• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. PEMBAHASAN

4.3. Model Hubungan Patron-Klien antara Petani Karet dengan Toke Getah…

4.3.2. Model-Model Hubungan Patron-Klien

4.3.2.2. Hubungan Loyalitas

Hubungan loyalitas. Loyalitas adalah kesetiaan dan kepatuhan, Hubungan loyalitas yang dimaksud disini adalah suatu tindakan dari para petani karet selaku klien kepada toke getah selaku patron untuk membalas jasa atas apa yang telah

dengan klien, bahwa bagi klien unsur kunci yang mempengaruhi tingkat loyalitasnya kepada patron adalah perbandingan antara jasa yang diberikanya kepada patron dan hasil atau jasa yang diterimanya.

Penelitian yang telah dilakukan hubungan timbal balik antara petani karet dan tauke di Desa Gunung Baringin tidak hanya sebatas bisnis dalam pemasaran karet, akan tetapi loyalitas juga mereka tunjukkan ketika petani atau toke mengadakan pesta atau acara syukuran. Loyalitas tersebut ditunjukkan dengan saling membantu untuk kelancaran acara yang akan dilakukan baik oleh petani ataupun toke tanpa adanya paksaan. Selain itu tingkat partisipasi petani juga terlihat ketika toke mengundang untuk suatu acara (syukuran dan pesta) dirumahnya, maka petani akan senang hati untuk menghadiri. Begitu juga sebaliknya, ketika ada undangan untuk suatu acara seperti syukuran dan pesta maka toke juga akan hadir, hal ini sudah menjadi budaya di Desa Gunung Baringin. Hubungan loyalitas antara petani dengan toke juga terlihat ketika adanya kerabat petani atau kerabat toke yang meninggal, maka mereka bersama-sama pergi melayat kerumah duka. Hubungan loyalitas lainnya yang ditunjukkan petani karet sebagai klien kepada toke hgetah sebagai patron ialah mereka tetap menjual karet kepada toke kecil sebagai patron walaupun harganya lebih rendah dari toke lainnya.

Melalui hasil wawancara dilokasi penelitian dengan para informan diperoleh data atau pandangan yang sama dari para informan mengenai hubungan patron klien yang terjalin diantara mereka. Seperti pernyataan yang dikemukaan oleh bapak Ahir (28 tahun, petani karet):

“olo, muda adong iba giot mangadahon acara pesta, pokokna acara ma tong kan pasti do toke di undang, guarna ma namar toke dohot sahuta, ima

toke i pe muda adong acara nia iba pe di undang dohot mambantu ninna kan. Songoni do”. (Iya, kalau saya ingin mengadakan sebuah acara baik pesta maupun syukuran, pasti toke saya undang, namanya juga bermasyarakat, begitu juga dengan toke, jika beliau mengadakan acara kita juga di undang dan ikut membantu”).

Hal tersebut senada dengan jawaban yang disampaikan informan bapak Timur (Toke besar, 58 tahun): martimbang atcogot nai maturun pitu ratus, tontu tarpaksa tapaturun, sian pabrikan do mangaturna, anggo anggota niba na lari harana um mura an di iba na tardokkon be ttong inangi, i halai mai yang penting di dalan kon na pade nai”. (Kita undang nak, Jika saya ingin mengadakan acara kita undang mereka, seperti kakak mu yang baru menikah dua minggu yang lalu, kita undang, untuk menjaga silaturrahmi juga. Mereka juga mengundang saya jika mereka mengadakan acara, kadang saya tidak sempat kadang datang begitu. Kalau masalah harga karet yang turun, terus petani tidak jual ke saya karena lebih murah dari toke lain begitu tadi kan? Kalau hal tersebut kadang kita tidak tahu, karena harga karet juga tidak stabil, jika misalkan kemarin kita sampaikan kepada anggota bahwa harga karet segini, tapi ternyata besoknya sudah turun tujuh ratus rupiah, jadi terpaksa kita turunkan juga harganya, karena harga karet diatur oleh pabrik, kalau ada anggota yang lari karena harga karet di saya lebih rendah daripada toke yang lainnya itu tidak bisa saya paksakan, karena itu kemauaan mereka, saya tidak mungkin memaksakan agar mereka tetap menjual ke saya, yang penting saya menjalankan yang terbaik).

Hal senada juga dipaparkan oleh informan berikut:

“Iyala nanguda undangla, kemaren itukan yang si Riski itu marbagas nanguda undang, kau ikut juga kan? Gurna pe toke niba bia i na diundang, ma toke niba solkot muse tetangga dope tambana, ba anggona di undang dung aha do iba i, gota pe leng tu sia do dilehen ni bope kadang arga na turun disi tai guarna pe toke niba leng na tusi doma iba i”. (“Iya pasti saya undang, kemarin ketika anak perempuan saya menikah saya undang, kamu juga kan? Namanya juga toke kita, pastilah diundang. Selain toke juga termasuk keluarga juga kan, tetangga lagi. Kalau tidak diundang parah sekali itu, getah juga tetap saya kasih ke sana walaupun kadang harganya

Jawaban serupa juga ditambahkan oleh Bapak Muhammad Ritonga (toke, 47 tahun):

“Kemaren itu pas si Amir uda bikin horja godang, semualah uda undang, kek gitulah membangun hubungan, bukan buat pesta aja kalo ada kemalangan otomatis kita datang, mau musibah, pesta, syukuran apapun itu kalau melibatkan orang banyak maupun tidak pasti kita ada. Ntah anaknya sakit kita jenguk, tapi biasanya itu yang sakit parah aja ya, saling silaturrahmi lah, terus kalau masalah harga getah itu uda ikut dari toke godanglah dari dialah kita tau harga getah, kitalah yang sesuaikan harganya nanti sama anggotakan, tiap toke mungkin beda-beda harga kalau ada anggota kita yang lari karena harga disini lebih murah, terserah dialah itu, kadangpun udah kita timbang getahnya baru ada info dari sana kalo harganya turun, terpaksalah manomboin, biasanya itu namanya juga berdagang, tapi jarangnya itu soalnya biasanya walaupun harganya lebih murah disini tetap kesininya anggota uda yang bisanya. Kalau ada yang lari-larian itu palingan yang nakal-nakal yang gak tetap juga tokenya kan”.