• Tidak ada hasil yang ditemukan

PATRON KLIEN PETANI KARET DENGAN TOKE (Studi Kasus di Desa Gunung Baringin Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan) S K R I P S I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PATRON KLIEN PETANI KARET DENGAN TOKE (Studi Kasus di Desa Gunung Baringin Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan) S K R I P S I"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

PATRON KLIEN PETANI KARET DENGAN TOKE (Studi Kasus di Desa Gunung Baringin Kecamatan Angkola

Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan)

S K R I P S I

Diajukan oleh : Masrida Rambe

130901077

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(2)

PATRON KLIEN PETANI KARET DENGAN TOKE (Studi Kasus di Desa Gunung Baringin Kecamatan Angkola

Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan)

S K R I P S I

Diajukan oleh : Masrida Rambe

130901077

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

F:\tdll.TAS ILMlJ SOSIAL DAN ILMlJ POLITIK PROCRAM STLJl)I SOSIOLOGI

LEM BAR PERSETU.JlJAN

Sl-.rip~i in, Ji~1.·tu_iui untuk Jir,crtahanl-.an okh:

~am:i : ~1asrida Rambc

Nl:\1 : 130901077 Dq,ar1l:mcn : S(1siologi

Judul : PATRON KLIEN PETANI KARET DENGAN TOKE

(Studi Kasus di Dcsa Gunung Baringin Kecamatan Angkola Selatan Kabupatcn Tapanuli Sdatan)

Dusen Pemhirnbing.

(Dra. Lina Sudarwati. M.Si) NIP. 1%603181989032001

Dekan FISIP USU

---1)_

./-

: !4

':::, ' .

-

(Dr. Muryanto Amin., S.Sos., M.Si) NIP. 197409302005011002

·. S.Sos .. M.Si) 2002

(4)

lJNIVERSITAS SlJMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

Hari Tanggal

Pukul Tcrnpat

Tim Penguji

Ketua Penguji

LEMBARPENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi Program Studi Sosiologi

: Jurn'at : 08 Mei 2020 : 14.00 WIB : Aplikasi ZOOM

Drs. T. Ilham Saladin, MSP ( ~ )

-

Penguji I (Pernbimbing) : Dra. Lina Sudarwati, M.Si ( ~ / ' )

Penguji II (Reader/Penguji Tamu) : Drs. Henry Sitorus, M.Si

(5)

Nama NIM Prodi

PERNYATAAN

Dengan ini saya yang bertanda tangan di bawah ini: : Masrida Rambe

: 130901077 : Sosiologi

Menyatakan bahwa skripsi ini bukan merupakan karya yang pemah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak mengandung karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Meda . 15 Seotember 2020 -

a

A'!:~ ~ -<Iii-

ACAHF6464! H =·B?913

· O O · •. ,..,

-- . r

r

IBU RUPIAH ' .~

Masri am

(6)

ABSTRAK

Hubungun Patron-Klien umumnya dipandang sebagai hubungan yang bersifat eksploitatif, dimana terdapat situasi ketergantungan antara klien dan patron sehingga akan berimplikasi terhadap munculnya konflik. Penelitian dengan judul “Patron Klien Petani Karet dengan Toke di Desa Gunung Baringin Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan” memiliki rumusan masalah bagaimana model hubungan patron-klien antara petani karet dengan toke getah, apa kerugian model patron klien tersebut terhadap petani karet, dan mengapa hubungan patron-klien tersebut tetap bertahan di Desa Gunung Baringin.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana model hubungan patron- client antara petani karet dengan toke di Desa Gunung Baringin, untuk mengetahui apa kerugian model patron-klien tersebut bagi petani karet dan untuk mengetahui mengapa hubungan patron-client antara petani karet dengan toke tetap bertahan di Desa Gunung Baringin. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gunung Baringin Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan dengan menggunakan metode studi kasus. Informan terdiri dari enam petani karet, tiga toke kecil yang terdapat di Desa Gunung Baringin dan satu toke besar.

Analisis data adalah deskriptif yang disajikan dalam analisis kualitatif.

Hasil penelitian yang ditemukan di lapangan bahwa yang menjadi pendukung terbentuknya hubungan patron klien antara petani karet dengan toke di Desa Gunung Baringin adalah ketergantungan pasar, konsumsi, kepercayaan dan jaringan. Temuan penelitian menunjukkan bahwa model hubungan patron-client antara petani karet dengan toke adalah hubungan resiprositas, hubungan loyalitas dan hubungan personalia. Semua informan petani karet mengatakan bahwa mereka memiliki hutang kepada toke getah, sehingga toke akan terus mendapatkan pemasokan karet dari petani. Pemberian hutang merupakan salah satu faktor pendukung bertahannya hubungan patron-client antara petani karet dengan toke di Desa Gunung Baringin. Karena toke (patron) akan menjamin keamanan subsistensi petani karet (client) Faktor pendukung lainnya adalah karena adanya hubungan keluarga,pemberian modal oleh patron, serta pemberian Tunjangan Hari Raya (THR). Kerugian dari model hubungan patron-client ini bagi petani adalah pemotongan hutang yang dilakukan oleh toke pada saat petani menjual getah. Pada musim penghujan petani akan mengalami kerugian karena penyusutan berat ditambah pemotongan timbangan yang dilakukan oleh toke.

Kata Kunci: Patron-Client, Petani, Toke, Subsistensi

(7)

ABSTRACT

The Patron-Client relationship is generally seen as an exploitative relationship, where there is a situation of dependency between the client and the patron so that it will have implications for the appearance of conflict. The study entitled "Patron Client of Rubber Farmers with Toke in Gunung Baringin Village, Angkola Selatan District, South Tapanuli Regency" has the problem formulation of how to model a patron-client relationship between rubber farmers and toke, what are the disadvantages of the client patron model to rubber farmers, and why is the patron relationship -The client still survives in the village of Gunung Baringin.

The purpose of this research is to know how to model the relationship between the client-patron of farmers of rubber with toke in the Gunung Baringin village, to find out what harm the patron-client model for rubber farmers and to know Why is the patron-client relationship between rubber farmers with toke remained in the Gunung Baringin village. This research was carried out in the village of Gunung Baringin, South Angkola district, South Tapanuli regency using the case study method. Informant consists of 6 rubber farmers, 3 small toke in the Gunung Baringin village, and one big toke. Descriptive data analysis is presented in qualitative analysis.

Research results are found in the field that became the supporter of the formation of relationships between the rubber farmers clients patrons with toke in the Gunung Baringin village is the reliance market, consumption, reliability, and network. Research findings show that the model of the relationship between the client-patron of farmers of rubber with toke is the relationship of reciprocity, the relationship of loyalty, and personnel relations. All informants rubber farmers say they have a debt to toke, toke so SAP will continue to get the supply of rubber from farmers. The granting of debt is one of the constituents of the patron- client relationship between rubber farmers with toke in the Gunung Baringin village. Because the toke (patrons) will ensure the security of subsistence farmers of rubber (client) another supporting factor is because of family relationships, administering capital by patrons, as well as the granting of Alimony the feasts (THR). Disadvantages of the client-patron relationship model for farmers are cutting the debts of undertaken by toke at a time when farmers sell gum. In the rainy season the farmers will suffer losses due to depreciation deductions plus weight the scales performed by toke. there is an abuse of the role of patrons against clients regarding patron political participation in getting votes.

Keywords: Patron-Client, Farmer, Toke, Subsistence

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan yang tiada henti-hentinya akan kehadhirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kesempatan penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Shalawat dan salam tak lupa penulis panjatkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan jalan dan menuntun umatnya dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang yang disinari oleh nur iman dan Islam.

Skripsi ini berjudul: “Patron Klien Petani Karet Dengan Toke Di Desa Gunung Baringin Kecamatan Angkola Selatan Kabupate Tapanuli Selatan”.

Penulis menyadari bahwa di dalam pelaksanaan pendidikan ini banyak mengalami kesulitan-kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan dan arahan, serta petunjuk dari dosen pembimbing, maka penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kelemahan serta kekurangan-kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya suatu masukan serta saran yang bersifat membangun di masa yang akan datang.

(9)

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dr. Harmona Daulay, S. Sos., M.Si selaku ketua Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. T. Ilham Saladin, MSP selaku sekretaris Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si selaku Dosen Pembimbing selama penulisan skripsi ini yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, ide, gagasan, kritikan, dan saran serta telah sangat baik dalam membimbing saya unuk menyelesaikan skripsi ini, tiada kata yang dapat saya ungkapkan hanya ucapan terima kasih serta do’a yang teramat dalam semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan ilmu yang bermanfaat yang telah diberikan kepada saya.

5. Bapak Drs. Henry Sitorus, M. Si selaku dosen Penguji yang telah berkenan memberikan tambahan ilmu dan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini.

6. Kepada kak Ernita dan bang Abell, selaku pegawai pendidikan FISIP USU Departemen Sosiologi yang selalu membantu penulis dalam urusan administrasi yang berhubungan dengan perkuliahan hingga skripsi.

(10)

7. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.

8. Kepada ayahanda ibunda tercinta, yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, dan memberi kesempatan pada penulis untuk berjuang menuntut ilmu sehingga dapat menyelesaikan studi di perguruan tinggi ini.

9. Kepada teman-temanku, yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas segalanya.

10. Dan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi atas penulisan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Demikianlah yang penulis dapat sampaikan, atas segala kesalahan dan kekurangannya penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Medan, 08 Mei 2020

Masrida Rambe

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL………...i

HALAMAN SAMPUL DALAM………..ii

LEMBAR PERSETUJUAN……….iii

LEMBAR PENGESAHAN………..iv

SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS……….v

ABSTRACT………..vi

ABSTRAK………...vii

KATA PENGANTAR………viii

DAFTAR ISI……….…ix

DAFTAR LAMPIRAN………..x

BAB I. PENDAHULUAN………... 1.1.Latar Belakang……...…………..……….1

1.2.Rumusan Masalah…………..…..………..……….…………..5

1.3.Tujuan Penelitian………….…..………..…….………5

1.4.Manfaat Penelitian………...………..………..….5

1.4.1. Manfaat Teoritis…...………..…….5

1.4.2. Manfaat Praktis……..………..…..6

1.5. Definisi Konsep……….………..…6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……….………... 2.1. Patron Klien……….……….…...9

2.2. Penelitian Terdahulu……….……….15

BAB III. METODE PENELITIAN……….. 3.1. Jenis Penelitian………..……….16

3.2. Lokasi Penelitian………..……….…...16

(12)

3.3.1. Unit Analisis………..………...17

3.3.2. Informan……….………..………17

3.4. Sumber Data Penelitian………..………18

3.4.1. Data Primer………..……….18

3.4.2. Data Sekunder………..………18

3.5. Teknik Pengumpulan Data………..………...19

3.5.1. Observasi………..………19

3.5.2. Wawancara Mendalam……….………19

3.5.3. Dokumentasi……….………...……….………20

3.5.4. Studi Pustaka……….………...20

3.5.5. Interpretasi Data……….………..20

3.6. Keterbatasan Penelitian……….……….21

BAB IV. PEMBAHASAN………... 4.1. Deskripsi Penelitian……….………...22

4.1.1. Sejarah Singkat Desa Gunung Baringin……….………..22

4.1.2 Lokasi dan Kondisi Desa……….…….……….23

4.1.2.1. Kondisi Geografis Desa………….………..23

4.1.3. Komposisi Penduduk…………..……...………..25

4.1.3.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin....………..25

4.1.3.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama……….….…..….25

4.1.3.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian…..…..……26

4.1.3.4. Luas Tanaman dan Produksi Karet………….………….…..…….28

4.1.4. Deskrifsi Fasilitas dan Prasarana di Desa Gunung Baringin……….……..29

4.1.4.1. Sarana Pendidikan……..………...29

4.1.4.2. Sarana Kesehatan……….……….30

4.1.4.3. Sarana Peribadahan…….………..30

4.1.4.4. Struktur Pemerintaran Desa Gunung Baringin……….………….31

(13)

4.2.2. Kondisi Sosial Ekonomi Toke Getah…………...…………...…………..34

4.2.3. Profil Informan………...……..………...…………35

4.3. Model Hubungan Patron-Klien antara Petani Karet dengan Toke Getah…....…..46

4.3.1. Terbentuknya Hubungan Patron-Klien…..……….46

4.3.2. Model-Model Hubungan Patron-Klien……..……….51

4.3.2.1. Hubungan Resiprositas………..………....51

4.3.2.2. Hubungan Loyalitas………...…….………..52

4.3.2.3. Hubungan Personalia……….…….……...………...55

4.4. Kerugian Model Hubungan Patron Klien Terhadap Petani Karet……..…..…….58

4.4.1. Arti Toke Bagi Petani……….………...……..58

4.4.2. Kerugian Model Hubungan Patron-Klien terhadap Petani Karet...…61

4.5. Faktor Bertahannya Patron Klien antara Petani Karet dengan Toke Getah di Desa Gunung Baringin………..………65

BAB V. PENUTUP………... 5.1. Kesimpulan………..….……….……….72

5.2. Saran………...…….……….………..73

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin...25 Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama………26 Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian………...26 Tabel 4.4 Luas Tanaman dan Produksi Tanaman Karet Menurut Kecamatan…..28 Tabel 4.5 Luas Tanaman dan Produksi Tanaman Karet Kelurahan Gunung

Baringin………..29

Tabel 4.6 Sarana Pendidikan………..29 Tabel 4.7 Sarana Kesehatan………...30

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Desa Gunung Baringin merupakan salah satu desa pertanian yang terletak di Kabupaten Tapanuli Selatan dengan jumlah penduduk 667 KK, dengan luas wilayah 35.903 hektar. Desa Gunung Baringin terbagi atas lima dusun, di mana jarak antara dusun satu dengan dusun yang lainnya dipisahkan oleh hutan juga lahan-lahan kebun dari masyarakat setempat. Masyarakat di Desa Gunung Baringin pada umumnya bekerja sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari, baik sebagai petani sawit, petani pisang, petani kunyit, kencur atau petani karet. Para petani umumnya bekerja dilahan milik sendiri ataupun orang lain. Sebagaimana halnya komoditas lainnya karet merupakan salah satu sumber mata pencaharian utama masyarakat di desa tersebut. Dengan luas tanaman kebun karet mencapai 9000 ha dan menghasilkan 35 ton pertahun. Luas tanaman belum menghasilkan 3500 ha, 2500 ha tanaman menghasilkan dan 3000 ha tanaman tua tidak menghasilkan. (Data Statistik Kantor Kepala Desa Gunung Baringin, 2017). Perkebunan karet ini dibudidayakan dan diusahakan oleh petani yang di peroleh dari hasil menanam sendiri maupun warisan dari orang tua serta nenek moyang terdahulu, Perolehan lahan ini didapatkan melalui membuka hutan rimba yang diolah dan dibersihkan kemudian ditanami pohon karet.

Keberadaan karet yang bertahan sampai sekarang ini merupakan bukti bahwa sistem pengelolaan karet ini selain memiliki manfaat ekologi juga memiliki potensi dan prospek yang baik bila dilihat dari aspek ekonomi untuk dikembangkan ke depan. Dalam proses produksi getah karet itu sendiri mulai dari

(16)

proses pengelolahan sampai kepada penjualan tidak lepas dari beberapa pihak yang berkepentingan di dalamnya, termasuk petani karet dan toke getah.

Penjualan getah di Desa Gunung Baringin dilakukan satu kali dalam satu minggu, setiap hari Kamis, petani karet akan datang ke rumah toke untuk menjual getahnya Di desa ini terdapat dua jenis petani karet, yaitu yang pertama petani karet yang menderes di lahan kebun karet milik orang lain yang terikat, dalam hal pembagian hasil penjualan getah akan dilakukan dengan sistem bagi lima atau dibagi tiga tergantung persetujuan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, umumnya mereka akan terikat dalam kurun waktu yang lama. Yang kedua ialah petani karet yang memiliki lahan kebun karet sendiri dan menderes karet tersebut tanpa bantuan dari buruh tani karet.

Di desa ini terdapat tiga toke yang menetap di desa Gunung Baringin, dengan penetapan harga yang relative sama atau bahkan berbeda-beda di antara toke-toke tersebut dan masing-masing toke telah memiliki anggota (petani karet) tetap yang akan menjual getahnya kepada toke tertentu. Selain toke yang berada di desa ini ada juga toke yang berasal dari luar desa yang datang untuk membeli getah dari para toke yang berada di desa ini atau dari para petani langsung.

Biasanya akan disebut sebagai toke besar, toke besar ini akan membeli getah dari toke kecil dengan harga yang lebih tinggi dari harga yang telah di tetapkan oleh toke kecil yang menetap di Desa Gunung Baringin dan para petani karet juga dapat langsung menjual getahnya kepada toke besar yang memberikan harga lebih tinggi. Namun walaupun harga yang ditetapkan toke besar yang datang dari luar lebih tinggi dari toke kecil yang berada di desa ini, sebagian dari para petani

(17)

masih tetap dan setia menjual hasil pertanian karetnya kepada toke yang berada di desa Gunung Baringin tersebut.

Berdasarkan hasil observasi, penulis melihat ada beberapa petani yang melakukan hubungan perdagangan getah karet dengan satu toke dan terlihat begitu akrab. Sementara itu terlihat juga di antara petani karet yang lain melakukan transaksi perdagangan getah karet bukan hanya pada satu toke tetapi lebih dari dua bahkan tiga toke. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti bagaimana model hubungan patron klien yang terjadi antara petani karet dengan toke getah yang berada di Desa Gunung Baringin.

Hubungan patron klien antara petani dan toke umumnya kuat dan berlangsung lama. Toke (patron) di desa ini berperan penting dalam keberlangsungan hidup para petani karet (klien), kondisi patronase antara petani karet dan toke getah dibangun karena ada ketergantungan. Petani karet sebagai klien mendapatkan keamanan subsistensi sepanjang tahun. Sementara toke getah sebagai patron ingin usahanya stabil dan berjalan lancar karena mendapatkan pasokan hasil karet. Misalkan pada musim penghujan petani karet akan mengalami penurunan pendapatan getah, sehingga petani karet akan meminta bantuan kepada toke agar tetap dapat memenuhi kebutuhan keluarga mereka, atau bahkan pada saat terdesak petani karet akan menjadikan toke sebagai pilihan utama untuk mendapatkan pertolongan finansial keluarganya. Dengan adanya uluran tangan dari toke tersebut tidak jarang menbuat para petani menjadi merasa berhutang budi sebagai balasannya petani tersebut akan tetap menjual getahnya kepada toke tersebut tak jarang juga memberikan balas jasa tenaga bila diperlukan.

(18)

Seperti halnya di Desa Gunung Baringin toke sebagai patron mempunyai peranan yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi di desa ini. Menurut James C. Scott, hubungan patron-klien merupakan hubungan pertukaran antara dua orang yang melibatkan persahabatan instrumental dimana seorang individu dengan status sosio-ekonomi yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan sumberdaya yang dimilikinya untuk menyediakan perlindungan atau keuntungan bagi seseorang yang lebih rendah statusnya (klien). Pada gilirannya, klien membalasnya dengan menawarkan dukungan umum dan bantuan kepada patron ( James C. Scott, 1972: 8).

Menurut Scott (1993) dalam pola hubungan patron klien dalam satu sisi tidak terjadi ikatan yang bersifat eksploitasi tetapi merupakan ikatan yang sah (legitimasi) asalkan perbandingan antara jasa/nilai yang diterima oleh klien lebih besar dibandingkan tenaga atau biaya yang harus ia kembalikan kepada patron.

Dan ini dinamakan sebagai pola hubungan patron klien yang murni, karena di sini patron akan bertindak sebagi penjamin penuh kebutuhan kliennya, sedangkan klien harus bersedia secara sukarela menyediakan tenaganya bagi patron karena terikat oleh rasa hormat pribadi dan utang budi. Di satu sisi Scott (1994) mengatakan bahwa dalam pola hubungan patron klien dapat menimbulkan hubungan yang bersifat eksploitasi, walaupun terdapat situasi ketergantungan antara penyewa/penggarap (klien) dengan tuan tanah/majikan (patron), sehingga akan berimplikasi terhadap munculnya konflik (pertentangan).

Dari berbagai interaksi dan pola hubungan yang telah dijelaskan diatas menjadi alasan peneliti untuk melihat dan meneliti bagaimana pola hubungan

(19)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana model hubungan patron-klien antara petani karet dengan toke getah?

2. Apa kerugian model patron-klien tersebut terhadap petani karet?

3. Mengapa hubungan patron-klien antara petani karet dengan toke tetap bertahan di Desa Gunung Baringin?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah:

1. Untuk mengetahui model patron-klien antara petani karet dengan toke getah di Desa Gunung Baringin.

2. Untuk mengetahui kerugian model patron-klien tersebut terhadap petani karet.

3. Untuk mengetahui hubungan patron-klien antara petani karet dan toke tetap bertahan di Desa Gunung Baringin.

1.4. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian mampu memberikan manfaat, baik untuk peneliti sendiri, orang lain, maupun ilmu pengetahuan. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1.4.1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah dan referensi penelitian ilmiah selanjutnya khususnya bagi mahasiswa

(20)

Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

b. Untuk memberikan sumbangan pengetahuan mengenai sosiologi ekonomi dan sosiologi lingkungan terkait dengan hubungan patron klien antara petani dengan toke.

1.4.2. Manfaat Praktis

a. Menjadi sumbangan pemikiran terhadap lembaga pertanian dan kehutanan untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

b. Menjadi sumbangan pemikiran terhadap pemerintah daerah dan pusat dalam menetapkan kebijakan harga pasar dan mempercepat penerapan kebijakan tersebut agar kesejahteraan petani lebih meningkat.

c. Untuk memberikan masukan-masukan bagi yang membutuhkannya terutama petani dan toke supaya memiliki organisasi atau kelompok tani yang bisa menjadi wadah penghubung untuk menghilangkan kesenjangan antara toke dengan petani serta memajukan kesejahteraan diantara keduanya.

1.5. Defenisi Konsep

Konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan menfokuskan penelitian. Konsep merupakan rangkaian pengertian logis yang dipakai untuk menentukan jalan pemikiran dalam penelitian untuk memperoleh permasalahan yang tepat. Dengan kata lain konsep adalah istilah-istilah yang mewakili atau menyatakan suatu pengertian tertentu. Adapun konsep-konsep dalam penelitian

(21)

a. Patron Klien, Menurut Scott (James C. Scott, 1972 : 9) hubungan patron- klien merupakan hubungan pertukaran antara dua orang yang melibatkan persahabatan instrumental dimana seorang individu dengan status sosio- ekonomi yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan sumberdaya yang dimilikinya untuk menyediakan perlindungan atau keuntungan bagi seseorang yang lebih rendah statusnya (klien). Pada gilirannya, klien membalasnya dengan menawarkan dukungan umum dan bantuan kepada patron.

b. Toke Getah dalam penelitian ini adalah orang yang menjalankan perniagaan sebagai pembeli getah karet dari petani dan sebagi agen pemasaran getah secara tunai maupun hutang.

c. Petani karet dalam penelitian ini ialah penderes yang memiliki kebun karet sendiri dan tidak memiliki kebun karet.

d. Resiprositas dalam penelitian ini merupakan kewajiban atau utang balas budi atas apa yang pernah diberikan sebelumnya oleh patron (toke) terhadap petani (klien) ketika mengalami musibah atau kesulitan keuangan dengan menunjukkan loyalitasnya kepada toke (patron).

e. Loyalias dalam penelitian ini merupakan tindakan dari petani karet selaku klien kepada toke getah selaku patron untuk membalas jasa atas apa yang telah mereka terima dari patron.

f. Personalitas dalam penelitian ini merupakan hubungan yang bersifat langsung dan intensif antara petani karet (klien) dengan toke getah (patron) g. Jaringan Sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak

individu dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan

(22)

kelompok lainnya. Hubungan-hubungan yang terjadi bisa dalam bentuk yang formal maupun bentuk informal (Damsar, 2002).

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Patron Klien

Scott (1972: 8) menjabarkan makna hubungan patron-klien adalah suatu kasus khusus hubungan antar dua orang yang sebagian besar melibatkan persahabatan instrumental, dimana seseorang yang lebih tinggi kedudukan sosial ekonominya (patron) menggunakan pengaruh dan sumber daya yang dimilikinya untuk memberikan perlindungan atau keuntungan atau kedua-duanya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya (klien), yang pada gilirannya membalas pemberian tersebut dengan memberikan dukungan yang umum dan bantuan, termasuk jasa-jasa pribadi kepada patron. Dalam hubungan ini, pertukaran tersebut merupakan jalinan yang rumit dan berkelanjutan, biasanya baru terhapus dalam jangka panjang. Imbalan yang diberikan klien bukan imbalan berupa materi melainkan dalam bentuk lainnya. Si patron tidak akan mengharapkan materi atau uang dari klien tapi mengharapkan imbalan lainnya yang dibutuhkan si patron.

Hubungan patron-klien bersifat tatap muka, artinya bahwa patron mengenal secara pribadi klien karena mereka bertemu tatap muka, saling mengenal pribadinya, dan saling mempercayai. Hubungan patron klien umumnya terjadi di kalangan petani tradisional Asia Tenggara (Scott, 1972). Lebih lanjut dikatakan Scott ( 1972) bahwa pola hubungan patron-klien merupakan tindakan moral petani untuk memberikan perlindungan dan keamanan subsistensi kepada klien. Menurut Popkin (1980: 419) pola hubungan patron-klien merupakan tindakan monopoli dan eksploitasi karena patron menghalangi kliennya berhubungan dengan pasar.

(24)

Pola hubungan patron klien ada yang kuat bertahan lama dan lemah. Salah satu sebab melemahnya hubungan patron klien adalah konflik, misalnya di Jepang konflik antara tuan tanah dan para penyewa di dekat kota atau pusat industri tidak disebabkan oleh pindahnya tuan tanah ke kota dan berkurangnya perlindungan terhadap petani tetapi oleh fakta bahwa kesempatan-kesempatan bekerja di pabrik telah menarik para buruh tani keluar dari sektor pertanian (Ann Waswo, 1979: 582). Unsur penting dalam hubungan patron-klien adalah resiprositas yang diatur norma-norma tertentu. Norma-norma yang mengatur hubungan timbal balik adalah (1) orang seharusnya membantu mereka yang telah menolong; dan (2) jangan mengingkari mereka yang telah menolong (Alvin W.

Gouldner, 1960: 171).

Petani berada pada batasan yang krusial dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang bersumber dari hasil bertani. Agar petani tidak berada di bawah kebutuhan subsitensinya, mereka terkadang harus bergantung kepada jaringan atau pun lembaga yang berada di luar keluarga petani. Seperti keluarga, kerabat, tetangga dan sebagainya. Terkadang pula mereka tidak dapat membantu para petani karena, rata-rata kondisi mereka juga sama. Pada akhirnya, muncullah jaringan atau lembaga yang berfungsi sebagai peredam-kejutan selama krisis- krisis ekonomi dalam kehidupan petani (Scott, 1994). Mereka ini (jaringan yang berada di luar keluarga petani) memiliki sumber daya subsitensi yang dibutuhkan para petani. Sebagai upaya petani untuk menjaga kebutuhan subsistensi keluarganya, para petani ini menjalin hubungan dengan jaringan atau lembaga tersebut. Hubungan di antara keduanya kemudian berkembang dan melahirkan

(25)

hubungan yang bersifat resiprositas dan disebut dengan hubungan patron dan klien.

Scott (1994) memberikan contoh terhadap hasil temuannya dengan melihat hubungan timbal balik yang terjadi antara petani penggarap dengan pemilik lahan.

Supaya bisa menjadi patron, pemilik lahan memanfaatkan modal yang dimilikinya untuk merekrut klien. Mereka memberikan pekerjaan berupa menggarap lahan yang dimiliki patron. Selain patron juga tidak segan-segan melindungi kliennya dengan memberikan jaminan ketika paceklik tiba maupun melindungi para penggarap lahan terhadap makelar. Dari perlindungan inilah patron mengharapkan hadiah dari kliennya, tergantung pada apa yang dibutuhkan oleh sang patron kelak. Singkatnya, seorang patron menurut Scott berposisi dan berfungsi sebagai pemberi terhadap kliennya, sedangkan klien berposisi sebagai penerima segala sesuatu yang diberikan oleh patronnya.

Adapun arus patron ke klien yang dideteksi oleh Scott (1972: 9) berkaitan dengan kehidupan petani adalah:

1. Penghidupan subsistensi dasar yaitu pemberian pekerjaan tetap atau tanah untuk bercocok tanam.

2. Jaminan krisis subsistensi, patron menjamin dasar subsistensi bagi kliennya dengan menyerap kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh permasalahan pertanian (peceklik dll) yang akan mengganggu kehidupan kliennya.

3. Perlindungan dari tekanan luar.

4. Makelar dan pengaruh. Patron selain menggunakan kekuatannya untuk melindungi kliennya, ia juga dapat menggunakan kekuatannya untuk menarik keuntungan/hadiah dari kliennya sebagai imbalan atas perlindungannya.

(26)

5. Jasa patron secara kolektif. Secara internal patron sebagai kelompok dapat melakukan fungsi ekonomisnya secara kolektif, yaitu mengelola berbagai bantuan secara kolektif bagi kliennya.

Sedangkan arus dari klien ke patron, menurut James Scott (1972: 9) adalah jasa atau tenaga yang berupa keahlian teknisnya bagi kepentingan patron. Adapun jasa-jasa tersebut berupa jasa pekerjaan dasar/pertanian, jasa tambahan bagi rumah tangga, jasa domestik pribadi dan lain-lain. Dalam patron klien, hubungan dibangun tidak berdasarkan pemaksaan atau kekerasan. Hubungan ini identik terjadi dalam bentuk hubungan pertemanan atau hubungan yang sama-sama menguntungkan (simbiosis mutualisme). Dengan pemberian barang dan jasa pihak penerima merasa berkewajiban untuk membalasnya, sehingga terjadi hubungan timbal balik. Kedua adanya unsur timbal balik yang membedakan dengan hubungan yang bersifat pemaksaan atau hubungan karena adanya wewenang formal.

Hubungun parton-klien yang ada di masyarakat berkaitan dengan hubungan khusus yang merupakan hubungan pribadi yang mengandung keakraban dan juga hubungan yang berdasarkan atas asas saling menguntunngkan. Sekalipun hubungan patron klien terbangun bukan karena atas dasar paksaan, tetapi hubungan ini tetaplah tidak seimbang. Ketidakseimbangan terjadi karena ada satu aktor (patron) yang mendominasi aktor yang lain (klien). Patron memiliki sesuatu modal yang bisa ditawarkan kepada klien, sementara klien hanya bisa memberikan hadiah sebagai bentuk timbal balik. Seperti dalam halnya penderes dengan toke tentu penderes sebagai klien lebih tergantung kepada sang patron.

Hubungan patron klien ini juga mempunyai akhir atau bisa diakhiri.

(27)

Adapun pertukaran dari klien ke patron, adalah jasa atau tenaga yang berupa keahlian teknisnya bagi kepentingan patron. Adapun jasa-jasa tersebut berupa jasa pekerjaan dasar/pertanian, jasa tambahan bagi rumah tangga, jasa domestik pribadi, pemberian makanan secara periodik. Bagi klien, unsur kunci yang mempengaruhi tingkat ketergantungan dan loyalitasnya kepada patron adalah perbandingan antara jasa yang diberikannya kepada patron dan hasil/jasa yang diterimanya, makin besar nilai yang diterimanya dari patron dibanding biaya yang harus ia kembalikan, maka makin besar kemungkinannya ia melihat ikatan patron- klien itu menjadi sah dan legal.

Dalam suatu kondisi yang stabil, hubungan antara patron dan klien menjadi suatu norma yang mempunyai kekuatan moral tersendiri dimana di dalamnya berisi hak-hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh kedua belah pihak.

Norma-norma tersebut akan bertahan jika patron terus memberikan jaminan perlindungan dan keamanan dasar bagi klien. Usaha-usaha tersebut kemudian dianggap sebagai usaha pelanggaran yang mengancam pola interaksi tersebut karena kaum elit/patronlah yang selalu berusahan untuk mempertahankan sistem tersebut demi mempertahankan keuntungannya. Hubungan ini berlaku karena pada dasarnya hubungan sosial adalah hubungan antar posisi atau status dimana masing-masing membawa perannya masing-masing. Peran ini ada berdasarkan fungsi masyarakat atau kelompok, maupun aktor tersebut dalam masyarakat, sehingga apa yang terjadi adalah hubungan antar kedua posisi.

Tujuan dasar dari hubungan patron klien bagi klien yang sebenarnya adalah penyediaan jaminan sosial dasar bagi subsistensi dan keamanan. Apabila hubungan yang menjadi dasar pola hubungan patron klien ini melemah karena

(28)

tidak lagi memberikan jaminan sosial dasar bagi subsistensi dan keamanan maka klien akan mempertimbangkan hubungannya dengan patron menjadi tidak adil dan eksploitasif.

Dalam hal ini Scott (1972) telah menjabarkan ciri-ciri hubungan dari patron klien itu sendiri diantaranya adalah:

1. Hubungan Personalia, yaitu hubungan yang bersifat langsung dan intensif antara patron dengan klien, artinya bahwa patron dan klien saling mengenal secara pribadi, dan saling percaya.

2. Hubungan Loyalitas. Loyalitas adalah kesetiaan atau kepatuhan. yaitu hubungan timbal balik antara patron dengan klien, bahwa bagi klien unsur kunci yang mempengaruhi tingkat loyalitasnya kepada patron adalah perbandingan antara jasa yang diberikanya kepada patron dan hasil atau jasa yang diterimanya.

3. Hubungan Resiprositas (Scott, 1994), yaitu Hubungan yang saling menguntungkan, dimana patron dan klien saling memberi dan menerima walaupun dalam kadar yang tidak seimbang.

Terkait dengan permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini maka konsep tersebut diatas berguna untuk mengidentifikasikan pola hubungan yang terjadi antara toke dengan petani karet, apakah pola patron klien yang disebutkan Scott memang berlaku pada petani di Desa Gunung Baringin atau sudah mengalami pergeseran.

(29)

2.2. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan patron klien dilakukan oleh Priyatna (2011: 37-45) dengan judul Pola Pemanfaatan Sumber Daya, Subsistensi dan Pola Hubungan Patron-Klien Masyarakat Nelayan Danau Tempe, Sulawesi Selatan. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan secara sengaja, dengan memilih informan dari masing-masing kategori nelayan kecil dan besar, untuk mendapatkan keterwakilan keduanya dalam memahami fenomena sosial patron-klien yang terjadi.Dalam penelitian tersebut peneliti menggunakan konsep moral ekonomi dari James C.

Scott. Dan hasil penelitian yang diperolah adalah peneliti membedakan beberapa ciri hubungan patron-klien di Danau Tempe tersebut yang terdiri dari ciri umum dan ciri khusus. Ciri Umum 1). Kedua belah pihak menguasai sumber daya yang berbeda 2). Hubungan terbentuk atas dasar saling percaya (nelayan kecil) dan kekeluargaan (nelayan besar) 3). Hubungan berdasarkan asas saling menguntungkan serta saling memberi dan menerima. Ciri Khusus 1). Semi eksploitatif 2). Tidak terdapat hubungan mengikat (nelayan kecil) dan mengikat (nelayan besar) 3). Kebebasan klien untuk memilih patron (nelayan kecil) dan terikat (Nelayan besar) 4). Kemandirian nelayan yang tinggi (nelayan kecil) dan rendah (nelayan besar) 5). Penentuan harga ditentukan bandar ikan (nelayan kecil)

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2007), penelitian kualitatif didefinisikan sebagai sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Moleong menjelaskan dalam pendekatan kualitatif deskriptif, data yang dikumpulkan adalah data yang berupa kata-kata, gambar dan bukan angka- angka. Data tersebut bisa diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, video, foto, dan dokumentasi pribadi. Hasil penelitian ini berupa kutipan dari transkrip hasil wawancara yang sebelumnya telah diolah dan kemudian disajikan secara deskriptif. Pengambilan data dilaksanakan dengan melakukan pengamatan dan tentunya juga dengan melakukan wawancara terhadap petani karet dan toke getah.

3.2. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Gunung Baringin, Kecamatan Angkola Selatan, Kabupaten Tapanuli Selatan. Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena Desa ini merupakan salah satu penghasil getah karet di Kabupaten Tapanuli Selatan, sehingga masyarakat yang tinggal di Desa Gunung Baringin banyak yang bekerja sebagai petani karet.

(31)

3.3. Unit Analisis dan Informan Penelitian 3.3.1. Unit Analisis

Unit analisis adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi subjek penelitian keseluruhan unsur yang menjadi fokus penelitian (Bungin, 2007). Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah petani karet dan toke getah yang berada di Desa Gunung Baringin, Kecamatan Angkola Selatan, Kabupaten Tapanuli Selatan.

3.3.2. Informan

Informan Penelitian di dalam penelitian kualitatif berkaitan dengan bagaimana langkah yang ditempuh peneliti agar data atau informasi dapat diperoleh. Informan merupakan subjek yang memahami permasalahan penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami permasalahan penelitian (Bungin, 2014 : 78).

Penentuan informan didasarkan pada kriteria berikut ini :

1. Masyarakat setempat yang berprofesi sebagai petani karet, baik yang memiliki lahan kebun karet sendiri maupun yang tidak memiliki kebun karet tetapi berprofesi sebagai petani karet. Petani ini mencakup enam petani karet dan sudah lebih dari dua tahun bekerja sebagai petani karet.

2. Toke getah yang mencakup tiga toke kecil yang bertempat tinggal di Desa Gunung Baringin dan satu toke besar yang datang dari luar daerah.

Dalam pemilihan informan peneliti menggunakan teknik purposif. Teknik purposif merupakan salah satu strategi untuk menentukan informan yang paling umum digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu menentukan kelompok peserta

(32)

yang menjadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian.

3.4. Sumber Data Penelitian

Untuk memperoleh data atau informasi dalam penelitian dilapangan, maka diperlukan adanya alat pengumpulan data. Dalam proses pengumpulan data dan informasi, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data agar mendapat kesesuaian dengan kebutuhan peneliti dalam mengolah data dan informasi yang diperoleh di lapangan. Data dalam sebuah penelitian dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder

3.4.1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dimana data tersebut diambil langsung oleh peneliti kepada sumber secara langsung melalui informan. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/ audio tape, pengambilan foto dan film (Moleong, 2006). Data diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Sumber data primer pada penelitian ini adalah melalui wawancara kepada petani karet dan toke getah tersebut.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diambil secara tidak langsung atau menggunakan media perantara misalnya data yang diperoleh dari buku, tulisan/karya ilmiah, jurnal, serta laporan penelitian yang berkaitan dengan topic

(33)

penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian yang dianggap relevan dan berhubungan dengan keabsahan masalah yang diteliti.

3.5 . Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang meliputi:

3.5.1. Observasi

Merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, dimana data penelitian itu dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti, data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan pancaindra (Burhan Bungin, 2007). Adapun yang menjadi bahan observasi dalam penelitian ini adalah pengamatan langsung kepada petani dan toke mengenai pola hubungan sosial ekonomi diantara keduanya yang berada di Desa Gunung Baringin.

3.5.2. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam Moleong (2006: 186) menjelaskan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan, dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Wawancara secara umum terbagi menjadi dua, yaitu: wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur memiliki arti bahwa wawancara yang dilakukan dimana pewawancara telah menetapkan sendiri masalah-masalah yang akan diajukan sebagai pertanyaan. Sedangkan wawancara

(34)

tidak terstruktur merupakan wawancara yang memiliki ciri kurang diinterupsi dan arbiter. Wawancara tersebut digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal (Moleong, 2006: 190).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara secara semi terstruktur. Maka sebelum melakukan wawancara, peneliti telah menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang nantinya akan diajukan kepada informan. Namun, pada pelaksanaannya nanti akan disesuaikan dengan keadaan informan.

3.5.3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen yang dihimpun dipilih sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. Dokumen yang digunakan dapat berupa laporan,buku, surat kabar, foto dan lainnya yang berkaitan dengan judul penelitian yang diteliti.

3.5.4. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mencari referensi yang sesuai dengan topik atau tema yang diteliti. Studi pustaka ini digunakan untuk menunjang kelengkapan data dalam penelitian dengan menggunakan sumber-sumber dari kepustakaan yang relevan.

3.5.5. Interpretasi Data

Data yang dikerjakan sejak peneliti mengumpulkan data dilakukan secara intensif setelah pengumpulan data selesai dilaksanakan. Menurut pada Lexy J.

Meleong (200 6: 245), pengolahan data ini dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan, pengamatan

(35)

(observasi) yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen resmi, gambar foto dan sebagainya.

Data tersebut setelah dibaca, dipelajari dan telah ditelaah maka langkah selanjutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan cara abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang terperinci, merujuk keinti dengan menelaah pernyataan – pernyataan yang diperlukan sehingga tetap berada dalam fokus penelitian. Langkah selanjutnya adalah menyusun data – data dalam satuan – satuan itu kemudian dikategorisasikan.

Berbagai kategori tersebut dilihat kaitannya satu dengan lainnya dan diintepretasikan secara kualitatif. Proses analisis dalam penelitian ini telah dimulai sejak awal penulisan proposal, sehingga selesainya penelitian ini yang menjadi ciri khas dari analisis kualitatif.

3.6. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman peneliti untuk melakukan penelitian ilmiah. Terkait dengan keterbatasan waktu terutama pada informan membuat peneliti harus membuat jadwal pertemuan. Terlepas dari kendala diatas peneliti menyadari keterbatasan dalam proses penelitian yang dilakukan. Meskipun demikian peneliti berusaha untuk melaksanakan penelitian semaksimal mungkin agar mendapatkan hasil yang akurat.

(36)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat Desa Gunung Baringin

Desa Gunung Baringin awal mulanya merupakan sebuah hutan rimba yang padat ditumbuhi oleh pohon-pohon besar. Tahun 1969 Baginda Salamat membuka hutan bersama dengan Sembilan kepala keluarga lainnya dan menjadikan hutan tersebut menjadi sebuah desa yang awalnya di beri nama Desa Napa Maranti, dengan kondisi lahan yang kasar yang hanya dikelilingi hutan lebat. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat Desa Napa Maranti memiliki mata pencarian sebagai pencari rotan, dan berkebun. Hasil kebun ini akan dijual ke Padang Sidempuan dengan berjalan kaki selama sehari dan pulang pada keesokan harinya. Untuk menyekolahkan anak-anak, mereka menyekolahkannya keluar daerah yang pada masa itu ke daerah Padang Bolak. Hal tersebut berlangsung selama hampir 10 tahun dan pada tahun 1978 dengan di adakannya pemilihan kepala desa pertama dan desa Napa Maranti di ganti dengan nama Desa Gunung Baringin lambat laun banyak anggota keluarga lainnya yang pindah ke Desa Gunung Baringin. Mata pencaharian masyarakat desa juga mulai beralih menjadi petani. Namun hutan di Desa Gunung Baringin sangat luas, pada masa itu Oppung Baginda Sinandean memiliki inisiatif membuat kebun percontohan, beliau membuka hutan untuk dijadikan lahan berkebun karet, beberapa tahun kemudian Oppung Baginda Sinandean sudah bisa menderesnya dan karet tersebut telah

(37)

cara berkebun beliau, namun beliau tidak berpuas hati, beliau membuat kebun percontohan lainnya yaitu menanam pisang, hal ini juga kembali menjadi inspirasi bagi masyarakat setempat untuk bercocok tanam pohon pisang, dan pada akhirnya selain menanam pisang masyarakat Desa Gunung Baringin mulai menanam kunyit, kencur, coklat, jagung, kacang dan terakhir masyarakat Desa Gunung Baringin mulai menanam kelapa sawit. Akhirnya masyarakat Desa Gunung Baringin mulai mengalami perkembangan, baik dari segi ekonomi maupun pendidikan. Hal tersebut berlangsung hingga saat ini. Dan tokoh-tokoh paling berpengaruh di Desa Gunung Baringin saat ini adalah mereka yang pada mulanya pindah dan membuka hutan menjadi sebuah desa, salah satunya ialah Oppung Baginda Sinandean Harahap.

4.1.2. Lokasi dan Kondisi Desa 4.1.2.1. Kondisi Geografis Desa

Desa Gunung Baringin terbentuk dari lima dusun yaitu:

1. Dusun I dinamakan dengan Mosa Jae 2. Dusun II dinamakan dengan Mosa Julu

3. Dusun III dinamakan dengan Kampung Sedikit 4. Dusun IV dinamakan dengan Palang, dan 5. Dusun V dinamakan dengan Paraupan

Serta memiliki luas wilayah 35.903 hektar dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Timur berbatas dengan Kecamatan Batang Angkola b. Sebelah Utara berbatas dengan Desa Sihuik Kuik

(38)

c. Sebelah Barat berbatas dengan Kelurahan Pardomuan d. Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Sayur Matinggi

Desa Gunung Baringin terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi, desa ini dikelilingi oleh bukit-bukit serta lahan-lahan kebun dari masyarakat setempat.

Masyarakat Desa Gunung Baringin umumnya bekerja sebagai petani, salah satunya ialah sebagai petani karet, sekitar 9000 ha kebun karet yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Yang terdiri dari 3500 ha tanaman belum menghasilkan, 3000 ha tanaman tidak menghasilkan dan dalam proses penanaman kembali serta 2500 ha tanaman karet yang telah menghasilkan. Kebun karet yang dimiliki oleh masyarakat setempat terdapat di beberapa lokasi yang berbeda, karena Desa Gunung Baringin tersebut dikelilingi oleh bukit maka sebagian besar petani memiliki kebun karet yang cukup jauh dari Desa. Umumnya petani karet hanya akan menderes tiga atau empat hari dalam seminggu, yang kemudian getah tersebut akan dijual kepada toke yang terdapat di Desa atau toke yang datang dari luar Desa tersebut.

Dalam proses jual beli getah karet, setiap petani karet memiliki toke langganan masing-masing yang bersifat terikat dan berlangsung lama, dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan, terdapat beberapa petani karet yang menjual getah karetnya kepada satu toke saja da ada pula yang menjual getahnya kepada beberapa toke.

(39)

4.1.3. Komposisi Penduduk

4.1.3.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk di Desa Gunung Baringin adalah 3.260 jiwa. Dari data tahun 2017, tercatat jumlah penduduk Desa Gunung Baringin sebanyak 667 KK.

Dengan perhitungan jumlah perempuan lebih besar dari pada jumlah laki-laki dimana perempuan berjumlah 1.674 jiwa dan laki-laki berjumlah 1.586 jiwa. Dari jumlah tersebut ada sekitar 10 selisih perempuan dan laki-laki. Komposisi penduduk Desa Gunung Baringin berdasarkan jenis kelamin terlihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin N

No JenisKelamin

Dusun I Dusun II Dusun III Dusun IV Dusun V f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ 1 Laki-Laki 534 50.9 352 52.7 63 47.7 692 52.0 33 39.2 2 Perempuan 514 49.0 315 47.2 69 52.2 637 47.9 51 60.7

Sumber: Data Statistik Kantor Kepala Desa Gunung Baringin, 2017 4.1.3.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Masyarakat Desa Gunung Baringin menganut beberapa agama yang telah diakui di Negara Indonesia, dimana penduduk desa ini dapat dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan agama yang dianutnya, hal tersebut terlihat pada tabel 4.2 dibawah ini.

(40)

Tabel 4.2

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Sumber: Data Statistik Kantor Kepala Desa Gunung Baringin, 2017

4.1.3.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tabel 4.3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No Jenis

Pekerjaan

Dusun I Dusun II Dusun III Dusun IV DusunV f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ 1 Petani 382 92.7 224 92.1 44 95.6 550 95.4 39 100 2 Wiraswasta 22 5.33 18 7.40 2 4.34 23 3.99 - 0.00 3 PNS 8 1.94 1 0.41 - 0.00 2 0.34 - 0.00 4 TNI/POLRI - 0.00 - 0.00 - 0.00 1 0.17 - 0.00 Sumber: Data Statistik Kantor Kepala Desa Gunung Baringin, 2017

Masyarakat Desa Gunung Baringin mayoritas bekerja sebagai petani, dimana hal tersebut dapat dilihat dari tabel 4.3 diatas. Sedangkan sebagain kecil pada masyarakat desa ini bekerja sebagai wiraswasta, Pegawai Negeri Sipil, TNI,POLRI dan lain-lain. Profesi lain-lain dalam hal ini ialah karyawan, guru honor, pandai besi dan juga supir.

Kondisi sosial ekonomi yang terjadi di desa ini tidak terlalu mempengaruhi

No Agama N

Dusun I Dusun II Dusun III Dusun IV Dusun V

f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀ f ⁰⁄₀

1 Islam 877 83.6 665 99.7 132 100 39 2.93 3 3.57 2 Protestan 166 15.8 2 0.29 - 0.00 1256 94.5 7

7 91.6 3 Katholik 5 0.47 - 0.00 - 0.00 34 2.55 4 4.76

(41)

setempat tidak merasa adanya pengelompokan antar kelas-kelas sosial antara strata yang lebih tinggi dengan strata yang lebih rendah. Melalui hasil wawancara di lokasi penelitian dengan beberapa informan, hal ini dibenarkan oleh Ibu Remsi (40 tahun):

“Napola nian da, sarupo dosude. Sanga ahama pangkat nia lengsarupo do anggo dison, nadong pola naporlu di parmasalahkon, marsiboto bana do” (Tidak, semua sama saja, apapun jabatannya tetap sama saja kalau disini, tidak ada yang perlu dipermasalahkan, karena kita juga sudah tau satu sama lain”).

Hal senada dengan jawaban yang informan berikut, yaitu ibu Kaidah Rambe (31 tahun):

“Menurutku tak ada yang begitu, sama ajanya awak rasa, biasa-biasa ajanya, mau PNS dia mau banyak duitnya samala itu, ke ladang juganya tiap hari, gak ada yang mau diapakan, rukun-rukun saja, kalau ada masalah dikit wajar ajala, beda kepala kan, maklumla itu”.

(42)

4.1.3.4. Luas Tanaman dan Produksi Tanaman Karet Tabel 4.4

Luas Tanaman dan Produksi Tanaman Karet Menurut Kecamatan Kecamatan

Luas Tanaman (Ha)

T.B.M T.M T.T.M Jumlah Produksi Batang Angkola 339,50 705,00 457,00 1 501,50 585,85 Sayurmatinggi 368,00 778,00 1 461,00 2 607,00 645,50 Angkola Timur 558,00 560,25 294,50 1 412,75 465,00 Angkola Selatan 135,00 569,00 226,00 930,00 481,50 Angkola Barat 986,00 1 274,00 859,00 3 119,00 784,00 Batang Toru 527,00 2 642,00 2 283,00 5 452,00 2 242,50 Marancar 315,00 694,00 4 658,50 5 667,50 601,25

Sipirok 417,00 136,00 101,50 654,50 87,00

Arse 235,00 257,00 168,00 660,00 194,00

Saipar Dolok Hole 289,00 204,00 222,00 715,00 123,00 Aek Bilah 542,00 218,00 431,00 1 191,00 157,50 Muara Batang Toru 69,00 29,50 180,00 278,50 23,50 Tano Tombangan

Angkola

250,00 593,00 271,00 1 114,00 484,50

Angkola Sangkunur 917,00 1 219,00 1 094,00 3 230,00 824,00 Tapanuli Selatan 5 947,50 9 878,75 12 706,50 28 532,75 7 699,10

Sumber: Dinas Perkebunan Kabupaten Tapanuli Selatan, 2017

(43)

Tabel 4.5

Luas Tanaman dan Produksi Tanaman Karet Kelurahan Gunung Baringin Luas Tanaman (Ha)

T.B.M T.M T.T.M Jumlah Produksi

3 500 2 500 3 000 9 000 35 00

Sumber : Data Statistik Kantor Kepala Desa Gunung Baringin, 2017

4.1.4. Deskrifsi Fasilitas dan Prasarana di Desa Gunung Baringin 4.1.4.1. Sarana Pendidikan

Tabel 4.6 Sarana Pendidikan

No Kategori Nama Dusun Jumlah

1 TK/PAUD Dusun II & Dusun IV 2

2 SD Dusun I, Dusun II & Dusun IV 3

3 Madrasah Dusun I & Dusun II 2

Sumber: Data Statistik Kantor Kepala Desa Gunung Baringin, 2017 Berdasarkan data tabel 4.6, sarana pendidikan di Desa Gunung Baringin masih minim. Hal ini dapat dilihat pada sarana pendidikan yang hanya memiliki dua bangunan TK/PAUD, serta tiga bangunan SD dan dua bangunan Madrasah.

Sementara lokasi antar dusun sangat jauh. Bagi anak-anak yang ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) mereka harus keluar desa, seperti di Desa Garonggang, Desa Napa, Kota Padang Sidempuan dan lain-lain.

(44)

4.1.4.2. Sarana Kesehatan

Tabel 4.7 Sarana Kesehatan

No Sarana Kesehatan Nama Dusun Jumlah

1 Klinik - -

2 Polindes Dusun II 1

3 Puskesmas - -

Sumber: Data Statistik Kantor Kepala Desa Gunung Baringin, 2017

Berdasarkan data tabel 4.7 sarana kesehatan di Desa Gunung Baringin sangat minim, hanya ada satu Polindes yang melayani masyarakat Desa Gunung Baringin. Petugas pelayanan medis hanya beberapa dan terkadang alat medis kurang lengkap sehingga tidak jarang masyarakat Desa Gunung Baringin harus berobat keluar luar desa seperti Desa Aek Natas atau langsung ke Padang Sidempuan, ataupun menunggu datangnya Mantri yang datang setiap hari Minggu, pelayanan posyandu dan program KB juga masih belum diterapkan secara aktif terlihat dari banyaknya jumlah anggota keluarga (anak).

4.1.4.3. Sarana Peribadahan

Dalam hal keagamaan, sarana peribadahan yang ada di Desa Gunung Baringin terdiri dari gereja dan masjid. Terdiri dari lima bangunan masjid yaitu terdapat satu masjid di dusun I, satu masjid di dusun II, satu masjid di dusun III, satu masjid di dusun IV dan satu masjid di dusun V. Sedangkan bangunan gereja terdiri dari empat bangunan yaitu, tiga gereja di dusun IV dan satu gereja di dusun V.

(45)

Kepala Desa

4.1.4.4. Struktur Pemerintahan Desa Gunung Baringin

Unsur penyelenggara pemerintahan Desa Gunung Baringin terdiri dari Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa. Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa bersama perangkatnya (Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa, Bendahara Desa, Kepala Unsur Kewilayahan/ Kepala Dusun I, Dusun II, Dusun III, Dusun IV, Dusun V, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) terdiri dari pimpina BPD dan anggota BPD. BPD Gunung Baringin ada sebanyak 7 (tujuh) orang, yang terdiri dari Ketua BPD merangkap anggota satu orang, Wakil Ketua BPD merangkap anggota satu orang, Sekretaris BPD merangkap anggota satu orang dan Anggota sebanyak 4 (empat) orang. Adapun struktur organisasi Pemerintahan Desa Gunung Baringin adalah sebagai berikut:

Gambar 1

Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Gunung Baringin,2017

Bendahara Sekretaris

Kepala

Dusun I Kepala Dusun II

Kepala Dusun III

Kepala Dusun IV

Kepala Dusun V

(46)

Gambar 2

Struktur Organisasi Badan Permusyawaran Desa, 2017

Strukutur organisasi tersebut adalah sebagaimana telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Bupati Tapanuli Selatan Nomor 301 Tahun 2013 tentang Pengesahan Pengangkatan Keanggotanan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) pada Desa Gunung Baringin Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan.

4.2. Kehidupan Masyarakat Petani Karet 4.2.1. Kondisi Sosial Ekonomi Petani Karet

Hal pertama yang kita lihat bila memasuki Desa Gunung Baringin adalah pemandangan kebun karet dan juga sawit. Kondisi yang demikian itu membuat masyarakat Gunung Baringin berprofesi sebagai petani, kehidupan mereka selalu berada di kebun maupun sawah, sehingga jarang terlihat pada saat siang hari.

Pimpinan BPD

(Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris)

Anggota Anggota Anggota Anggota

(47)

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan juga biaya sekolah anak-anak mereka.

Hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan salah seorang petani.

“olo baya, songononma karejo ari-arion, kan manyogot tu potang karejo bopena tong mangomokan,anggo au mangguris do tolu kali saminggu, kadang ima mangomo tu halak kan, tamba-tamba na, balanjo niba dope napedo anak sikola tiop bulan akkon adong.Imadah bia dope baenon on ma karejo niba, sikola nibape na na adong diama bisa iba songon halaki i,,”. ( Iya, beginilah kerjaan setiap hari, dari pagi sampai sore kerja walaupun kadang kerja harian, kalau saya menderes tiga kali seminggu, kadang itulah kerja harian ke tempat orang, buat tambah-tambah.

Untuk kebutuhan sehari-hari juga buat biaya anak sekolah yang selalu harus ada jika tiba-tiba dia minta. Begitulah gimana lagi inilah pekerjaan saya, sekolah saya juga tidak ada tidak mungkin bisa seperti orang lain”. (Helmi Rambe, 30 tahun)

Masyarakat Desa Gunung Baringin sebagian besar di kategorikan miskin dan prasejahtera walaupun tersedia lahan berkebun yang luas. Rata-rata pendapatan perkapita penduduk per tahun adalah sebesar Rp.15.000.000. Hal ini tentunya tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari dan juga biaya sekolah anak sehingga tidak jarang para petani karet meminjam uang kepada toke. Kondisi ekonomi masyarakat Gunung Baringin yang prasejahtera terlihat dari kondisi bangunan rumah yang sebagian besar masih terbuat dari papan dan semi beton.

Kebutuhan rumah tangga masih sekedarnya sebagian besar masih menggunakan kompor atau tunggu batu hanya sedikit masyarakat yang sudah menggunakan kompor gas. Bangunan rumah juga masih ada yang berlantai tanah dan sebagian besar semen, sebagian kecilnya ubin, keperluan mandi dan mencuci dilakukan di sungai dan sebagian masyarakat memiliki sumur. Pendapatan petani karet masih terbilang pas-pasan karena banyaknya jumlah anggota keluarga (anak-anak) yang banyak menghabiskan biaya sehari-hari dan juga biaya sekolah ditambah pula dengan harga getah karet yang tidak menentu membuat para petani tidak jarang memutar otak untuk mendapatkan biaya tambahan.

(48)

Produksi karet sendiri tidak setiap hari menghasilkan getah sebagian besar hanya menderes tiga atau empat kali seminggu, dan hasil karet akan dijual kepada toke sekali seminggu atau sekali dalam dua minggu, untuk mendapatkan uang tambahan para petani karet sebagian besar memiliki pekerjaan sampingan lainnya seperti menanam kunyit, kencur, pisang, coklat dan juga pinang ataupun mereka akan menjadi buruh harian terkadang sebagai pangarabi, menyemprot di kebun orang, memanen sawit, ataupun menjadi buruh harian lainnya. Dimana yang terpenting adalah mereka sanggup dan mendapatkan hasil uang tambahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

4.2.2. Kondisi Sosial Ekonomi Toke Getah

Bagi masyarakat Desa Gunung Baringin sendiri, seorang toke merupakan orang yang besar hati dan juga disegani. Walaupun secara status sosial posisi toke berada di posisi atas namun bukan berarti mereka bersikap sewenang-wenang, mereka sangat akrab dengan petani dan juga ramah. Hal ini terlihat dari sikap toke yang tidak segan menegur dan memberi senyuman kepada para petani jika bertemu dijalan maupun sedang di kedai kopi tidak jarang juga toke tersebut membayar minuman para petani. Hal tersebut juga di ungkapkan dalam hasil wawancara dengan salah satu toke berikut:

“songonon ma istilahna inang,halai i do namangalehen iba mangan,jadi muda iba pe sonon akkon ramah do iba, ulang pala akkon tu anggota nibai tulak na lain pe akkon lemah lembut do,anggo naron umpamana inda tu iba gota nia uba iba be mangarasoi ma, anggo jadi toke on inang suni ma, jadilah orang yang sabar dan lemah lembut, kepada siapapun”.(“Istilahnya begini nak, mereka yang memberi kita makan, jadi kita ini harus ramah, tidak harus pada anggota kita saja, pada orang lain juga harus lemah lembut, jika umpamanya nanti getahnya tidak di jual pada kita, kita juga kena dampaknya, kalau jadi toke ini nak begitulah, jadilah orang yang sabar dan lemah lembut kepada siapapun” (Bapak Timur Sipahutar, 58

(49)

Kondisi perekonomian toke sendiri jauh lebih beruntung dari masyarakat lainnya, kondisi bangunan rumah yang lebih baik, memiliki kendaraan pribadi dan fasilitas rumah yang lebih lengkap. Toke sendiri memiliki peran penting dalam perniagaan getah karet di Desa Gunung Baringin karena memiliki jaringan pemasaran yang lebih luas dan mempermudah petani untuk menawarkan hasil karetnya sehingga menghemat biaya petani untuk transportasi keluar desa. Di Desa Gunung Baringin terdapat enam toke yakni lima toke kecil dan satu toke besar. Toke-toke kecil hanya menampung getah karet di desa Gunung Baringin saja maka dari itu mereka memiliki gudang getah di dekat rumah mereka. Satu toke kecil ini bisa menampung 18-30 petani tetap maupun bebas, dengan keberadaan toke ini membuat petani bebas memilih kepada siapa mereka akan menjual getah mereka. Namun sebagian besar petani hanya menjual kepada satu toke saja, namun tidak menutup kemungkinan mereka dapat langsung menjual kepada toke besar.

4.2.3. Profil Informan

1. Nama : Remsi Ritonga

Usia : 40 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SD

Pendapatan : Rp. 2.000.000 Pengeluaran : Rp. > 2.000.000

Gambar

Tabel 4.6  Sarana Pendidikan
Tabel 4.7  Sarana Kesehatan
Gambar 1 : Jalur tata niaga karet alur I
Gambar 2 : Jalur tata niaga karet alur II

Referensi

Dokumen terkait

Mushaf Popongan ini penting dikaji, selain dari aspek seni, seperti iluminasi dan kaligrafi, serta hal-hal yang berkaitan dengan ilmu Al-Qur’an, seperti rasm , qira&gt;’ah ,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Victory memberikan jumlah dompolan per tanaman, jumlah bunga per dompolan dan jumlah buah per dompolan terbanyak, namun

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui latihan mana yang lebih efektif dalam meningkatkan daya tahan otot

Pada metode granulasi kering, granul dibentuk oleh pelembapan atau penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka pokok permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah apakah mekanisme tata kelola korporasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kasus SQY memiliki kecerdasan dengan IQ 115 (diatas rata- rata), orangtua anak memberikan bimbingan dan motivasi untuk menghafal

Berdasarkan hasil uji organoleptik dengan cara metode rangking terhadap donat yang dilakukan maka didapat donat panggang yang paling disukai panelis yaitu

Pada Gambar 4., dapat dilihat bahwa pada zona hambat pertumbuhan bakteri konsentrasi penambahan madu 5% dalam sabun mandi cair dapat menyaingi sabun mandi cair