kita tidak melihatnya.

Dan inilah mengapa kita harus berkomitmen dalam kasih, pada tingkatan budaya yang mendasar, untuk persekutuan yang terus-menerus dalam terang dengan Tuhan dan saudara-saudara kita. Kasih yang tulus ini akan menguatkan kita untuk dilepaskan dari semua tradisi sia-sia dari nenek moyang kita, memastikan bahwa kita bukan hanya rumah tangga duniawi/kedagingan, tapi menjadi keluarga-keluarga buah sulung rohani yang sejati, hidup dalam ikatan perjanjian.

5 Gal 6:7-8

63

Pertanyaan-pertanyaan Pembelajaran

Bagaimana kamu menggambarkan budaya dari suatu rumah tangga perjanjian? ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________

Gambarkan bagaimana seorang anak yang dilahirkan dengan benih kodrat ilahi akan perlu menangani masalah hukum lain dalam anggota-anggota tubuh mereka. Berikan beberapa contoh tentang bagaimana hukum lain ditangani dalam kehidupan kita melalui musim-musim kehidupan yang berbeda.

____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________

65

MENEGAKKAN RUMAH