Berdasarkan pohon tujuan diatas, ditawarkan dua solusi untuk mengatasi akar permasalahan dari kinerja perencanaan dan pelaksanaan RAD PPDT yang tidak optimal, yaitu :
(1) Memperbaiki Petunjuk Teknis Penyusunan STRADA dan RAD PPDT untuk memperjelas sistem dan prosedur dalam melaksanakan integrasi dan sinkronisasi antar dokumen perencanaan, serta memperjelas sistem dan prosedur pelaksanaan monev STRADA dan RAD PPDT
(2) Memberikan pelatihan kepada SDM perencana di Bappeda dan SKPD seluruh Kabupaten Tertinggal mengenai sistem dan prosedur perencanaan serta pelaksanaan PPDT
Adapun indikator kinerja bagi proses pengelolaan percepatan pembangunan daerah tertinggal di Kabupaten Landak yang diturunkan dari pohon tujuan diatas, adalah sebagai berikut :
Tabel 6.1 Indikator Kinerja Proses Pengelolaan Pembangunan Daerah Tertinggal dengan Studi Kasus Kabupaten Landak
NO. TUJUAN INDIKATOR
1 RAD PPDT Kabupaten efektif untuk mensinkronkan dan mensinergikan kebijakan, program dan kegiatan SKPD Kabupaten agar sesuai dengan sasaran strategis pembangunan daerah tertinggal Proses Perencanaan :
1. Tersusunnya Renstra SKPD Kabupaten dengan mengacu kepada STRADA PPDT Kabupaten
2. Tersusunnya RAD PPDT Kabupaten dan Renja SKPD Kebupaten dengan mengacu kepada RAS SKPD Kabupaten
3. Konsistensi program dan kegiatan dalan RAD PPDT Kabupaten dengan Renja SKPD Kabupaten
4. Terumuskannya indikator output maupun outcome dalam penyusunan RAD PPDT untuk keperluan monitoring dan evaluasi
5. Terjalinnya komunikasi antara Bapeda dengan SKPD secara intensif dalam menyusun STRADA dan RAD PPDT melalui pelaksanaan forum koordinasi perencanaan
Proses Pelaksanaan :
1. Terselenggaranya forum koordinasi rutin antara Bappeda Kabupaten dengan SKPD Kabupaten untuk untuk melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan dalam RAD PPDT oleh seluruh stakeholder 2. Digunakannya RAD sebagai salah satu dokumen acuan yang dibahas
dalam forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten
3. Terselenggaranya forum koordinasi dengan swasta dalam pelaksanaan RAD 2 RAD PPDT Kabupaten efektif untuk mensinkronkan dan mensinergikan kebijakan, program dan kegiatan Pemerintah Pusat agar sesuai kebutuhan riil di daerah Proses Perencanaan :
1. Tersusunnya Renstra KL dengan mengacu kepada STRANAS PPDT 2. Tersusunnya RAN PPDT dan Renja KL dengan mengacu kepada RAS KL 3. Konsistensi program dan kegiatan dalam RAN PPDT dengan Renja KL 4. Penyusunan RAD PPDT Kabupaten dengan memperhatikan RAN PPDT 5. Terselenggaraanya proses perencanaan sektoral untuk program dan
kegiatan dalam RAD PPDT Kabupaten yang diusulkan dibiayai oleh Pemerintah Pusat.
6. Ditetapkannya kebijakan khusus di masing‐masing KL sehingga agenda PPDT di dalam RENSTRA dan RENJA KL menjadi salah satu prioritas KL 7. Terjalinnya komunikasi antara SKPD Kabupaten dengan KL secara intensif
dalam menyusun STRADA dan RAD PPDT
8. Terjalinnya komunikasi antara Bappeda dengan KPDT dalam menyusun STRADA dan RAD PPDT melalui pelaksanaan forum koordinasi
perencanaan 3 RAD PPDT Kabupaten efektif untuk Proses Perencanaan :
1. Tersusunnya Renstra SKPD Provinsi dengan mengacu kepada STRADA PPDT Provinsi
NO. TUJUAN INDIKATOR mensinkronkan dan mensinergikan kebijakan, program dan kegiatan Pemerintah Provinsi agar sesuai kebutuhan riil di daerah, khususnya untuk mendorong keterpaduan antar daerah
2. Tersusunnya RAD PPDT Provinsi dan Renjas SKPD Provinsi dengan mengacu kepada RAS SKPD Provinsi
3. Konsistensi program dan kegiatan dalan RAD PPDT Provinsi dengan Renja SKPD Provinsi
4. Perumusan RAD PPDT Kabupaten dengan memperhatikan RAD PPDT Provinsi
5. Terselenggaraanya proses perencanaan sektoral untuk program dan kegiatan dalam RAD PPDT Kabupaten yang bersifat mendorong keterpaduan antar daerah dan diusulkan dibiayai Pemerintah Provinsi 6. Terjalinnya komunikasi antara Bappeda Kabupaten dengan Bappeda
Provinsi secara intensif dalam menyusun STRADA dan RAD PPDT. 7. Terjalinnya komunikasi antara SKPD Kabupaten dengan SKPD Provinsi
secara intensif dalam menyusun STRADA dan RAD PPDT melalui forum koordinasi perencanaan.
6.2.
Kabupaten Seram Bagian Barat
Penyusunan indikator pengelolaan RAD PPDT di Kabupaten SBB ini didasarkan pada isu dan permasalahan yang ditemui dari hasil analisis untuk dicarikan arah penyelesaiannya di masa mendatang.
A. Permasalahan dalam realisasi pelaksanaan program/kegiatan sektoral di daerah Tahun 2008 :
Provinsi Maluku :
1. Pengusulan program/kegiatan dalam RAD PPDT Provinsi Maluku sangat tidak berimbang karena lebih dibebankan pada APBN 97,54 % sedangkan dari APBD Provinsi hanya 2,46 %. Demikian juga hasil realisasi sebagian besar bersumber dari APBN 97,53 % dan hanya 2,47 % dari APBD Provinsi Maluku. Hal ini menunjukkan bahwa pembagian urusan antara pemerintah dengan pemerintah daerah belum berjalan sebagaimana mestinya seperti yang diamanatkan PP 38 Tahun 2007.
2. Realisasi didominasi oleh Dinas Perhubungan diikuti oleh Dinas PU. Artinya banyak SKPD yang tidak dapat melaksanakan kegiatannya seperti yang ada dalam RAD PPDT.
3. Terkait dengan lima prioritas program PPDT di tingkat Provinsi Maluku, prioritas yang paling banyak realisasinya dan paling banyak menyerap dana adalah pengembangan sarana prasarana, prioritas pengembangan ekonomi lokal urutan kedua, prioritas pengembangan SDM urutan ke tiga, prioritas pencegahan konflik dan keterisolasian urutan ke empat, dan prioritas pemberdayaan kelembagaan urutan terakhir.
4. Kabupaten SBB :
5. Realisasi SKPD hanya 60% dari usulan RAD PPDT, dari APBN 42,73%, APBD Provinsi 22,4%, APBD Kabupaten SBB 34,87%. Untuk Kabupaten SBB realisasi relatif cukup berimbang antara APBN dengan APBD provinsi dan APBD Kabupaten.
6. Terkait dengan lima prioritas program PPDT di tingkat Kabupaten SBB, prioritas yang paling banyak realisasinya dan paling banyak menyerap dana adalah pengembangan sarana prasarana, prioritas pengembangan ekonomi lokal urutan kedua, prioritas pencegahan konflik dan keterisolasian urutan ke tiga, prioritas pengembangan SDM urutan ke empat, dan prioritas pemberdayaan kelembagaan urutan terakhir. Artinya pelaksanaan prioritas PDT di bidang pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan SDM masih sangat kurang. 7. Jumlah usulan paling dominan dalam RAD PPDT adalah dari Dinas Kelautan Perikanan, Dinas
Infokom, Dinas Kesehatan, namun yang paling banyak terlaksana adalah dari Dinas Pendidikan,
BAB VI INDIKATOR PROSES PENGELOLAAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 8
8. sedangkan Dinas Kelautan Perikanan dan dinas lainnya yang menempati urutan sesudahnya, dengan jumlah realisasi jauh lebih rendah.
9. RAD PPDT Kabupaten SBB Tahun 2008, sudah relatif sesuai dengan upaya untuk memanfaatkan potensi sumberdaya alam utama di SBB yaitu bidang keluatan dan perikanan, namun sangat kurang dalam implementasinya dan masih banyak sektor yang belum konsisten dalam merealisasikan RAD PPDT Kabupaten SBB.
10. Belum terpadunya RAD PPDT Kabupaten SBB dengan sejumlah program pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan dari Pemerintah, meski dinilai jumlah realisasinya cukup besar bagi kabupaten SBB.
B. Permasalahan dalam proses penyusunan substansi RAD PPDT Tahun 2007 yang dilaksanakan
Tahun 2008 :
1. Terdapat pokok masalah yang telah diidentifikasi dalam RAD Kabupaten Seram Bagian Barat, namun tidak diprogramkan di dalam matriks RAD.
2. Belum ada dasar analisis tertentu yang digunakan dalam menentukan faktor penyebab ketertinggalan Kabupaten SBB seperti faktor internal dan faktor eksternal yang dikaji secara khusus di kabupaten SBB sehingga menjadi landasan pengambilan keputusan tentang strategi dan kebijakan (program/kegiatan).
3. RAD hanya berisi daftar kebutuhan tidak disertai oleh kerangka logis suatu program/kegiatan, dan tidak adanya penyusunan target indikator output maupun outcame sehingga sulit dijadikan sebagai acuan dalam melakukan koordinasi implementasi, monitoring dan evaluasi.
4. Jumlah program/kegiatan terlalu banyak, hal ini terjadi karena tidak jelasnya bentuk pedoman kerangka PDT oleh Kementerian PDT, yang disusun untuk kepentingan pemilahan, focusing, dan pembuatan skala prioritas badi pelaksana Tim Koordinasi di daerah provinsi dan kabupaten. Karena RAD PDT Kabupaten SBB seharusnya disusun lebih terfokus dan memiliki kejelasan skala prioritas dalam pengentasan faktor penyebab ketertinggalan Kabupaten SBB.
5. Terdapat ketidaksesuaian antara jenis kegiatan dengan instansi pelaksana.
6. Terdapat program‐program yang tidak memiliki proses pentahapan, misalnya munculnya suatu program/kegiatan perlu didahului oleh program/kegiatan yang lain.
7. RAD belum menunjukkan perencanaan skala prioritas produk unggulan sebagai faktor pengungkit atau penghela PEL. RAD hanya berisi daftar usulan hampir semua jenis produk yang disadur dari RAS SKPD (rutinitas).
8. Terdapat program/kegiatan yang tidak realistis dilaksanakan dalam 1 tahun.
9. Masih terdapat program/kegiatan yang kurang memberdayakan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan (sektor riel).
10. Tim Koordinasi Penyusunan RAD PPDT Provinsi Maluku dan Kabupaten SBB belum memanfaatkan Musrenbang, forum‐forum koordinasi SKPD, Forum‐forum koordinasi proyek instrumen Kementerian PDT,dan belum adanya suatu Forum Koordinasi Khusus RAD PPDT, dalam proses penyusunan substansi RAD PPDT.
11. Belum ada keterpaduan antar wilayah kabupaten di dalam RAD PPDT Kabupaten SBB maupun RAD PPDT Provinsi Maluku.
C. Permasalahan dalam proses koordinasi dalam pelaksanaan RAD PPDT di Tahun 2008 :
1. Tim Koordinasi Provinsi RAD PPDT kurang berjalan efektif karena tidak ada landasan kewajiban bagi Bappeda Provinsi untuk mengawal usulan RAD, kurang berjalannya mekanisme penyusunan RAD PPDT di tingkat kabupaten SBB dan tingkat Provinsi Maluku yang tidak memanfaatkan mekanisme Musrenbang.
2. Kurangnya koordinasi Tim Penyusun RAD dari Kementerian PDT terhadahp Tim Koordinasi RAD PPDT Provinsi Maluku.
3. RAD PPDT langsung disusun oleh kabupaten mengacu pada RAN PDT dan Renstra Provinsi, sedangkan provinsi hanya mengkompilasi RAD dari semua kabupaten. Akibatnya STRADA dan RAD PDT Kabupaten SBB tidak banyak dibahas dan diketahui oleh SKPD di tingkat provinsi Maluku.
4. RAD PPDT dari kabupaten ke tingkat provinsi tidak ditindaklanjuti untuk dikoordinasikan pelaksanaannya oleh SKPD provinsi Maluku. Seharusnya dikoordinasikan oleh provinsi oleh Bappeda ke SKPDnya untuk diusulkan ke pusat, namun tidak dilakukan, sehingga banyak SKPD di tingkat provinsi yang tidak mengetahui dan tidak memahami substansi RAD PDT dari kabupaten.
5. Tidak ada suatu kesepakatan maupun landasan hukum yang menjadi acuan untuk memaksa SKPD provinsi dan kabupaten agar mengalokasikan anggarannya untuk pelaksanaan RAD PDT.
6. Tidak ada RAS PDT dan SKPD di tingkat provinsi berjalan sendiri‐sendiri tanpa ada koordinasi secara substansial dari Kementerian PDT terhadap pihak terkait di provinsi.
7. Tidak adanya informasi dari Kementerian PDT tentang perkembangan dukungan Kementerian/Lembaga terkait di pusat terhadap RAD PPDT provinsi Maluku dan kabupaten SBB menyebabkan RAD PPDT Provinsi Maluku dan Kabupaten SBB yang akan dibiayai dari APBN sulit dikoordinasikan lebih lanjut oleh Provinsi dan Kabupaten.
8. Hubungan antara Rencana Aksi Daerah (RAD) dan Rencana Aksi Sektoral (RAS) di tingkat provinsi kurang terkoordinasi karena RAD diserahkan begitu saja kepada SKPD sehingga Bappeda Provinsi sulit mengkoordinasikannya apalagi mengevaluasinya.
9. Kurangnya proses konsolidasi penyusunan RAS khusus PDT oleh Tim Koordinasi Kabupaten maupun Provinsi Maluku, sebelum menjadi Renja SKPD.
10. Implementasi RAD PPDT sulit dikawal karena sangat tergantung pada konsistensi SKPD dalam pelaksanaan program/kegiatannya, dan sangat tergantung pada seberapa banyak usulannya dikabulkan oleh Kementerian/lembaga sektoralnya di tingkat pusat.
11. Kementerian PDT kurang mengkoordinasikan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan terhadap Provinsi dan kabupaten.
12. Tidak ada target yang jelas dari STRADA dan RAD PDT provinsi dan kabupaten seharusnya dibuat terfokus dan sesuai spesifikasi ketertinggalan daerah.
D. Permasalahan dalam proses monitoring dan evaluasi pelaksanaan RAD PPDT di Tahun 2008 :
1. Tim Koordinasi Provinsi Maluku kurang optimal dalam melakukan monitoring dan evaluasi terkait dengan pelaksanaan RAD PDT provinsi terhadap SKPD di provinsi dan terhadap Pemkab, yang ditandai oleh belum adanya laporan dari Tim Koordinasi RAD PPDT yang melakukan kegiatan monitoring secara reguler
2. Tim Koordinasi Provinsi Maluku kesulitan memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program‐program kemiskinan dan program SKPD dan K/L yang datang dari pusat dan masuk langsung ke kabupaten.
3. Berbeda halnya dengan yang terjadi di tingkat provinsi, di tingkat kabupaten SBB proses monitoring pelaksanaan RAD PDT dilakukan oleh Tim Koordinasi cq. Bappeda namun kurang terarah sehingga untuk RAD PPDT sehingga monitoring yang dilakukan adalah dalam rangka implementasi kegiatan SKPD yang bersifat rutinitas di kabupaten SBB.
4. Untuk memudahkan proses monitoring dan evaluasi, Pemkab SBB belum optimal memanfaatkan forum‐forum koordinasi proyek instrumen dari Kementerian PDT maupun forum‐forum koordinasi proyek‐proyek penaggulangan kemiskinan di daerahnya.
G
Gambar 6.3 Pohon
BAB n Permasalahan K B VI INDIKATOR PROSES Kabupaten Seram PENGELOLAAN PEMBAN m Bagian Barat
Kurang terarahnya penentuan jenis program/kegiatan dalam RAD Beban biaya terlalu besar
pelaksanaan RAD PDT menjadi tidak realistis
RAD tidak disertai oleh kerangka logis program/ kegiatan Adanya ketidaktepatan dalam menganalisis faktor penyebab ketertinggalan daerah
RAD tidak memiliki target indikator output maupun outcame sehingga menyulitkan
monitoring pelaksanaan dan evaluasi RAD hanya berisi daftar usulan yang disadur dari RAS SKPD rutinitas Adanya program/ kegiatan yang tidak
memiliki proses pentahapan yang
jelas
Terdapat ketidaksesuaian antara jenis program/ kegiatan dengan instansi pelaksana Terdapat program/ kegiatan yang tidak realistis dilaksanakan dalam satu tahun
Terdapat program/ kegiatan yang kurang
memberdayakan masyarakat sebagai pelaku
utama pembangunan (sektor riel)
Jumlah program/ kegiatan dalam RAD terlalu banyak tidak
ada pemilahan, focusing, dan skala
prioritas
Program/kegiatan dalam RAD PDT
kurang berkesinambungan
RAD PDT kurang mampu mengarahkan tanggung jawab
instansi terkait RAD PDT kurang mewujudkan
kemandirian masyarakat pelaku usaha
Substansi RAD PDT kurang mampu menyelesaikan faktor penyebab ketertinggalan daerah
Belum adanya pemanfaatan sistem dan mekanisme Musrenbang dalam penyusunan RAD PPDT di daerah
BAB VI INDIKATOR PROSES PENGELOLAAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 12
Kurangnya konsultasi dan koordinasi lebih lanjut oleh Pemkab SBB terhadap Tim Provinsi dan Tim Pusat dalam rangka mewujudkan keterpaduan program antar sektor, antar pelaku dan antar wilayah
Kurangnya pelaksanaan mekanisme penyusunan RAD PDT oleh Tim Koordinasi P i i Tidak ada penyusunan RAS khusus PDT oleh tim kabupaten, yang diacu adalah RAS SKPD yang bersifat rutinitas
Tidak ada pedoman untuk koordinasi keterpaduan RAD PDT dengan RAS dan RENJA SKPD Prov/Kab
Kurangnya keterpaduan program/kegiatan dalam proses penyusunan substansi RAD PDT Prov/kab, antar Sektor, antar pelaku usaha, dan antar wilayah
RAD PDT kabupaten tidak diarahkan oleh RAD Provinsi, hanya mengacu pada RAN PDT dan Renstra SKPD Prov
Tidak ada aturan KPDT yang dapat mengikat Tim Koordinasi Provinsi untuk menyusun
STRADA/RAD PDT Provinsi
Provinsi hanya mengkompilasi RAD dari kabupaten
Kurangnya koordinasi oleh tim provinsi dalam proses penyusunan RAD PDT Provinsi
Belum adanya pemanfaatan forum kordinasi Departemen terkait tentang pelaksanaan instrumen proyek KPDT dan Penanggulangan Kemiskinan Bappeda provinsi sulit mengkoordinasikan dan mensinkronkan
program/kegiatan pusat terkait kemiskinan dengan program provinsi
Kurangnya koordinasi penyusunan RAD oleh KPDT untuk keterpaduan program antar sektor, antar pelaku dan antar wilayah
RAD PDT kurang tersosialisasi ke SKPD Provinsi Maluku
Kurangnya koordinasi dan sosialisasi Tim Koordinasi kabupaten dan provinsi untuk keterpaduan RAD dengan kegiatan pelaku usaha
Kurangnya rapat koordinasi dan konsultasi antar wilayah kabupaten oleh Tim Koordinasi provinsi dalam proses penyusunan RAD PDT Kabupaten