• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN FISKAL REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN FISKAL REGIONAL"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Provinsi Sulawesi Barat

Provinsi Sulawesi Barat

Tahun 2019

KAJIAN FISKAL REGIONAL

(3)
(4)

Kajian Fiskal Regional

PROVINSI SULAWESI BARAT

Tahun 2019

(5)
(6)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kepada Allah Subhanahu Wa

Ta’ala, karena atas Rahmat dan Karunia-Nya

sehingga Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 (Annual Regional Fiscal Report 2019) Provinsi Sulawesi Barat dapat diselesaikan. Penyusunan kajian ini, selain sebagai output atas pelaksanaan tugas dan fungsi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Provinsi Sulawesi Barat di bidang

Pengelolaan Fiskal, diharapkan juga dapat memberikan informasi yang bernilai strategis kepada mitra kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Barat baik Satuan Kerja maupun Pemerintah Daerah lingkup Provinsi Sulawesi Barat.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga kami haturkan kepada Gubernur Provinsi Sulawesi Barat, para Bupati, para Sekretaris

Daerah dan seluruh Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten se-Sulawesi Barat, Kepala Perwakilan Kantor Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat, Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama lingkup Sulawesi Barat, BLUD dan berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu atas kontribusi berupa penyediaan data dan kerjasamanya dalam penyusunan laporan ini, sehingga dapat diselesaikan secara baik dan tepat waktu.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun kajian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penyusun sangat menghargai saran dan kritik yang konstruktif guna perbaikan kajian ini di masa mendatang. Akhir kata, kami berharap kajian ini memberi manfaat untuk para pembaca dan pelaku pembangunan di Sulawesi Barat.

Wabillahi Taufiq Wal Hidayah,

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Kepala Kantor,

(7)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 ii

TIM PENYUSUN

KAJIAN FISKAL REGIONAL

PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2019

KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN

PROVINSI SULAWESI BARAT

Penanggung Jawab:

Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Barat

Imik Eko Putro

Ketua:

Kepala Bidang PPA II

Ikhwan Mahmud

Editor:

Budy Prastowo

Kontributor:

Budy Prastowo

Christmas Kurnianto

Edy Suherman

Mardiyana

Wisnu Sri Baroto

Lusi Triyani

TIM

(8)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

TIM PENYUSUN ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GRAFIK ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

EXECUTIVE SUMMARY ... xiv

BAB I SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH ... 1

1.1 PENDAHULUAN ... 1

1.2 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH ... 2

1.3 TANTANGAN DAERAH ... 5

BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL ... 14

2.1 INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL ... 14

2.2 INDIKATOR KESEJAHTERAAN ... 23

2.3 EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL ... 28

BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL ... 29

3.1 APBN TINGKAT PROVINSI ... 29

3.2 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL ... 30

3.3 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL ... 32

3.4 TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA ... 41

3.5 ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL ... 44

3.6 PENGELOLAAN BLU PUSAT ... 46

3.7 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT ... 47

3.8 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN BELANJA INFRASTRUKTUR PUSAT DI DAERAH ... 50

BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD ... 53

4.1 APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA) ... 53

4.2 PENDAPATAN DAERAH ... 54

4.3 BELANJA DAERAH ... 58

4.4 PERKEMBANGAN BLU DAERAH ... 61

4.5 SURPLUS/DEFISIT APBD... 65

DAFTAR

ISI

(9)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 iv

4.6 PEMBIAYAAN ... 67

4.7 ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH ... 68

4.8 PERKEMBANGAN BELANJA WAJIB DAERAH ... 75

BAB V PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD) ... 78

5.1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN KONSOLIDASIAN ... 78

5.2 PENDAPATAN KONSOLIDASIAN ... 78

5.3 BELANJA KONSOLIDASIAN ... 83

5.4 SURPLUS/DEFISIT KONSOLIDASIAN ... 87

5.5 ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL AGREGAT ... 87

BAB VI KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL ... 91

6.1 SEKTOR UNGGULAN SULAWESI BARAT BERDASARKAN ANALISIS LQ, MRP, SHIFT-SHARE EM, OVERLAY, TIPOLOGI KLASSEN, DAN INPUT OUTPUT ... 91

6.2 SEKTOR POTENSIAL DI SULAWESI BARAT ... 100

6.3 TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI PEREKONOMIAN SULAWESI BARAT ... 101

BAB VII ANALISIS TEMATIK ... 107

SINERGI DAN KONVERGENSI PROGRAM PENANGANAN STUNTING DI SULAWESI BARAT ... 107

7.1 KONVERGENSI PENCEGAHAN STUNTING ... 107

7.2 PENANGANAN STUNTING OLEH PEMERINTAH ... 108

BAB VIII PENUTUP ... 117

8.8 KESIMPULAN ... 117

8.9 REKOMENDASI ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 121

LAMPIRAN ... 122 LAMPIRAN I HASIL ANALISIS OVERLAY SEKTOR UNGGULAN DI SULBAR

TAHUN 2019 ... Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN II TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI SULBAR TAHUN 2016*

(10)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 v

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rancangan Arah Kebijakan Pembangunan Provinsi Sulbar ... 4

Tabel 2.1 Capaian IPM per Komponen per Kabupaten lingkup Sulbar ... 24

Tabel 2.2 Kondisi Ketenagakerjaan Sulawesi Barat Tahun 2016 – 2019... 27

Tabel 2.3 Matriks Target-Capaian Indikator Pembangunan Sulbar Tahun 2019 ... 28

Tabel 3.1 Perkembangan APBN Provinsi Sulawesi Barat 2018-2019 (Rp miliar) ... 29

Tabel 3.2 Pendapatan Perpajakan Pemerintah Pusat di Sulbar Tahun 2018-2019 30 Tabel 3.3 Pendapatan PNBP Pemerintah Pusat per Jenis PNBP di Sulbar ... 31

Tabel 3.4 Pendapatan Empat PNBP Fungsional Terbesar Pemerintah Pusat ... 32

Tabel 3.5 Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Bagian Anggaran di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2018-2019 (Rp miliar) ... 33

Tabel 3.6 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2018-2019 ... 34

Tabel 3.7 Rasio Belanja Fungsi Pendidikan Prov. Sulawesi Barat Tahun 2018-2019 (Rp miliar)... 35

Tabel 3.8 Rasio Belanja Fungsi Kesehatan Prov. Sulawesi Barat Tahun 2018-2019 (Rp miliar)... 35

Tabel 3.9 Perkembangan Pagu dan Realisasi Per Jenis Belanja Sulbar Tahun 2018-2019 (Rp miliar) ... 37

Tabel 3.10 Realsiasi Belanja Pemerintah Pusat ke Penyedia Barang dan Jasa Prov. Sulawesi Barat Tahun 2019 (Rp miliar) ... 39

Tabel 3.11 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat ke Penyedia Barang dan Jasa Prov. Sulawesi Barat Tahun 2019 (Rp miliar) ... 40

Tabel 3.12 Penyedia Barang dan Jasa Yang Memperoleh Paket Pakerjaan di atas Rp25 M ... 40

Tabel 3.13 Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer di Sulbar Tahun 2018-2019 (Rp miliar) ... 41

Tabel 3.14 Perkembangan Pagu dan Realisasi DAU di Sulbar Tahun 2017-2019 (Rp miliar) ... 41

Tabel 3.15 Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer Khusus di Sulbar (Rp miliar) ... 42

DAFTAR

TABEL

(11)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 vi

Tabel 3.16 Perkembangan Pagu dan Realisasi DAK Fisik di Sulbar Tahun 2018-2019 (Rp miliar)... 42 Tabel 3.17 Perkembangan Pagu dan Realisasi DAK Non Fisik di Sulbar Tahun 2018-2019 (Rp miliar) ... 43 Tabel 3.18 Perkembangan Alokasi Dana Desa Provinsi Sulawesi Barat (Rp miliar).. 43 Tabel 3.19 Defisit Cash Flow APBN Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 (Rp miliar) ... 44 Tabel 3.20 Arus Kas Masuk Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2018-2019 (Rp miliar) .. 45 Tabel 3.21 Arus Kas Keluar Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2018-2019 (Rp miliar) .. 45 Tabel 3.22 Surplus/Defisit APBN Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017-2019 (Rp miliar) ... 46 Tabel 3.23 Perkembangan Pagu PNBP dan RM Satker PNBP di Prov. Sulawesi Barat

Tahun 2018-2019 (Rp miliar) ... 46 Tabel 3.24 Perkembangan Aset Satker PNBP di Sulbar Tahun 2017-2019 (Rp miliar) ... 47 Tabel 3.25 Penyaluran KUR berdasarkan Sektor Ekonomi di Sulbar TA 2019 (Rp miliar) ... 48 Tabel 3.26 Penyaluran KUR berdasarkan Wilayah di Prov. Sulawesi Barat TA 2019

(Rp miliar)... 49 Tabel 3.27 Penyaluran KUR per Skema di Prov. Sulawesi Barat TA.2017-2019 (Rp

miliar) ... 49 Tabel 3.28 Penyaluran Pembiayaan UMi di Prov. Sulawesi Barat TA 2019 (Rp miliar) ... 50 Tabel 3.29 Belanja Sektor Pendidikan di Prov. Sulawesi Barat TA 2018-2019 (Rp

miliar) ... 51 Tabel 3.30 Belanja Sektor Kesehatan di Prov. Sulawesi Barat TA 2018-2019 (Rp miliar) ... 52 Tabel 3.31 Perkembangan Pagu dan Rasio Belanja Infrastruktur Prov. Sulawesi Barat

Tahun 2018-2019 (Rp miliar) ... 52 Tabel 4.1 Profil APBD Provinsi Sulawesi Barat Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi (dalam

juta Rupiah) ... 53 Tabel 4.2 Jenis Pendapatan APBD di Provinsi Sulawesi Barat (dalam juta Rupiah) .. 54 Tabel 4.3 Profil APBD Berdasarkan Klasifikasi Urusan di Provinsi Sulawesi Barat (dalam

(12)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 vii

Tabel 4.4 Profil APBD Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat

(dalam juta rupiah) ... 60

Tabel 4.5 Profil dan Jenis Layanan Satker BLU Daerah 2019* (dalam rupiah)... 62

Tabel 4.6 Perkembangan Pengelolaan Aset BLU Daerah (dalam rupiah) ... 62

Tabel 4.7 Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU Daerah (dalam rupiah) ... 63

Tabel 4.8 Analisis Legal Aspek Pengelolaan BLU Daerah di Provinsi Sulawesi Barat 64 Tabel 4.9 Realisasi APBD TA 2019 per Pemda di Provinsi Sulawesi Barat ... 68

Tabel 4.10 Analisis Vertikal Realisasi Pendapatan APBD 2019 di Provinsi Sulawesi Barat ... 69

Tabel 4.11 Analisis Vertikal Realisasi Belanja APBD 2018 di Provinsi Sulawesi Barat ... 70

Tabel 4.12 Bobot Skor Penilaian Indikator Kesehatan Keuangan Daerah per Pemda 75 Tabel 4.13 Belanja Daerah Sektor Pendidikan per Pemda... 75

Tabel 4.14 Belanja Daerah Sektor Kesehatan per Pemda ... 76

Tabel 4.15 Belanja Daerah Sektor Infrastruktur per Pemda ... 76

Tabel 5.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 (dalam Rp miliar) ... 78

Tabel 5.2 Realisasi Pendapatan Konsolidasian di Prov. Sulawesi Barat Tahun 2018 dan 2019 ... 82

Tabel 5.3 Rasio Surplus/Defisit Konsolidasian terhadap PDRB (ADHB) Sulbar tahun 2019 ... 87

Tabel 5.4 Relevansi Pertumbuhan Belanja Pemerintah Terhadap Indikator Ekonomi Regional Sulbar ... 89

Tabel 5.5 Ringkasan Laporan Operasional GFS Sulbar tahun 2019 ... 90

Tabel 6.1 Hasil Analisis Potensi Sektor/Subsektor Ekonomi Provinsi Sulbar Tahun 2013 - 2019 ... 92

Tabel 6.2 Strategi Peningkatan Produktivitas Pertanian dan Perkebunan Sulbar ... 96

Tabel 6.3 Jumlah Pekerja Usaha Perikanan di Sulbar Tahun 2019 (jiwa) ... 97

(13)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 viii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Pertumbuhan PDRB pada Komponen PKRT ... 6

Grafik 1.2 Perkembangan Investasi PMTB 2017 - 2018 ... 7

Grafik 1.3 Perkembangan PMDN dan PMA di Sulbar 2017 - 2018 ... 8

Grafik 1.4 Infrastruktur Jalan di Sulbar berdasarkan Kondisi 2017 - 2018 ... 8

Grafik 1.5 Perkembangan Struktur Angkatan Kerja Sulbar 2018 - 2019 ... 9

Grafik 1.6 Struktur dan Jumlah Penduduk Sulbar per Kabupaten Tahun 2019 (Ribu Jiwa) ... 9

Grafik 1.7 Jumlah Penduduk berdasarkan Kelompok Usia dan Rasio Ketergantungan Sulbar 2016-2019 ... 10

Grafik 1.8 Angka Partisipasi Sekolah Sulbar Tahun 2016-2018 ... 10

Grafik 1.9 Rasio Guru-Murid dan Sekolah-Murid Tahun 2019 ... 11

Grafik 1.10 Sarana, Tenaga Kesehatan, dan Angka Kematian Bayi di Sulbar 2016-2019 ... 11

Grafik 1.11 Penduduk Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Sulbar (Ribu orang) ... 12

Grafik 1.12 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk per Kabupaten di Sulbar Tahun 2019 ... 12

Grafik 2.1 Perkembangan Laju Pertumbuhan PDRB Sulawesi Barat (c to c) Tahun 2016-2019 ... 14

Grafik 2.2 Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi PDRB Sulbar dan PDB Nasional Per Triwulan Tahun 2018-2019 (yoy) ... 14

Grafik 2.3 Perkembangan PKRT Sulbar... 15

Grafik 2.4 Perkembangan PMTB Sulbar ... 16

Grafik 2.5 Perkembangan PKP Sulbar ... 16

Grafik 2.6 Perkembangan Ekspor Impor Sulbar Tahun 2017 - 2019 ... 17

Grafik 2.7 Struktur PDRB Sulbar Menurut Lapangan Usaha Tahun 2019 ... 18

Grafik 2.8 Perkembangan Pendapatan per Kapita (Rp juta) ... 19

Grafik 2.9 Perkembangan BI-7DRR, Fed Fund Rate, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD ... 20

Grafik 2.10 Perkembangan Bunga BI-7DRR, dan Kredit Perbankan di Sulbar ... 20

Grafik 2.11 Perbandingan Inflasi antara Sulbar dan Nasional ... 21

(14)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 ix

Grafik 2.12 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Mitra Ekspor Utama

dan USD Tahun 2019 ... 22

Grafik 2.13 Perkembangan Ekspor Utama dan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD Tahun 2019 ... 23

Grafik 2.14 Perkembangan Capaian IPM Tahun 2010 – 2019 ... 23

Grafik 2.15 Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Sulbar Tahun 2016 - 2019 ... 25

Grafik 2.16 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Sulbar ... 26

Grafik 2.17 Perkembangan Gini Ratio tahun 2016-2019 ... 26

Grafik 2.18 Komposisi Pekerja di Sulbar menurut Sektor Lapangan Usaha periode Agustus 2019... 27

Grafik 2.19 Komposisi Jumlah Pekerja di Sulbar menurut Tingkat Pendidikan periode Agustus 2019... 28

Grafik 3.1 Perkembangan Pagu dan Realisasi APBN di Sulbar Tahun 2017-2019* .. 29

Grafik 3.2 Kementerian dengan Alokasi Pagu Terbesar di Sulbar Tahun 2019 (Rp miliar) ... 33

Grafik 3.3 Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Fungsi Tahun 2019 (Rp miliar) ... 34

Grafik 3.4 Pagu dan Realisasi Per Jenis Belanja Tahun 2019 (Rp miliar) ... 36

Grafik 3.5 Perkembangan Persentase Realisasi Belanja Per Jenis Belanja APBN di Sulbar ... 36

Grafik 3.6 Rasio Belanja Modal dan Rasio Belanja Pegawai di Sulbar Tahun 2017-2019 ... 37

Grafik 3.7 Perbandingan Pagu Belanja Sektor Produktif dan Konsumtif Tahun 2019 37 Grafik 3.8 Tren Rasio Belanja APBN terhadap Populasi di Sulbar Tahun 2017-2019 (Rp juta/jiwa)... 38

Grafik 3.9 Belanja Pemerintah Pusat dan PDRB di Sulbar Tahun 2017-2019 (Rp miliar) ... 38

Grafik 3.10 Alokasi Dana Insentif Daerah di Sulbar Tahun 2019 (Rp miliar) ... 44

Grafik 3.11 Empat Bank Penyalur KUR Terbesar di Prov. Sulawesi Barat ... 49

Grafik 3.12 Penyaluran UMi di Prov. Sulawesi Barat Tahun 2019 (Rp miliar) ... 50

Grafik 3.13 Belanja Wajib dan Belanja Tidak Wajib di Sulbar Tahun 2019 ... 51

Grafik 4.1 Proporsi Target Pendapatan Daerah Terhadap Total Pendapatan ... 53

Grafik 4.2 Proporsi Alokasi per Jenis Belanja terhadap ... 54

(15)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 x

Grafik 4.4 Rasio Ruang Fiskal lingkup Sulbar 2015-2019 ... 56

Grafik 4.5 Realisasi Jenis PAD per Pemda Tahun 2019 (dalam Rp miliar) ... 57

Grafik 4.6 Rasio PAD terhadap Belanja per Kabupaten (dalam Rp miliar) ... 58

Grafik 4.7 Rasio PAD terhadap PDRB Sulbar (dalam Rp miliar) ... 58

Grafik 4.8 Proporsi Realisasi Belanja Modal ... 61

Grafik 4.9 Tren Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan RSUD Polewali Mandar (per hari) ... 63

Grafik 4.10 Rasio Surplus/Defisit Terhadap Pendapatan ... 66

Grafik 4.11 Rasio Surplus/Defisit Terhadap Dana Transfer Smt I... 66

Grafik 4.12 Keseimbangan Primer Pemda Lingkup Sulbar Tahun 2019 ... 67

Grafik 4.13 Rasio SILPA Terhadap Alokasi Belanja ... 68

Grafik 4.14 Porsi Pendapatan dan Belanja Daerah di Sulbar Tahun 2019 ... 69

Grafik 4.15 Rasio PAD per Pemda di Sulbar Tahun 2019 ... 71

Grafik 4.16 Rasio Efektivitas PAD per Pemda Tahun 2019 ... 71

Grafik 4.17 Rasio Pertumbuhan PAD per Pemda Tahun 2019 ... 71

Grafik 4.18 Rasio Belanja Modal per Pemda 2019 ... 72

Grafik 4.19 Rasio Belanja Pegawai per Pemda 2019 ... 72

Grafik 4.20 Penyerapan Anggaran per Pemda 2019 ... 73

Grafik 4.21 Rasio Ruang Fiskal per Pemda 2019 ... 73

Grafik 4.22 Rasio Pendapatan Daerah dan Penerimaan Pembiayaan per Pemda 2019 ... 74

Grafik 4.23 Rasio SiLPA per Pemda 2019 ... 74

Grafik 5.1 Proporsi dan Perbandingan Komponen Pendapatan Konsolidasian Sulbar Tahun 2019 ... 79

Grafik 5.2 Perkembangan Pendapatan Konsolidasian Sulbar tahun 2018-2019 ... 80

Grafik 5.3 Perkembangan Realisasi Pendapatan Konsolidasian Sulbar per Jenis Tahun 2018-2019 ... 80

Grafik 5.4 Perkembangan Tax Ratio di Sulbar ... 80

Grafik 5.5 Rasio Pajak per Kapita setiap Kabupaten Lingkup Sulbar Tahun 2019 (Rp Ribu/Jiwa) ... 81

Grafik 5.6 Perbandingan Jenis dan Proporsi Belanja Konsolidasian di Sulbar Tahun 2019 ... 83

Grafik 5.7 Perkembangan Belanja Konsolidasian Sulbar Tahun 2018-2019 ... 83

(16)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 xi

Grafik 4.32 Rasio Belanja Konsolidasian Sulbar per Kapita Tahun 2018-2019 (Rp Juta) ... 85 Grafik 5.10 Perbandingan Rasio Belanja Konsolidasian per Kapita Antar Kabupaten

Lingkup Sulbar Tahun 2019 ... 85 Grafik 5.11 Rasio Belanja Pendidikan per Kapita dan Porsi Belanja Pendidikan Antar

Kabupaten Lingkup Sulbar Tahun 2019 ... 86 Grafik 5.12 Rasio Belanja Kesehatan per Kapita dan Porsi Belanja Kesehatan Antar

Kabupaten Lingkup Sulbar Tahun 2019 (Rp Ribu) ... 86 Grafik 6.1 ScatterPlot Tipologi Klassen Sektor Potensial Sulbar Tahun 2013 - 2019 92 Grafik 6.2 ScatterPlot Analisis Input Output Sulbar ... 93 Grafik 6.3 Perkembangan Kontribusi dan Andil Laju PDRB Sektor Pertanian,

Kehutanan, dan Perikanan di Sulbar Tahun 2016 - 2019 ... 94 Grafik 6.4 Produktivitas Komoditas Pertanian Sulbar dan Nasional Tahun 2017-2018 ... 95 Grafik 6.5 Perbandingan Kontribusi dan Laju PDRB Subsektor Perikanan Sulbar dan

Nasional ... 97 Grafik 6.6 Perkembangan Jumlah PNS di Sulbar dan Kontribusi PDRB Adm.

Pemerintahan ... 98 Grafik 6.7 Perkembangan Ekspor Sulbar Tahun 2017 - 2019 ... 99 Grafik 6.8 Nilai dan Perbandingan Kontribusi Sektor Konstruksi Sulbar dan Nasional ... 100 Grafik 6.9 Perkembangan Realisasi Belanja APBN untuk Sektor Pertanian, Kehutanan,

dan Perikanan di Sulbar Tahun 2017-2019 ... 101 Grafik 6.10 Pagu, Persentase Realisasi Belanja APBN Sektor Konstruksi di Sulbar

Tahun 2017-2019 ... 102 Grafik 6.11 Perbandingan Persentase Realisasi Belanja Konstruksi Tahun 2019 ... 102 Grafik 6.12 Perkembangan Belanja APBD untuk Sektor Pertanian, Kehutanan,

Perikanan di Sulbar Tahun 2017-2019 ... 103 Grafik 6.13 Perkembangan Belanja APBD untuk Sektor Konstruksi Sulbar Tahun 2015-2018 ... 104 Grafik 6.14 Proporsi Realisasi Belanja APBD dan APBN Sektor Pertanian, Kehutanan,

dan Perikanan (PKP) di Sulbar Tahun 2019 ... 105 Grafik 6.15 Proporsi Realisasi Belanja Konstruksi APBD dan APBN di Sulbar Tahun

2019 ... 106 Grafik 7.1 Prevalensi Stunting Tahun 2018 ... 107

(17)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 xii

Grafik 7.2 Belanja Penanganan Stunting APBN di Sulbar Tahun 2019 ... 108 Grafik 7.3 Belanja Intervensi Gizi Spesifik APBN per Sasaran di Sulbar Tahun 2019 ... 109 Grafik 7.4 Belanja Intervensi Gizi Sensitif APBN di Sulbar Tahun 2019 ... 109 Grafik 7.5 Belanja APBN untuk Pendampingan dan Duktek Stunting di Sulbar Tahun

2019 ... 110 Grafik 7.6 Belanja DAK Fisik untuk Penanganan Stunting di Sulbar Tahun 2019 ... 111 Grafik 7.7 Belanja Dana Desa untuk Penanganan Stunting di Sulbar Tahun 2019 .. 111 Grafik 7.8 Anggaran Belanja DAK Non Fisik untuk Stunting Sulbar Tahun 2019 ... 112 Grafik 7.9 Anggaran Belanja Intervensi Gizi Spesifik APBD Sulbar Tahun 2019 ... 112 Grafik 7.10 Anggaran Belanja Intervensi Gizi Sensitif APBD Sulbar Tahun 2019 ... 113 Grafik 7.11 Anggaran Belanja Intervensi Gizi Spesifik APBD Sulbar Tahun 2019 .... 114

(18)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Geografis Sulbar ... 13 Gambar 6.1 Alur Analisis Sektor/Sub Sektor Ekonomi Unggulan di Sulbar ... 91 Gambar 6.2 Perkembangan Jumlah Jumlah Tenaga Kerja Sektoral di Sulbar Tahun

2017 - 2019 ... 94 Gambar 6.3 Kontribusi PDRB Subsektor Pertanian, Peternakan, dan Jasa Pertanian

Tahun 2017-2019 ... 95 Gambar 7.1 Beberapa Capaian Output Belanja Penanganan Stunting di Sulbar Tahun

2019 ... 114

DAFTAR

GAMBAR

(19)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 xiv

EXECUTIVE SUMMARY

Visi RPJMD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017-2022 yakni “Sulawesi Barat Maju

dan Malaqbi”. Untuk mencapai visi tersebut, pemerintah Sulbar menetapkan lima misi

sebagai berikut: (1) Membangun Sumber Daya Manusia berkualitas, berkepribadian dan berbudaya; (2) Mewujudkan pemerintahan yang bersih, modern, dan terpercaya; (3) Membangun dan menguatkan konektivitas antarwilayah berbasis unggulan strategis; (4) meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inovatif dan berdaya saing tinggi; dan (5) Mendorong pengarusutamaan lingkungan hidup untuk pembangunan berkelanjutan.

RKPD Tahun 2019 merupakan tahun kedua dari pelaksanaan RPJMD Provinsi Sulbar Tahun 2017-2022. RKPD Tahun 2019 ini disusun berdasarkan kebijakan nasional dengan konsep Money Follow Programme Priority, sehingga program prioritas yang akan dilaksanakan dapat mendukung akselerasi pencapaian target-target pembangunan dalam RPJMD. Untuk mengevaluasi keberhasilan pemda dalam implementasi kebijakan yang telah dirancang untuk tahun 2019 tersebut, maka ditetapkan parameter pada tiga aspek, yakni kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.

Namun demikian, Sulbar menghadapi tantangan-tantangan daerah. Limpahan SDA tersebut belum sepenuhnya digarap secara optimal. Selain itu, untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif di wilayah Sulbar, pemda Sulbar ditantang untuk menyederhanakan birokrasi khususnya terkait layanan perizinan usaha untuk mengatasi penurunan investasi di Sektor Industri Makanan yang mengalami penurunan laju pertumbuhan permodalan baik pada tahun 2019. Selanjutnya, pemda perlu mengatasi penurunan laju pertumbuhan angkatan kerja dari 4,05 persen pada Agustus 2018 menjadi 3,60 persen pada Agustus 2019.

Dar sisi demografi, Sulbar memiliki bonus demografi berupa pertumbuhan angkatan kerja. Jika tidak disertai dengan peningkatan jumlah lapangan kerja, dapat memicu peningkatan jumlah pengangguran di Sulbar. Terlebih, dari penduduk berusia 16-18 tahun, 31,31 persen di antaranya yang tidak mengenyam pendidikan formal. Di sektor kesehatan, terdapat tantangan dimana angka prevalensi stunting Sulbar sebesar 41,8 persen menduduki peringkat kedua tertinggi nasional setelah Nusa Tenggar Timur. Terakhir, letak geografis Sulbar yang berseberangan dengan lokasi calon ibukota baru tantangan bagi Provinsi Sulbar. Isu infrastruktur dan konektivitas perlu segera diantisipasi untuk menangkap peluang potensi ekonomi.

(20)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 xv

Pada tahun 2019, PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Sulbar mencapai Rp32,87 triliun. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sulbar di tahun ini melambat 59 basis poin menjadi 5,66 persen, laju terendah selama delapan tahun terakhir. Hal teresebut sebagai imbas penurunan harga komoditas ekspor Sulbar, yakni Crude Palm Oil (CPO). Namun demikian, angka pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan perekonomian nasional yang juga tumbuh melambat menjadi 5,02 persen.

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) menjadi kontributor terbesar dengan menopang 50,40 persen terhadap PDRB Sulbar. Sementara dari sisi Penawaran, sumber pertumbuhan tertinggi perekonomian Sulbar berasal dari Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dengan andil pertumbuhan sebesar 1,82 persen. per kapita penduduk Sulbar tercatat sebesar Rp33,59 juta, masih tertinggal jauh dari angka rata-rata nasional sebesar Rp59,10 juta. Selanjutnya, inflasi Mamuju tahun 2019 tercatat sebesar 1,43 persen (yoy), terendah sejak pertama kali diadakannya perhitungan inflasi di tahun 2007.

Pada akhir tahun 2019, kurs Rupiah terhadap USD menguat sebesar 4,06 persen dibandingkan dengan posisi kurs pada awal Januari 2019. Tren peningkatan juga terjadi pada IPM di Sulbar dari 65,10 pada tahun 2018 menjadi sebesar 65,73 pada tahun 2019 namun belum cukup kuat untuk menyamai capaian nasional sebesar 71,92. Sementara itu, tingkat kemiskinan Sulbar berhasil ditekan ke angka 10,95 persen, capaian terbaik selama provinsi ini terbentuk. Secara absolut jumlah penduduk miskin Sulbar pada September 2019 mengalami penurunan sebanyak 960 jiwa (yoy).

Pada September 2019, Gini Ratio Sulbar berada pada kategori “sedang” yakni

sebesar 0,365. Angka tersebut hanya turun 0,001 poin dibandingkan kondisi September 2018. Dibandingkan dengan capaian nasional yang sebesar 0,380, profil ketimpangan pendapatan masyarakat di Sulbar masih lebih rendah. Penurunan ketimpangan tidak diikuti perbaikan angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulbar yang melonjak menjadi 3,18 persen setelah pada Februari menyentuh capaian terbaiknya 1,45 persen. Sektor yang paling dominan menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian dengan daya serap hingga 46 persen dari total pekerja yang ada.

Terkait pelaksanaan fiskal APBN, tercatat bahwa Pendapatan Negara dari sektor perpajakan naik sebesar Rp8,08 miliar atau 0,01 persen, demikian juga dengan pendapatan dari non perpajakan yang mengalami kenaikan sebesar Rp15,08 miliar atau 24,24 persen. Kenaikan pendapatan negara sebesar 3,40 persen (yoy) belum dapat menutup kenaikan belanja negara sebesar 5,17 persen (yoy) sehingga mengakibatkan

(21)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 xvi

defisit anggaran pemerintah pusat di Sulbar tahun 2019 meningkat sebesar 5,29 persen (yoy).

Sementara itu, realiasi mandatory spending wilayah Sulbar untuk fungsi pendidikan sebesar Rp522,11 miliar atau 18,06 persen dari pagu sedangkan untuk fungsi kesehatan Rp89,04 miliar atau 2,44 persen dari pagu. Realisasi belanja sektor pendidikan mengalami peningkatan sebesar Rp55,57 miliar atau 11,91 persen dibanding tahun 2018. Hal tersebut tidak diikuti oleh Realisasi belanja sektor kesehatan di wilayah sulbar mengalami penurunan sebesar Rp27,36 miliar atau 23,50 persen dibanding tahun 2018. Penurunan juga terjadi pada belanja infrastruktur yang tercatat sebesar Rp29,46 miliar atau 2,99 persen (yoy).

Dari sisi pelaksanaan APBD, Alokasi total pendapatan daerah tahun 2019 di Sulbar mengalami peningkatan sebesar Rp554,79 miliar atau 7,14 persen (yoy). Dan berhasil terrealisasi sebesar Rp8,01 triliun, meningkat sebesar Rp391,36 miliar atau 5,14 persen (yoy). Realisasi belanja dan transfer pemerintah daerah di Sulbar terealiasi sebesar Rp8,02 triliun atau 95,28 persen dari total pagu. Terjadi penurunan kapasitas fiskal Sulbar sebesar Rp526.762 dibandingkan dengan tahun 2018 terkait penurunan sumber-sumber pendapatan dalam membiayai program pemerintah daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pada tahun 2019 Pendapatan Konsolidasian (gabungan antara APBN dan APBD) Sulbar sebesar Rp1,38 triliun sedangkan Belanja Konsolidasiannya sebesar Rp11,24 triliun. Kebijakan belanja pemerintah yang cenderung ekspansif namun tidak didukung oleh peningkatan pendapatan menyebabkan defisit konsolidasian kian melebar hingga enam persen dibandingkan tahun 2018 menjadi Rp9,85 triliun. Kinerja realisasi pendapatan konsolidasian Sulbar tahun 2019 terkontraksi 8,65 persen dari tahun sebelumnya. Dari sisi belanja Belanja Konsolidasian Sulbar tahun 2019 sebesar Rp11,24 triliun terdiri dari belanja pemda 70 persen dan sisanya belanja pemerintah pusat senilai Rp3,42 triliun. Dominasi pemda tampak pada semua jenis belanja.

Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis Overlay yang diperdalam dengan analisis Klassen dan Tabel Input Output, teridentifikasi sektor dan subsektor di Sulbar, yaitu: Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Subsektor Pertanian, Peternakan, Perburuan, dan Jasa Pertanian; Subsektor Perikanan; Sektor Administrasi Pemerintahan; dan Subsektor Industri Makanan dan Minuman. Sementara itu, lapangan usaha Konstruksi menjadi sektor yang potensial untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi di Sulbar mengingat posisinya berada pada kuadran I matriks Tipologi Klassen.

(22)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 xvii

Di tahun 2019, terdapat beberapa tantangan fiskal di Sulbar yang perlu diantisipasi. Penurunan porsi alokasi belanja sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dari 5,77 persen pada tahun 2017 menjadi 5,06 persen menjadi indikasi fiskal yang perlu dicermati oleh semua pemangku kepentingan. Selain itu, pelemahan persentase alokasi belanja dari 32,18 persen pada tahun 2017 menjadi menjadi sebesar 26,35 persen pada tahun 2019 menjadi tantangan bagi pemerintah daerah dalam upaya mendorong sektor konstruksi dari sektor potensial dari sektor basis di Sulbar. Sinergi antara pemerintah pusat dan daerah yang berkesinambungan menjadi prasyarat kunci dalam upaya membangun perekonomian Sulbar.

Dari sisi tematik, Prevalensi stunting Sulbar berada pada posisi kedua tertinggi nasional dengan rasio sebesar 41,8 persen, membaik dari rasio pada tahun 2013 sebesar 48,02 persen. Artinya, dari 100 anak balita di Sulbar, 42 di antaranya bermasalah stunting. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah pusat telah mengalokasikan anggaran Belanja APBN untuk penanganan stunting sejumlah Rp86,48 miliar dengan serapan sebesar Rp81,15 miliar atau 94,55 persen. Dari sisi penyerapan, belanja konvergensi stunting di Sulbar stunting pelaksanaan secara total berhasil diserap sebesar Rp406,48 miliar.

(23)

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2019

SHBOARD MAKRO-FISKAL REGION

AL

DASHBOARD MAKRO-FISKAL REGIONAL

Uraian Tahun 2019 Pagu Realisasi Pendapatan Negara 812,59 704,03 Pendapatan Perpajakan 776,74 626,76 Pendapatan Bukan Pajak 35,85 77,27 Hibah 0,00 0,00 Belanja Negara 11.115,01 10.552,87 Belanja Pemerintah Pusat 3.840,67 3.426,66 Transfer ke Daerah 7.274,34 7.126,21 Surplus/(Defisit) (10.302,42) (9.848,85) Surplus/Defisit APBD Pagu:(Rp88.976 M) Realisasi:(Rp6.674 M) Pembiayaan Netto APBD

Pagu: Rp88.976 Juta Realisasi: Rp50.538 Juta

56,80%

SEKTOR UNGGULAN

1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan;

2. Subsektor Pertanian, Peternakan, Perburuan,

dan Jasa Pertanian;

3. Subsektor Perikanan;

4. Sektor Administrasi Pemerintahan; dan

(24)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 1

1

BAB I SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH

1.1 PENDAHULUAN

Tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di daerah adalah untuk mewujudkan keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata. Oleh sebab itu, untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang baik, maka harus disertai dengan unsur pendanaan yang berasal dari penghimpunan pendapatan maupun dari pengalokasian anggaran belanja, baik pada APBN maupun APBD.

APBN dan APBD merupakan instrumen yang digunakan oleh pemerintah untuk menjalankan semua kebijakan pemerintahan melalui pengaturan sisi pendapatan dan belanja negara. Fungsi yang strategis ini memberikan prasyarat dalam pengelolaannya yang harus dilakukan dengan sangat baik, dimulai dari fase perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban.

Pelaksanaan anggaran oleh pemerintah selalu menempatkan pemerintah sebagai

agent of development, dimana APBN dan APBD diharapkan sebagai pemicu fiskal dalam tatanan ekonomi makro. Tujuan yang diinginkan antara lain perekonomian secara agregat dapat bergerak tumbuh sesuai target tahunan pemerintah. Untuk itu pemerintah hendaknya mampu mendayagunakan APBN dan APBD agar menghasilkan multiplier effect yang signifikan bagi perekonomian secara umum. Diharapkan semakin besar APBN dan APBD yang ditetapkan maka akan semakin banyak output yang dihasilkan dan pada gilirannya akan berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kenyataan ini sekaligus mengingatkan kembali bahwa APBN dan APBD hanyalah sebuah instrumen dengan tampilan angka-angka yang berkaitan dengan program, untuk itu pemakaiannya harus dikelola dengan sebaik-baiknya agar tepat guna.

Sesuai dengan Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003, pemegang kekuasaan tertinggi atas pengelolaan keuangan negara adalah Presiden, sedangkan di daerah adalah Gubernur/Bupati/Walikota. Oleh karena itu, dalam tataran implementasi kebijakan fiskal di daerah tentunya diperlukan sinergi dan harmonisasi kebijakan serta pengelolaan keuangan pusat dan daerah agar tujuan dan sasaran pembangunan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Selanjutnya, kebijakan fiskal sebagai alat pemerintah untuk mencapai sasaran pembangunan dan kesejahteraan masyarakat merupakan tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah dalam memastikan efektivitasnya. Dengan tiga fungsi utamanya

APBN dan APBD diharapkan menghasilkan multiplier effect yang signifikan bagi perekonomian secara umum

(25)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 2

sebagai alat alokasi, distribusi, dan stabilisasi, maka kebijakan fiskal yang efektif diharapkan mampu meningkatkan perbaikan dan kualitas indikator ekonomi makro dan kesejahteraan di daerah. Karenanya, kebijakan fiskal yang efektif dapat terlihat dari perbaikan-perbaikan indikator ekonomi makro dan indikator kesejahteraan masyarakat. Terkait dengan hal tersebut di atas, maka hal pertama yang harus menjadi dasar bagi perumusan kebijakan fiskal yang efektif dan efisien adalah daerah harus memetakan terlebih dahulu tantangan-tantangan daerah yang dihadapi baik dari sisi ekonomi, sosial-kependudukan, maupun tantangan wilayahnya. Dengan demikian, intervensi kebijakan fiskal melalui program prioritas dapat secara langsung menjawab tantangan dimaksud.

1.2 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Periodisasi pelaksanaan pemilihan kepala daerah yang tidak sinergi dengan periode RPJPD Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) menyebabkan hasil pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur periode 2017-2022 berada pada dua periode RPJMD, yakni periode III dan IV, yang mana pada periode RPJMD IV (2020-2025) kesejahteraan masyarakat, kemajuan daerah dan keunggulan serta martabat manusia Sulbar semakin dimatangkan dengan berlandaskan pada pencapaian RPJMD sebelumnya.

Dengan mempertimbangan keterkaitan dengan visi RPJMN 2015-2019

“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian berlandaskan

Gotong Royong”, serta mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang, dan isu-isu strategis yang terjadi di Sulbar, maka ditetapkan visi RPJMD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017-2022 yakni “Sulawesi Barat Maju dan Malaqbi”.

Makna yang terkandung dalam visi tersebut dapat dijabarkan: (1) Sulawesi Barat Maju: komitmen untuk menjadikan Provinsi Sulbar yang sejajar dengan provinsi lainnya yang didukung oleh konektivitas wilayah dan daya saing yang tinggi serta berorientasi pada lingkungan; (2) Sulawesi Barat Malaqbi: komitmen untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik berlandaskan kearifan lokal dengan dukungan masyarakat yang berpengetahuan, berketerampilan, berbudaya dan religius.

Guna mencapai visi tersebut di atas, maka pemerintah Sulbar menetapkan lima misi yang akan dilaksanakan di sepanjang periode RPJMD Sulbar. Misi dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Membangun Sumber Daya Manusia berkualitas, berkepribadian dan berbudaya. 2. Mewujudkan pemerintahan yang bersih, modern, dan terpercaya.

Visi RPJMD Sulbar periode 2017-2022 adalah “Sulawesi Barat Maju dan Malaqbi

(26)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 3

3. Membangun dan menguatkan konektivitas antarwilayah berbasis unggulan strategis.

4. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inovatif dan berdaya saing tinggi.

5. Mendorong pengarusutamaan lingkungan hidup untuk pembangunan

berkelanjutan.

Pelaksanaan kelima misi di atas dijabarkan ke dalam 12 sasaran dengan indikatornya masing-masing, antara lain IPM, Indeks Reformasi Birokrasi, Persentase Daerah Tertinggal, Pertumbuhan Ekonomi, dan Tingkat Kemiskinan. Pemerintah Provinsi Sulbar menargetkan angka IPM akan keluar dari kategori “sedang” menembus angka 70,53 di akhir masa RPJMD. Tata kelola pemerintahan juga disasar jauh lebih baik dengan lonjakan Indeks Reformasi Birokrasi dari “CC” menjadi “A”. Sementara ekonomi Sulbar ditarget dapat mengalami pertumbuhan hingga mencapai kisaran 8,0-8,3 persen.

Bagan 1.1 Sasaran/Target Beberapa Indikator Makroekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat Sulbar

Sumber: RPJMD Sulbar, 2020 (diolah)

Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

RKPD Tahun 2019 merupakan tahun kedua dari pelaksanaan RPJMD Provinsi Sulbar Tahun 2017-2022. RKPD Tahun 2019 ini disusun berdasarkan kebijakan nasional dengan konsep Money Follow Programme Priority, sehingga program prioritas yang akan dilaksanakan dapat mendukung akselerasi pencapaian target-target pembangunan dalam RPJMD. Perencanaan pembangunan daerah Sulbar Tahun 2019 mengangkat tema “Membangun Infrastruktur dan Iklim Investasi untuk Peningkatan

2017

START

IPM 64,80

Indeks Reformasi Birokrasi CC Daerah Tertinggal 80% Pertumbuhan Ekonomi 6,03% Kemiskinan 10,47%

2019

IPM 67,64

Indeks Reformasi Birokrasi B Daerah Tertinggal 61% Pertumbuhan Ekonomi 7,3-7,6% Kemiskinan 9,91%

2021 IPM 69,68

Indeks Reformasi Birokrasi A Daerah Tertinggal 46% Pertumbuhan Ekonomi 7,9-8,2% Kemiskinan 9,34%

IPM 68.65

Indeks Reformasi Birokrasi A Daerah Tertinggal 54% Pertumbuhan Ekonomi 7,8-8,1% Kemiskinan 9,62%

2020

IPM 70,53

Indeks Reformasi Birokrasi A Daerah Tertinggal 30% Pertumbuhan Ekonomi 8,0-8,3% Kemiskinan 9,06%

2022 IPM 66,62

Indeks Reformasi Birokrasi B Daerah Tertinggal 72% Pertumbuhan Ekonomi 7,1-7,4% Kemiskinan 10,19% 2018 Tema RKPD Provinsi Sulbar Tahun 2019 adalah “Membangun Infrastruktur dan Iklim Investasi untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat”

(27)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 4

Kesejahteraan Masyarakat”. Adapun rancangan fokus dan arah kebijakan pembangunan Provinsi Sulbar Tahun 2019 dapat dilihat pada tabel berkut.

Tabel 1.1 Rancangan Arah Kebijakan Pembangunan Provinsi Sulbar Tahun 2019

Tema Prioritas Isu Strategis Arah Kebijakan

Membangun Infrastruktur dan Iklim Investasi untuk Peningkatan Kesejahte-raan Masyarakat 1. Perbaikan Infrastruktur dan Konektivitas 1. Percepatan pengembangan infrastruktur dasar dan konektivitas antar wilayah

1. Pengembangan sarana dan prasarana moda transportasi 2. Pengembangan infrastruktur dasar

teknologi informasi dan komunikasi

3. Pengembangan energi baru terbarukan

4. Pengembangan perumahan dan kawasan permukiman

5. Penyediaan dan peningkatan layanan air 2. Perbaikan Kualitas SDM dan Kebuda-yaan 1. Peningkatan aksesibilitas pendidikan 2. Peningkatan aksesibilitas kesehatan

3. Nilai-nilai budaya dan kearifan lokal

1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

2. Peningkatan derajat kesehatan 3. Peningkatan pendidikan yang

berkualitas

4. Pengembangan nilai-nilai budaya 3.

Penyelengga-raan Pemerin-tahan yang Bersih

1. Tata kelola pemerintahan yang efektif dan efisien 2. Peningkatan sistem data

dan informasi terintegrasi menuju good governance 3. Peningkatan kualitas dan

kapasitas kinerja ASN

1. Perbaikan sistem kelembagaan dan kompetensi aparatur 2. Peningkatan sistem informasi

berbasis elektronik dalam mendukung goos governance

4. Peningkatan Ekonomi da-lam Upaya Pe-nanggulangan Kemiskinan

1. Pengurangan kemiskinan hingga satu digit

2. Peningkatan ekonomi lokal dengan memaksimalkan potensi unggulan daerah 3. Peningkatan sumber-sumber penerimaan daerah dan pendapatan masyarakat

1. Peningkatan ketahanan pangan dan komoditas unggulan daerah 2. Pembangunan sarana dan

prasarana perekonomian 3. Perbaikan iklim investasi dan

kesempatan kerja 4. Optimalisasi sumber-sumber pendapatan daerah 5. Pengelolaan Lingkungan Hidup

1. Peningkatan daya dukung dan kualitas lingkungan hidup

2. Penanganan lahan kritis

1. Mengoptimalkan sumber daya alam berkelanjutan

2. Rehabilitasi hutan dan lahan dalam rangka mendorong peningkatan daya dukung lahan, air dan ekosistem

Sumber: RKPD Provinsi Sulbar Tahun 2019

Untuk mengevaluasi keberhasilan pemda dalam implementasi kebijakan yang telah dirancang untuk tahun 2019 tersebut, maka ditetapkan parameter pada tiga aspek, yakni kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Aspek kesejahteraan masyarakat diukur melalui indikator makro yang merupakan indikator gabungan dari berbagai kegiatan pembangunan ekonomi maupun sosial seperti laju pertumbuhan PDRB, inflasi, angka partisipasi angkatan kerja, panjang jalan kondisi baik, dll. Aspek pelayanan umum merupakan segala bentuk pelayanan yang dilakukan oleh pemda sesuai dengan kewenangan atau urusan yang telah diserahkan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan

(28)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 5

masyarakat seperti pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, perumahan, dll. Sementara aspek daya saing daerah merupakan indikator yang mengukur kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan. Indikatornya antara lain nilai tukar petani, jumlah wilayah budidaya, daya listrik yang terpasang, jumlah lulusan S1/S2/S3, dll.

Bagan 1.2 Target pada Beberapa Indikator Keberhasilan Pembangunan Sulbar Tahun 2019

Sumber: RKPD Provinsi Sulbar Tahun 2019 (diolah) 1.3 TANTANGAN DAERAH

Sampai dengan saat ini perekonomian daerah Provinsi Sulbar bertumpu kepada sektor primer yakni usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Kontribusi sektor tersebut terhadap nilai PDRB (ADHB) Sulbar tahun 2019 mencapai 41,37 persen. Hal ini menjadi tantangan daerah yang perlu diantisipasi mengingat produktivitas dan kinerja ekonomi sektor tersebut sensitif terhadap perubahan cuaca dan volatilitas harga komoditi. Pemda lingkup Sulbar perlu mendorong pertumbuhan sektor usaha lainnya berbekal potensi sumber daya alam, sosial kependudukan, dan geografi wilayah.

Tantangan Ekonomi Daerah

Tantangan dalam Mengelola Potensi Sumber Daya Alam (SDA)

Provinsi Sulbar memiliki beberapa potensi SDA baik berupa mineral maupun batubara. Berdasarkan data BPS Provinsi Sulbar1, terdapat potensi tambang logam biji besi (Fe), emas (Au), dan galena (Pb) di Kabupaten Polman dengan total area tambang seluas 19.612 Ha. Potensi tambang mineral lainnya berada di Kabupaten Mamuju berupa logam tembaga (Cu) dengan sumber daya sebesar 1,07 juta ton dan tambang batubara 1,9 juta ton. Selain itu, terdapat potensi tambang mineral bukan logam yaitu panas bumi yang tersebar di lima kabupaten dengan potensi tertinggi di Kabupaten Polman sebesar 378,9 oC.

1BPS Provinsi Sulbar, 2019, Provinsi Sulawesi Barat dalam Angka 2019, (Mamuju: BPS Provinsi Sulbar), hlm.343-350.

Potensi SDA belum digarap secara optimal

(29)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 6

Limpahan SDA tersebut belum

sepenuhnya digarap secara optimal. Hal tersebut nampak dari data Izin Usaha Pertambangan (IUP) Sulbar yang masih didominasi oleh komoditas Batuan yakni sebanyak 88,1 persen dari total IUP. Selain itu, tantangan pengelolaan SDA di Sulbar

tergambar dari data luas wilayah IUP komoditas logam yang baru mencapai 21,94 persen dari total potensi yang ada. Hal ini mengindasikan tantangan bagi pemda untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif agar para investor lokal dan mancanegara berminat untuk menanamkan modal dan menggarap potensi SDA di Sulbar.

Tantangan dalam menciptakan iklim investasi dan potensi ekonomi yang kondusif

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi iklim berinvestasi di antaranya adalah stabilitas ekonomi, stabilitas sosial dan politik, kondisi infrastruktur dasar, sektor pembiayaan, regulasi dan perpajakan, birokrasi, dan masalah good governance2. Dari sisi stabilitas ekonomi, pelemahan laju perekonomian dari 6,25 persen pada tahun 2018 menjadi 5,66 persen pada tahun 2019 menjadi salah satu risiko yang dipertimbangkan oleh calon investor. Potensi pertumbuhan ekonomi sebagai dampak pemindahan ibukota RI dalam beberapa tahun mendatang perlu dimanfaatkan dan disiapkan sedini mungkin oleh pemda lingkup Sulbar dengan memperkuat sektor basis dan mendorong pertumbuhan sektor penyangga (sekunder dan tersier).

Selain itu, agenda pelaksanaan pesta demokrasi daerah menjadi tantangan yang harus dimitigasi pada tahun anggaran 2020. Tidak hanya berpengaruh kepada stabilitas politik, pelaksanaan pilkada akan menyedot sumber daya keuangan di keempat daerah tersebut. Sebagai gambaran, pelaksanaan pilkada di Kabupaten Majene tahun 2020 diperkirakan akan menelan biaya yang bersumber dari APBD sebesar Rp35 miliar. Hal tersebut menuntut pengelola keuangan daerah untuk melakukan efisiensi pelaksanaan APBD, khususnya terhadap belanja aparatur yang masih bisa direalokasi tanpa mengurangi alokasi anggaran wajib dan pembangunan infrastruktur yang penting untuk menarik minat investor.

2 Tulus Tambunan, Iklim Investasi di Indonesia: Masalah, Tantangan, dan Potensi, (Jakarta: Kadin Indonesia-Jetro,

2006), hlm. 3.

Grafik 1.1 Pertumbuhan PDRB pada Komponen PKRT

Sumber: BPS Sulbar, 2020 (diolah)

Logam; 4.303,06 Ha; 6 IUP Non Logam; 38.605,80 Ha; 6 IUP Batubara; 12.722 Ha; 3 IUP Batuan; 3.915,20 Ha; 111 IUP Perlambatan ekonomi, isu infrastruktur dasar dan agenda pilkada menjadi tantangan iklim investasi

(30)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 7

Tantangan birokrasi dan layanan perizinan

Faktor lainnya yang berpotensi menjadi tantangan dalam menciptakan iklim investasi dan ekonomi yang kondusif adalah kemudahan untuk memulai dan melakukan bisnis di Sulbar. Semangat untuk meningkatkan kemandirian daerah sebagai ekses dari pelaksanaan otonomi daerah jika tidak diperhitungkan dengan seksama dapat menimbulkan risiko penurunan daya tarik investasi.

Di sisi lain, untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif di wilayah Sulbar, pemda ditantang untuk menyederhanakan birokrasi khususnya terkait layanan perizinan usaha. Beberapa hal telah diupayakan untuk mempermudah pengurusan perizinan di antaranya melalui penerapan Online Single Submission (OSS) dan pengembangan sistem perizinan online oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP).

Lebih lanjut, penerapan sistem layanan secara online dapat mengurangi lahan subur praktik korupsi yang dapat menimbulkan keengganan investor untuk menanamkan modal di Sulbar. Praktik korupsi yang umumnya lekat dengan birokrasi telah dimitigasi melalui penerbitan peraturan daerah di antaranya Pergub Sulawesi Barat Nomor 30 Tahun 2019 tentang Sistem Penanganan Pengaduan (Whistleblowing System) Tindak Pidana Korupsi di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat dan Peraturan Bupati Polewali Mandar Nomor 19 tentang Pedoman Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar.

Dukungan Investasi

Perekonomian Sulbar berkaitan erat dengan perkembangan investasi. Andil PMTB terhadap laju PDRB yang tumbuh dari 1,31 persen (yoy) pada triwulan III 2019 menjadi 1,76 persen (yoy) pada akhir triwulan IV 2019. Hal tersebut selaras dengan nilai realisasi PMTB yang tumbuh dari 5,49 persen (yoy) pada triwulan III 2019 menjadi 6,99 persen (yoy) pada akhir triwulan IV 2019 (yoy).

Sementara itu, berdasarkan data BKPM, pertumbuhan realisasi penanaman modal di Sulbar mengalami penurunan pada tahun 2019. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mengalami kontraksi sebesar 62,24 persen (yoy). Tren serupa terjadi pada Penanaman Modal Asing yang melambat 58,97 persen (yoy).

Grafik 1.2 Perkembangan Investasi PMTB 2017 - 2018

Sumber: BPS Sulbar, 2020 (diolah)

5,49% 6,99% 1,31% 1,76% 0% 3% 6% 9% 0 1.000 2.000 3.000

I II III IV I II III IV I II III IV

2017 2018 2019

%yoy

Rp miliar PMTB Pertumbuhan PMTB Andil PMTB terhadap Laju PDRB

Pemanfaatan teknologi dengan mengembangkan beberapa aplikasi layanan menjadi tantangan untuk memperbaiki birokrasi PMDN mengalami kontraksi dan pertumbuhan PMA melambat

(31)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 8

Sektor Industri Makanan menjadi usaha ekonomi yang mengalami penurunan laju pertumbuhan permodalan baik dari sisi PMDN maupun PMA masing-masing sebesar 75,35 persen (yoy) dan 87,8 persen (yoy). Sektor Tanaman Pangan, Perkebunan, dan

Peternakan turut mengalami

penurunan sokongan permodalan

dimana realisasi PMA menurun dari US$12.724 ribu pada tahun 2018 menjadi US$2.542,5 ribu pada tahun 2019. Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah daerah mengingat sektor tersebut merupakan lapangan usaha unggulan di Sulbar. Pemda perlu melakukan terobosan antara lain dengan menempuh kebijakan fiskal yang ramah bagi iklim bisnis dan calon investor. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui pemberian insentif pajak (tax holiday dan tax allowance) bagi industri yang menjadi prioritas di wilayah Sulbar.

Infrastruktur ekonomi

Infrastruktur menjadi salah satu faktor kunci pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Salah satu infrastruktur yang vital dalam mendukung gerak roda

perekonomian di Sulbar adalah

infrastruktur jalan. Sampai dengan akhir tahun 2018, total panjang jalan di Sulbar mencapai 7.038,73 km atau mengalami peningkatan 3,67 persen (yoy).

Di sisi lain, infrastruktur perhubungan udara di Sulbar masih perlu ditingkatkan. Sulbar memiliki dua bandara baik sebagai sarana pendukung transportasi massal maupun sistem logistik, yakni Bandara Tampa Padang di Kabupaten Mamuju dan Bandara Sumarorong di Kabupaten Mamasa. Dari keduanya, Bandara Sumarorong menjadi contoh infrastruktur ekonomi yang belum dimanfaatkan secara optimal. Bandara tersebut hanya dapat dilandasi oleh pesawat kecil tipe Twin Outer sehingga membutuhkan penambahan landasan pacu sepanjang 350 meter3.

Komitmen kementerian terkait untuk melakukan peningkatan kapasitas terkendala oleh isu pembebasan lahan. Hal ini menjadi tantangan infrastruktur di tengah

3 Tribun-Timur.com, Bandara Mamasa Butuh Penambahan Landasan Pacu, diakses dari

https://makassar.tribunnews.com/2019/11/13/bandara-sumarorong-mamasa-butuh-penambahan-landasan-pacu pada 13 November 2020.

Grafik 1.3 Perkembangan PMDN dan PMA di Sulbar 2017 - 2018

Sumber: BPS Sulbar, 2020 (diolah)

84,1 660,2 3.144,2 1.187,2 20.632,5 11.389,3 24.697,6 10.134,5 0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 0 1.000 2.000 3.000 4.000 2016 2017 2018 2019 US$ Ribu Rp miliar PMDN (LHS) PMA (RHS)

Grafik 1.4 Infrastruktur Jalan di Sulbar berdasarkan Kondisi 2017 - 2018

Sumber: BPS Sulbar, 2020 (diolah)

1.179,97 1.310,41 1.531,16 1.465,54 1.691,03 1.790,07 0 1.000 2.000 3.000 4.000 2016 2017 2018 km

Baik Sedang Rusak Rusak Berat

Peningkatan panjang jalan rusak berat dan peningkatan kapasitas bandara masih menjadi tantangan infrastruktur

(32)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 9

keterbatasan anggaran infrastruktur dalam APBD. Pemda perlu memperluas ruang fiskal daerah agar tersedia alokasi yang memadai untuk meningkatkan kualitas infrastruktur jalan di Sulbar. Kelegaan ruang fiskal dapat diperoleh melalui efisiensi belanja nonproduktif dan mengimplementasikan monitoring kegiatan berbasis sistem informasi elektronik. Hal tersebut telah diinisiasi oleh Pemprov Sulbar melalui Biro Perekonomian dan Pembangunan yang telah mengembangkan Sistem Monitoring dan Evaluasi Pembangunan (SIMONEV) untuk mendukung efisiensi pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap pembangunan pekerjaan fisik.

Kondisi Ketenagakerjaan

Sampai dengan Agustus 2019,

Sulbar memiliki sumber daya

ekonomi berupa angkatan kerja berjumlah 662,67 ribu orang.

Meskipun secara absolut

menunjukkan adanya penambahan, namun secara laju pertumbuhan angkatan kerja di Sulbar mengalami kontraksi dari 4,05 persen pada Agustus 2018 menjadi 3,60 persen pada Agustus 2019.

Tantangan Sosial Kependudukan Kondisi Demografi

Pada tahun 2019, jumlah

penduduk Provinsi Sulbar mencapai 1.380.256 jiwa4. Rasio jenis kelamin penduduk Sulbar tahun 2019 terhitung sebesar 100,78 yang diartikan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak 0,78 persen dibandingkan perempuan. Dalam empat tahun terakhir, laju pertumbuhan jumlah penduduk Sulbar mengalami perlambatan rata-rata sebesar 1,86 persen per tahun. Di tengah perlambatan tersebut, jumlah penduduk berkategori usia produktif (15-64 tahun) justru mengalami peningkatan dari 64,39 persen per populasi pada tahun 2016 menjadi 64,88 persen per populasi pada tahun 2019.

4 BPS Provinsi Sulawesi Barat, Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota 2019, diakses dari

https://sulbar.bps.go.id/dynamictable/2020/02/13/442/jumlah-penduduk-menurut-jenis-kelamin-dan-kabupaten-kota-2019.html, pada 14 Februari 2020.

Grafik 1.5 Perkembangan Struktur Angkatan Kerja Sulbar 2018 - 2019

Sumber: BPS Sulbar, 2020 (diolah)

4,05% 3,60% 3,16% 3,18% 0,0% 1,0% 2,0% 3,0% 4,0% 5,0% 575 600 625 650 675 Ags 2018 Ags 2019

Ribu orang Pengangguran

(LHS) Bekerja (LHS) Pertumbuhan Angkatan Kerja (RHS) Persentase Pengangguran (RHS)

Grafik 1.6 Struktur dan Jumlah Penduduk Sulbar per Kabupaten Tahun 2019 (Ribu Jiwa)

Sumber: BPS Sulbar, 2020 (diolah)

217,6 149,0

90,3 85,1 81,9 69,0

225,0

144,3

84,2 88,8 80,1 65,0

Polman Mamuju Pasangkayu Majene Mamasa Mateng Laki-Laki Perempuan 442,6 293,3 174,5 173,9 162 134 Bonus demografi menjadi peluang sekaligus tantangan Sulbar

(33)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 10

Hal ini menunjukkan adanya bonus demografi di Sulbar yang

diperkuat dengan penurunan

rasio ketergantungan penduduk

usia nonproduktif kepada

penduduk usia produktif dari 55,31 persen pada tahun 2016 menjadi sebesar 54,14 persen

pada tahun 2019. Bonus

demografi ini menjadi peluang bagi Sulbar untuk mempercepat akselerasi pembangunan ekonomi berkat pertumbuhan sumber daya manusia produktif.

Di balik bonus demografi tersebut, terdapat beberapa tantangan yang harus diantisipasi oleh pemerintah dan masyarakat di Sulbar. Laju pertumbuhan penduduk usia produktif turut mendorong pertumbuhan angkatan kerja. Jika tidak disertai dengan peningkatan jumlah lapangan kerja, dapat memicu peningkatan jumlah pengangguran di Sulbar. Persoalan lain yang berpotensi timbul di tengah pertumbuhan usia produktif Sulbar adalah ketersediaan akses terhadap pendidikan yang layak untuk menjamin kualitas SDM.

Tingkat Pendidikan

Sampai dengan saat ini, secara umum perkembangan indikator pendidikan di Sulbar bergerak menuju arah positif. Dari sisi Angka Partisipasi Sekolah (APS), nampak bahwa tingkat keterlibatan penduduk usia sekolah di Sulbar terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada usia sekolah dasar (usia 7-12 tahun) terlihat bahwa hampir seluruhnya telah mengenyam pendidikan formal. Demikian halnya pada jenjang usia sekolah menengah pertama (usia 13-14 tahun), hanya tersisa 10,05 persen penduduk yang tidak bersekolah.

Tantangan terkait pendidikan mulai nampak pada jenjang usia pendidikan

menengah atas dan tinggi. Dari

keseluruhan penduduk Sulbar yang berusia 16-18 tahun, masih ada 31,31

persen di antaranya yang tidak

mengenyam pendidikan formal.

Begitupun adanya pada level pendidikan tinggi, hanya 24,10 persen yang tercatat bersekolah pada level tersebut.

Grafik 1.7 Jumlah Penduduk berdasarkan Kelompok Usia dan Rasio Ketergantungan Sulbar 2016-2019

Sumber: BPS Sulbar, 2020 (diolah)

411,84 416,40 421,52 427,00 53,43 54,73 56,16 57,80 841,21 859,83 877,87 895,50 55,31% 54,79% 54,41% 54,14% 0 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 2016 2017 2018 2019 Ribu Jiwa Jumlah Penduduk 15-64 tahun Jumlah Penduduk > 65 tahun Jumlah Penduduk 0-14 tahun Rasio Ketergantungan

Grafik 1.8 Angka Partisipasi Sekolah Sulbar Tahun 2016-2018

Sumber: BPS Sulbar, 2020 (diolah)

98,08 98,10 98,25 89,93 89,88 89,95 67,34 68,03 68,69 22,36 23,49 24,10 0 30 60 90 120 2016 2017 2018 % 7-12 13-15 16-18 19-24 Tantangan angka partisipasi sekolah masih terlihat pada kelompok jenjang usia sekolah menengah atas dan perguruan tinggi

(34)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 11

Untuk meningkatkan akses penduduk usia sekolah terhadap pendidikan formal di Sulbar, khususnya usia pendidikan

menengah atas dan tinggi,

pemerintah dapat mengambil

peran dengan menyediakan

tenaga pendidik dan sarana

pendukung yang memadai.

Berdasarkan Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, nampak bahwa rasio sekolah-murid di Sulbar 203, lebih baik dibandingkan rata-rata nasional yang sebesar 137. Dari sisi ketersediaan tenaga pendidik, rasio guru-murid di Sulbar secara total sebesar 13 lebih baik dibandingkan dengan rata-rata nasional sebesar 16.

Kesehatan Masyarakat

Selain dari sisi pendidikan, pembangunan ekonomi Sulbar membutuhkan dukungan sumber daya manusia yang sehat. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk memperluas akses masyarakat terhadap layanan kesehatan. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan jumlah sarana kesehatan dan tenaga kesehatan di Sulbar. Pada

tahun 2019 terdapat

penambahan satu rumah sakit

yang disertai dengan

penambahan 27 orang dokter umum, 26 orang dokter spesialis, dan 94 tenaga perawat. Di balik peningkatan tenaga kesehatan dimaksud, pemerintah daerah di wilayah Sulbar perlu memperhatikan peningkatan angka kematian bayi yang selaras dengan berkurangnya tenaga bidan.

Selain itu, tingginya angka stunting di Sulbar menjadi tantangan berikutnya yang harus dimitigasi. Saat ini, angka prevalensi stunting Sulbar sebesar 41,8 persen menduduki peringkat kedua tertinggi nasional setelah Nusa Tenggar Timur5. Angka prevalensi stunting tersebut perlu ditekan mengingat stunting merupakan ancaman bagi tumbuh kembang generasi penerus di Sulbar. Tingginya angka stunting tersebut diduga erat berkaitan dengan masih tingginya angka pernikahan usia anak di Sulbar6.

5 Fajar.co.id, Sulbar Peringkat Kedua Tertinggi Nasional Masalah Stunting, diakses dari

https://fajar.co.id/2020/01/24/sulbar-peringkat-kedua-tertinggi-nasional-masalah-stunting/, pada 16 Februari 2020.

6 RRI, HARGANA 2019, Stunting dan Pernikahan Usia Anak Masih Tinggi di Sulbar, diakses dari

http://rri.co.id/makassar/post/berita/696388/daerah/harganas_2019_stunting_dan_pernikahan_usia_anak_masih_tinggi _di_sulbar.html, pada 16 Februari 2020

Grafik 1.9 Rasio Guru-Murid dan Sekolah-Murid Tahun 2019

Sumber: Dapodik Dasmen Kemendikbud, 2020 (diolah)

13 12 15 13 6 13 113 154 342 202 53 137 17 15 15 17 5 16 166 244 348 353 62 203 200 400

SD SMP SMA SMK SLB Total SD SMP SMA SMK SLB Total Rasio Guru-Murid Rasio Sekolah-Murid

Sulbar Nasional

Grafik 1.10 Sarana, Tenaga Kesehatan, dan Angka Kematian Bayi di Sulbar 2016-2019

Sumber: Dinkes Provinsi Sulbar, 2020 (diolah)

1.679 1.417 246 323 500 1.000 1.500 2.000 2.500 20 40 60 80 100 2016 2017 2018 2019 Orang Unit Jumlah RS Jumlah Puskesmas Dokter Umum Dokter Spesialis Bidan Perawat Terjadi peningkatan angka kematian bayi seiring dengan penurunan jumlah tenaga bidan

(35)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 12

Mata Pencaharian

Sektor primer yakni sektor Pertanian masih menjadi mata pencaharian utama mayoritas penduduk Sulbar. Hal tersebut berkaitan erat dengan kondisi geografis Sulbar dan latar belakang pendidikan masyarakatnya. Sampai dengan Agustus 2019, dari 641,61 ribu orang penduduk bekerja di Sulbar 46,35 persen di antaranya bekerja di bidang pertanian. Diikuti oleh pekerja di bidang Perdagangan, Lainnya, dan Industri dengan porsi masing-masing sebesar 15,36 persen, 9,23 persen, dan 8,54 persen.

Dibandingkan dengan tahun 2018, nampak adanya pergeseran sumber mata pencaharian masyarakat Sulbar ke sektor sekunder dan tersier. Perkembangan ini dapat diartikan positif mengingat pergeseran sumber ekonomi dari sektor primer ke sektor tersier dan sekunder secara statistik telah menjadi motor laju pesat perekonomian di sembilan kabupaten/kota di Indonesia di antaranya Kota Tangerang Selatan, Bandung, dan Gorontalo7. Pemerintah daerah lingkup Sulbar dapat memfasilitasi pertumbuhan sektor perdagangan (tersier) dan industri (sekunder) dengan menyediakan infrastruktur pendukung yang memadai, terutama terkait masalah logistik yang menjadi tulang punggung sektor-sektor tersebut.

Tantangan Geografi Wilayah

Luas wilayah dan Sebaran Penduduk per Kabupaten

Provinsi Sulbar memiliki luas daratan kurang lebih 16.787,16 km² yang terbagi menjadi enam kabupaten, berkontribusi 0,33 persen terhadap total luas wilayah Indonesia. Mamuju menjadi daerah dengan luas wilayah terluas namun belum diikuti

7Lokadata, Sembilan Kota Pilihan Daerah yang Tumbuh Pesat, Stabil, dan Didorong oleh Sektor Jasa, diakses dari

https://lokadata.id/artikel/sembilan-kota-pilihan-daerah-yang-tumbuh-pesat-dan-stabil, pada 16 Februari 2020.

Grafik 1.11 Penduduk Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Sulbar (Ribu orang)

Sumber: BPS Sulbar, 2020 (diolah)

Grafik 1.12 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk per Kabupaten di Sulbar Tahun 2019

Sumber: BPS Sulbar, 2020 (diolah)

947,84 1.775,65 3.005,88 4.999,69 3.043,75 3.014,37 183 249 54 59 57 44 100 200 300 0 2.000 4.000 6.000

Majene Polman Mamasa Mamuju Pasangkayu Mamuju Tengah

Jiwa/km²

km² Luas Wilayah Kepadatan Penduduk

Terjadi pergeseran sumber mata pencaharian masyarakat Sulbar dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier

(36)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 13

dengan tingkat kepadatan yang tinggi. Sebaliknya, dua kabupaten dengan luas wilayah tersempit di Sulbar menjadi dua daerah dengan kepadatan penduduk tertinggi.

Pemerataan jumlah penduduk antar wilayah dapat diupayakan dengan membuka pusat-pusat ekonomi baru di wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk rendah seperti Kabupaten Mamasa, Mamuju, Mamuju Tengah, dan Pasangkayu. Keterbatasan infrastruktur dan akses transportasi perlu segera diperbaiki secara bersama-sama oleh seluruh pemda di lingkup Sulbar dengan memperhitungkan skala prioritas dan ketersediaan anggaran dalam APBD.

Kontur dan Kondisi Geografis

Provinsi Sulbar secara geografis terbentang dari Utara ke Selatan di sepanjang pesisir Barat Pulau Sulawesi. Kontur wilayah Provinsi Sulbar di sisi Timur didominasi oleh perbukitan dan pegunungan, sementara di sebelah Barat, Sulbar dikaruniai garis pantai sepanjang 617,5 km dengan wilayah lautan seluas 22.012,75 km². Dengan garis pantai sepanjang itu, pemerintah masih memiliki pekerjaan rumah soal mengapa ikan masih menjadi komoditas pemicu inflasi.

Kontur wilayah dan posisi Sulbar yang dilintasi oleh garis khatulistiwa serta curah hujan yang baik memungkinkan beragam jenis tanaman baik pangan maupun perkebunan tumbuh subur di Sulbar. Hal ini dimanfaatkan oleh masyarakat Sulbar untuk melakukan usaha ekonomi di bidang pertanian, perkebunan, dan kelautan.

Selanjutnya, letak geografis Sulbar yang secara posisi berseberangan dengan lokasi calon ibukota baru Indonesia memunculkan peluang sekaligus tantangan bagi Provinsi Sulbar. Pembangunan infrastruktur dalam rangka pemindahan ibukota negara akan memicu arus masuk investasi dan permintaan sumber daya pendukung baik SDA maupun SDM. Peluang tersebut harus dapat dimanfaatkan oleh pemerintah maupun sektor swasta di Sulbar. Pemprov Sulbar bersama-sama dengan seluruh pemda perlu menyusun grand design

komprehensif pengembangan kawasan penyangga ibukota, dengan tetap

memperhatikan keunggulan komparatif masing-masing daerah. Isu infrastruktur dan konektivitas seperti kondisi jalan dan jembatan serta pengembangan kapasitas bandara perlu segera diantisipasi sebelum peluang ekonomi tersebut lebih dahulu ditangkap oleh daerah lain yang lebih siap.

Gambar 1.1 Peta Geografis Sulbar

Sumber: Peta-HD Sumber daya kelautan belum dikelola secara maksimal. Selain itu, pemerintah perlu menyusun grand design pengembangan kawasan penyangga ibukota

Gambar

Grafik 1.7   Jumlah Penduduk berdasarkan Kelompok Usia  dan Rasio Ketergantungan Sulbar 2016-2019
Tabel 2.1   Nilai PDRB ADHB Sulawesi Barat per Komponen Pengeluaran Tahun 2019
Grafik 2.9   Perkembangan BI-7DRR, Fed Fund Rate, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD
Tabel 2.1  Capaian IPM per Komponen per Kabupaten lingkup Sulbar Tahun 2019  Kabupaten  Umur Harapan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melihat hasil analisis tes rata-rata nilai yang terus meningkat dan angket repon yang diisi oleh peserta didik dalam kategori baik maka dapat disimpulkan bahwa

kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan

Data hubungan makanan pokok dengan lama hari rawat pada Tabel 4 tersebut dapat diketahui responden dengan sisa makanan pokok >20% dengan lama rawat > 9 hari

Dalam mengistinbath ( mengambil dan menetapkan) suatu hukum, dalam kitab Ar-Risalah, Imam Syafi’i menjelaskan bahwa ia memakai lima dasar, yaitu Al-Qur’an,

adhesives m$rupan data s$&und$r

Pernah suatu ketika Syeikh Abdul Qadir didatangi oleh seorang Raja (Abul Mudhaffar). Maksud dari kedatangan sang Raja adalah memberikan hadiah berupa 10 kantong

Seluruh proyek harus didokumentasikan dalam laporan tertulis yang tentunya menampilkan mulai dari langkah awal yakni identifikasi masalh, pendekatan-pendekatan yang

Salah satu unsur dalam pendidikan nonformal adalah pendidikan kecakapan hidup ( life skill ), inti dari pendidikan life skill ini adalah pembelajaran pada peserta didik dengan