• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKTOR UNGGULAN SULAWESI BARAT BERDASARKAN ANALISIS LQ,

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL (Halaman 114-123)

BAB VI KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL

6.1 SEKTOR UNGGULAN SULAWESI BARAT BERDASARKAN ANALISIS LQ,

MRP, SHIFT-SHARE EM, OVERLAY, TIPOLOGI KLASSEN, DAN INPUT OUTPUT

Pembangunan ekonomi suatu daerah berkaitan erat dengan proses pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya yang tersedia untuk menciptakan lapangan kerja dan nilai tambah yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Upaya tersebut seringkali dibarengi dengan tantangan dan hambatan.

Tantangan klasik dalam dalam mewujudkan tujuan pembangunan ekonomi daerah adalah penentuan fokus kebijakan-kebijakan pembangunan daerah yang harus diselaraskan dengan kekhasan daerah yang bersangkutan (endegenous development), baik ketersediaan sumber daya manusia (demografi), kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal (Arsyad, 1999).

Untuk menentukan fokus pembangunan ekonomi Sulbar tersebut, perlu diidentifikasi lapangan usaha ekonomi yang memiliki kontribusi dominan terhadap PDRB Sulbar. Berbekal seri data PDRB ADHK Sulbar tahun 2013 – 2019, dapat dilakukan analisis menyeluruh terhadap lapangan usaha unggulan dan potensial di Sulbar menggunakan metode beberapa teknik analisis. Melalui analisis Location Quotient (LQ) dapat diketahui sektor ekonomi basis di Sulbar.

Selanjutnya, Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi sektor potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan struktur ekonomi wilayah (Yusuf, 1999). Keunggulan komparatif dan spesialisasi sektoral Sulbar dibanding sektor serupa di level nasional dapat diperoleh menggunakan metode Shift Share Esteban Marquillas (SS-EM). Proses overlay dari hasil ketiga analisis tersebut dapat menggambarkan lapangan usaha yang patut mendapat dukungan fiskal yang memadai dari pemerintah daerah.

Gambar 6.1 Alur Analisis Sektor/Sub Sektor Ekonomi Unggulan di Sulbar

Sumber: Studi literatur (diolah)

Analisis terhadap perubahan peranan setiap sektor usaha terhadap struktur PDRB dapat memberikan gambaran keunggulan dan potensi ekonomi di Sulbar.

KEUNGGULAN EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 92

Tabel 6.1 Hasil Analisis Potensi Sektor/Subsektor Ekonomi Provinsi Sulbar Tahun 2013 - 2019

Komponen PDRB Menurut Lapangan

Usaha LQ

MRP (RPs)

Shift Share EM Overlay

(1 2 3 4) Kompetitif

(rij - rin)

Spesialisasi (Eij - E'ij)

Syarat Overlay + Nilai > 1 Nilai > 1 Nilai > 0 Nilai > 0

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,08 1,51 0,13 6.180,06 + + + +

a. Pertanian, Peternakan, Perburuan, dan Jasa Pertanian

3,03 1,54 0,12 4.718,06 + + + +

b. Perikanan 4,00 1,12 0,05 1.536,87 + + + +

2. Industri Pengolahan 0,50 2,79 0,51 -2.985,12 - + + -

a. Industri Makanan dan Minuman 1,55 1,33 0,21 482,06 + + + +

3. Konstruksi 0,81 1,27 0,12 -448,45 - + + - 4. Adm. Pemerintahan 2,56 2,05 0,28 1.070,15 + + + + 5. Jasa Pendidikan 1,75 1,28 0,10 532,52 + + + + Sumber: Data PDRB BPS Sulbar (diolah, pilihan disesuaikan disesuaikan fokus pembahasan selanjutnya)

Keterangan:

1. Data sumber adalah data PDRB Sulbar dan PDB Nasional tahun 2013 - 2019.

2. Jika nilai LQ > 1, maka hasil Overlay 1 bertanda +, hal tersebut berarti sektor atau sub sektor usaha bersangkutan merupakan sektor basis dan memiliki keunggulan komparatif.

3. Jika MRP (RPs) > 1, maka hasil Overlay 2 bertanda +, artinya laju pertumbuhan sektor atau subsektor tersebut di Sulbar lebih tinggi dibandingkan di tingkat nasional.

4. Jika (rij-rin) > 0, maka hasil Overlay 3 bertanda +, artinya sektor atau subsektor tersebut memiliki keunggulan

kompetitif.

5. Jika (Eij – E*ij) > 0, maka hasil Overlay 4 bertanda +, artinya sektor atau subsektor tersebut memliki keunggulan spesialisasi.

6. : Sektor/Subsektor Unggulan; : Sektor/Subsektor potensial/belum unggul.

Analisis lebih dalam menggunakan Tipologi Klassen memposisikan sektor di atas pada kuadran-kuadran sesuai dengan laju pertumbuhan dan distribusi PDRB per lapangan usaha di Sulbar. Hasil scatter plot Klassen mengindikasikan bahwa bidang usaha Jasa Pendidikan meski unggul apabila dikomparasikan dengan kondisi di cakupan nasional, laju dan kontribusi PDRB sektor tersebut masih tertinggal dibandingkan laju dan kontribusi rata-rata PDRB Sulbar secara keseluruhan.

Sebaliknya, lapangan usaha Konstruksi meskipun pada analisis Overlay belum terklasifikasi sebagai sektor basis maupun unggul secara Spesialisasi, nilai tambah bidang tersebut terhadap PDRB Sulbar dalam tujuh tahun terakhir sebesar 8,23 persen melampaui rata-rata laju PDRB Sulbar secara agregat tercatat sebesar 7,52 persen. Rata-rata capaian kontribusi sektor tersebut kepada PDRB sebesar 7,92 persen terdata melebihi rata-rata kontribusi keseluruhan sektor sebesar 7,91 persen.

Grafik 6.1 Scatter Plot Tipologi Klassen Sektor Potensial Sulbar Tahun 2013 - 2019

Sumber: BPS Prov. Sulbar (diolah)

Analisis Overlay menunjukkan bahwa Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan masih menjadi sektor paling unggul di Sulbar pada tahun 2018. Meski unggul berdasarkan analisis Overlay, nampak bahwa laju dan kontribusi sektor Jasa Kesehatan dan Sosial masih berada di bawah rata-rata laju sektor lainnya di Sulbar.

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 93

Keunggulan sektor usaha dapat diamati pula dari keterkaitan antar sektor. Keterkaitan tersebut dianalisis menggunakan model Tabel Input Output (IO) yang berisi informasi tentang transaksi barang dan jasa dan keterkaitan antar sektor usaha di suatu daerah pada suatu waktu tertentu17.

Berdasarkan Tabel IO yang dirilis BPS Sulbar, teridentifikasi bahwa Industri Pengolahan merupakan lapangan usaha unggulan di Sulbar. Sektor tersebut berada pada Kuadran I scatter plot Tabel IO dengan nilai Indeks Daya Penyebaran (Backward Linkage) dan Indeks Derajat Kepekaan (Forward Linkage) lebih dari satu. Artinya, bidang usaha tersebut berkemampuan kuat untuk menggerakan perekonomian Sulbar, baik dari pengaruhnya ke sektor-sektor yang menjadi input (hulu) maupun sektor yang memanfaatkan output (hilir). Dalam menghasilkan output, sektor tersebut mampu menyerap output atau produk barang dan jasa dari sektor lainnya di wilayah Sulbar. Selain itu, ouput yang dihasilkan oleh Industri Pengolahan banyak digunakan oleh lapangan usaha lainnya seperti sektor Perdagangan dan Jasa Lainnya.

Berdasarkan hasil analisis Overlay yang diperdalam dengan analisis Klassen dan Tabel Input Output, teridentifikasi sektor dan subsektor di Sulbar yang unggul baik dari segi komparatif, laju pertumbuhan, keunggulan kompetitif, maupun spesialisasi, yaitu: 1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan;

2. Subsektor Pertanian, Peternakan, Perburuan, dan Jasa Pertanian; 3. Subsektor Perikanan;

4. Sektor Administrasi Pemerintahan; dan 5. Subsektor Industri Makanan dan Minuman.

Sementara itu, lapangan usaha Konstruksi menjadi sektor yang potensial untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi di Sulbar mengingat posisinya berada pada kuadran I matriks Tipologi Klassen atau termasuk dalam kategori sektor Maju dan Tumbuh Cepat.

17Wikarya, Uka, Analisis Model Input-Output, (LPEM FE UI: Jakarta), hlm. 2. Grafik 6.2 Scatter Plot Analisis Input Output Sulbar

Sumber: BPS Prov. Sulbar (diolah)

Keterangan: Tabel IO Sulbar disusun oleh BPS Sulbar pada tahun 2016 dan masih relevan untuk digunakan pada 2019 mengingat struktur ekonomi Sulbar belum mengalami perubahan signifikan.

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 94

Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pada tahun 2019, lapangan usaha yang bergerak di bidang Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan kembali menjadi sektor terunggul di Sulbar. Kontribusi sektor tersebut terhadap perekonomian Sulbar tetap mendominasi meskipun mengalami penurunan dari 38,95 persen pada tahun 2018 menjadi 38,61 persen pada tahun 2019. Depresiasi kontribusi tersebut juga nampak pada besaran andil sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang berkurang dari 2,28 menjadi 1,82. Hal ini terkorelasi dengan penurunan nilai tambah ekonomi dari subsektor Tanaman Perkebunan sebesar Rp33,97 miliar pada tahun 2019 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Grafik 6.3 Perkembangan Kontribusi dan Andil Laju PDRB Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan di Sulbar Tahun 2016 - 2019

Sumber: BPS Provinsi Sulbar, 2020 (diolah)

Selanjutnya bila dikomparasi dengan perkembangan laju sektoral di tingkat nasional, bidang usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Sulbar menjadi sektor basis dan unggul secara komparatif. Indikator LQ pada tahun 2019 terhitung sebesar 3,08 atau lebih tinggi 1 basis poin dibandingkan hasil analisis tahun sebelumnya. Demikian halnya dengan hasil analisis Shift Share – EM yang menunjukkan adanya peningkatan keunggulan komparatif dari 0,11 pada tahun 2018 menjadi 0,13 pada 2019.

Dari sisi ketenagakerjaan, sektor ini masih menjadi penyerap tenaga kerja terbanyak dengan daya serap 46,35 persen dari total tenaga kerja Sulbar. Namun daya serap tenaga kerja sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan mulai tergerus dan beralih ke sektor Perdagangan dan Industri Pengolahan. Diperkirakan tren tersebut akan berlanjut pada masa mendatang seiring geliat pertumbuhan sektor-sektor sekunder dan tersier di Sulbar.

39,00 39,10 38,95 38,61 1,59% 2,64% 2,28% 1,82 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 0% 20% 40% 60% 80% 100% 2016 2017 2018 2019

Sektor lainnya (gabungan) Jasa Pendidikan Administrasi Pemerintahan Perdagangan Besar dan Eceran Konstruksi

Industri Pengolahan Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Andil Sektor Pertanian terhadap Laju PDRB Sulbar

Gambar 6.2 Perkembangan Jumlah Jumlah Tenaga Kerja Sektoral di Sulbar Tahun 2017 - 2019

Sumber: BPS Prov. Sulbar, 2020 (diolah) Keterangan: Data per Agustus

300,0 323,30 297,37

77,1 86,50 98,55

44,4 46,40 54,78

2017 2018 2019

Ribu orang Pertanian,

Kehutanan, dan Perikanan Perdagangan Industri Pengolahan Konstruksi Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan menyumbang 42,12 persen dari total PDRB (ADHB) di Sulbar.

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 95

Subsektor Pertanian, Peternakan, Perburuan, dan Jasa Pertanian

Keunggulan Subsektor Pertanian, Peternakan, Perburuan, dan Jasa Pertanian secara sederhana dapat dilihat dari kontribusinya terhadap total PDRB Sulbar. Pada tahun 2019, subsektor ini bersumbangsih sebesar 29,79 persen terhadap PDRB Sulbar.

Capaian tersebut melebihi capaian kontribusi sektor dominan lainnya seperti Industri Pengolahan dan Perdagangan yang tercatat masing-masing sebesar 9,73 persen dan 8,29 persen. Kinerja subsektor unggulan ini terkonfirmasi dengan hasil positif pada analisis Overlay untuk semua metode baik LQ, MRP, maupun Shift Share–EM.

Sumber keunggulan subsektor ini berasal dari kelompok usaha Tanaman Perkebunan yang telah menjadi sumber mata pencaharian utama masyarakat Sulbar. Kontribusi usaha Tanaman Perkebunan tercatas sebesar 17,84 persen atau senilai Rp8,27 triliun dari total PDRB (ADHB) Sulbar sebesar Rp46,34 triliun pada tahun 2019.

Dibalik keunggulan tersebut, terdapat tantangan yang perlu diantisipasi yakni penurunan kontribusi bidang usaha Tanaman Perkebunan terhadap PDRB Sulbar dari 18,62 persen pada tahun 2016 menjadi 17,5 persen pada tahun 2019. Depresiasi dimaksud turut mendorong penurunan kontribusi Subsektor Pertanian, Peternakan, Perburuan, dan Jasa Pertanian terhadap PDRB Sulbar dari 29,65 persen pada tahun 2016 menjadi sebesar 29,08 persen pada tahun 2019.

Belum optimalnya produktivitas usaha-usaha pada subsektor tersebut menjadi pekerjaan rumah yang belum terselesaikan. Produktivitas tanaman Padi di Sulbar pada tahun 2018 lalu mencapai 4,46 ton per hektar atau mengalami penurunan 5,87 persen sebesar dibandingkan produktivitas senilai 4,74 ton per hektar pada tahun 2017.

Gambar 6.3 Kontribusi PDRB Subsektor Pertanian, Peternakan, dan Jasa Pertanian

Tahun 2017-2019

Sumber: BPS Prov. Sulbar

5,13 3,86 17,50 1,89 0,70 4,84 3,64 18,60 1,84 0,73 4,84 3,60 18,62 1,85 0,74 Tanaman Pangan Tanaman Hortikultura Tanaman Perkebunan Peternakan Jasa Pertanian dan

Perburuan % 2017 2018 2019 Serapan tenaga kerja pertanian di Sulbar sebesar 47,2 persen.

Grafik 6.4 Produktivitas Komoditas Pertanian Sulbar dan Nasional Tahun 2017-2018

Sumber: Kementerian Pertanian, 2020 (diolah) 4,74 4,70 3,80 5,17 5,23 3,64 3 4 5

Padi Jagung Kelapa Sawit Ton/Ha TAHUN 2017 Sulbar Nasional 4,46 4,84 3,81 5,19 5,24 3,70 3 4 5

Padi Jagung Kelapa Sawit Ton/Ha TAHUN 2018

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 96

Demikian halnya apabila dibandingkan dengan rata-rata produktivitas Padi di tingkat nasional yang pada tahun 2018 mencapai 5,19 ton per hektar.

Tabel 6.2 Strategi Peningkatan Produktivitas Pertanian dan Perkebunan Sulbar Peningkatan Produksi

Mengoptimalkan pemanfaatan alat – alat pasca panen. Menjalin kerjasama dengan penyedia benih.

Fasilitasi penyediaan alat dan mesin pertanian.

Penerapan sistem tanam jajar legowo dan teknologi Hazton. Pemakaian pupuk organik.

Pengamanan Produksi

Mengembangkan sistem pengendalian hama penyakit tanaman. Antisipasi anomali iklim.

Menerapkan sistem jaminan mutu dan jaminan pangan. Peningkatan SDM pelaksana perlindungan tanaman.

Perluasan dan Pengolahan Lahan

Menetapkan skala prioritas Kawasan Tanaman Pangan. Optimalisasi pengembangan dan pemanfaatan lahan dan air. Penggunaan agens hayati (AH).

Penyempurnaan Manajemen Pertanian

Mendorong peningkatan kemitraan antara petani dengan lembaga permodalan (fasilitasi KUR Pertanian).

Meningkatkan pemanfaatan teknologi pertanian. Mengembangkan Sistem Pelayanan Informasi Pasar. Pemberdayaan kelompok tani.

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sulbar, Kanwil DJPb Sulbar, 2020 (diolah)

Tantangan berikutnya yang dihadapi oleh subsektor Pertanian, Peternakan, Perburuan, dan Jasa Pertanian adalah belum optimalnya penggunaan input dari sektor-sektor lainnya di Sulbar (backward linkage < 1). Hal ini mengindikasikan bahwa subsektor tersebut masih menggunakan barang dan jasa dari luar wilayah Sulbar dalam jumlah yang cukup signifikan. Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah daerah dapat mendorong penggunaan bahan baku lokal baik benih tanaman, pupuk, maupun alat-alat pertanian dan perkebunan.

Subsektor Perikanan

Bentang garis pantai sepanjang 617,5 kilometer menjadi faktor kunci keunggulan bidang usaha Perikanan di Sulbar. Dari enam kabupaten, hanya Mamasa yang tidak berbatasan dengan bibir Selat Makassar. Potensi sumber daya alam maritim tersebut disokong oleh 44.083 penduduk Sulbar yang berprofesi di bidang kelautan dan perikanan18. Kedua sumber daya tersebut mendorong peningkatan kontribusi subsektor perikanan terhadap PDRB Sulbar meningkat dari tahun ke tahun.

18 Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, Dashboard Kartu Pelaku Usaha Kelautan dan Perikanan, diakses dari https://satudata.kkp.go.id/dashboard_kusuka, pada tanggal 24 Februari 2020.

Tata kelola pertanian di Sulbar yang secara umum masih dilakukan secara tradisional.

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 97

Pada tahun 2019, kontribusi lapangan usaha ini terakselerasi 7,89 persen (yoy), melebihi laju sektor yang sama di tingkat nasional yang tumbuh sebesar 5,8 persen (yoy). Nampak bahwa celah keunggulan laju PDRB usaha Perikanan di Sulbar tersebut makin melebar. Hal tersebut salah satunya dimotori oleh penambahan jumlah tenaga kerja Sulbar yang berprofesi utama di bidang Perikanan, perikanan laut maupun budidaya air tawar.

Data Kementerian Kelautan menunjukkan bahwa jumlah pekerja perikanan di Sulbar pada tahun 2019 meningkat sejumlah 2.830 orang atau tumbuh 6,86 persen (yoy). Profesi pemasar ikan mengalami peningkatan paling tinggi yakni 168,54 persen, dari 213 orang pada tahun 2018 menjadi 572 orang pada tahun 2019. Diikuti oleh pekerja pengolah ikan yang bertambah 19,4 persen (yoy) menjadi 249 orang. Pergeseran struktur tenaga kerja perikanan primer (nelayan) menuju perikanan sekunder (jasa perikanan) menggambarkan prospek cerah kemajuan sektor ini di masa depan.

Namun, berdasarkan analisis IO Sulbar diketahui bahwa subsektor Perikanan di Sulbar belum memiliki indeks daya penyebaran (backward linkage < 1) dan indeks derajat kepekaan (forward linkage < 1) yang kuat.

Hal ini mengindikasikan bahwa usaha Perikanan belum optimal dalam memanfaatkan output dari sektor lainnya. Begitupun output sektor ini belum diserap secara maksimal oleh lapangan usaha lainnya di Sulbar. Ke depan, pemda perlu mendorong pemanfaatan komponen lokal untuk didayagunakan sebagai input usaha Perikanan. Sebagai contoh, pemda dapat menerbitkan regulasi persentase minimum kandungan lokal bahan baku pengolah ikan maupun alat penangkap ikan. Hal ini diharapkan dapat menyerap lebih banyak produk keluaran sektor lainnya di Sulbar misalnya industri alat penangkap ikan. Himbauan agar mengkonsumsi produk lokal juga

Grafik 6.5 Perbandingan Kontribusi dan Laju PDRB Subsektor Perikanan Sulbar dan Nasional

Sumber: BPS, 2020 (diolah) 8,97% 9,17% 2,39% 2,40% 5,58% 7,89% 5,00% 5,80% 2016 2017 2018 2019

Kontribusi thdp PDRB Sulbar Kontribusi thdp PDRB Nasional Laju PDRB Perikanan Sulbar Laju PDRB Perikanan Nasional

Dalam tiga tahun terakhir, subsektor Perikanan di Sulbar mengungguli capaian di tingkat nasional. Keterbatasan fasilitas cold storage perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah.

Tabel 6.3 Jumlah Pekerja Usaha Perikanan di Sulbar Tahun 2019 (jiwa)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 98

perlu disuarakan agar hasil tangkapan nelayan dan pembudidaya ikan di Sulbar dapat diserap optimal untuk konsumsi masyarakat maupun diolah lebih lanjut oleh industri olahan di wilayah Sulbar.

Sektor Administrasi Pemerintahan

Berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KLBI) BPS, besaran nilai tambah ekonomi dari Administrasi pemerintahan dapat dihitung dari penjumlahan seluruh realisasi belanja dari kegiatan administrasi pemerintahan dan pertahanan dikurangi dengan penyusutan.

Sehubungan dengan rumusan tersebut, dinamika jumlah pegawai pemerintah menjadi indeks tertimbang yang secara fluktuatif memberikan pengaruh kepada fluktuasi kontribusi PDRB sektor dimaksud terhadap keseluruhan PDRB Sulbar dari tahun ke tahun sebagaimana nampak pada grafik di samping. Pada tahun 2019 jumlah PNS di Sulbar tercatat kurang lebih sebesar 40 ribu orang atau 2,96 persen dari 1,35 juta jiwa penduduk Sulbar. Dalam setahun, kegiatan Administrasi Pemerintahan berkontribusi sebesar Rp3,52 triliun atau 8,8 persen dari total PDRB ADHB Sulbar Tahun 2019. Sumbangsih sektor tersebut berada pada posisi empat besar kontributor perekonomian Sulbar.

Berdasarkan hasil analisis Input Output Sulbar, posisi sektor Administrasi Pemerintahan berada pada Kuadran IV dengan nilai Indek Daya Penyebaran (Backward Linkage) sebesar 1,0011 dan Indeks Kepekaan (Forward Linkage) senilai 0,8757. Artinya, sektor tersebut telah optimal menggunakan sumber daya lokal namun pemanfaatan output belum diserap dengan baik oleh sektor lainnya di Sulbar. Rendahnya keterkaitan ke depan menjadi indikasi adanya kebocoran ekonomi dimana penikmat nilai tambah sektor ini adalah sektor yang berada di luar wilayah Sulbar.

Subsektor Industri Makanan dan Minuman

Berdasarkan analisis Overlay, Subsektor Industri Makanan dan Minuman termasuk ke dalam lapangan usaha unggulan di Sulbar. Sumbangan PDRB (ADHB) subsektor tersebut di Sulbar sebesar 8,85 persen melebihi kontribusi usaha yang sama di level nasional yang tercatat sebesar 6,67 persen pada tahun 2019. Selanjutnya, jika

Grafik 6.6 Perkembangan Jumlah PNS di Sulbar dan Kontribusi PDRB Adm. Pemerintahan

Sumber: BPS Prov. Sulbar (diolah)

33 37 41 40 8,5% 9,1% 8,8% 8,80% 10 20 30 40 50 2015 2016 2017 2018 Ribu Jiwa

Jumlah PNS Sulbar Kontribusi PDRB Sulbar

Ketergantungan ekonomi kepada sektor administrasi pemerintahan perlu dikurangi.

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 99

dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya, PDRB lapangan usaha Industri Makanan dan Minuman bertambah Rp253,7 miliar atau tumbuh 4,81 persen (yoy).

Dilihat dari komponen pembentuknya, industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit menjadi tulang punggung utama. Hal tersebut terkonfirmasi dengan tingginya porsi ekspor hasil olahan kelapa sawit di wilayah Sulbar dalam tiga tahun terakhir. Nilai ekspor CPO Sulbar mencapai US$432,07 juta menyumbang 94,1 persen dari total nilai ekspor nonmigas Sulbar sebesar US$459,13 juta pada tahun 2019.

Keunggulan Industri Makanan dan Minuman juga nampak dari dominasi lapangan usaha tersebut di sektor Industri Pengolahan di Sulbar. Subsektor tersebut menyumbang 90,89 persen nilai tambah ekonomi sektor Industri Pengolahan Sulbar. Dominasi subsektor Industri Makanan dan Minuman ini selain berarti positif, dapat pula dimaknai sebaliknya. Ketergantungan terhadap industri tersebut dapat berdampak negatif terhadap perekonomian Sulbar. Harga komoditi CPO dan turunannya merupakan variabel yang sepenuhnya mengikuti mekanisme pasar. Isu kampanye hitam produk sawit yang dituding sebagai kontributor deforestasi dunia patut diantisipasi.

Selain itu, merebaknya virus COVID-19 belakangan ini harus diwaspadai meskipun sampai dengan Februari 2020 wabah tersebut belum berdampak signifikan kepada ekonomi nasional19. Terdapat risiko harga CPO akan mengalami tekanan mengingat China merupakan importir terbesar atas produk CPO Sulbar. Hal ini berpotensi mengurangi volume dan nilai ekspor CPO yang pada akhirnya akan berdampak linear terhadap PDRB Sulbar secara keseluruhan.

Pemerintah selaku pemangku kepentingan umum di Sulbar perlu mengakselerasi model industri baru yang sesuai dengan karakteristik sumber daya yang dimiliki. Peralihan fokus pembangunan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier menjadi alternatif yang dapat ditempuh. Intensifikasi pembangunan infrastruktur di Sulbar dapat menjadi modal untuk mendukung kemajuan sektor perdagangan. Sektor industri pariwisata juga dapat dilirik mengingat sektor tersebut secara ekonomi memiliki dampak pengganda yang kuat terhadap perekonomian masyarakat Sulbar.

1 19 CNN Indonesia, BPS: Dampak Virus Corona ke Ekonomi Terasa pada Februari 2020, diakses dari https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200217155055-532-475408/bps-dampak-virus-corona-ke-ekonomi-terasa-pada-februari-2020, pada tanggal 25 Februaru 2020

Grafik 6.7 Perkembangan Ekspor Sulbar Tahun 2017 - 2019

Sumber: Kpw BI Prov. Sulbar, 2020 (diolah)

6,94 9,12 13,52 359,43 478,13 432,07 19,56 21,10 13,54 2017 2018 2019 US$ juta

Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 100

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL (Halaman 114-123)