BAB V PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN
5.2 PENDAPATAN KONSOLIDASIAN
Analisis Proporsi dan Perbandingan
Realisasi pendapatan konsolidasian Sulbar tahun 2019 sebesar Rp1,38 triliun didominasi oleh pendapatan perpajakan. Pada jenis pendapatan perpajakan sendiri, kontribusi pemerintah pusat lebih besar dibandingkan dari pemda yang hanya berperan
Pendapatan Konsolidasian Sulbar sebesar Rp1,38 triliun sedangkan Belanja Konsolidasaiann ya sebesar Rp11,24 triliun
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS ANGGARAN
KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)
Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019
79 37 persen. Sumber pendapatan pajak terbesar dari pemerintah pusat berasal dari penerimaan PPh sebesar Rp308,17 miliar atau 49,17 persen dari total penerimaan perpajakan pemerintah pusat. Lebih detil, PPh 21 tercatat menyumbang realisasi Rp159,59 miliar. PPN Dalam Negeri menjadi kontributor terbesar kedua terhadap perpajakan pemerintah pusat, dengan realisasi Rp290,43 miliar. Sementara pada sisi
pemda, realisasi penerimaan pajak daerah sebesar Rp375,84 tercatat paling besar dari pajak rokok dan BBNKB (Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor) yang masing-masing menyumbang Rp89,45 miliar dan Rp71,41 miliar.
Selanjutnya PNBP konsolidasian Sulbar di tahun 2019 terealisasi Rp299,80 miliar, 22 persen dari total pendapatan. Pada komponen ini, pemda berkontribusi lebih besar daripada pemerintah pusat. PNBP pemda paling banyak berasal dari pos Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah (LLPADYS) sebesar Rp108,46 miliar. Tiga sumber pendapatan terbesar pada pos tersebut berasal dari Penerimaan Jasa Giro Rp27,57 miliar, Pendapatan BPJS Rp25,86 miliar, dan Pendapatan BLUD Rp24,95 miliar. Kemudian pada pos Transfer, Realisasi Pendapatan Transfer pemda tercatat Rp7,12 triliun menjadi sumber utama pendapatan daerah Sulbar. Artinya, tingkat ketergantungan Sulbar terhadap pemerintah pusat masih sangat tinggi. Walaupun demikian, pada angka konsolidasian jumlah tersebut telah dieliminasi dengan akun resiprokal sehingga realisasinya menjadi nol rupiah.
Perlu dicatat, bahwa angka yang diperoleh dari pemda masih berupa angka sementara yang kemungkinan besar masih terdapat realisasi pada pos-pos tertentu yang belum diinput. Sebagai contoh, pendapatan BLUD yang terinput ke dalam aplikasi Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) hanya sebesar Rp24,95 miliar. Namun jumlah realisasi yang diperoleh langsung dari BLUD untuk tahun 2019 adalah sekitar Rp130 miliar, yang terdiri dari pendapatan RSUD Polman Rp96 miliar dan pendapatan RSUD Majene Rp34 miliar.
Grafik 5.1 Proporsi dan Perbandingan Komponen Pendapatan Konsolidasian Sulbar Tahun 2019
Sumber: LKPK Tahun 2019 unaudited Kanwil DJPb Provinsi Sulbar, 2020 (diolah)
Sumber Pendapatan Konsolidasian Sulbar tahun 2019 paling besar dari penerimaan sektor perpajakan
Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019
80
Analisis Perubahan Total Pendapatan Konsolidasian
Kinerja realisasi pendapatan konsolidasian Sulbar tahun 2019 terkontraksi 8,65 persen dari tahun sebelumnya. Perbandingan pada grafik 5.2 menunjukkan kontraksi terjadi pada PNBP Pemda sehingga dominasinya juga tergerus. Penurunan yang signifikan terjadi pada pos LLPADYS dari Rp245,14 miliar di tahun 2018 kini menjadi Rp108,46 miliar. Penurunan tersebut berhubungan dengan turunnya realisasi Hasil Penjualan Aset Daerah yang Tidak Dipisahkan dan Pendapatan Lainnya.
Kenaikan sebesar Rp36,60 miliar pada jenis Pendapatan Perpajakan didorong oleh performa realisasi Pajak Daerah yang tumbuh 8,21 persen atau setara dengan Rp28,52 miliar. Dari sisi pemerintah pusat,
peningkatan berasal dari kenaikan pos PPh sebesar Rp22 miliar. Progres tersebut sekaligus menggeser posisi PPN yang pada tahun 2018 sebagai kontributor utama pendapatan perpajakan pemerintah pusat. Di tahun ini
PPN hanya tumbuh 1,75 persen menjadi Rp291 miliar. Perlambatan yang terjadi pada PPN sejalan dengan penurunan kinerja penyerapan pada anggaran belanja modal pemerintah pusat.
Rasio Pajak (Tax Ratio)
5.2.3.1 Perkembangan Rasio Pajak
Pada tahun 2019 rasio paja Sulbar yang dihitung dari perbandingan antara pendapatan pajak dengan PDRB (ADHK) mengalami penurunan dari 3,11 persen di tahun 2018 menjadi 3,05 persen. Kondisi tersebut sejalan dengan kondisi perekonomian Sulbar yang mengalami perlambatan.
Beberapa hal diduga menjadi faktor penyebab tren penurunan dimaksud, antara lain disebabkan oleh kenaikan aktivitas perekonomian masyarakat berasal dari sektor
Grafik 5.4 Perkembangan Tax Ratio di Sulbar
Sumber: LKPK Tahun 2018 dan 2019 unaudited
Kanwil DJPb Prov. Sulbar; BPS Sulbar, 2020
(diolah) 966 31 1.003 .1 1 1 3 2 .8 7 4 3,11% 3,05% 2018 2019 R p M iliar
Pendapatan Pajak PDRB Tax Ratio
Grafik 5.3 Perkembangan Realisasi Pendapatan Konsolidasian Sulbar per Jenis Tahun 2018-2019
Sumber: LKPK tahun 2018 dan 2019 unaudited Kanwil DJPb Prov. Sulbar, 2020 (diolah)
966, 0 453 ,2 93, 9 6, 3 1.00 2, 6 299, 8 85, 7 0, 0
Perpajakan PNBP Hibah Transfer
Rp
M
iliar
2018 2019
Grafik 5.2 Perkembangan Pendapatan Konsolidasian Sulbar tahun 2018-2019
Sumber: LKPK Tahun 2018 dan 2019 unaudited Kanwil DJPb Prov. Sulbar, 2020 (diolah)
680,87 (44,81%) 704,03 (49,40%) 840,79 (55,33%) (50,60%)687,20 2018 2019 Rp M iliar Pempus Pemda Kinerja realisasi pendapatan konsolidasian Sulbar tahun 2019 terkontraksi 8,65 persen dari tahun sebelumnya Tax Ratio Sulbar tahun 2019 sebesar 3,05 persen, lebih rendah dari tahun sebelumnya
Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019
81
pertanian yang mana pekerja di sektor bersangkutan sebagian besar memiliki penghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Selain itu, komoditas di sektor tersebut termasuk komoditas strategis yang dibebaskan dari pengenaan PPN. Adapun wajib pajak pada sub sektor perkebunan merupakan wajib pajak besar yang pemungutan pajaknya diatur secara khusus dan terdaftar sebagai wajib pajak wilayah Jakarta. Selain itu, turunnya tax ratio juga berhubungan dengan turunnya kinerja penyerapan anggaran belanja modal, mengingat masih besarnya kontribusi belanja pemerintah terhadap penerimaan perpajakan Sulbar.
Rasio Pajak per Kapita Kabupaten di Provinsi Sulbar
Rasio pajak per kapita dihitung dari jumlah penerimaan pajak setiap kabupaten dibagi dengan jumlah penduduknya. Berdasarkan perhitungan tersebut, Kabupaten Mamuju memiliki rasio pajak per kapita yang paling tinggi sedangkan terendah di Kabupaten Mamasa.
Terdapat beberapa faktor yang berkorelasi dengan hal tersebut, antara lain adalah Mamuju sebagai ibukota provinsi memiliki penerimaan pajak yang terbesar, yakni Rp421,86 miliar (termasuk distribusi penerimaan pajak dari pemda Provinsi Sulbar) yang sebagian besar bersumber dari penerimaan PPh dan PPN atas proyek-proyek besar pemerintah. Sebaliknya, Mamasa memiliki jumlah penerimaan pajak yang paling sedikit, yakni Rp60,38 miliar. Sementara itu, meskipun Polewali Mandar memiliki penerimaan pajak terbesar kedua dengan realisasi Rp230,75 miliar namun dengan jumlah penduduk yang paling banyak menyebabkan kabupaten ini memiliki rasio pajak yang relatif lebih rendah.
Grafik 5.5 Rasio Pajak per Kapita setiap Kabupaten Lingkup Sulbar Tahun 2019 (Rp Ribu/Jiwa)
Sumber: LKPK Tahun 2019 unaudited Kanwil DJPb Prov. Sulbar; BPS Sulbar, 2020 (diolah)
Catatan: Data penerimaan pajak pemda Provinsi Sulbar sebesar Rp291,49 miliar didistribusikan ke seluruh kabupaten dengan menggunakan perhitungan proporsi
Grafik rasio pajak per kapita di atas menunjukkan bahwa setiap penduduk pada Kabupaten Mamuju telah berkontribusi sebesar Rp1.438.194 terhadap total penerimaan perpajakan kabupaten bersangkutan. Jika dilihat agregat Sulbar, maka setiap penduduk di wilayah Sulbar berkontribusi sebesar Rp726.386 terhadap total pendapatan perpajakan konsolidasian Sulbar. Sementara dari sisi masyarakat, angka tersebut menunjukkan beban pajak yang harus ditanggung oleh setiap penduduk dalam mendukung pelaksanaan pemerintahan di Sulbar.
557,27 536,97
376,50
1.427,24
603,09 620,76
Majene Polewali Mandar Mamasa Mamuju Pasangkayu Mamuju Tengah
Rasio Pajak per kapita Kabupaten Mamuju yang tertinggi, sedangkan terendah di Kabupaten Mamasa
Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019
82
Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kenaikan Realisasi Pendapatan
Konsolidasian
Walaupun mengalami perlambatan, aktivitas perekonomian Sulbar secara agregat tumbuh positif 5,66 persen. Di sisi lain, agregat penerimaan pajak dan non pajak Sulbar di tahun 2019 ini terkontraksi 8,23 persen. Kinerja realisasi perpajakan konsolidasian Sulbar yang meningkat Rp36,60 miliar dari tahun 2018 tidak diikuti oleh progres yang sama pada pendapatan non pajak yang justru menurun 33,85 persen.
Tabel 5.2 Realisasi Pendapatan Konsolidasian di Prov. Sulawesi Barat Tahun 2018 dan 2019
Uraian 2018 2019
Realisasi Kenaikan Realisasi Kenaikan
Penerimaan Perpajakan (Rp miliar) 966,00 3,79% 1.002,60 3,79%
PNBP (Rp miliar) 453,24 (5,36%) 299,80 (33,85%)
Total Penerimaan Pajak dan Non Pajak (Rp miliar) 1.419,24 0,68% 1.302,40 (8,23%) PDRB ADHK (Rp miliar) dan Pertumbuhan Ekonomi 31.111,00 6,25% 32.874,00 5,66%
Sumber: LKPK Tahun 2018 dan 2019 unaudited Kanwil DJPb Prov. Sulbar; BPS Sulbar, 2020 (diolah)
Adanya gap antara pertumbuhan pajak dan non pajak dengan PDRB mengindikasikan bahwa perlambatan ekonomi berpengaruh terhadap perkembangan penerimaan Sulbar. Penerimaan perpajakan konsisten tumbuh 3,79 persen dalam dua tahun, sedangkan penerimaan non pajak kian merosot. Pertumbuhan aktivitas perekonomian secara keseluruhan tampak kurang berkontribusi terhadap penerimaan non pajak Sulbar. Perlu diupayakan sumber-sumber penerimaan baru, misalnya dengan mengoptimalkan potensi sektor pariwisata agar dapat mendongkrak penerimaan retribusi. Pemerintah juga perlu mendorong peran BUMD maupun BUMDes guna mendukung upaya dimaksud.
Selain itu, pengelolaan keuangan pada beberapa instansi penyedia layanan dasar seperti rumah sakit perlu didorong untuk menerapkan pola tata kelola Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Walaupun tujuan utama dari penerapan BLUD adalah untuk peningkatan kualitas layanan kepada masyarakat, namun pengelolaan yang baik akan berdampak pada peningkatan pendapatan. Sebagai contoh, kinerja RSUD Polman sebagai salah satu instansi yang menerapkan pola tata kelola BLUD berhasil mencatatkan peningkatan PNBP yang cukup signifikan dari Rp65,75 miliar di tahun 2016 menjadi Rp96,18 miliar di tahun 2019 ini. Dalam kurun waktu empat tahun terjadi peningkatan PNBP sebesar Rp30-an miliar.
Pertumbuhan ekonomi Sulbar sebesar 5,66% belum mampu diikuti oleh pertumbuhan yang sepadan pada sisi penerimaan pajak dan non pajak Sulbar
Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019
83