• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. PEMBAHASAN

4.2.3. Profil Informan

1. Nama : Remsi Ritonga

Usia : 40 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SD

Pendapatan : Rp. 2.000.000 Pengeluaran : Rp. > 2.000.000

Ibu Remsi merupakan salah satu petani karet yang ada di Desa Gunung Baringin, beliau sudah menggeluti pekerjaan sebagai petani karet selama kurang lebih 12 tahun, namun sejak remaja beliau sudah bisa menderes dan membantu orang tua beliau pada masa itu. Ibu Remsi memiliki 5 orang anak dimana 2 diantaranya telah menikah dan menetap di Desa Gunung Baringin, 3 orang lainnya ada yang sudah bekerja dan juga sekolah.

Ibu Remsi memiliki kebun karet seluas 4 (empat) ha yang dikelola sendiri oleh beliau dan sudah menghasilkan. Lahan seluas 4 (empat) ha tersebut di tanam sendiri oleh beliau bersama sang suami. Setiap hari Senin sampai dengan hari Rabu beliau akan menderes dan dibantu oleh kedua anak lekakinya yang sudah tidak bersekolah, dan pada hari Kamis mereka akan bergotong royong untuk mengumpulkan hasil getah karet yang kemudian akan dijual kepada toke getah.

Namun terkadang ibu Remsi juga menderes pada hari Jum’at dan Sabtu untuk menambah biaya untuk kebutuhan sehari-hari keluarganya, jika beliau menderes dihari tersebut beliau menjualnya kepada toke kecil yang ada di Desa Gunung Baringin pada Sabtu malam karena toke besar datang ke Desa ini hanya pada hari Kamis saja. Hasil karet ibu Remsi setiap minggunya adalah 120-180 kilo, getah karet tersebut langsung beliau jual kepada toke besar yaitu bapak Timur, dengan penghasilan perbulannya Rp. 2.000.000 dan ini dinilai beliau tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Jadi, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selain menderes ibu Remsi juga menanam kunyit dan kencur sebagai pekerjaan sampingan. Sedangkan suami beliau pekerjaannya tidak tetap.

2. Nama : Asril Lubis

Usia : 60 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SD

Pendapatan : Rp.2.500.000 Pengeluaran : Rp.1.600.000

Amangboru begitulah biasa informan saya panggil, beliau merupakan seorang pendatang ke daerah Desa Gunung Baringin, menurut beliau setelah pindah ke Desa Gunung Baringinlah beliau bekerja sebagai penderes, selama 7 tahun beliau berprofesi sebagai petani karet dulunya beliau adalah seorang petani sawit. Walaupun sudah terbilang cukup lama tinggal di Desa ini namun Pak Asril tidak bisa berbahasa Mandailing atau bahasa sehari-hari yang di gunakan di Desa Gunung Baringin, untuk sehari-hari bapak Asril menggunakan bahasa Indonesia karena pak Asril bukanlah orang yang suka bergaul dengan masyarakat sekitar di tambah lagi beliau selama ini menetap di kebun karet miliknya, beliau hanya pulang ke desa jika ada keperluan. Walaupun sudah tua, beliau masih kuat dan bekerja di bantu oleh anak bungsunya. Kini beliau berkebun sawit sebagai perkerjaan sampingan.

Pak Asril memiliki lahan kebun karet secara pribadi dan luasnya sekitar 2 (dua) hektar, kebun karet tersebut beliau tanam bersama dengan istrinya. Kebun karet tersebut dikelola sendiri oleh beliau dan sudah menghasilkan. Dalam seminggu beliau hanya menderes karetnya selama tiga hari saja yaitu pada hari Senin sampai hari Rabu, beliau menjual hasil getah hanya sekali dalam dua

minggu atau bahkan sebulan sekali karena getah yang lebih kering akan memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan getah yang basah. Hasil karet ini langsung dijual kepada toke besar. Setiap kali penjualan getah pak Asril menghasilkan 100-130 kilo getah karet. Pak Asril memiliki dua orang anak dan salah satunya sudah menikah. Bapak Asril memiliki penghasilan Rp.2.500.000 per bulannya dengan jumlah pengeluaran sekitar Rp.1.600.000 menurut penuturan beliau dengan bekerja sebagai petani karet sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

3. Nama : Nur Kaidah Rambe

Usia : 31 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SMP

Pendapatan : Rp.2.500.000 Pengeluaran : Rp. 1.500.000

Ibu Kaidah merupakan salah satu petani karet yang ada di Desa Gunung Baringin, beliau bekerja sebagai penderes sudah tiga tahun lamanya, selain itu beliau juga merupakan seorang janda yang tinggal serumah bersama adik laki-lakinya yang sudah menikah, Ibu Kaidah memiliki 2 orang anak dan keduanya diasuh orang neneknya di daerah yang berbeda.

Ibu Kaidah memiliki kebun karet secara keluarga dengan luas lahan sebanyak 5 hektar, kebun karet ini dikelola sendiri oleh beliau bersama sang adik, namun yang menanam kebun karet tersebut ialah kedua orang tua beliau, menurut

karena orang tua bu Kaidah tinggal di daerah yang jauh dari desa ini sehingga beliaulah yang bertugas untuk menjaga serta mengelola kebun karet tersebut.Lahan seluas 5 hektar tersebut semua telah menghasilkan. Setiap minggunya bu Kaidah menghasilkan 150-200 kilo getah karet. Hasil getah karet tersebut beliau jual langsung kepada toke besar, bu Kaidah juga hanya menderes selama tiga hari saja dalam seminggu yaitu mulai hari Senin sampai hari Rabu.

Menurut bu Kaidah mayoritas masyarakat Desa Gunung Baringin bekerja sebagai petani baik karet maupun sawit. Dan sebagian dari petani karet juga ada yang tidak memiliki lahan sendiri atau bekerja di kebun karet orang lain dengan sistem bagi hasil di bagi tiga atau lima, untuk sistem penjualannya dilakukan secara langsung baik pada toke kecil maupun besar, ibu Kaidah sendiri langsung menjual getahnya kepada toke besar, dan hubungan beliau dengan toke besar tersebut sangat baik karena menurut penuturan beliau selain hubungan jual beli getah juga sudah dianggap sebagai keluarga.

4. Nama : Abdul Wahid Rangkuti

Usia : 52 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SMP

Pendapatan : Rp. 2.000.000 Pengeluaran : Rp. > 2.000.000

Pak Rangkuti begitulah beliau biasanya di panggil di Desa Gunung Baringin, beliau adalah salah satu petani karet di desa Gunung Baringin, beliau memiliki 3 orang anak yang masih kecil. Pak Rangkuti sudah 20 tahun menggeluti

pekerjaan sebagai penderes. Pak Rangkuti memiliki lahan kebun karet seluas satu anca atau sekitar 1 hektar, tetapi belum bisa di deres jadi saat ini beliau menderes di kebun karet milik orang lain dengan sistem bagi hasil dibagi tiga. Untuk hasil karet perminggu pak Rangkuti bisa mendapatkan 150-200 kilo.

Pak Rangkuti saat ini memiliki borongan sebanyak 3 borongan dengan kepemilikan lahan yang berbeda-beda. Hal ini membuat pak Rangkuti tidak tergantung dengan satu toke saja atau berpindah-pindah, karena kemana hasil karet akan dijual ditentukan oleh si pemilik kebun. Menurut pak Rangkuti hal tersebut membuat beliau tidak dapat sembarangan meminjam kepada toke jadi beliau lebih sering meminjam kepada pemilik lahan dari pada toke. Memiliki 3 borongan sekaligus membuat pak Rangkuti harus menderes setiap hari, karena tidak ada yang dapat membantunya untuk menderes, sedangkan istri beliau bekerja di kebun. Hanya pada hari pengumpulan getahlah sang istri membantu beliau. Menurut penuturan beliau di Desa Gunung Baringin terdapat 5 toke kecil dan satu toke besar.

5. Nama : Tiarma Rambe

Usia : 46 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani Pendidikan : SMA

Pendapatan : Rp.3.000.000 Pengeluaran : Rp.2.000.000

Ibu Tiarma merupakan salah satu petani karet di Desa Gunung Baringin,

membiayai sendiri sebuah kebutuhan sehari-hari dan juga biaya sekolah anak-anaknya karena suaminya telah meninggal. Bekerja sebagai penderes sudah 14 tahun lamanya dijalani oleh ibu Tiarma. Ibu Tiarma memiliki lahan kebun karet seluas 3 hektar, dan semuanya telah menghasilkan. Kebun karet tersebut dulunya ditanam oleh beliau bersama dengan suami, kebun karet ini dikelola sendiri oleh beliau, dengan hasil getah 200-300 kilo perminggu dan semua itu di deres sendiri oleh beliau. Menurut penuturan bu Tiarma alasan beliau mengelola sendiri lahan seluas itu ialah agar semua hasil karet tersebut dapat dinikmati sendiri oleh keluarganya disamping beliau merupakan tulang punggung keluarga bagi anak-anaknya yang masih bersekolah. Hasil getah karet tersebut akan beliau jual kepada toke kecil yang ada di Desa Gunung Baringin yaitu bapak Panangian Siregar, menurut pengakuan bu Tiarma bapak Panangian ini memang sudah menjadi langganan toke beliau sudah sejak lama. Selain manderes ibu Tiarma juga memiliki penghasilan lainnya yaitu dari kebun sawit dan pisang, penghasilan ibu Tiarma perbulannya adalah Rp.3.000.000 dengan jumlah pengeluaran kurang lebih Rp.2.000.000 . Ibu Tiarma sendiri hanya menjual hasil getahnya kepada satu toke saja, dan hubungan beliau hanya sebatas toke dengan anggota saja, sedangkan untuk sistem penjualannya ialah secara langsung. Beliau hanya menjual getah karet sekali seminggu saja, yaitu pada hari Kamis, sedangkan dalam menderes karet beliau lakukan selama tiga hari yaitu hari Senin, Selasa dan hari Rabu.

Menurut ibu Tiarma di Desa Gunung Baringin terdapat 5 toke dan satu toke besar, dan jika hasil getah karet beliau sedikit beliau akan meminjam kepada toke, dan untuk pemotongan hutang tergantung permintaan dari petani.

6. Nama : Ahir Pane

Usia : 28 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SD

Pendapatan : Rp.1.500.000 Pengeluaran : Rp. 800.000

Bapak Ahir juga merupakan seorang petani karet di Desa Gunung Baringin, beliau bekerja sebagai petani kurang lebih baru 2 tahun lamanya. Pak Ahir juga baru menikah 2 tahun terakhir dan sudah memiliki seorang anak. Pak Ahir sendiri tidak memiliki kebun karet sendiri, beliau menderes di lahan karet milik orang lain. Luas lahan yang beliau deres ialah setengah anca atau setengah hektar. Pak Ahir menjual getahnya seminggu sekali dan hanya bergantung kepada satu toke saja, untuk hasil getah setiap minggunya beliau hanya menghasilkan 40-50 kilo perminggunya, getah tersebut beliau jual kepada toke kecil yang ada di Desa Gunung Baringin. Dalam menderes umumnya pak Ahir sama seperti petani lainnya yaitu hanya menderes selama tiga hari saja. Penghasilan pak Ahir selama sebulan ialah Rp.1.500.000.00. dengan pengeluaran Rp. 800.000. selain menderes pak Ahir juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai buruh harian. Keseharian bapak Ahir adalah menderes, jadi buruh harian, dan juga bekerja di sawah.

7. Nama : Parlaungan Siregar

Usia : 48 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Toke

Pendidikan : SD

Bapak Parlaungan merupakan salah satu toke kecil dan juga petani di Desa Gunung Baringin beliau hanya mengecam pendidikan SD dan kini beliau memiliki 2 orang anak. Pak Parlaungan baru 7 bulan menggeluti pekerjaan sebagai toke, beliau sendiri menuturkan sebelum jadi toke beliau bekerja sebagai petani. Sampai saat ini beliau juga masih mengelola kebun karetnya sendiri.

Menurut penuturan beliau, beliau melakukan penimbangan getah 2-3 kali seminggu, dengan jumlah anggota 20-30 petani. Beliau juga menuturkan bahwa beliau hanya membeli getah hanya di Desa Gunung Baringin saja, dan dijual kembali hanya pada hari Kamis ketika toke besar datang. Selain karet beliau juga menampung hasil Pisang, Pinang, Kunyit, Kencur dan juga hasil Coklat.

8. Nama : Panangian Ritonga

Usia : 42 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Toke

Pendidikan : SD

Pak Panangian merupakan salah satu toke yang menampung hasil karet di desa Gunung Baringin. Beliau juga hanya tamatan SD dan kini memiliki 3 orang anak yang masih bersekolah.selain menjadi toke bapak Panangian juga membuka usaha yaitu sebuah warung kelontong. Bapak Panangian hanya melakukan

penimbangan sekali seminggu, dengan jumlah petani 10-15 orang saja. Selain itu beliau juga memiliki kebun karet yang dikelola oleh orang lain dengan sistem bagi hasil di bagi tiga. Bekerja sebagai toke sudah digeluti pak Panangian selama 5 tahun terakhir.

9. Nama : Muhammad Ritonga

Usia : 47 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Toke

Pendidikan : SMP

Pak Muhammad adalah salah satu toke di Desa Gunung Baringin, bekerja sebagai toke sudah 13 tahun lamanya dilakukan beliau, selain jadi toke pak Muhammad juga membuka kedai kelontong, selain bekereja sebagai toke bapak Muhammad juga bertani yaitu menanam cabai. Sebagai salah seorang toke yang sudah cukup lama di desa ini bapak Muhammad sudah memiliki banyak pengalaman baik suka maupun duka, menurut beliau bekerja sebagai toke bukanlah hal yang mudah, tak jarang hasil getah petani yang sedikit karena musim penhujan juga berimbas kepada perekonomian beliau. Walaupun hanya mengenyam pendidikan sampai SMP pak Muhammad telah menyekolahkan satu-satunya anak beliau ke perguruan tinggi, beliau tidak ingin anaknya seperti dirinya yang mengalami kurangnya pengalaman duduk di bangku sekolah. Selain menampung getah pak Muhammad juga membeli pisang, dan juga coklat.

10. Nama : Timur Sipahutar

Usia : 58 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Toke

Pendidikan : Tidak Tamat SD

Bapak Timur merupakan seorang toke besar yang menampung hasil karet mencakup seluruh Kecamatan Angkola Selatan khususnya di Kelurahan Gunung Baringin, walaupun hanya mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD) hanya sampai kelas 2 tetapi beliau berhasil menyekolahkan anak-anaknya ke perguruan tinggi, sehingga saat ini anak beliau merupakan termasuk orang penting di Kota Padang Sidempuan.

Pekerjaan sebagai toke merupakan pekerjaan inti pak Timur, selain itu beliau juga memiliki kebun karet yang dikelola oleh orang lain. Setiap harinya pak Timur akan pergi kedaerah-daerah tertentu untuk membeli getah baik dari petani karet langsung maupun ke toke-toke kecil yang ada di daerah tersebut.

Untuk ke daerah Kelurahan Gunung Baringin sendiri beliau datang setiap hari Kamis. Dan setiap harinya pak Timur juga mengirim getah-getah karet tersebut ke pabrik.

Untuk menjaga silaturrahmi beliau dengan para anggotanya bapak Timur selalu bersikap ramah kepada petani karet maupun toke-toke kecil, pak Timur juga turut mengundang mereka jika beliau mengadakan acara pesta maupun syukuran.

4.3. Model Hubungan Patron-Klien antara Petani Karet dengan Toke Getah