• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL (Halaman 37-46)

BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

2.1 INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL

2

BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

2.1 INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)

Pada tahun 2019, PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Sulbar mencapai Rp32,87 triliun. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sulbar di tahun ini melambat 59 basis poin menjadi 5,66 persen, laju terendah selama delapan tahun terakhir. Angka pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan perekonomian nasional yang juga tumbuh melambat menjadi 5,02 persen. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan target pemerintah sebagaimana tertuang dalam RPJMD Sulbar 2017-2022 maupun dalam RKPD Sulbar Tahun 2019 yang disasar dapat mencapai kisaran 7,3-7,6 persen, maka target kinerja perekonomian tersebut belum terpenuhi.

Grafik 2.1 Perkembangan Laju Pertumbuhan PDRB Sulawesi Barat (c to c) Tahun 2016-2019

Sumber: BPS Sulbar dan Nasional, 2020 (diolah)

Pengaruh kondisi perekonomian global tidak hanya berdampak pada perekonomian nasional secara umum, namun juga turut berdampak pada perekonomian Sulbar. Imbas tersebut terlihat pada penurunan harga komoditas ekspor Sulbar, yakni kelapa sawit yang berwujud Crude Palm Oil (CPO). Perang dagang yang sedang terjadi di antara negara kuat maupun propaganda negara Uni Eropa bahwa kegiatan industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia telah merusak lingkungan turut berimbas terhadap demand para negara importir terhadap hasil olahan kelapa sawit yang berasal dari Indonesia.

Grafik 2.2 Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi PDRB Sulbar dan PDB Nasional Per Triwulan Tahun 2018-2019 (yoy)

Sumber: BPS Sulbar dan Nasional, 2020 (diolah)

Walaupun melambat, pergerakan laju pertumbuhan ekonomi Sulbar selama dua tahun terakhir berada di atas pertumbuhan nasional. Pada skala regional Sulawesi Maluku Papua (Sulampua), pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi di Sulawesi Tengah

35,95 39,50 43,45 46,36

27,53 29,28 31,11 32,87

6,03% 6,35% 6,25% 5,66%

5,03% 5,07% 5,17% 5,02%

2016 2017 2018 2019

PDRB ADHB Sulbar (Rp triliun) PDRB ADHK Sulbar (Rp triliun) Pert. Ekonomi Sulbar Pert. Ekonomi Nasional

5,52% 6,57% 7,90% 5,32% 5,97% 5,14% 5,16% 6,37% 5,06% 5,27% 5,17% 5,18% 5,07% 5,05% 5,02% 4,97% Q1-18 Q2-18 Q3-18 Q4-18 Q1-19 Q2-19 Q3-19 Q4-19 Sulbar Nasional PDRB Sulbar tahun 2019 mengalami pertumbuhan sebesar 5,66%, melambat dibandingkan tahun 2018 Dalam 4 tahun terakhir, pertumbuhan PDRB Sulbar selalu berada di atas pertumbuhan PDB Nasional.

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 15

sebesar 7,15 persen, sedangkan terendah di Papua yang ekonominya justru mengalami kontraksi dengan pertumbuhan minus 15,72 persen. Adapun Sulbar dengan pertumbuhan 5,66 persen menempati urutan ke enam dari sepuluh provinsi.

Nominal PDRB

2.1.1.2.1 PDRB Sisi Permintaan

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Sulbar tahun 2019 sebesar Rp46,36 triliun. Tidak berbeda dengan periode sebelumnya, PDRB Sulbar hanya menyumbang 0,29 persen terhadap PDB Nasional yang sebesar Rp15.986,21 triliun. Seluruh komponen PDRB dari sisi Permintaan tumbuh positif, dengan pertumbuhan tertinggi pada komponen Pengeluaran LNPRT sehubungan dengan pelaksanaan Pemilu.

Tabel 2.1 Nilai PDRB ADHB Sulawesi Barat per Komponen Pengeluaran Tahun 2019

No. Komponen Pengeluaran 2019

Kontribusi terhadap PDRB Q1 Q2 Q3 Q4 Tahunan 1 Konsumsi Rumahtangga 5.603 5.800 5.942 6.020 23.365 50,40% 2 Konsumsi LNPRT 87 88 89 88 352 0,76% 3 Konsumsi Pemerintah 1.046 2.047 2.754 2.248 8.095 17,46% 4 PMTB 3.233 2.458 3.584 4.665 13.940 30,07% 5 Perubahan Inventori (57) 54 80 670 747 1,61% 6 Ekspor Barang dan Jasa 5.021 5.574 5.654 5.927 22.176 47,83% 7 Impor Barang dan Jasa 4.333 5.761 6.156 6.065 22.315 48,13%

PDRB ADHB Sulbar 10.600 10.260 11.947 13.553 46.360 100,00% Sumber: BPS Sulbar, 2020 (diolah)

a. Konsumsi Rumah Tangga

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) menjadi kontributor terbesar dengan menopang 50,40 persen terhadap PDRB Sulbar. Selama tahun 2019, PKRT tertinggi terjadi pada triwulan IV sehubungan dengan perayaan maulid Nabi Muhammad SAW serta perayaan Natal dan

Tahun Baru yang bertepatan dengan hari libur sekolah sehingga mendorong pengeluaran rumah tangga untuk membeli berbagai keperluan seperti makanan, pakaian, dan biaya akomodasi dan transportasi.

Hal ini terkonfirmasi pada Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada variabel Pengaruh Inflasi terhadap Tingkat Konsumsi dan variabel Tingkat Konsumsi Bahan Makanan, Makanan Jadi, dan Bukan Makanan yang mengalami peningkatan masing-masing dari 107,84 dan 100,81 pada triwulan III menjadi 109,46 dan 108,74 pada triwulan IV. Selain itu, pemda Sulbar juga mengadakan Festival Maradika yang dihadiri oleh para petinggi dan anggota kerajaan yang berasal dari berbagai daerah di luar Sulbar.

PDRB ADHB Sulbar Tahun 2019 sebesar Rp46,36 triliun Konsumsi Rumah Tangga merupakan kontributor terbesar (51%) terhadap PDRB Sulbar

Grafik 2.3 Perkembangan PKRT Sulbar

Sumber: BPS Sulbar, 2020 (diolah)

31,11 32,87 5,03% 4,78% 2018 2019 R p T ri liu n PKRT (PDRB ADHK) Pertumbuhan

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 16

Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, PKRT (ADHK) tumbuh 4,78 persen dari Rp31,11 triliun menjadi Rp32,87 triliun. Pertumbuhan tersebut melambat dari tahun 2018 yang mengalami pertumbuhan 5,03 persen. Perlambatan dimaksud juga telah menggerus kontribusi komponen PKRT terhadap PDRB Sulbar, dimana pada tahun sebelumnya menyumbang 50,95 persen.

b. Investasi

Komponen investasi menyumbang 30,07 persen terhadap PDRB Sulbar. dalam pengklasifikasian komponen pengeluaran menurut BPS, investasi disebut Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang menghitung investasi sebagai penjumlahan antara investasi swasta dan investasi pemerintah yang berupa belanja modal dan infrastruktur.

Agregat investasi di wilayah Sulbar tumbuh 6,04 persen dari tahun sebelumnya menjadi Rp9,63 triliun. Peningkatan tersebut juga sedikit memperkuat kontribusi PMTB terhadap PDRB dari 29,72 persen di tahun 2018 menjadi 30,07 persen. Dari sisi investasi pemerintah, nilai pagu maupun realisasi belanja modal mengalami peningkatan. Akan tetapi, dari sisi kinerja penyerapan anggaran belanja modal mengalami kontraksi. Kinerja penyerapan anggaran belanja modal pemerintah pusat turun jauh dari 94,04 persen di tahun 2018 menjadi 81,52 persen. Artinya, terdapat potensi PDRB yang lebih besar seandainya anggaran belanja modal pemerintah dapat terserap secara optimal.

c. Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PKP) berupa belanja operasional pemerintah (di luar belanja modal yang telah diperhitungkan pada komponen PMTB) berkontribusi sebesar 17,46 persen terhadap PDRB Sulbar. Tren kontribusi PKP mengalami penurunan sejak tiga tahun terakhir, dari 18,59 persen di tahun 2017 dan 18,24 persen di tahun 2018.

Pada tahun 2019 ini komponen PKP tumbuh melambat dari 5,41 persen menjadi hanya 1,45 persen. Dilihat dari jenis belanjanya, kontraksi yang cukup dalam pada komponen PKP terjadi pada jenis belanja barang. Pada sisi belanja pemerintah pusat, terjadi penurunan realisasi belanja barang senilai Rp114 miliar.

Komponen PMTB berkontribusi sebesar 30% terhadap PDRB Sulbar

Grafik 2.4 Perkembangan PMTB Sulbar

Sumber: BPS Provinsi Sulbar, 2020 (diolah)

9,08 9,63 5,39% 6,04% 2,00% 4,00% 6,00% 8,00% 4,00 6,00 8,00 10,00 2018 2019 Rp Tril iu n PMTB (ADHK) Pertumbuhan

Grafik 2.5 Perkembangan PKP Sulbar

Sumber: BPS Sulbar, 2020 (diolah)

5,10 5,17 5,41% 1,45% 2018 2019 Rp Tril iun PKP (ADHK) Pertumbuhan Komponen PKP berkontribusi sebesar 17% terhadap PDRB Sulbar

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 17

d. Ekspor dan Impor

Pada tahun 2019, nilai komponen ekspor barang dan jasa Sulbar baik luar negeri maupun antar daerah tercatat sebesar Rp15,41 triliun atau tumbuh sebesar 4,03 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun demikian, kontribusi komponen Ekspor terhadap PDRB Sulbar mengalami penurunan dari 47,62 persen pada tahun 2018 menjadi 46,89 persen pada tahun 2019. Kondisi ini mengindikasikan bahwa komponen lain dalam PDRB Sulbar mengalami pertumbuhan yang lebih pesat.

Hal tersebut terkonfirmasi oleh peningkatan kontribusi Ekspor terhadap PDRB saat nilai absolut ekspor mengalami pertumbuhan terjadi dapat oleh peningkatan kontribusi Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) dan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PKP) yang tumbuh masing-masing sebesar 0,84 persen (yoy) dan 4,16 persen (yoy). Demikian halnya dengan komponen impor sebagai pengurang kontribusi ekspor terhadap PDRB yang juga meningkat sebesar 2,90 persen (yoy).

Untuk menyelaraskan pertumbuhan kontribusi Ekspor terhadap PDRB dengan pertumbuhan nilai ekspor Sulbar, diperlukan terobosan kebijakan yang bersifat insentif untuk meningkatan volume produksi dan ekspor komoditas unggulan Sulbar. Percepatan penyelesaian proyek peningkatan kapasitas Bandara Tampa Padang dan Pelabuhan Belang-Belang menjadi langkah vital untuk mewujudkan efisiensi rantai distribusi dan pemasaran produk ekspor. Infrastuktur perhubungan yang memadai menjadi instrumen untuk menekan tingginya ongkos logistik yang selama ini menjadi variabel beban yang harus ditanggung oleh produsen di Sulbar. Selain itu, ketersediaan infrastruktur yang mendukung lalu lintas perdagangan internasional dapat memperluas keterlibatan Sulbar dalam rantai pasokan dunia (global supply chain) yang pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekspor Sulbar.

Di sisi lain, pemda dapat mengimplementasikan kebijakan yang bersifat restriktif untuk menekan arus masuk barang dan jasa dari luar Sulbar. Sebagai contoh, Dinas Perindustrian, Perdagangan, KUKM dapat menyusun sebuah direktori usaha yang berisikan seluruh jenis barang maupun jasa yang tersedia dan dapat dipenuhi oleh produsen lokal. Direktori tersebut dapat menjadi rujukan bagi masyarakat dan pelaku

Potensi kontribusi Ekspor tertahan oleh penurunan harga CPO dan oleh tingginya kebutuhan Impor, sehingga net ekspor mengalami defisit

Grafik 2.6 Perkembangan Ekspor Impor Sulbar Tahun 2017 - 2019

Sumber: BPS Provinsi Sulbar, 2020 (diolah) 13.664 14.816 15.413 12.729 13.598 13.993 46,66% 47,62% 46,89% 4.000 9.000 14.000 19.000 2017 2018 2019 Rp miliar Total Ekspor Total Impor

Kontribusi Ekspor terhadap PDRB

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 18

usaha di Sulbar pada saat melakukan transaksi baik yang bersifat konsumtif maupun dalam rangka pemenuhan bahan baku produksi. Harapannya, komoditas lokal dapat cepat diserap sekaligus menekan arus impor barang ke dalam wilayah Sulbar.

2.1.1.2.2 PDRB sisi penawaran

Dari sisi penawaran atau lapanan usaha, seluruh komponen PDRB Sulbar tumbuh positif, dengan pertumbuhan tertinggi sebesar 12,54 persen pada komponen Informasi dan Komunikasi. Walaupun demikian, jika dilihat dari besaran nilai PDRB per komponen, maka sumber pertumbuhan tertinggi perekonomian Sulbar berasal dari Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dengan andil pertumbuhan sebesar 1,82 persen. Perlu menjadi perhatian, bahwa di tahun 2019 sektor ini tumbuh melambat 1,48 poin dari tahun sebelumnya yang berhasil tumbuh 6,10 persen. Perlambatan yang terjadi berkorelasi dengan terjadinya gagal panen pada sebagian besar lahan sawah akibat musim kemarau yang berlangsung cukup lama dan produksi Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang masih kurang baik hingga akhir triwulan III 20198.

Grafik 2.7 Struktur PDRB Sulbar Menurut Lapangan Usaha Tahun 2019

Sumber: BPS Sulbar, 2020 (diolah)

Andil yang besar dari lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan berkorelasi dengan besarnya kontribusi sektor tersebut sebagai penopang utama PDRB Sulbar. Di tahun 2019, sektor ini mendominasi hingga 41,37 persen dari total Rp46,36 triliun PDRB atau setara dengan Rp19,18 triliun. Oleh karena itu, potensi percepatan laju pertumbuhan ekonomi Sulbar yang paling besar berasal dari sektor pertanian. Intervensi pemerintah masih diperlukan menyusul ragam kebijakan fiskal yang telah dilaksanakan melalui berbagai program bantuan. Agar daya ungkit sektor ini menjadi lebih besar,

8KPw BI Sulbar. Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Barat (Mamuju: KPw BI Provinsi Sulbar, 2019), hlm. 11. 0,04% 0,07% 0,15% 0,24% 1,40% 1,79% 1,92% 2,15% 2,24% 2,61% 4,22% 5,28% 8,27% 8,30% 9,73% 10,21% 41,37% 8,29% 7,49%9,61% 9,69% 4,23% 10,53% 4,23% 3,37%5,28% 7,28% 12,54% 8,19% 4,92% 6,67% 5,06% 5,08% 4,62% Pertumbuhan (c to c) Dari sisi produksi, PDRB Sulbar paling banyak disumbang oleh sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, yakni sebesar 41%

Pertanian, Kehutanan, & Perikanan Perdagangan Besar dan Eceran, Re..

Industri Pengolahan Konstruksi

Adm. Pemerintahan, Pertahanan .. Jasa Pendidikan Informasi dan Komunikasi

Real Estate Pertambangan dan Penggalian

Jasa Keuangan dan Asuransi Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa Lainnya Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi & Makan Mi.. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah..

Jasa Perusahaan Pengadaan Listrik dan Gas

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 19

maka intervensi yang dilakukan perlu diarahkan pada upaya hilirisasi produk pertanian/perkebunan untuk memberi nilai tambah yang lebih besar.

Selain kelapa sawit yang menjadi komoditas andalan, pemerintah Sulbar juga perlu memberi dukungan yang lebih besar terhadap produksi, distribusi dan pengolahan gabah untuk lebih meningkatkan kesejahteraan para petani. Penyertaan modal pemda pada BUMD perlu didorong dan diarahkan pada usaha pengolahan gabah, melalui peningkatan daya tampung dan kapasitas produksi pabrik penggilingan beras, misalnya dalam bentuk pengadaan mesin dryer.

PDRB per Kapita

Pada tahun 2019, rata-rata pendapatan setiap penduduk Sulbar tercatat sebesar Rp33,59 juta, masih tertinggal jauh di bawah angka rata-rata pendapatan tiap penduduk secara nasional yang sebesar

Rp59,10 juta. PDRB per kapita Sulbar tersebut tumbuh melambat 3,25 poin dari 8,02 persen di tahun 2018 menjadi 4,77 persen (yoy).

Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, PDRB per kapita Sulbar tampak menanjak seiring dengan tren PDB per kapita (nasional), namun di saat yang sama gap antar keduanya semakin melebar. Di tahun 2016, selisih pendapatan per kapita antara Sulbar dan nasional sebesar Rp20,45 juta, lalu berlanjut hingga saat ini menjadi selisih Rp25,51 juta di bawah angka rata-rata pendapatan per kapita dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia.

Suku Bunga

Perkembangan inflasi nasional yang terkendali mendorong otoritas moneter nasional mengimplementasikan kebijakan yang bersifat kontraktif terhadap suku bunga acuan (BI 7 Day Repo Rate) sepanjang tahun 2019. Suku bunga acuan BI pada akhir 2019 ditetapkan berada level lima persen atau menurun 100 basis poin dibandingkan periode Januari 2019. Strategi moneter tersebut kontradiktif dengan kebijakan BI pada tahun sebelumnya dimana tingkat BI-7DRR cenderung mengalami peningkatan dari 4,25 persen pada awal tahun menjadi 6 persen pada periode akhir tahun 2018.

Perbedaan kebijakan tersebut merupakan upaya untuk mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah perekonomian global yang

Kebijakan menaikkan suku bunga acuan BI 7-DRR menjadi 6% (Desember 2018) direspons dengan hati-hati oleh perbankan di lingkup Sulbar PDRB per kapita Sulbar tahun 2018 adalah Rp33,59 juta

Grafik 2.8 Perkembangan Pendapatan per Kapita (Rp juta)

Sumber: BPS Sulbar dan Nasional, 2020 (diolah)

2 7 ,5 1 2 9 ,6 8 3 2 ,0 6 3 3 ,5 9 4 7 ,9 6 5 1 ,8 9 5 6 ,0 0 5 9 ,1 0 6,92% 7,89% 8,02% 4,77% 6,29% 8,19% 7,92% 5,54% 2016 2017 2018 2019 R p Jut a Sulbar Nasional Pertumbuhan Sulbar Pertumbuhan Nasional

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 20

melambat9. Kebijakan tersebut serupa dengan langkah yang dilakukan oleh bank sentral Amerika Serikat dalam mengantisipasi pelemahan ekonomi internasional dan perang tarif dengan China. Di tengah kondisi ekonomi yang lesu, pemangkasan suku bunga acuan BI diharapkan dapat mendorong akselerasi penurunan suku bunga kredit, investasi, maupun suku bunga modal kerja.

Turunnya suku bunga kredit akan menstimulasi perbankan untuk lebih memilih memberikan pinjaman kredit masyarakat dibanding menyimpan dananya di bank sentral. Di sisi lain, penurunan suku bunga acuan yang selanjutnya diikuti oleh penurunan suku bunga kredit perbankan akan meningkatkan minat masyarakat untuk mengambil pinjaman bank baik untuk keperluan usaha maupun konsumtif. Hal ini pada gilirannya akan memperluas pembiayaan yang bermanfaat untuk stimulasi laju perekonomian.

Setali tiga uang, penurunan suku bunga acuan yang ditetapkan oleh BI diikuti oleh penurunan suku bunga perbankan di regional Sulbar. Suku bunga investasi di Sulbar mengalami relaksasi dari 11,16 persen per tahun pada Januari 2019 menjadi sebesar 10,98 persen pada akhir 2019.

Penurunan suku bunga investasi tersebut memicu peningkatan nilai pinjaman investasi rupiah yang diberikan oleh bank umum dan BPR di Sulbar dari Rp1,798 triliun pada Januari 2019 menjadi sebesar Rp1,967 triliun pada November 201910. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kebijakan suku bunga mengakomodasi pertumbuhan investasi

9Bank Indonesia, BI 7-Day Reverse Repo Rate Tetap 5,00% Mendorong Momentum Pertumbuhan, Mempertahankan Stabilitas, diakses dari https://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-pers/Pages/SP_218819.aspx pada tanggal 21 Februari 2020.

10Bank Indonesia, SEKDA Sulawesi Barat: Posisi Pinjaman Investasi Rupiah yang Diberikan Bank Umum dan BPR, diakses dari https://www.bi.go.id/id/statistik/sekda/StatistikRegionalDetail.aspx?idprov=76, pada tanggal 22 Februari 2020

Grafik 2.10 Perkembangan Bunga BI-7DRR, dan Kredit Perbankan di Sulbar

Sumber: KPw Bank Indonesia Provinsi Sulbar; 2020 (diolah)

6,00 5,00 2 4 6 8 10 12 14

Des 17 Mar 18 Jun 18 Sep 18 Des 18 Mar 19 Jun 19 Sep 19 Des 19 %

Kredit Modal Kerja Investasi Konsumsi BI 7DRRR

Grafik 2.9 Perkembangan BI-7DRR, Fed Fund Rate, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD

Sumber: Bank IndonesiaI, Federal Reserve Board; 2020 (diolah)

4,25% 5,25% 5,75% 6,00% 6,00% 6,00% 5,25% 5,00% 1,50% 1,75% 2,00% 2,25% 2,25% 2,25% 1,75% 1,50% 13.756 14.404 14.929 14.481 14.244 14.141 14.174 13.901 12.500 13.000 13.500 14.000 14.500 15.000 15.500

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

2018 2019

Rp.

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 21

di Sulbar yang tercermin pada kenaikan nilai investasi PMTB Sulbar dari Rp2,253 triliun pada kuartal I 2019 menjadi Rp2,584 triliun pada kuartal IV 2019, naik 14,69 persen.

Kebijakan suku bunga acuan dan bunga perbankan secara umum yang menyesuaikan dengan kondisi inflasi nasional dan situasi ekonomi global mencerminkan transmisi kebijakan moneter yang akomodatif. Bauran kebijakan tersebut perlu disinkronkan dengan kebijakan fiskal yang tepat. Penurunan suku bunga perbankan di Sulbar perlu dibarengi dengan percepatan belanja barang dan modal oleh instansi pemerintah serta pemberian insentif fiskal bagi para pelaku usaha, sehingga diharapkan dapat mendongkrak laju pertumbuhan konsumsi masyarakat, investasi, dan belanja pemerintah yang pada akhirnya dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Sulbar.

Inflasi

Tekanan inflasi Sulbar yang direpresentasikan oleh inflasi Mamuju di tahun 2019 tercatat sebesar 1,43 persen (yoy). Angka tersebut merupakan inflasi terendah yang pernah dicapai Mamuju sejak pertama kali diadakannya perhitungan inflasi di tahun 2007. Dibandingkan dengan inflasi rata-rata nasional yang sebesar 2,72 persen, inflasi Sulbar jauh lebih terkendali. Pemerintah Sulbar berhasil mengendalikan laju inflasi sesuai dengan target RPJMD maupun RKPD tahun 2019 sebesar 2,89 persen.

Selama tahun 2019, inflasi bulanan Sulbar (yoy) tercatat lebih terkendali, jauh di bawah pergerakan laju inflasi nasional. Hal ini tidak terlepas dari koordinasi yang secara konsisten dilakukan oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sulbar baik di tingkat provinsi maupun kabupaten. Sejumlah upaya yang telah dilakukan oleh TPID antara lain pendampingan pada klaster bawang merah berupa penanaman benih bawang merah dan pembuatan embung serta pendampingan dan monitoring pada klaster jagung11.

Grafik 2.11 Perbandingan Inflasi antara Sulbar dan Nasional

Sumber: BPS Sulbar dan Nasional, 2020 (diolah)

Kenaikan harga-harga yang terjadi di Sulbar tampak berkaitan dengan pelaksanaan hari besar keagamaan. Inflasi yang relatif tinggi terjadi pada Mei sehubungan dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri, selanjutnya titik tertinggi di akhir tahun terjadi sehubungan dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, Hari Natal dan jelang tahun baru, libur

11 KPw BI Sulbar. Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Barat (Mamuju: KPw BI Provinsi Sulbar, 2019), hlm. 34. 2,23

3,79

1,80 1,43

3,02 3,61 3,13 2,72

2016 2017 2018 2019 Inflasi Tahunan (yoy)

Sulbar Nasional Inflasi Sulbar tahun 2019tercatat 1,43%, inflasi terendah sejak tahun 2007

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Sulbar 1,24 0,60 0,96 0,89 1,25 0,54 0,50 0,98 0,76 0,89 1,20 1,43 Nasional 2,82 2,57 2,48 2,83 3,32 3,28 3,32 3,49 3,39 3,13 3,00 2,72

0,00 5,00

(%)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 22

akhir tahun serta adanya perayaan festival Maradika. Pada kedua periode tersebut, kelompok yang memberi andil besar terhadap inflasi Sulbar berasal dari kelompok Bahan Makanan dengan andil hingga 0,62 persen. Lebih detil, komoditas penyumbang dominan terhadap inflasi adalah Cakalang dengan andil hingga 0,29 persen.

Nilai Tukar

Nilai tukar rupiah memegang peranan penting dalam penentuan nilai tambah ekonomi di Sulbar khususnya di bidang perdagangan yang berorientasi pada kegiatan ekspor impor. Pada tahun 2019, terjadi pergeseran mitra dagang atau negara tujuan ekspor utama Sulbar. Republik Rakyat China (termasuk Hongkong di dalamnya) menggeser posisi Korea Selatan sebagai pasar ekspor terbesar dengan total nilai ekspor senilai US$189.393,66 atau Rp2,63 triliun12. Posisi kedua diduduki oleh India dengan nilai ekspor sebesar US$114.633,79 atau Rp1,59 triliun. Lonjakan nilai ekspor ke India tersebut terkorelasi dengan kebijakan penurunan tarif bea masuk minyak kelapa sawit (CPO) dari 40 persen menjadi 37,5 persen serta bea impor produk olahan CPO dari 50 persen menjadi 45 persen13.

Perkembangan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor Sulbar menununjukkan tren penguatan. Pada

akhir tahun 2019, kurs Rupiah terhadap CNY, KRW, dan USD menguat masing-masing sebesar 6,10 persen, 7,58 persen, dan 4,06 persen dibandingkan dengan posisi kurs pada awal Januari 2019. Tren keperkasaan nilai tukar Rupiah terhadap US$ tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Derasnya arus masuk modal asing ke pasar domestik dipicu oleh membaiknya tingkat kepercayaan investor asing terhadap kondisi perekonomian tanah air. Hal tersebut tergambar pada rating BBB dengan outlook positive yang diberikan oleh Lembaga pemeringkat kredit Japan Credit Rating (JCR) pada April 2019 yang kemudian naik kembali ke level BBB+ pada Januari 202014.

12Dihitung menggunakan kurs tengah BI per tanggal 31 Desember 2019.

13Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Mukti: Penurunan Bea Masuk India, Berikan Sinyal Positif Ekspor Sawit Tahun ini, diakses dari https://gapki.id/news/15992/mukti-penurunan-bea-masuk-india-berikan-sinyal-positif-ekspor-sawit-tahun-ini, pada tanggal 22 Februari 2020.

14 Kontan, Japan Credit Rating naikkan peringkat utang Indonesia jadi BBB+, diakses dari https://nasional.kontan.co.id/news/japan-credit-rating-naikkan-peringkat-utang-indonesia-jadi-bbb?page=all, pada tanggal 22 Februari 2020.

Tren nilai tukar Rupiah terhadap USD menguat

Grafik 2.12 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Mitra Ekspor Utama dan USD Tahun 2019

Sumber: BI (diolah), 2020 Rp0 Rp500 Rp1.000 Rp1.500 Rp2.000 Rp2.500 Rp13.000 Rp13.500 Rp14.000 Rp14.500 Rp15.000

08-Jan-19 08-Apr-19 08-Jul-19 08-Okt-19

USD (Skala Kiri) Korsel KRW (Skala Kanan) RRC CNY (Skala Kanan) Linear (USD (Skala Kiri))

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL (Halaman 37-46)