• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

F. Hubungan antara Motivasi Belajar dan Keyakinan Dir

Karir merupakan salah satu hal yang menjadi pusat perhatian para remaja. Remaja sudah mulai memikirkan tentang masa depannya, khususnya pekerjaan yang akan ditekuni setelah dirinya selesai menempuh pendidikannya. Ali dan Asrori (2008) mengemukakan bahwa remaja usia 16- 19 tahun minat utamanya tertuju pada pemilihan dan persiapan lapangan pekerjaan. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa remaja pada usia sekolah menengah atas sudah mulai memikirkan tentang pekerjaannya di masa depan. Remaja sudah mulai memilih dan mempersiapkan berbagai alternatif bidang pekerjaan yang dapat ditekuni di masa depan, diantaranya melalui bekal pendidikan yang diperoleh selama di sekolah.

commit to user

Sekolah merupakan tempat siswa menimba ilmu untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat bermanfaat bagi masa depannya, khususnya sebagai bekal untuk dapat memasuki dunia kerja. Monks dan Knoers (2006) menjelaskan bahwa sekolah berperan membantu para siswa dalam mempersiapkan dirinya untuk memasuki dunia kerja setelah lulus sekolah. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa selama menempuh jenjang pendidikan di sekolah siswa akan dibekali pengetahuan dan keterampilan sebagai bekal bagi dirinya untuk memasuki dunia kerja. Siswa diharapkan dapat mempersiapkan diri dengan baik serta mampu memilih pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya, sehingga akan dicapai suatu kematangan karir dalam dirinya. Monks dan Knoers (2006) lebih lanjut menjelaskan bahwa sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan arah perkembangannya dan mengerti kemampuannya sendiri sehingga sesuai dengan bidang pekerjaan yang akan dipilih. Pendapat tersebut berarti bahwa sekolah merupakan tempat bagi siswa dalam melalui masa perkembangannya serta siswa akan mulai belajar memahami diri sendiri dengan melakukan evaluasi terhadap kemampuannya dalam bidang-bidang pekerjaan tertentu, dengan demikian siswa dapat memilih suatu bidang pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Sukardi (1987) menjelaskan bahwa keputusan tentang jenis pekerjaan, jabatan atau karir yang dicita-citakan individu mempunyai kaitan yang erat dan berhubungan dengan pendidikan yang harus diselesaikan dalam rangka mempersiapkan diri memasuki dunia kerja, serta dapat mencapai masa depan

commit to user

yang cerah. Hal tersebut menunjukkan bahwa pekerjaan individu tidak dapat terlepas dari pendidikan yang merupakan salah satu bentuk persiapan individu untuk menghadapi dunia kerja. Pilihan pendidikan individu akan dapat menentukan pilihan pekerjaan individu tersebut di masa depan. Kartono (1985) menjelaskan bahwa pemilihan jenis pekerjaan sulit dipisahkan dari masalah sekolah karena sekolah mempersiapkan tenaga kerja untuk terjun ke masyarakat. Hal tersebut menunjukkan bahwa sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam membekali siswa yang berupa pengetahuan dan keterampilan serta membantu siswa untuk dapat membuat keputusan karir yang tepat bagi dirinya.

Sekolah sebagai tempat belajar bagi siswa merupakan unsur yang sangat penting dan berperan besar dalam mempersiapkan siswa untuk menghadapi masa depannya. Winkel (1997) menjelaskan bahwa sekolah mempunyai peran yang penting dalam menyediakan berbagai program studi sebagai persiapan untuk memasuki dunia pekerjaan dan menyajikan beraneka kegiatan bimbingan yang mencakup hal-hal yang berkaitan dengan dunia pekerjaan. Hal tersebut berarti bahwa berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang diajarkan di sekolah merupakan salah satu bentuk usaha siswa dalam menyiapkan dirinya untuk memasuki dunia kerja yaitu dengan belajar untuk lebih memahami suatu bidang tertentu secara lebih mendalam yang dapat berguna bagi dirinya dalam memilih karir di masa depan.

Salah satu sekolah yang menyediakan berbagai program studi yang langsung mengarahkan siswa pada suatu bidang keahlian tertentu yaitu

commit to user

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas (2007) menyatakan bahwa SMK memiliki kekhususan yang terletak pada kelompok mata pelajaran produktif. Kelompok pelajaran produktif ini terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang dikelompokkan dalam dasar kompetensi kejuruan. Hal tersebut berarti siswa SMK akan dibekali dengan pelajaran khusus yang mengacu pada kompetensi kejuruan yang tidak dimiliki oleh sekolah lain. Siswa akan dibekali kompetensi atau kemampuan untuk melakukan pekerjaan atau keahlian tertentu pada lapangan kerja yang sesuai dengan jurusan yang dipilih. Siswa SMK yang memiliki minat yang besar pada suatu bidang tertentu akan memiliki motivasi yang besar pula dalam mempelajarinya melalui berbagai bidang studi yang ada di sekolah.

Hamalik (2008) menjelaskan bahwa individu akan termotivasi untuk belajar jika pelajaran itu dapat dilaksanakan atau digunakan pada kehidupannya di masa mendatang. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa individu akan termotivasi untuk belajar jika pelajaran tersebut dapat bermanfaat bagi kehidupannya di masa depan khususnya dalam pemilihan karir individu. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh individu dari pelajaran di sekolah akan dapat mengarahkan individu tersebut untuk bisa memilih karir yang tepat dan sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Yamin (2005) mengemukakan bahwa individu akan bersungguh-sungguh belajar karena termotivasi untuk dapat berprestasi dan mendapat kedudukan dalam jabatan tertentu. Pendapat tersebut berarti bahwa individu akan termotivasi

commit to user

untuk belajar baik secara teoretik maupun praktik dengan tujuan untuk dapat mencapai prestasi yang tinggi serta dapat memegang jabatan tertentu yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Fatimah (2006) mengemukakan bahwa pendidikan dalam arti sempit merupakan persiapan menuju suatu karir, sedangkan dalam arti luas pendidikan merupakan bagian dari proses perkembangan karir remaja. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan merupakan salah satu hal penting sebagai bekal dalam persiapan dan perkembangan karir remaja. Desmita (2007) menjelaskan bahwa besarnya perhatian remaja terhadap bidang pendidikan berkaitan erat dengan persiapannya memasuki dunia kerja pada masa dewasa awal. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja mulai menyadari bahwa pendidikan yang ditempuhnya merupakan salah satu bentuk persiapannya untuk dapat memasuki dunia kerja di masa mendatang. Oleh karena itu, remaja akan termotivasi untuk belajar sehingga dirinya memiliki dan menguasai keahlian tertentu yang dapat bermanfaat dalam pemilihan karirnya di masa depan. Desmita (2007) lebih lanjut menjelaskan bahwa pada dasarnya dunia pendidikan bagi remaja merupakan awal dari dunia karirnya. Remaja telah menyadari untuk mendapatkan suatu pekerjaan dirinya harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan tertentu. Pendidikan dipandang sebagai cara yang paling utama dalam memperoleh penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dapat bermanfaat bagi pekerjaannya di masa depan. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja menyadari bahwa pekerjaan yang

commit to user

akan ditekuni di masa depan tidak terlepas dari pendidikan yang merupakan sumber informasi bagi pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkannya.

Dunia pekerjaan saat ini semakin luas dan kompleks, pilihannya semakin banyak, dan alternatifnya semakin luas, remaja diharapkan mampu mencari dan memilih pekerjaan yang cocok dengan dirinya (Kartono, 1985). Pendapat tersebut menunjukkan bahwa remaja diharapkan mampu memilih berbagai alternatif pekerjaan yang ada sesuai dengan minat dan kemampuannya. Hal tersebut senada dengan pendapat Sukardi (1989) yang menyatakan bahwa remaja dituntut untuk memiliki kesadaran bahwa terdapat kaitan antara pekerjaan yang menarik bagi dirinya dengan pemahaman tentang diri sendiri. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa remaja hendaknya memiliki pemahaman mengenai dirinya sendiri yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih pekerjaan yang cocok dengan dirinya. Monks dan Knoers (2006) menyatakan bahwa remaja masih memiliki unsur subjektif yang sangat besar dalam memilih pekerjaan sehingga pilihannya tidak terlalu realistis. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja terlalu memimpikan hal-hal yang besar mengenai masa depannya, sehingga pemikirannya seringkali kurang realistis khususnya dalam menentukan pilihan pekerjaan bagi dirinya. Kartono (1985) mengemukakan bahwa remaja memerlukan bantuan agar dapat menentukan pilihan secara realistis dan tepat, serta dapat menghubungkan potensi yang dimiliki dengan tuntutan yang diperlukan untuk memasuki pekerjaan yang dipilih. Oleh karena itu, remaja

commit to user

masih memerlukan bimbingan dan masukan serta pertimbangan dari orang yang lebih dewasa dalam menentukan pilihan pekerjaannya.

Pemilihan pekerjaan individu di masa depan tidak terlepas dari keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimiliki. Individu akan memilih pekerjaan berdasarkan keyakinan terhadap kemampuannya dalam bidang pekerjaan tertentu. Hal tersebut berarti keyakinan diri individu ikut menentukan pilihan karir individu di masa depan. Sukardi (1987) mengemukakan bahwa informasi mengenai diri sendiri mempengaruhi pilihan pekerjaan, jabatan, atau karir, sehingga individu akan berusaha mengetahui hal-hal yang diinginkan dan mengetahui pekerjaan yang tepat bagi potensinya. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa informasi mengenai potensi yang dimiliki individu, akan mempengaruhi individu tersebut dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan dirinya, dengan kata lain potensi yang dimiliki individu akan menjadi sumber keyakinannya bagi dirinya dalam memilih pekerjaan.

Kartono (1985) menjelaskan bahwa sebelum individu memilih suatu pekerjaan, dirinya perlu mengetahui lebih dulu tentang bakat, minat, dan kemampuan yang dimiliki serta kepribadiannya. Hal tersebut berarti bahwa pengetahuan akan diri sendiri merupakan hal yang penting yang harus dipahami oleh setiap individu sebelum dirinya memutuskan untuk memilih suatu pekerjaan. Kesadaran diri akan membawa individu menemukan keyakinan dirinya. Individu yang merasa yakin bahwa bakat, minat, dan kemampuannya sesuai dengan suatu bidang karir yang dipilih akan memiliki

commit to user

komitmen yang kuat untuk dapat mencapai karir tersebut di masa depan. Hal tersebut berarti individu yang memiliki keyakinan diri yang tinggi akan memiliki kesanggupan untuk terus berupaya untuk dapat mencapai tujuan karirnya di masa depan. Individu dengan keyakinan diri yang tinggi memiliki tujuan karir dan telah mempersiapkan kemungkinan tantangan yang akan dihadapi, serta komitmen yang kuat dalam mengejar tujuan karir tersebut. Individu tersebut akan mempersiapkan diri secara matang untuk mencapai karirnya dengan disertai gambaran-gambaran yang positif mengenai karir yang diinginkan. Individu akan memiliki keyakinan yang tinggi tentang pilihan karirnya serta terus berupaya dan mempersiapkan diri dengan baik demi masa depannya.

Individu yang memiliki keyakinan diri rendah akan merasa tidak yakin dengan kemampuannya dalam mencapai tujuan karirnya. Betz dan Taylor (dalam Brown dan Associates, 2002) menjelaskan bahwa individu dengan keyakinan diri rendah akan cenderung menghindari dan menunda-nunda dalam membuat keputusan mengenai pilihan karirnya karena selalu diliputi rasa ragu dalam dirinya. Pendapat tersebut berarti bahwa individu dengan keyakinan diri rendah akan merasa kurang yakin dengan kemampuannya dan selalu diliputi keragu-raguan dalam memutuskan dan memilih karirnya di masa depan, sehingga dirinya akan selalu menunda-nunda membuat pilihan karir sampai tiba waktu yang mengharuskannya untuk segera membuat keputusan mengenai pilihan karir bagi kehidupannya. Hal tersebut senada dengan penelitian yang dilakuakan oleh Partino (2006) mengenai kematangan

commit to user

karir siswa sekolah menengah atas yang menunjukkan bahwa keyakinan diri berpengaruh secara positif terhadap kematangan karir siswa. Hasil penelitian tersebut berarti bahwa semakin tinggi keyakinan diri siswa, maka semakin tinggi kematangan karirnya. Sebaliknya, semakin rendah keyakinan diri siswa, maka semakin rendah kematangan karirnya.

Setiap individu harus mampu memilih salah satu diantara beberapa kemungkinan pekerjaan karena individu tidak mungkin menguasai beberapa bidang pekerjaan sekaligus (Winkel, 1997). Beberapa individu telah menentukan pilihannya jauh-jauh hari sebelum bekerja, sehingga jauh-jauh hari pula individu melatih dirinya sesuai dengan syarat yang diperlukan untuk jenis pekerjaan yang dianggap cocok dengan minat dan kemampuannya. Sebaliknya, masih banyak juga individu yang belum memiliki kepastian dengan pekerjaannya nanti setelah selesai dari pendidikan tingkat sekolah menengah atas, akademi bahkan perguruan tinggi (Hurlock, 2002). Kedua pendapat tersebut menunjukkan bahwa individu perlu memikirkan jenis pekerjaan yang diminati yang dapat dipersiapkan selama menekuni pendidikan di sekolah menengah atas sampai dengan perguruan tinggi. Hal yang demikian akan memudahkan individu untuk mengarahkan dirinya pada suatu pekerjaan.

Crites (dalam Manrihu, 1988) telah melakukan review terhadap beberapa studi dan menyimpulkan bahwa sekitar 30% subjek merasa bimbang tentang pilihan pekerjaannya ketika masih di bangku sekolah lanjutan. Studi longitudinal yang dilakukan Marr (dalam Manrihu, 1988) menunjukkan

commit to user

bahwa 50% subjek tidak membuat suatu keputusan hingga usia 21 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak semua individu mampu membuat keputusan mengenai pilihan karirnya setelah selesai menempuh jenjang pendidikannya. Hal tersebut dapat dikarenakan rendahnya tingkat keyakinan diri individu maupun kurangnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki individu untuk dapat memegang jabatan tertentu. Oleh karena itu, kematangan dalam memilih karir merupakan hal yang sangat penting bagi individu terutama remaja yang sudah lulus sekolah menengah atas. Remaja diharapkan mampu membuat keputusan mengenai pilihan karirnya di masa depan sebagai bentuk kematangannya, mengingat mempersiapkan dan memilih pekerjaan merupakan salah satu tugas perkembangan remaja yang harus dilaksanakan dengan baik demi kelancaran tugas perkembangan selanjutnya serta tercapainya suatu kebahagiaan.

Fatimah (2006) mengemukakan bahwa proses pemilihan pekerjaan telah berlangsung sejak remaja menetapkan pilihan sekolahnya dan remaja telah cukup mampu untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan pandangan masa depannya meskipun belum cukup mantap. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa remaja pada dasarnya sudah memiliki gambaran tentang masa depannya meskipun masih samar-samar, hal tersebut dapat dikarenakan kurangnya pengalaman sehingga remaja masih membutuhkan bimbingan dan arahan dari orang yang lebih dewasa sebagai pertimbangan untuk menentukan masa depannya. Kartono (1985) menyatakan bahwa masing-masing jenis sekolah secara otomatis menyalurkan siswanya kepada jenis pekerjaan

commit to user

tertentu. Sekolah harus mampu menyesuaiakan antara bekal yang akan diberikan kepada siswa selama di sekolah dengan kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk bekerja di bidang yang diinginkan siswa. Pendapat tersebut berarti bahwa masing-masing jenis sekolah akan mempersiapkan siswa-siswanya untuk dapat bekerja pada bidang-bidang pekerjaan tertentu dengan dibekali informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang memadai dan sesuai dengan bidang pekerjaan yang diinginkan siswa.

Tohirin (2007) menjelaskan bahwa di sekolah-sekolah kejuruan yang berorientasi karir, siswa akan dibekali tentang aplikasi karir-karir tertentu serta dibimbing tentang cara melakukan pemilihan, perencanaan, dan pengembangan karir tersebut. Hal tersebut berarti siswa di sekolah menengah kejuruan akan dibekali pengetahuan dan keterampilan sebagai dasar dalam melakukan aplikasi karir tertentu, serta siswa akan dibimbing untuk dapat memilih, merencanakan, dan mengembangkan karir yang sesuai dengan jurusan yang ditekuni. Hal tersebut sebagai upaya membantu siswa mencapai kamatangan karirnya. Bidang keahlian teknik mesin di sekolah menengah kejuruan misalnya akan dapat mengarahkan siswa untuk dapat bekerja di bengkel atau jenis pekerjaan lain yang berhubungan dengan mesin. Bidang keahlian teknologi informasi dan komunikasi misalnya akan dapat mengarahkan siswa pada pekerjaan sebagai teknisi komputer, teknisi jaringan maupun berbagai jenis pekerjaan lain yang menuntut keahlian di bidang komputer dan informatika.

commit to user

Kartono (1985) mengemukakan bahwa sebelum memilih jurusan tertentu siswa harus mempunyai informasi yang jelas mengenai jurusan yang akan dimasuki. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa informasi mengenai jurusan yang akan dipilih siswa di sekolah merupakan hal yang penting karena jurusan yang dipilih siswa merupakan awal dari persiapannya untuk memperoleh pekerjaan yang diinginkan di masa depan. Hal tersebut senada dengan pendapat Sukardi (1989) yang menyatakan bahwa keputusan tentang pendidikan yang dijalani siswa mempunyai implikasi secara langsung terhadap pekerjaan yang akan ditekuni setelah menyelesaikan studinya. Hal tersebut berarti bahwa pendidikan yang ditempuh siswa akan ikut menentukan jenis pekerjaan yang akan ditekuni di masa depan. Kartono (1985) lebih lanjut menjelaskan bahwa masalah akan timbul ketika jurusan sekolah yang telah ditempuh siswa tidak relevan dengan bidang pekerjaan yang dipilih atau akan dilakukan. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa belum memiliki kematangan dalam mempersiapkan dan memilih karirnya yang ditandai dengan ketidaksesuaian antara jurusan yang ditekuni selama di sekolah dengan jenis pekerjaan yang dipilih atau akan dilakukan siswa. Oleh karena itu, para calon siswa harus mengumpulkan informasi yang cukup dan memadai sehingga jurusan yang akan dipilih nanti benar-benar sesuai dengan rencana karirnya di masa depan.

Kartono (1985) mengemukakan bahwa informasi yang jelas dan lengkap memungkinkan individu untuk dapat menimbang potensi diri yang menyangkut bakat, minat, kepribadian, ketertiban diri, kesenangan, serta

commit to user

kondisi sosial ekonomi dengan tuntutan yang dibutuhkan untuk jenis sekolah, jurusan studi dan bidang pekerjaan tertentu. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa sebelum individu memilih jurusan studi, jenis sekolah, dan bidang pekerjaan tertentu, individu harus memiliki pengetahuan dan pemahaman akan dirinya sendiri sehingga sesuai dengan tuntutan yang dibutuhkan oleh bidang-bidang yang akan ditekuni. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Gunarsa dan Gunarsa (2004) yang menyatakan bahwa remaja harus meneliti diri sendiri mengenai letak kelemahan dan kekuatan kemampuannya. Setelah diperoleh pengetahuan tentang kemampuan yang dimiliki, tiba saatnya mengambil suatu keputusan untuk menentukan pilihannya. Hal tersebut berarti bahwa sebelum menentukan pilihan, remaja diharapkan mampu memahami tentang diri sendiri untuk kemudian disesuaikan dengan berbagai alternatif pilihan khususnya dalam pemilihan jurusan sekolah atau jenis pekerjaan.

Berbagai pilihan jurusan di sekolah memiliki implikasi secara langsung dengan jenis pekerjaan yang akan ditekuni individu di masa mendatang. Pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) telah disediakan berbagai jurusan yang dapat dipilih siswa sesuai dengan minat dan kemampuannya. Kartono (1985) mengemukakan bahwa SMK bertujuan mempersiapkan siswa-siswanya untuk

menjadi pekerja menengah atau juga untuk “semi skilled labour”. Haltersebut

perlu disadari oleh calon-calon siswa agar dirinya menyadari jauh sebelum dirinya dihadapkan pada keharusan menentukan pilihannya. Calon siswa harus dapat memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.

commit to user

Hal tersebut dikarenakan jurusan yang dipilih di sekolah merupakan salah satu hal penting yang akan mempengaruhi pilihan karir siswa setelah lulus sekolah. Kartono (1985) menambahkan bahwa masalah akan menjadi lebih sulit ketika siswa memilih suatu sekolah hanya karena dirinya tidak diterima pada sekolah yang diinginkan. Oleh karena itu, sebelum memilih jurusan studi maupun jenis sekolah, siswa hendaknya berusaha memahami bakat, minat, serta potensinya sehingga tidak akan terjadi penyesalan dikemudian hari.

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (2004) menyebutkan bahwa berdasarkan penjelasan pasal 15 UU Sisdiknas maka SMK merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Hal tersebut berarti bahwa SMK bertujuan untuk mempersiapkan siswa-siswanya dengan keahlian pada suatu bidang karir tertentu yang dapat bermanfaat bagi pekerjaannya di masa depan. Siswa dapat meningkatkan dan memperdalam keahlian, pengetahuan dan keterampilannya melalui kegiatan belajar baik di dalam kelas atau saat praktik kerja di luar kelas sesuai dengan jurusan yang telah dipilih. Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas (2007) menyebutkan bahwa di SMK terdapat jam belajar tatap muka, praktik sekolah, dan praktik industri. Hal tersebut berarti bahwa siswa SMK akan mendapatkan pelajaran atau materi di dalam kelas serta melakukan praktik di sekolah maupun di lapangan yang terkait dengan jurusan yang ditekuni. Setelah dinyatakan lulus sekolah, siswa SMK dapat langsung terjun ke dunia

commit to user

kerja tanpa harus melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Siswa lulusan SMK dapat bekerja pada bidang-bidang pekerjaan tertentu yang relevan dengan jurusan yang telah dipilih ketika masih belajar di sekolah.

Hurlock (2002) mengemukakan bahwa jika individu memilih jenis pekerjaan yang relevan dengan keterampilan pribadi yang tercermin dalam jurusan yang diambil ketika masih menempuh jenjang pendidikan sekolah menengah atas atau akademis atau kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti, biasanya individu tersebut lebih merasa puas dengan keputusannya, dibandingkan dengan pilihan yang tidak atau kurang relevan dengan minat dan seleranya. Oleh karena itu, kematangan dalam memilih karir merupakan hal yang sangat penting bagi individu dalam hal ini adalah remaja, sehingga remaja diharapkan dapat menentukan suatu pilihan karir yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.