• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan patron klien dilakukan oleh Priyatna (2011: 37-45) dengan judul Pola Pemanfaatan Sumber Daya, Subsistensi dan Pola Hubungan Patron-Klien Masyarakat Nelayan Danau Tempe, Sulawesi Selatan. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan secara sengaja, dengan memilih informan dari masing-masing kategori nelayan kecil dan besar, untuk mendapatkan keterwakilan keduanya dalam memahami fenomena sosial patron-klien yang terjadi.Dalam penelitian tersebut peneliti menggunakan konsep moral ekonomi dari James C.

Scott. Dan hasil penelitian yang diperolah adalah peneliti membedakan beberapa ciri hubungan patron-klien di Danau Tempe tersebut yang terdiri dari ciri umum dan ciri khusus. Ciri Umum 1). Kedua belah pihak menguasai sumber daya yang berbeda 2). Hubungan terbentuk atas dasar saling percaya (nelayan kecil) dan kekeluargaan (nelayan besar) 3). Hubungan berdasarkan asas saling menguntungkan serta saling memberi dan menerima. Ciri Khusus 1). Semi eksploitatif 2). Tidak terdapat hubungan mengikat (nelayan kecil) dan mengikat (nelayan besar) 3). Kebebasan klien untuk memilih patron (nelayan kecil) dan terikat (Nelayan besar) 4). Kemandirian nelayan yang tinggi (nelayan kecil) dan rendah (nelayan besar) 5). Penentuan harga ditentukan bandar ikan (nelayan kecil)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2007), penelitian kualitatif didefinisikan sebagai sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Moleong menjelaskan dalam pendekatan kualitatif deskriptif, data yang dikumpulkan adalah data yang berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Data tersebut bisa diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, video, foto, dan dokumentasi pribadi. Hasil penelitian ini berupa kutipan dari transkrip hasil wawancara yang sebelumnya telah diolah dan kemudian disajikan secara deskriptif. Pengambilan data dilaksanakan dengan melakukan pengamatan dan tentunya juga dengan melakukan wawancara terhadap petani karet dan toke getah.

3.2. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Gunung Baringin, Kecamatan Angkola Selatan, Kabupaten Tapanuli Selatan. Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena Desa ini merupakan salah satu penghasil getah karet di Kabupaten Tapanuli Selatan, sehingga masyarakat yang tinggal di Desa Gunung Baringin banyak yang bekerja sebagai petani karet.

3.3. Unit Analisis dan Informan Penelitian 3.3.1. Unit Analisis

Unit analisis adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi subjek penelitian keseluruhan unsur yang menjadi fokus penelitian (Bungin, 2007). Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah petani karet dan toke getah yang berada di Desa Gunung Baringin, Kecamatan Angkola Selatan, Kabupaten Tapanuli Selatan.

3.3.2. Informan

Informan Penelitian di dalam penelitian kualitatif berkaitan dengan bagaimana langkah yang ditempuh peneliti agar data atau informasi dapat diperoleh. Informan merupakan subjek yang memahami permasalahan penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami permasalahan penelitian (Bungin, 2014 : 78).

Penentuan informan didasarkan pada kriteria berikut ini :

1. Masyarakat setempat yang berprofesi sebagai petani karet, baik yang memiliki lahan kebun karet sendiri maupun yang tidak memiliki kebun karet tetapi berprofesi sebagai petani karet. Petani ini mencakup enam petani karet dan sudah lebih dari dua tahun bekerja sebagai petani karet.

2. Toke getah yang mencakup tiga toke kecil yang bertempat tinggal di Desa Gunung Baringin dan satu toke besar yang datang dari luar daerah.

Dalam pemilihan informan peneliti menggunakan teknik purposif. Teknik purposif merupakan salah satu strategi untuk menentukan informan yang paling umum digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu menentukan kelompok peserta

yang menjadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian.

3.4. Sumber Data Penelitian

Untuk memperoleh data atau informasi dalam penelitian dilapangan, maka diperlukan adanya alat pengumpulan data. Dalam proses pengumpulan data dan informasi, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data agar mendapat kesesuaian dengan kebutuhan peneliti dalam mengolah data dan informasi yang diperoleh di lapangan. Data dalam sebuah penelitian dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder

3.4.1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dimana data tersebut diambil langsung oleh peneliti kepada sumber secara langsung melalui informan. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/ audio tape, pengambilan foto dan film (Moleong, 2006). Data diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Sumber data primer pada penelitian ini adalah melalui wawancara kepada petani karet dan toke getah tersebut.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diambil secara tidak langsung atau menggunakan media perantara misalnya data yang diperoleh dari buku, tulisan/karya ilmiah, jurnal, serta laporan penelitian yang berkaitan dengan topic

penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian yang dianggap relevan dan berhubungan dengan keabsahan masalah yang diteliti.

3.5 . Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang meliputi:

3.5.1. Observasi

Merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, dimana data penelitian itu dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti, data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan pancaindra (Burhan Bungin, 2007). Adapun yang menjadi bahan observasi dalam penelitian ini adalah pengamatan langsung kepada petani dan toke mengenai pola hubungan sosial ekonomi diantara keduanya yang berada di Desa Gunung Baringin.

3.5.2. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam Moleong (2006: 186) menjelaskan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan, dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Wawancara secara umum terbagi menjadi dua, yaitu: wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur memiliki arti bahwa wawancara yang dilakukan dimana pewawancara telah menetapkan sendiri masalah-masalah yang akan diajukan sebagai pertanyaan. Sedangkan wawancara

tidak terstruktur merupakan wawancara yang memiliki ciri kurang diinterupsi dan arbiter. Wawancara tersebut digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal (Moleong, 2006: 190).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara secara semi terstruktur. Maka sebelum melakukan wawancara, peneliti telah menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang nantinya akan diajukan kepada informan. Namun, pada pelaksanaannya nanti akan disesuaikan dengan keadaan informan.

3.5.3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen yang dihimpun dipilih sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. Dokumen yang digunakan dapat berupa laporan,buku, surat kabar, foto dan lainnya yang berkaitan dengan judul penelitian yang diteliti.

3.5.4. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mencari referensi yang sesuai dengan topik atau tema yang diteliti. Studi pustaka ini digunakan untuk menunjang kelengkapan data dalam penelitian dengan menggunakan sumber-sumber dari kepustakaan yang relevan.

3.5.5. Interpretasi Data

Data yang dikerjakan sejak peneliti mengumpulkan data dilakukan secara intensif setelah pengumpulan data selesai dilaksanakan. Menurut pada Lexy J.

Meleong (200 6: 245), pengolahan data ini dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan, pengamatan

(observasi) yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen resmi, gambar foto dan sebagainya.

Data tersebut setelah dibaca, dipelajari dan telah ditelaah maka langkah selanjutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan cara abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang terperinci, merujuk keinti dengan menelaah pernyataan – pernyataan yang diperlukan sehingga tetap berada dalam fokus penelitian. Langkah selanjutnya adalah menyusun data – data dalam satuan – satuan itu kemudian dikategorisasikan.

Berbagai kategori tersebut dilihat kaitannya satu dengan lainnya dan diintepretasikan secara kualitatif. Proses analisis dalam penelitian ini telah dimulai sejak awal penulisan proposal, sehingga selesainya penelitian ini yang menjadi ciri khas dari analisis kualitatif.

3.6. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman peneliti untuk melakukan penelitian ilmiah. Terkait dengan keterbatasan waktu terutama pada informan membuat peneliti harus membuat jadwal pertemuan. Terlepas dari kendala diatas peneliti menyadari keterbatasan dalam proses penelitian yang dilakukan. Meskipun demikian peneliti berusaha untuk melaksanakan penelitian semaksimal mungkin agar mendapatkan hasil yang akurat.

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat Desa Gunung Baringin

Desa Gunung Baringin awal mulanya merupakan sebuah hutan rimba yang padat ditumbuhi oleh pohon-pohon besar. Tahun 1969 Baginda Salamat membuka hutan bersama dengan Sembilan kepala keluarga lainnya dan menjadikan hutan tersebut menjadi sebuah desa yang awalnya di beri nama Desa Napa Maranti, dengan kondisi lahan yang kasar yang hanya dikelilingi hutan lebat. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat Desa Napa Maranti memiliki mata pencarian sebagai pencari rotan, dan berkebun. Hasil kebun ini akan dijual ke Padang Sidempuan dengan berjalan kaki selama sehari dan pulang pada keesokan harinya. Untuk menyekolahkan anak-anak, mereka menyekolahkannya keluar daerah yang pada masa itu ke daerah Padang Bolak. Hal tersebut berlangsung selama hampir 10 tahun dan pada tahun 1978 dengan di adakannya pemilihan kepala desa pertama dan desa Napa Maranti di ganti dengan nama Desa Gunung Baringin lambat laun banyak anggota keluarga lainnya yang pindah ke Desa Gunung Baringin. Mata pencaharian masyarakat desa juga mulai beralih menjadi petani. Namun hutan di Desa Gunung Baringin sangat luas, pada masa itu Oppung Baginda Sinandean memiliki inisiatif membuat kebun percontohan, beliau membuka hutan untuk dijadikan lahan berkebun karet, beberapa tahun kemudian Oppung Baginda Sinandean sudah bisa menderesnya dan karet tersebut telah

cara berkebun beliau, namun beliau tidak berpuas hati, beliau membuat kebun percontohan lainnya yaitu menanam pisang, hal ini juga kembali menjadi inspirasi bagi masyarakat setempat untuk bercocok tanam pohon pisang, dan pada akhirnya selain menanam pisang masyarakat Desa Gunung Baringin mulai menanam kunyit, kencur, coklat, jagung, kacang dan terakhir masyarakat Desa Gunung Baringin mulai menanam kelapa sawit. Akhirnya masyarakat Desa Gunung Baringin mulai mengalami perkembangan, baik dari segi ekonomi maupun pendidikan. Hal tersebut berlangsung hingga saat ini. Dan tokoh-tokoh paling berpengaruh di Desa Gunung Baringin saat ini adalah mereka yang pada mulanya pindah dan membuka hutan menjadi sebuah desa, salah satunya ialah Oppung Baginda Sinandean Harahap.

4.1.2. Lokasi dan Kondisi Desa 4.1.2.1. Kondisi Geografis Desa

Desa Gunung Baringin terbentuk dari lima dusun yaitu:

1. Dusun I dinamakan dengan Mosa Jae 2. Dusun II dinamakan dengan Mosa Julu

3. Dusun III dinamakan dengan Kampung Sedikit 4. Dusun IV dinamakan dengan Palang, dan 5. Dusun V dinamakan dengan Paraupan

Serta memiliki luas wilayah 35.903 hektar dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Timur berbatas dengan Kecamatan Batang Angkola b. Sebelah Utara berbatas dengan Desa Sihuik Kuik

c. Sebelah Barat berbatas dengan Kelurahan Pardomuan d. Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Sayur Matinggi

Desa Gunung Baringin terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi, desa ini dikelilingi oleh bukit-bukit serta lahan-lahan kebun dari masyarakat setempat.

Masyarakat Desa Gunung Baringin umumnya bekerja sebagai petani, salah satunya ialah sebagai petani karet, sekitar 9000 ha kebun karet yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Yang terdiri dari 3500 ha tanaman belum menghasilkan, 3000 ha tanaman tidak menghasilkan dan dalam proses penanaman kembali serta 2500 ha tanaman karet yang telah menghasilkan. Kebun karet yang dimiliki oleh masyarakat setempat terdapat di beberapa lokasi yang berbeda, karena Desa Gunung Baringin tersebut dikelilingi oleh bukit maka sebagian besar petani memiliki kebun karet yang cukup jauh dari Desa. Umumnya petani karet hanya akan menderes tiga atau empat hari dalam seminggu, yang kemudian getah tersebut akan dijual kepada toke yang terdapat di Desa atau toke yang datang dari luar Desa tersebut.

Dalam proses jual beli getah karet, setiap petani karet memiliki toke langganan masing-masing yang bersifat terikat dan berlangsung lama, dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan, terdapat beberapa petani karet yang menjual getah karetnya kepada satu toke saja da ada pula yang menjual getahnya kepada beberapa toke.

4.1.3. Komposisi Penduduk

4.1.3.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk di Desa Gunung Baringin adalah 3.260 jiwa. Dari data tahun 2017, tercatat jumlah penduduk Desa Gunung Baringin sebanyak 667 KK.

Dengan perhitungan jumlah perempuan lebih besar dari pada jumlah laki-laki dimana perempuan berjumlah 1.674 jiwa dan laki-laki berjumlah 1.586 jiwa. Dari jumlah tersebut ada sekitar 10 selisih perempuan dan laki-laki. Komposisi penduduk Desa Gunung Baringin berdasarkan jenis kelamin terlihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin N

No JenisKelamin

Dusun I Dusun II Dusun III Dusun IV Dusun V f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ 1 Laki-Laki 534 50.9 352 52.7 63 47.7 692 52.0 33 39.2 2 Perempuan 514 49.0 315 47.2 69 52.2 637 47.9 51 60.7

Sumber: Data Statistik Kantor Kepala Desa Gunung Baringin, 2017 4.1.3.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Masyarakat Desa Gunung Baringin menganut beberapa agama yang telah diakui di Negara Indonesia, dimana penduduk desa ini dapat dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan agama yang dianutnya, hal tersebut terlihat pada tabel 4.2 dibawah ini.

Tabel 4.2

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Sumber: Data Statistik Kantor Kepala Desa Gunung Baringin, 2017

4.1.3.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tabel 4.3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No Jenis

Pekerjaan

Dusun I Dusun II Dusun III Dusun IV DusunV f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ 1 Petani 382 92.7 224 92.1 44 95.6 550 95.4 39 100 2 Wiraswasta 22 5.33 18 7.40 2 4.34 23 3.99 - 0.00 3 PNS 8 1.94 1 0.41 - 0.00 2 0.34 - 0.00 4 TNI/POLRI - 0.00 - 0.00 - 0.00 1 0.17 - 0.00 Sumber: Data Statistik Kantor Kepala Desa Gunung Baringin, 2017

Masyarakat Desa Gunung Baringin mayoritas bekerja sebagai petani, dimana hal tersebut dapat dilihat dari tabel 4.3 diatas. Sedangkan sebagain kecil pada masyarakat desa ini bekerja sebagai wiraswasta, Pegawai Negeri Sipil, TNI,POLRI dan lain-lain. Profesi lain-lain dalam hal ini ialah karyawan, guru honor, pandai besi dan juga supir.

Kondisi sosial ekonomi yang terjadi di desa ini tidak terlalu mempengaruhi

No Agama N

Dusun I Dusun II Dusun III Dusun IV Dusun V

f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀

1 Islam 877 83.6 665 99.7 132 100 39 2.93 3 3.57 2 Protestan 166 15.8 2 0.29 - 0.00 1256 94.5 7

7 91.6 3 Katholik 5 0.47 - 0.00 - 0.00 34 2.55 4 4.76

setempat tidak merasa adanya pengelompokan antar kelas-kelas sosial antara strata yang lebih tinggi dengan strata yang lebih rendah. Melalui hasil wawancara di lokasi penelitian dengan beberapa informan, hal ini dibenarkan oleh Ibu Remsi (40 tahun):

“Napola nian da, sarupo dosude. Sanga ahama pangkat nia lengsarupo do anggo dison, nadong pola naporlu di parmasalahkon, marsiboto bana do” (Tidak, semua sama saja, apapun jabatannya tetap sama saja kalau disini, tidak ada yang perlu dipermasalahkan, karena kita juga sudah tau satu sama lain”).

Hal senada dengan jawaban yang informan berikut, yaitu ibu Kaidah Rambe (31 tahun):

“Menurutku tak ada yang begitu, sama ajanya awak rasa, biasa-biasa ajanya, mau PNS dia mau banyak duitnya samala itu, ke ladang juganya tiap hari, gak ada yang mau diapakan, rukun-rukun saja, kalau ada masalah dikit wajar ajala, beda kepala kan, maklumla itu”.

4.1.3.4. Luas Tanaman dan Produksi Tanaman Karet Tabel 4.4

Luas Tanaman dan Produksi Tanaman Karet Menurut Kecamatan Kecamatan

Luas Tanaman (Ha)

T.B.M T.M T.T.M Jumlah Produksi Batang Angkola 339,50 705,00 457,00 1 501,50 585,85 Sayurmatinggi 368,00 778,00 1 461,00 2 607,00 645,50 Angkola Timur 558,00 560,25 294,50 1 412,75 465,00 Angkola Selatan 135,00 569,00 226,00 930,00 481,50 Angkola Barat 986,00 1 274,00 859,00 3 119,00 784,00 Batang Toru 527,00 2 642,00 2 283,00 5 452,00 2 242,50 Marancar 315,00 694,00 4 658,50 5 667,50 601,25

Sipirok 417,00 136,00 101,50 654,50 87,00

Arse 235,00 257,00 168,00 660,00 194,00

Saipar Dolok Hole 289,00 204,00 222,00 715,00 123,00 Aek Bilah 542,00 218,00 431,00 1 191,00 157,50 Muara Batang Toru 69,00 29,50 180,00 278,50 23,50 Tano Tombangan

Angkola

250,00 593,00 271,00 1 114,00 484,50

Angkola Sangkunur 917,00 1 219,00 1 094,00 3 230,00 824,00 Tapanuli Selatan 5 947,50 9 878,75 12 706,50 28 532,75 7 699,10

Sumber: Dinas Perkebunan Kabupaten Tapanuli Selatan, 2017

Tabel 4.5

Luas Tanaman dan Produksi Tanaman Karet Kelurahan Gunung Baringin Luas Tanaman (Ha)

T.B.M T.M T.T.M Jumlah Produksi

3 500 2 500 3 000 9 000 35 00

Sumber : Data Statistik Kantor Kepala Desa Gunung Baringin, 2017

4.1.4. Deskrifsi Fasilitas dan Prasarana di Desa Gunung Baringin 4.1.4.1. Sarana Pendidikan

Tabel 4.6 Sarana Pendidikan

No Kategori Nama Dusun Jumlah

1 TK/PAUD Dusun II & Dusun IV 2

2 SD Dusun I, Dusun II & Dusun IV 3

3 Madrasah Dusun I & Dusun II 2

Sumber: Data Statistik Kantor Kepala Desa Gunung Baringin, 2017 Berdasarkan data tabel 4.6, sarana pendidikan di Desa Gunung Baringin masih minim. Hal ini dapat dilihat pada sarana pendidikan yang hanya memiliki dua bangunan TK/PAUD, serta tiga bangunan SD dan dua bangunan Madrasah.

Sementara lokasi antar dusun sangat jauh. Bagi anak-anak yang ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) mereka harus keluar desa, seperti di Desa Garonggang, Desa Napa, Kota Padang Sidempuan dan lain-lain.

4.1.4.2. Sarana Kesehatan

Tabel 4.7 Sarana Kesehatan

No Sarana Kesehatan Nama Dusun Jumlah

1 Klinik - -

2 Polindes Dusun II 1

3 Puskesmas - -

Sumber: Data Statistik Kantor Kepala Desa Gunung Baringin, 2017

Berdasarkan data tabel 4.7 sarana kesehatan di Desa Gunung Baringin sangat minim, hanya ada satu Polindes yang melayani masyarakat Desa Gunung Baringin. Petugas pelayanan medis hanya beberapa dan terkadang alat medis kurang lengkap sehingga tidak jarang masyarakat Desa Gunung Baringin harus berobat keluar luar desa seperti Desa Aek Natas atau langsung ke Padang Sidempuan, ataupun menunggu datangnya Mantri yang datang setiap hari Minggu, pelayanan posyandu dan program KB juga masih belum diterapkan secara aktif terlihat dari banyaknya jumlah anggota keluarga (anak).

4.1.4.3. Sarana Peribadahan

Dalam hal keagamaan, sarana peribadahan yang ada di Desa Gunung Baringin terdiri dari gereja dan masjid. Terdiri dari lima bangunan masjid yaitu terdapat satu masjid di dusun I, satu masjid di dusun II, satu masjid di dusun III, satu masjid di dusun IV dan satu masjid di dusun V. Sedangkan bangunan gereja terdiri dari empat bangunan yaitu, tiga gereja di dusun IV dan satu gereja di dusun V.

Kepala Desa

4.1.4.4. Struktur Pemerintahan Desa Gunung Baringin

Unsur penyelenggara pemerintahan Desa Gunung Baringin terdiri dari Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa. Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa bersama perangkatnya (Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa, Bendahara Desa, Kepala Unsur Kewilayahan/ Kepala Dusun I, Dusun II, Dusun III, Dusun IV, Dusun V, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) terdiri dari pimpina BPD dan anggota BPD. BPD Gunung Baringin ada sebanyak 7 (tujuh) orang, yang terdiri dari Ketua BPD merangkap anggota satu orang, Wakil Ketua BPD merangkap anggota satu orang, Sekretaris BPD merangkap anggota satu orang dan Anggota sebanyak 4 (empat) orang. Adapun struktur organisasi Pemerintahan Desa Gunung Baringin adalah sebagai berikut:

Gambar 1

Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Gunung Baringin,2017

Bendahara Sekretaris

Kepala

Dusun I Kepala Dusun II

Kepala Dusun III

Kepala Dusun IV

Kepala Dusun V

Gambar 2

Struktur Organisasi Badan Permusyawaran Desa, 2017

Strukutur organisasi tersebut adalah sebagaimana telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Bupati Tapanuli Selatan Nomor 301 Tahun 2013 tentang Pengesahan Pengangkatan Keanggotanan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) pada Desa Gunung Baringin Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan.

4.2. Kehidupan Masyarakat Petani Karet 4.2.1. Kondisi Sosial Ekonomi Petani Karet

Hal pertama yang kita lihat bila memasuki Desa Gunung Baringin adalah pemandangan kebun karet dan juga sawit. Kondisi yang demikian itu membuat masyarakat Gunung Baringin berprofesi sebagai petani, kehidupan mereka selalu berada di kebun maupun sawah, sehingga jarang terlihat pada saat siang hari.

Pimpinan BPD

(Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris)

Anggota Anggota Anggota Anggota

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan juga biaya sekolah anak-anak mereka.

Hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan salah seorang petani.

“olo baya, songononma karejo ari-arion, kan manyogot tu potang karejo bopena tong mangomokan,anggo au mangguris do tolu kali saminggu, kadang ima mangomo tu halak kan, tamba-tamba na, balanjo niba dope napedo anak sikola tiop bulan akkon adong.Imadah bia dope baenon on ma karejo niba, sikola nibape na na adong diama bisa iba songon halaki i,,”. ( Iya, beginilah kerjaan setiap hari, dari pagi sampai sore kerja walaupun kadang kerja harian, kalau saya menderes tiga kali seminggu, kadang itulah kerja harian ke tempat orang, buat tambah-tambah.

Untuk kebutuhan sehari-hari juga buat biaya anak sekolah yang selalu harus ada jika tiba-tiba dia minta. Begitulah gimana lagi inilah pekerjaan saya, sekolah saya juga tidak ada tidak mungkin bisa seperti orang lain”. (Helmi Rambe, 30 tahun)

Masyarakat Desa Gunung Baringin sebagian besar di kategorikan miskin dan prasejahtera walaupun tersedia lahan berkebun yang luas. Rata-rata pendapatan perkapita penduduk per tahun adalah sebesar Rp.15.000.000. Hal ini tentunya tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari dan juga biaya sekolah anak sehingga tidak jarang para petani karet meminjam uang kepada toke. Kondisi ekonomi masyarakat Gunung Baringin yang prasejahtera terlihat dari kondisi bangunan rumah yang sebagian besar masih terbuat dari papan dan semi beton.

Kebutuhan rumah tangga masih sekedarnya sebagian besar masih menggunakan kompor atau tunggu batu hanya sedikit masyarakat yang sudah menggunakan kompor gas. Bangunan rumah juga masih ada yang berlantai tanah dan sebagian besar semen, sebagian kecilnya ubin, keperluan mandi dan mencuci dilakukan di sungai dan sebagian masyarakat memiliki sumur. Pendapatan petani karet masih terbilang pas-pasan karena banyaknya jumlah anggota keluarga (anak-anak) yang

Kebutuhan rumah tangga masih sekedarnya sebagian besar masih menggunakan kompor atau tunggu batu hanya sedikit masyarakat yang sudah menggunakan kompor gas. Bangunan rumah juga masih ada yang berlantai tanah dan sebagian besar semen, sebagian kecilnya ubin, keperluan mandi dan mencuci dilakukan di sungai dan sebagian masyarakat memiliki sumur. Pendapatan petani karet masih terbilang pas-pasan karena banyaknya jumlah anggota keluarga (anak-anak) yang