• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODE PENELITIAN

3.6. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman peneliti untuk melakukan penelitian ilmiah. Terkait dengan keterbatasan waktu terutama pada informan membuat peneliti harus membuat jadwal pertemuan. Terlepas dari kendala diatas peneliti menyadari keterbatasan dalam proses penelitian yang dilakukan. Meskipun demikian peneliti berusaha untuk melaksanakan penelitian semaksimal mungkin agar mendapatkan hasil yang akurat.

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat Desa Gunung Baringin

Desa Gunung Baringin awal mulanya merupakan sebuah hutan rimba yang padat ditumbuhi oleh pohon-pohon besar. Tahun 1969 Baginda Salamat membuka hutan bersama dengan Sembilan kepala keluarga lainnya dan menjadikan hutan tersebut menjadi sebuah desa yang awalnya di beri nama Desa Napa Maranti, dengan kondisi lahan yang kasar yang hanya dikelilingi hutan lebat. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat Desa Napa Maranti memiliki mata pencarian sebagai pencari rotan, dan berkebun. Hasil kebun ini akan dijual ke Padang Sidempuan dengan berjalan kaki selama sehari dan pulang pada keesokan harinya. Untuk menyekolahkan anak-anak, mereka menyekolahkannya keluar daerah yang pada masa itu ke daerah Padang Bolak. Hal tersebut berlangsung selama hampir 10 tahun dan pada tahun 1978 dengan di adakannya pemilihan kepala desa pertama dan desa Napa Maranti di ganti dengan nama Desa Gunung Baringin lambat laun banyak anggota keluarga lainnya yang pindah ke Desa Gunung Baringin. Mata pencaharian masyarakat desa juga mulai beralih menjadi petani. Namun hutan di Desa Gunung Baringin sangat luas, pada masa itu Oppung Baginda Sinandean memiliki inisiatif membuat kebun percontohan, beliau membuka hutan untuk dijadikan lahan berkebun karet, beberapa tahun kemudian Oppung Baginda Sinandean sudah bisa menderesnya dan karet tersebut telah

cara berkebun beliau, namun beliau tidak berpuas hati, beliau membuat kebun percontohan lainnya yaitu menanam pisang, hal ini juga kembali menjadi inspirasi bagi masyarakat setempat untuk bercocok tanam pohon pisang, dan pada akhirnya selain menanam pisang masyarakat Desa Gunung Baringin mulai menanam kunyit, kencur, coklat, jagung, kacang dan terakhir masyarakat Desa Gunung Baringin mulai menanam kelapa sawit. Akhirnya masyarakat Desa Gunung Baringin mulai mengalami perkembangan, baik dari segi ekonomi maupun pendidikan. Hal tersebut berlangsung hingga saat ini. Dan tokoh-tokoh paling berpengaruh di Desa Gunung Baringin saat ini adalah mereka yang pada mulanya pindah dan membuka hutan menjadi sebuah desa, salah satunya ialah Oppung Baginda Sinandean Harahap.

4.1.2. Lokasi dan Kondisi Desa 4.1.2.1. Kondisi Geografis Desa

Desa Gunung Baringin terbentuk dari lima dusun yaitu:

1. Dusun I dinamakan dengan Mosa Jae 2. Dusun II dinamakan dengan Mosa Julu

3. Dusun III dinamakan dengan Kampung Sedikit 4. Dusun IV dinamakan dengan Palang, dan 5. Dusun V dinamakan dengan Paraupan

Serta memiliki luas wilayah 35.903 hektar dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Timur berbatas dengan Kecamatan Batang Angkola b. Sebelah Utara berbatas dengan Desa Sihuik Kuik

c. Sebelah Barat berbatas dengan Kelurahan Pardomuan d. Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Sayur Matinggi

Desa Gunung Baringin terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi, desa ini dikelilingi oleh bukit-bukit serta lahan-lahan kebun dari masyarakat setempat.

Masyarakat Desa Gunung Baringin umumnya bekerja sebagai petani, salah satunya ialah sebagai petani karet, sekitar 9000 ha kebun karet yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Yang terdiri dari 3500 ha tanaman belum menghasilkan, 3000 ha tanaman tidak menghasilkan dan dalam proses penanaman kembali serta 2500 ha tanaman karet yang telah menghasilkan. Kebun karet yang dimiliki oleh masyarakat setempat terdapat di beberapa lokasi yang berbeda, karena Desa Gunung Baringin tersebut dikelilingi oleh bukit maka sebagian besar petani memiliki kebun karet yang cukup jauh dari Desa. Umumnya petani karet hanya akan menderes tiga atau empat hari dalam seminggu, yang kemudian getah tersebut akan dijual kepada toke yang terdapat di Desa atau toke yang datang dari luar Desa tersebut.

Dalam proses jual beli getah karet, setiap petani karet memiliki toke langganan masing-masing yang bersifat terikat dan berlangsung lama, dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan, terdapat beberapa petani karet yang menjual getah karetnya kepada satu toke saja da ada pula yang menjual getahnya kepada beberapa toke.

4.1.3. Komposisi Penduduk

4.1.3.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk di Desa Gunung Baringin adalah 3.260 jiwa. Dari data tahun 2017, tercatat jumlah penduduk Desa Gunung Baringin sebanyak 667 KK.

Dengan perhitungan jumlah perempuan lebih besar dari pada jumlah laki-laki dimana perempuan berjumlah 1.674 jiwa dan laki-laki berjumlah 1.586 jiwa. Dari jumlah tersebut ada sekitar 10 selisih perempuan dan laki-laki. Komposisi penduduk Desa Gunung Baringin berdasarkan jenis kelamin terlihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin N

No JenisKelamin

Dusun I Dusun II Dusun III Dusun IV Dusun V f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ 1 Laki-Laki 534 50.9 352 52.7 63 47.7 692 52.0 33 39.2 2 Perempuan 514 49.0 315 47.2 69 52.2 637 47.9 51 60.7

Sumber: Data Statistik Kantor Kepala Desa Gunung Baringin, 2017 4.1.3.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Masyarakat Desa Gunung Baringin menganut beberapa agama yang telah diakui di Negara Indonesia, dimana penduduk desa ini dapat dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan agama yang dianutnya, hal tersebut terlihat pada tabel 4.2 dibawah ini.

Tabel 4.2

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Sumber: Data Statistik Kantor Kepala Desa Gunung Baringin, 2017

4.1.3.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tabel 4.3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No Jenis

Pekerjaan

Dusun I Dusun II Dusun III Dusun IV DusunV f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ 1 Petani 382 92.7 224 92.1 44 95.6 550 95.4 39 100 2 Wiraswasta 22 5.33 18 7.40 2 4.34 23 3.99 - 0.00 3 PNS 8 1.94 1 0.41 - 0.00 2 0.34 - 0.00 4 TNI/POLRI - 0.00 - 0.00 - 0.00 1 0.17 - 0.00 Sumber: Data Statistik Kantor Kepala Desa Gunung Baringin, 2017

Masyarakat Desa Gunung Baringin mayoritas bekerja sebagai petani, dimana hal tersebut dapat dilihat dari tabel 4.3 diatas. Sedangkan sebagain kecil pada masyarakat desa ini bekerja sebagai wiraswasta, Pegawai Negeri Sipil, TNI,POLRI dan lain-lain. Profesi lain-lain dalam hal ini ialah karyawan, guru honor, pandai besi dan juga supir.

Kondisi sosial ekonomi yang terjadi di desa ini tidak terlalu mempengaruhi

No Agama N

Dusun I Dusun II Dusun III Dusun IV Dusun V

f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀

1 Islam 877 83.6 665 99.7 132 100 39 2.93 3 3.57 2 Protestan 166 15.8 2 0.29 - 0.00 1256 94.5 7

7 91.6 3 Katholik 5 0.47 - 0.00 - 0.00 34 2.55 4 4.76

setempat tidak merasa adanya pengelompokan antar kelas-kelas sosial antara strata yang lebih tinggi dengan strata yang lebih rendah. Melalui hasil wawancara di lokasi penelitian dengan beberapa informan, hal ini dibenarkan oleh Ibu Remsi (40 tahun):

“Napola nian da, sarupo dosude. Sanga ahama pangkat nia lengsarupo do anggo dison, nadong pola naporlu di parmasalahkon, marsiboto bana do” (Tidak, semua sama saja, apapun jabatannya tetap sama saja kalau disini, tidak ada yang perlu dipermasalahkan, karena kita juga sudah tau satu sama lain”).

Hal senada dengan jawaban yang informan berikut, yaitu ibu Kaidah Rambe (31 tahun):

“Menurutku tak ada yang begitu, sama ajanya awak rasa, biasa-biasa ajanya, mau PNS dia mau banyak duitnya samala itu, ke ladang juganya tiap hari, gak ada yang mau diapakan, rukun-rukun saja, kalau ada masalah dikit wajar ajala, beda kepala kan, maklumla itu”.

4.1.3.4. Luas Tanaman dan Produksi Tanaman Karet Tabel 4.4

Luas Tanaman dan Produksi Tanaman Karet Menurut Kecamatan Kecamatan

Luas Tanaman (Ha)

T.B.M T.M T.T.M Jumlah Produksi Batang Angkola 339,50 705,00 457,00 1 501,50 585,85 Sayurmatinggi 368,00 778,00 1 461,00 2 607,00 645,50 Angkola Timur 558,00 560,25 294,50 1 412,75 465,00 Angkola Selatan 135,00 569,00 226,00 930,00 481,50 Angkola Barat 986,00 1 274,00 859,00 3 119,00 784,00 Batang Toru 527,00 2 642,00 2 283,00 5 452,00 2 242,50 Marancar 315,00 694,00 4 658,50 5 667,50 601,25

Sipirok 417,00 136,00 101,50 654,50 87,00

Arse 235,00 257,00 168,00 660,00 194,00

Saipar Dolok Hole 289,00 204,00 222,00 715,00 123,00 Aek Bilah 542,00 218,00 431,00 1 191,00 157,50 Muara Batang Toru 69,00 29,50 180,00 278,50 23,50 Tano Tombangan

Angkola

250,00 593,00 271,00 1 114,00 484,50

Angkola Sangkunur 917,00 1 219,00 1 094,00 3 230,00 824,00 Tapanuli Selatan 5 947,50 9 878,75 12 706,50 28 532,75 7 699,10

Sumber: Dinas Perkebunan Kabupaten Tapanuli Selatan, 2017

Tabel 4.5

Luas Tanaman dan Produksi Tanaman Karet Kelurahan Gunung Baringin Luas Tanaman (Ha)

T.B.M T.M T.T.M Jumlah Produksi

3 500 2 500 3 000 9 000 35 00

Sumber : Data Statistik Kantor Kepala Desa Gunung Baringin, 2017

4.1.4. Deskrifsi Fasilitas dan Prasarana di Desa Gunung Baringin 4.1.4.1. Sarana Pendidikan

Tabel 4.6 Sarana Pendidikan

No Kategori Nama Dusun Jumlah

1 TK/PAUD Dusun II & Dusun IV 2

2 SD Dusun I, Dusun II & Dusun IV 3

3 Madrasah Dusun I & Dusun II 2

Sumber: Data Statistik Kantor Kepala Desa Gunung Baringin, 2017 Berdasarkan data tabel 4.6, sarana pendidikan di Desa Gunung Baringin masih minim. Hal ini dapat dilihat pada sarana pendidikan yang hanya memiliki dua bangunan TK/PAUD, serta tiga bangunan SD dan dua bangunan Madrasah.

Sementara lokasi antar dusun sangat jauh. Bagi anak-anak yang ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) mereka harus keluar desa, seperti di Desa Garonggang, Desa Napa, Kota Padang Sidempuan dan lain-lain.

4.1.4.2. Sarana Kesehatan

Tabel 4.7 Sarana Kesehatan

No Sarana Kesehatan Nama Dusun Jumlah

1 Klinik - -

2 Polindes Dusun II 1

3 Puskesmas - -

Sumber: Data Statistik Kantor Kepala Desa Gunung Baringin, 2017

Berdasarkan data tabel 4.7 sarana kesehatan di Desa Gunung Baringin sangat minim, hanya ada satu Polindes yang melayani masyarakat Desa Gunung Baringin. Petugas pelayanan medis hanya beberapa dan terkadang alat medis kurang lengkap sehingga tidak jarang masyarakat Desa Gunung Baringin harus berobat keluar luar desa seperti Desa Aek Natas atau langsung ke Padang Sidempuan, ataupun menunggu datangnya Mantri yang datang setiap hari Minggu, pelayanan posyandu dan program KB juga masih belum diterapkan secara aktif terlihat dari banyaknya jumlah anggota keluarga (anak).

4.1.4.3. Sarana Peribadahan

Dalam hal keagamaan, sarana peribadahan yang ada di Desa Gunung Baringin terdiri dari gereja dan masjid. Terdiri dari lima bangunan masjid yaitu terdapat satu masjid di dusun I, satu masjid di dusun II, satu masjid di dusun III, satu masjid di dusun IV dan satu masjid di dusun V. Sedangkan bangunan gereja terdiri dari empat bangunan yaitu, tiga gereja di dusun IV dan satu gereja di dusun V.

Kepala Desa

4.1.4.4. Struktur Pemerintahan Desa Gunung Baringin

Unsur penyelenggara pemerintahan Desa Gunung Baringin terdiri dari Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa. Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa bersama perangkatnya (Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa, Bendahara Desa, Kepala Unsur Kewilayahan/ Kepala Dusun I, Dusun II, Dusun III, Dusun IV, Dusun V, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) terdiri dari pimpina BPD dan anggota BPD. BPD Gunung Baringin ada sebanyak 7 (tujuh) orang, yang terdiri dari Ketua BPD merangkap anggota satu orang, Wakil Ketua BPD merangkap anggota satu orang, Sekretaris BPD merangkap anggota satu orang dan Anggota sebanyak 4 (empat) orang. Adapun struktur organisasi Pemerintahan Desa Gunung Baringin adalah sebagai berikut:

Gambar 1

Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Gunung Baringin,2017

Bendahara Sekretaris

Kepala

Dusun I Kepala Dusun II

Kepala Dusun III

Kepala Dusun IV

Kepala Dusun V

Gambar 2

Struktur Organisasi Badan Permusyawaran Desa, 2017

Strukutur organisasi tersebut adalah sebagaimana telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Bupati Tapanuli Selatan Nomor 301 Tahun 2013 tentang Pengesahan Pengangkatan Keanggotanan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) pada Desa Gunung Baringin Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan.

4.2. Kehidupan Masyarakat Petani Karet 4.2.1. Kondisi Sosial Ekonomi Petani Karet

Hal pertama yang kita lihat bila memasuki Desa Gunung Baringin adalah pemandangan kebun karet dan juga sawit. Kondisi yang demikian itu membuat masyarakat Gunung Baringin berprofesi sebagai petani, kehidupan mereka selalu berada di kebun maupun sawah, sehingga jarang terlihat pada saat siang hari.

Pimpinan BPD

(Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris)

Anggota Anggota Anggota Anggota

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan juga biaya sekolah anak-anak mereka.

Hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan salah seorang petani.

“olo baya, songononma karejo ari-arion, kan manyogot tu potang karejo bopena tong mangomokan,anggo au mangguris do tolu kali saminggu, kadang ima mangomo tu halak kan, tamba-tamba na, balanjo niba dope napedo anak sikola tiop bulan akkon adong.Imadah bia dope baenon on ma karejo niba, sikola nibape na na adong diama bisa iba songon halaki i,,”. ( Iya, beginilah kerjaan setiap hari, dari pagi sampai sore kerja walaupun kadang kerja harian, kalau saya menderes tiga kali seminggu, kadang itulah kerja harian ke tempat orang, buat tambah-tambah.

Untuk kebutuhan sehari-hari juga buat biaya anak sekolah yang selalu harus ada jika tiba-tiba dia minta. Begitulah gimana lagi inilah pekerjaan saya, sekolah saya juga tidak ada tidak mungkin bisa seperti orang lain”. (Helmi Rambe, 30 tahun)

Masyarakat Desa Gunung Baringin sebagian besar di kategorikan miskin dan prasejahtera walaupun tersedia lahan berkebun yang luas. Rata-rata pendapatan perkapita penduduk per tahun adalah sebesar Rp.15.000.000. Hal ini tentunya tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari dan juga biaya sekolah anak sehingga tidak jarang para petani karet meminjam uang kepada toke. Kondisi ekonomi masyarakat Gunung Baringin yang prasejahtera terlihat dari kondisi bangunan rumah yang sebagian besar masih terbuat dari papan dan semi beton.

Kebutuhan rumah tangga masih sekedarnya sebagian besar masih menggunakan kompor atau tunggu batu hanya sedikit masyarakat yang sudah menggunakan kompor gas. Bangunan rumah juga masih ada yang berlantai tanah dan sebagian besar semen, sebagian kecilnya ubin, keperluan mandi dan mencuci dilakukan di sungai dan sebagian masyarakat memiliki sumur. Pendapatan petani karet masih terbilang pas-pasan karena banyaknya jumlah anggota keluarga (anak-anak) yang banyak menghabiskan biaya sehari-hari dan juga biaya sekolah ditambah pula dengan harga getah karet yang tidak menentu membuat para petani tidak jarang memutar otak untuk mendapatkan biaya tambahan.

Produksi karet sendiri tidak setiap hari menghasilkan getah sebagian besar hanya menderes tiga atau empat kali seminggu, dan hasil karet akan dijual kepada toke sekali seminggu atau sekali dalam dua minggu, untuk mendapatkan uang tambahan para petani karet sebagian besar memiliki pekerjaan sampingan lainnya seperti menanam kunyit, kencur, pisang, coklat dan juga pinang ataupun mereka akan menjadi buruh harian terkadang sebagai pangarabi, menyemprot di kebun orang, memanen sawit, ataupun menjadi buruh harian lainnya. Dimana yang terpenting adalah mereka sanggup dan mendapatkan hasil uang tambahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

4.2.2. Kondisi Sosial Ekonomi Toke Getah

Bagi masyarakat Desa Gunung Baringin sendiri, seorang toke merupakan orang yang besar hati dan juga disegani. Walaupun secara status sosial posisi toke berada di posisi atas namun bukan berarti mereka bersikap sewenang-wenang, mereka sangat akrab dengan petani dan juga ramah. Hal ini terlihat dari sikap toke yang tidak segan menegur dan memberi senyuman kepada para petani jika bertemu dijalan maupun sedang di kedai kopi tidak jarang juga toke tersebut membayar minuman para petani. Hal tersebut juga di ungkapkan dalam hasil wawancara dengan salah satu toke berikut:

“songonon ma istilahna inang,halai i do namangalehen iba mangan,jadi muda iba pe sonon akkon ramah do iba, ulang pala akkon tu anggota nibai tulak na lain pe akkon lemah lembut do,anggo naron umpamana inda tu iba gota nia uba iba be mangarasoi ma, anggo jadi toke on inang suni ma, jadilah orang yang sabar dan lemah lembut, kepada siapapun”.(“Istilahnya begini nak, mereka yang memberi kita makan, jadi kita ini harus ramah, tidak harus pada anggota kita saja, pada orang lain juga harus lemah lembut, jika umpamanya nanti getahnya tidak di jual pada kita, kita juga kena dampaknya, kalau jadi toke ini nak begitulah, jadilah orang yang sabar dan lemah lembut kepada siapapun” (Bapak Timur Sipahutar, 58

Kondisi perekonomian toke sendiri jauh lebih beruntung dari masyarakat lainnya, kondisi bangunan rumah yang lebih baik, memiliki kendaraan pribadi dan fasilitas rumah yang lebih lengkap. Toke sendiri memiliki peran penting dalam perniagaan getah karet di Desa Gunung Baringin karena memiliki jaringan pemasaran yang lebih luas dan mempermudah petani untuk menawarkan hasil karetnya sehingga menghemat biaya petani untuk transportasi keluar desa. Di Desa Gunung Baringin terdapat enam toke yakni lima toke kecil dan satu toke besar. Toke-toke kecil hanya menampung getah karet di desa Gunung Baringin saja maka dari itu mereka memiliki gudang getah di dekat rumah mereka. Satu toke kecil ini bisa menampung 18-30 petani tetap maupun bebas, dengan keberadaan toke ini membuat petani bebas memilih kepada siapa mereka akan menjual getah mereka. Namun sebagian besar petani hanya menjual kepada satu toke saja, namun tidak menutup kemungkinan mereka dapat langsung menjual kepada toke besar.

4.2.3. Profil Informan

1. Nama : Remsi Ritonga

Usia : 40 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SD

Pendapatan : Rp. 2.000.000 Pengeluaran : Rp. > 2.000.000

Ibu Remsi merupakan salah satu petani karet yang ada di Desa Gunung Baringin, beliau sudah menggeluti pekerjaan sebagai petani karet selama kurang lebih 12 tahun, namun sejak remaja beliau sudah bisa menderes dan membantu orang tua beliau pada masa itu. Ibu Remsi memiliki 5 orang anak dimana 2 diantaranya telah menikah dan menetap di Desa Gunung Baringin, 3 orang lainnya ada yang sudah bekerja dan juga sekolah.

Ibu Remsi memiliki kebun karet seluas 4 (empat) ha yang dikelola sendiri oleh beliau dan sudah menghasilkan. Lahan seluas 4 (empat) ha tersebut di tanam sendiri oleh beliau bersama sang suami. Setiap hari Senin sampai dengan hari Rabu beliau akan menderes dan dibantu oleh kedua anak lekakinya yang sudah tidak bersekolah, dan pada hari Kamis mereka akan bergotong royong untuk mengumpulkan hasil getah karet yang kemudian akan dijual kepada toke getah.

Namun terkadang ibu Remsi juga menderes pada hari Jum’at dan Sabtu untuk menambah biaya untuk kebutuhan sehari-hari keluarganya, jika beliau menderes dihari tersebut beliau menjualnya kepada toke kecil yang ada di Desa Gunung Baringin pada Sabtu malam karena toke besar datang ke Desa ini hanya pada hari Kamis saja. Hasil karet ibu Remsi setiap minggunya adalah 120-180 kilo, getah karet tersebut langsung beliau jual kepada toke besar yaitu bapak Timur, dengan penghasilan perbulannya Rp. 2.000.000 dan ini dinilai beliau tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Jadi, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selain menderes ibu Remsi juga menanam kunyit dan kencur sebagai pekerjaan sampingan. Sedangkan suami beliau pekerjaannya tidak tetap.

2. Nama : Asril Lubis

Usia : 60 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SD

Pendapatan : Rp.2.500.000 Pengeluaran : Rp.1.600.000

Amangboru begitulah biasa informan saya panggil, beliau merupakan seorang pendatang ke daerah Desa Gunung Baringin, menurut beliau setelah pindah ke Desa Gunung Baringinlah beliau bekerja sebagai penderes, selama 7 tahun beliau berprofesi sebagai petani karet dulunya beliau adalah seorang petani sawit. Walaupun sudah terbilang cukup lama tinggal di Desa ini namun Pak Asril tidak bisa berbahasa Mandailing atau bahasa sehari-hari yang di gunakan di Desa Gunung Baringin, untuk sehari-hari bapak Asril menggunakan bahasa Indonesia karena pak Asril bukanlah orang yang suka bergaul dengan masyarakat sekitar di tambah lagi beliau selama ini menetap di kebun karet miliknya, beliau hanya pulang ke desa jika ada keperluan. Walaupun sudah tua, beliau masih kuat dan bekerja di bantu oleh anak bungsunya. Kini beliau berkebun sawit sebagai perkerjaan sampingan.

Pak Asril memiliki lahan kebun karet secara pribadi dan luasnya sekitar 2 (dua) hektar, kebun karet tersebut beliau tanam bersama dengan istrinya. Kebun karet tersebut dikelola sendiri oleh beliau dan sudah menghasilkan. Dalam seminggu beliau hanya menderes karetnya selama tiga hari saja yaitu pada hari Senin sampai hari Rabu, beliau menjual hasil getah hanya sekali dalam dua

minggu atau bahkan sebulan sekali karena getah yang lebih kering akan memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan getah yang basah. Hasil karet ini langsung dijual kepada toke besar. Setiap kali penjualan getah pak Asril menghasilkan 100-130 kilo getah karet. Pak Asril memiliki dua orang anak dan salah satunya sudah menikah. Bapak Asril memiliki penghasilan Rp.2.500.000 per bulannya dengan jumlah pengeluaran sekitar Rp.1.600.000 menurut penuturan beliau dengan bekerja sebagai petani karet sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

3. Nama : Nur Kaidah Rambe

Usia : 31 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SMP

Pendapatan : Rp.2.500.000 Pengeluaran : Rp. 1.500.000

Ibu Kaidah merupakan salah satu petani karet yang ada di Desa Gunung Baringin, beliau bekerja sebagai penderes sudah tiga tahun lamanya, selain itu beliau juga merupakan seorang janda yang tinggal serumah bersama adik laki-lakinya yang sudah menikah, Ibu Kaidah memiliki 2 orang anak dan keduanya diasuh orang neneknya di daerah yang berbeda.

Ibu Kaidah memiliki kebun karet secara keluarga dengan luas lahan sebanyak 5 hektar, kebun karet ini dikelola sendiri oleh beliau bersama sang adik, namun yang menanam kebun karet tersebut ialah kedua orang tua beliau, menurut

karena orang tua bu Kaidah tinggal di daerah yang jauh dari desa ini sehingga beliaulah yang bertugas untuk menjaga serta mengelola kebun karet

karena orang tua bu Kaidah tinggal di daerah yang jauh dari desa ini sehingga beliaulah yang bertugas untuk menjaga serta mengelola kebun karet