• Tidak ada hasil yang ditemukan

Apa itu rumah tangga perjanjian?

Yang paling mendasar dan penting, rumah tangga perjanjian dikuduskan kepada tujuan Elohim dalam Perjanjian Kekal-Nya. Perjanjian Kekal adalah kesepakatan dari ketiga anggota ke-Elohiman untuk menyediakan bagi umat manusia berkat hidup Mereka dalam bentuk hidup sebagai anak. Dengan cara ini, anak-anak manusia dapat menjadi anak-anak Elohim yang hidup. Anak-anak manusia ini diciptakan dalam gambar Elohim, dan dihidupkan secara rohani melalui iman. Ketika mereka dihidupkan dalam roh mereka, mereka dapat hidup dalam persekutuan dengan Elohim dan menjadi orang-orang yang mengambil bagian dalam kodrat ilahi-Nya.

Apakah pernikahan Kristen itu?

Rasul Paulus menuliskan dengan ringkas tapi jelas ketika dia merujuk kepada keluarga di atas bumi yang menerima namanya pada titik pernikahan.1 Kita tahu bahwa

56

pernikahan tidak bertahan sampai di sorga, tapi bumi adalah konteks untuk partisipasi manusia dalam melahirkan benih/keturunan ilahi.2 Konteks ini adalah keluarga, yaitu rumah tangga – yang ditegakkan ketika seorang perempuan menyerahkan diri sepenuhnya untuk ditetapkan kembali dalam hubungan dengan laki ini, dan laki-laki memberikan diri sepenuhnya untuk mengasihi perempuan ini seperti Kristus mengasihi gereja (jemaat).3

Penyatuan yang suci ini adalah rumah tangga. Melalui pengudusannya yang terus-menerus, rumah tangga dapat diperluas melalui prokreasi (beranak cucu) dan, secara luar biasa, anak-anak telah menjadi pewaris bersama dengan Kristus (dan orang tua mereka) sejak waktu pembuahan. Mereka dipisahkan sejak dari kandungan ibu mereka, karena mereka telah menjadi milik Perjanjian Kekal. Ini terjadi karena persembahan dan iman orang tua, yang perjanjian pernikahannya diadakan dalam Kristus.

Baik pernikahan maupun pola asuh merupakan komitmen yang benar-benar disadari tentang kasih dan kepengurusan, dikuduskan sepenuhnya oleh fakta bahwa anak-anak, suami dan istri, semuanya adalah milik kepunyaan Tuhan, bukan milik pasangan atau orang tua. Orang tua tidak mempunyai kepemilikan anak-anak mereka; tapi mereka memiliki kepengurusan terhadap mereka yang tidak boleh dilanggar oleh orang lain. Kepengurusan ini adalah perhatian akan pemeliharaan kodrat ilahi, yang anak-anak miliki sejak saat pembuahan.

Apa yang anak-anak terima dalam rumah tangga perjanjian?

Mari kita menjadi jelas tentang hal ini. Rumah tangga perjanjian menyadari bahwa seorang anak yang dilahirkan bagi orang tua Kristen menerima benih dari hidup Elohim (kodrat ilahi) ketika mereka dikandung, dan oleh karena itu, merupakan anak Elohim sejak dari kandungan ibu mereka.4 Meskipun seorang anak perjanjian dilahirkan dengan benih kodrat ilahi, mereka harus mengakui bahwa mereka memiliki hukum lain dalam diri mereka. Jika mereka memilih untuk hidup oleh hukum ini, maka mereka tidak dapat menjadi anak yang Elohim ingin mereka jadi. Jadi bagaimana mereka dilepaskan dari ‘hukum lain’ ini?

Paulus menjelaskan bahwa mereka dilepaskan dari ‘hukum lain’ melalui sunat Kristus.5

Sunat Kristus diaplikasikan kepada anak-anak melalui pendisiplinan ilahi dari orang tua mereka. Ketika orang tua merupakan orang-orang yang berpartisipasi dalam sunat Kristus, mereka akan memastikan anak-anak mereka dibesarkan dalam pemeliharaan

2 Mat 22:30. Mal 2:15

3 Ef 5:25

4 1Kor 7:14

5 Kol 2:11

57

dan nasihat Tuhan. Inilah cara yang olehnya seorang anak bertumbuh sebagai seorang percaya buah sulung. Mereka akan mendengar, percaya dan menaati firman Elohim karena mereka sedang dilepaskan dari cara berpikir dan berperilaku yang lain.6

Aturan pernikahan

Kasih karunia yang diperlukan untuk memelihara dan melatih anak-anak hanya akan datang ketika suami dan istri hidup dalam aturan yang benar di hadapan Tuhan. Ini artinya bahwa seorang laki-laki harus berfungsi sebagai kepala dari rumah. Dia harus mencari kekepalaan dari Kristus, supaya dia dapat dipimpin oleh Tuhan, dan kemudian memimpin istrinya. Istri harus berkomitmen untuk menjadi penolong yang unik dari suaminya, untuk ditetapkan dalam hubungan dengan kekepalaan suaminya. Hanya dalam hal ini, dimana perempuan ‘lebih lemah’ daripada suaminya – yaitu, dalam hubungan kepada kekepalaan. Dalam semua aspek hidup yang lain, dia dapat berfungsi dengan inisiatif pribadi sebagai jenis buah sulung tertentu, berdiri sebagai saudari bagi suaminya. Ketika suami dan istri dapat berjalan dalam persekutuan satu roh dalam aturan yang benar, mereka akan memiliki jalan masuk kepada ‘kasih karunia kehidupan’.7

Meninggalkan perjanjian-perjanjian yang lain

Jika suami dan istri mau hidup dalam perjanjian pernikahan Kristen yang sesungguhnya, mereka harus meninggalkan semua perjanjian lain. Perjanjian-perjanjian ini seringkali merupakan kekuatan yang tidak terucapkan di dalam banyak rumah tangga. Perjanjian-perjanjian palsu ini dapat melibatkan hal-hal seperti suami melayani agenda istri, mendahulukan keluarga daripada Tuhan, berkompromi dengan budaya duniawi atau tidak menyalibkan kehendak anak-anak. Intinya dengan semua hal ini adalah: apa atau siapa yang kita layani? Rumah tangga perjanjian akan menjawab, ‘Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah (melayani) kepada TUHAN!’8

Mengapa kita bisa menjadi yakin

Rumah tangga perjanjian akan menjadi rumah tangga yang hidup dengan keyakinan di hadapan Tuhan. Ini berlaku bagi orang-orang muda, dan orang tua juga. Mereka semua akan menjadi yakin dengan kesetiaan Tuhan sementara mereka berjalan dalam ketaatan kepada firman-Nya dan bersekutu dengan saudara-saudara mereka, karena jalan Elohim sesungguhnya berhasil!

6 Rm 7:23

7 1Ptr 3:7

8 Yos 24:15

58

Pertanyaan-pertanyaan Pembelajaran

Apa tujuan dari pernikahan Kristen dan bagaimana hal itu berhubungan dengan Perjanjian Kekal? ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________ Jika suami dan istri mau hidup dalam perjanjian pernikahan Kristen yang sesungguhnya, mereka harus meninggalkan semua perjanjian yang lain. Perjanjian-perjanjian lain ini seringkali merupakan kekuatan yang tidak terucapkan di dalam banyak rumah tangga.

Dapatkah kamu menggambarkan beberapa contoh dari perjanjian-perjanjian lain ini dan diskusikan bagaimana perjanjian-perjanjian lain ini mempengaruhi keluarga-keluarga dalam partisipasi mereka yang terus-menerus dalam Perjanjian Kekal? ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________

59

HIDUP DALAM