• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : PENGATURAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN

A. Pengertian dan Terminologi Tindak Pidana Perdagangan

2. Hukum Hak Asasi Manusia Internasional

Upaya penanggulangan kasus tindak pidana perdagangan orang harus dilaksanakan dengan memperhatikan kewajiban negara dibawah hukum Internasional tentang Hak Asasi manusia. Pada tingkat paling rendah, upaya tersebut tidak boleh melanggar atau bertentangan dengan ketentuan hak asasi manusia. Upaya-upaya penanganan atau penanggulangannya harus dilakukan sejalan dengan standar yang ditetapkan PBB berkenaan dengan perdagangan Orang, khususnya UN Trafficking Protocol. Satu instrumen penting dalam pengembangan pendekatan hak asasi manusia adalah “ Principles and Guidelines on Human Rights and Human Trafficking elaborated by the UN Coccissioner on Human.”50

Kewajiban negara untuk melindungi dan menghormati hak asasi setiap manusia yang berada dalam lingkup yuridiksinya adalah prinsip umum yang melandasi hukum Internasional di bidang hak asasi manusia. Prinsip ini tercermin, antara lain didalam International Covenant on Civil Political Rights (ICCPR), pasal 2 dan Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women (CEDAW), pasal 2 dan 3. Kewajiban ini mencakup kewajiban untuk mencegah,

49

IOM International Organization for Migration,Op Cit , hal 105

50

menyidik dan menghukum (pelaku) pelanggaran hak asasi manusia dan menyediakan kompensasi yang memadai bagi korban pelanggaran hak asasi tersebut. Kesemua elemen ini sama pentingnya dalam rangka mengembangkan pendekatan yang seimbang dan efektif untuk menanggulangi masalah perdagangan orang.51

Jaminan bahwa upaya atau langkah-langkah penanggulangan masalah perdagangan orang tidak akan mengganggu, melanggar hak asasi dan martabat dari kelompok yang menjadi sasaran atau korban perdagangan orang, yakni yang berkenaan dengan kebebasan bergerak, hak untuk meninggalkan negaranya sendiri, hak untuk secara legal bermigrasi ataupun hak atas privasi. Sebagaimana yang ditegaskan mantan UN High Commissioner for Human Rights (UNHCR), Mary Robinson, ketika ia mengusulkan diintegrasikannya hak asasi manusia ke dalam analisis masalah perdagangan orang dan pengembangan tanggapan legislatif yang efektif ditataran Internasional. Menurut pandangannya, hal tersebut adalah satu- satunya cara :

“(...) to ensure that trafficking is not simply reduced to problem of migran a problem of public order or a problem og organized crime, it is also the only way to ensure that well intentioned anti trafficking intiatitives do not compound discrimination against female migrations or further endanger the precariously held rights of individuals working in prostitution”52

Satu prinsip yang terkandung didalam pedoman ini adalah bahwa upaya pemberantasan tidak pidana perdagangan orang tidak hanya wajib konsisten dengan

51

I Wayan Parthiana, Hukum Pidana Internasional, Bandung 2006, hal 75

52

Harkristuti Harkrisnowo, Laporan Perdagangan Indonesia, (Jakarta : Sentra HAM UI, 2003) hal 2.

penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia saja, namun sekaligus juga harus dilakukan secara cermat dan hati-hati agar tidak semakin memperburuk situasi. Situasi yang buruk ini dapat menyebabkan terjadinya perdagangan orang yakni melalui kebijakan negara dan praktik penegakan hukum yang buruk yang semakin terpuruknya hak-hak kelompok terkait, khususnya hak-hak dari orang-orang yang diperdagangkan yakni perempuan, migran, pencari suaka politik atau korban eksploitasi pelacuran.53

UNHCR mengemukakan bahwa pelanggaran hak asasi manusia adalah penyebab maupun akibat atau konsekuensi terjadinya perdagangan orang. Perdagangan orang adalah bentuk pelanggaran hak asasi manusia yang mengakibatkan sejumlah hak fundamental dirampas, seperti hak untuk hidup, kebebasan untuk bergerak/berpindah hak atas kesederajatan dan pengakuan sebagai manusia dihadapan hukum, sebaliknya merupakan konsekuensi karena praktik perdagangan orang berakar pada kemiskinan, ketidakadilan dan diskriminasi, yang semua kondisi ini kemudian dimanfaatkan oleh pelaku dalam menjerat korbannya.54

Pendekatan yang berlandaskan hak asasi manusia pada prinsipnya mengintegrasikan norma-norma, standar dan prinsip-prinsip dari sistem hak asasi manusia internasional kedalam legalisasi, kebijakan, program dan proses. Norma dan standar-standar yang diakomodasikan ke dalam sejumlah besar perjanjian

53

IOM International Organization for Migration,Op Cit , hal 105

54

inetrnasional maupun deklarasi, termasuk prinsip non-diskrimninasi. Berkenaan dengan prinsip-prinsip tersebut, dimaksudkan adalah pengakuan manusia sebgaia pengemban hak dan kewajiban, kesederajatan dan keadilan, penetapan satndar dan akuntabilitas, pemberdayaan dan partisipasi. 55

Menurut Suhaidi dalam lokakarya yang pernah diselenggarakan di Medan yang mengkaji tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dan Implementasi UU No. 21 Tahun 2007 menjelaskan bahwa Masyarakat Internasional terus melakukan usaha dalam perlindungan terhadap martabat manusia melalui instrument internasional. Instrumen international yang dikeluarkan masyarakat internasional pada era sebelum berdiri Perserikatan Bangsa-Bangsa antara lain : : a. International Agreement the Suppression of White Slave Traffic (1904); b. International Convention for the suppression of White Slave Traffic (1910); c. Convention on the Suppression of Traffic in Women and Children (1921); d. International Convention on the Suppression of Traffic in Women of Full Age (1993)56

Pada era Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) keempat instrument internasional tersebut diakomodasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui Convention for the Suppression of Traffic in Person and of the Exploitation of the Prostitution of Others (1949). Pada tahun 1979 PBB mengeluarkan Convention on The Elimination of All

55

I Wayan Parthiana, Op Cit, hal 78

56

Forms of Discrimination Against Woman (Konvensi tentang Penghapusan Segala bentuk Diskriminasi terhadap sebelumnya pada tanggal 10 Desember 1948 Perserikatan Bangsa-Bangsa (MU PBB) mengeluarkan Universal Declaration of Human Rights Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia (DUHAM). 57

DUHAM memuat pokok-pokok hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia. Selanjutnya pada tanggal 15 November 2000 melalui Resolusi MU PBB No. 55/25 dikeluarkan Konvensi tentang Kejahatan Terorganisir (The United Nation Convention Against Transnational Organized Crime (2000) beserta Protocol Agains the Smuggling of Migrants by Land and Sea dan Protocol to Prevent, Suppress and Punish Trafficking in Persons, Especially Women and Children. Konvensi beserta protocol ini mengatur tentang pembentukan struktur inernasional guna memberantas kejahatan lintas batas di sektor produksi dan pergerakan obat-obat terlarang, perdagangan orang dan pengiriman imigran secara tidak sah. 58 .