Richie Kaa
Para pemuda-pemudi yang dewasa akan rindu untuk disatukan dalam pernikahan Kristen. Tuhan menjelaskan bahwa pernikahan adalah bagian dari Perjanjian-Nya dan dibentuk untuk menggenapi tujuan-Nya melahirkan banyak anak. Maleakhi mencatat, ‘Bukankah Elohim yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? (terj. Bhs. Ing. ‘Did He not make them one, having a remnant of the Spirit?’ artinya ‘Bukankah Dia menjadikan mereka satu, memiliki yang tertinggal dari Roh?’) Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan [Benih] ilahi!’1
Suatu rumah perjanjian akan ditegakkan ketika dua individu, yang adalah murid, rindu untuk disatukan dalam satu roh dalam pernikahan Kristen. Kerinduan mereka untuk pernikahan menandakan kesadaran dewasa mereka akan hak istimewa untuk berpartisipasi dalam aspek yang lebih lanjut dari Perjanjian Kekal. Motivasi mereka untuk disatukan dalam satu roh mencerminkan pengertian mereka tentang bagaimana benih ilahi akan dilahirkan.
66
Motivasi ini akan secara budaya diselaraskan kepada pengudusan seorang pribadi dalam hubungannya dengan yang lain. ‘Kehendak Elohim’ digambarkan sebagai ‘pengudusanmu’.2 Seorang pemuda/pemudi yang dewasa akan menunjukkan kepengurusan pribadi sehubungan dengan pengudusan mereka. Ini akan termasuk hal-hal seperti pengetahuan tentang siapa mereka di dalam Tuhan, penundukan kepada ketuhanan Kristus, kapasitas untuk mengurus hidup dan sumber daya mereka sendiri, dapat dipercaya dan bertumbuh dewasa dalam segala persoalan tentang persembahan, perenungan firman (devosi) pribadi kepada Tuhan, dan kasih akan saudara-saudara. Bagi laki-laki, area-area seperti itu menjadi dasar pembuktian munculnya kekepalaannya. Bagaimana dia menjaga dan mengatur hidupnya akan menunjukkan kesiapannya untuk pernikahan. Bagi laki-laki dan perempuan, kekurangan dalam area-area seperti ini akan membantu menyoroti di mana mereka perlu mendapatkan kuasa dari firman Elohim yang meregenerasi dalam kehidupan mereka.
Masa pacaran
Masa pacaran menguji realitas dari penyatuan yang dirindukan antara seorang laki-laki dan perempuan. Masa pacaran yang memimpin kepada pernikahan akan menghasilkan dua orang muda yang bertanggung jawab, masing-masing dikenal dan mengenal yang lain, memilih untuk dikuduskan dalam ikatan eksklusif dari hubungan perjanjian. Suatu pernikahan seringkali hanya sebaik masa pacaran yang telah memimpin kepada pernikahan itu, dan penting dimana budaya masa pacaran tidak dikompromikan, terkorupsi atau dihilangkan dalam cara apapun. Ketika korupsi menyusup ke dalam masa pacaran, ini akan bermasalah dalam pernikahan, anak-anak dan budaya dari rumah sampai korupsi itu dihadapi dan ditangani dengan tepat dalam persekutuan.
Jika masa pacaran itu dijalani di dalam terang, bisa ada keyakinan besar untuk masuk ke dalam pernikahan. Pasangan bisa mengetahui bahwa berkat anak-anak akan menjadi suatu partisipasi dalam kehendak Elohim, bukan hanya kehendak daging. Lebih lanjut, mereka akan dikuatkan dan diiluminasi dalam mandat mereka untuk mengurus dan memultiplikasi kodrat ilahi dalam rumah, memahami aturan kekepalaan.
Demikianlah, Elohim telah menyediakan bagi umat manusia suatu aturan yang melaluinya hidup-Nya akan mengalir dari Bapa, kepada Anak, kepada laki-laki, kepada istrinya dan kemudian, bersama-sama, mereka bertanggung jawab dengan peran mengimpartasikan hidup Elohim kepada masing-masing anggota keluarganya. Kristus
2 1Tes 4:3
67
adalah kepala dari laki-laki dan laki-laki adalah kepala dari perempuan. Ini adalah suatu aturan yang tidak dapat diganggu gugat, yang atasnya terdapat ukuran apakah kasih karunia dapat mengalir kepada rumah tangga itu. Oleh kasih karunia Elohim-lah maka anak-anak dipelihara dan aman sebagai anak-anak Elohim. Dalam hal ini, pernikahan dan pola asuh merupakan hal penting yang mengambil bagian dalam penggenapan Perjanjian Kekal.
Membesarkan anak-anak
Ketika kamu masuk ke dalam perjanjian pernikahan, kamu akan menunjukkan perintah perjanjian – untuk membesarkan anak-anak dalam perjanjian tentang hidup menjadi anak dan tidak akan membiarkan mereka dibesarkan oleh orang lain atau di bawah perjanjian yang lain. Orang tua harus bertemu secara pribadi dengan anak-anak mereka. Keluarga besarmu tidak dapat membesarkan anak-anakmu atau juga melatih mereka dalam takut akan Tuhan dan pemeliharaan Tuhan. Elohim telah memberikan orang tua hak istimewa ini, dan hak istimewa ini disertai dengan tanggung jawab yang sangat besar.
Sangat mungkin bagi orang tua Kristen memprioritaskan perjanjian-perjanjian alternatif untuk anak-anak mereka yang, pada akhirnya, akan menjadi kehancuran mereka. Elohim memberikan tanggung jawab kepada setiap orang tua. Yesus mengatakan, ‘Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.’3 Ketika kita menjadi orang tua, kita harus belajar berjalan dengan hati-hati tapi dengan tujuan, supaya kita membuat anak-anak kita menjadi ‘orang yang baik’ yang langkah-langkahnya diatur oleh Tuhan. Inilah artinya melatih mereka dalam jalan yang seharusnya mereka tempuh. Ketika mereka dilatih dengan cara ini, mereka tidak akan menjauh dari Tuhan. Tetapi, mereka dapat menjadi tiang-tiang dalam rumah-Nya, berdiri teguh, yang ‘tidak akan keluar lagi’. Secara ringkas, sebagai murid, kamu akan rindu untuk mengejar pernikahan dengan seseorang yang juga merupakan seorang murid. Pernikahanmu dan rumah tanggamu akan ditandai dengan ketaatan kepada Kristus. Keseluruhan sifat dan prinsip dari rumahmu akan berfokus kepada warisan yang berharga dari hidup sebagai anak Elohim. Kamu akan menjauhkan dirimu dan anggota-anggota rumah tanggamu dari semua perjanjian, kewajiban dan harapan-harapan budaya lain dengan tujuan untuk memprioritaskan perjanjian-Nya.
3 Mat 18:6
68
Pertanyaan-pertanyaan Pembelajaran
Rasul Paulus menulis kepada gereja (jemaat) Tesalonika, ‘Karena inilah kehendak Elohim: pengudusanmu’. 1Tes 4:6. Masalah pengudusan pribadi merupakan suatu dasar yang penting untuk ditegakkan sebagai seorang murid Kristen.
Gambarkan bagaimana pengudusan ditegakkan dan dipelihara. Mengapa ‘pendekatan menyeluruh terhadap hidup’ membantu ketika memahami pengudusan? ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________
Gambarkan bagaimana pernikahan dan pola asuh, menolong dalam penggenapan Perjanjian Kekal. ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________
69