BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH TERTINGGAL
B. Penduduk dan Ketenagakerjaan
Berdasarkan data statistik, jumlah penduduk Kabupaten Landak di tahun 2007 sebesar 321.575 jiwa, terdiri dari 163.968 jiwa laki‐laki dan 157.607 jiwa perempuan. Ditinjau dari segi usia, sebanyak 214.009 jiwa penduduk Kabupaten Landak termasuk kategori usia produktif, yaitu antara 15‐64 tahun. Dari sejumlah penduduk usia kerja tersebut, sebanyak 160.347 jiwa adalah angkatan kerja (terdiri dari yang bekerja dan mencari kerja) dan 53.662 jiwa bukan angkatan kerja (terdiri dari mereka yang bersekolah, mengurus rumah tangga, dan lain‐lain). Penduduk yang bekerja sejumalh 154.959 jiwa, terdiri dari 92.260 jiwa laki‐laki dan 62.699 jiwa perempuan. Sebagian besar penduduk, yaitu sebesar 86,35%.
C.
Potensi
Dari segi lokasi, Kabupaten Landak berada di lokasi yang cukup strategis. Terletak di tengah‐tengah Provinsi Kalimantan Barat, Kabupaten Landak berada di jalur perlintasan antara Pontianak‐Entikong‐ Kuching‐Brunei Darussalam, serta antara Pontianak‐Jagoibabang‐Kuching. Lokasi ini tentu akan berdampak positif bagi perekonomian Kabupaten Landak. Kemudian dari segi alam, Kabupaten Landak beriklim tropis dan memiliki kontur tanah yang relatif datar sehingga mendukung kegiatan pertanian. Seperti pada produksi padi, Kabupaten Landak merupakan salah satu daerah yang berhasil meningkatkan produksi padi 13,1% setahun, sehingga Kabupaten Landak berhasil memerima penghargaan atas Program Peningkatan Beras Nasional (P2BN) tahun 2008 oleh Presiden RI. Pengembangan padi tersebar di 10 kecamatan dengan sentra produksi di dua Kawasan Agrobisnis Terpadu (KUAT) yaitu KUAT Senakin (Kec. Sengah Temila) dan KUAT Sompak, kec Mempawah Hulu, (Sekarang Kec. Sompak). Komoditi pertanian lainnya yang juga berpotensi dikembangkan di Kabupaten Landak adalah jagung dan kedelai. Jagung merupakan bahan baku pakan ternak yang tersebar di 10 kecamatan dengan sentra produksi berada di Kecamatan Ngabang, Kecamatan Mempawah Hulu dan Kecamatan Menyuke. Sementara kedelai yang merupakan bahan baku pembuatan tahu dan tempe serta susu kedelai ini tersebar di kecamatan Mempawah Hulu, Menjalin, Menyuke dan Meranti. Dengan luas areal pertanaman 60 ha dan luas panen 58 ha pada tahun 2007.
Sumberdaya alam di Kabupaten Landak juga berpotensi untuk dikembangkan sebagai wisata. Banyaknya air terjun yang tersebar di daerah ini sangat memungkinkan untuk dijadikan sebagai daerah wisata alam, seperti air terjun Melanggar, air terjun Jambu, air terjun Pade Kembayung, dan air terjun Kanen. Air terjun ini juga dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik, seperti Air Terjun Pade Kembayung yang sudah dilakukan kajian mengenai daya listrik. Disamping itu di kawasan ini terdapat goa alam seperti Goa Sanjan, Goa Kelelawar dan Gunung Bentuang, Gunung Setutu, Gunung Pejapa, dan Gunug Menjok. Terdapat pula tempat lain yang berpotensi dijadikan sebagai wisata budaya, yaitu Rumah Ada Suku Dayak (Rumah Betang) di Saham, Keraton Landak, dan makam raja‐raja Kerajaan Landak.
Potensi energi dan sumber daya mineral (ESDM) Kabupaten Landak merupakan salah satu modal dasar dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pengelolaan potensi yang berdaya guna serta berteknologi ramah lingkungan. Intan sebagai salah satu sumber bahan galian di Bumi Intan ini dapat dijumpai pada beberapa wilayah di antaranya di Kecamatan Ngabang, Menyuke, Kuala Behe dan Air Besar dengan jumlah kandungan 4.050.500 karat (hipotetik). Selain itu di daerah Kabupaten landak juga terdapat bahan galian emas yang dapat dijumpai hampir pada seluruh wilayah Kabupaten Landak dengan kandungan belum dapat diperkirakan dengan tipe pengendapan aluvial. Zirkon, yang juga merupakan potensi bahan galian di Bumi Edo ini juga dapat dijumpai pada beberapa kecamatan misalnya di Kecamatan Mandor dengan jumlah terindikasi sebagai mineral ikutan dari proses penambangan emas secara tradisional.
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH TERTINGGAL 12
Disamping bahan galian tambang berupa mineral, Kabupaten Landak juga berpotensi sebagai sumber daya energi, yaitu air terjun sebagai sumber daya energi listrik yang terdapat di Kecamatan Air Besar dengan batuan pendukung yang stabil dan layak untuk dikembangkan, juga di Kecamatan Jelimpo terdapat bahan galian batu bara, namun untuk memastikan kualitas dan kuantitasnya diperlukan penelitian yang lebih mendetail. Demikian juga dengan bauksit, yang dapat dijumpai hampir di seluruh kecamatan dalam wilayah Kabupaten Landak, seperti di Kecamatan Mandor, Menyuke, Meranti, Menjalin, Mempawah Hulu, Ngabang, Air Besar, Sebangki, Kuala Behe dan Senga Temila, namun untuk memastikan kualitas dan kuantitas bahan galian bauksit ini masih diperlukan penelitian yang lebih mendetail. Potensi lain yang juga banyak terdapat di Kabupaten Landak diantaranya tembaga, pasir besi, timah hitam, timah putih, molibdenit, antimoni, bismuth, air raksa, arsen, kecubung, agate, kaolin, dan pasir kuarsa
D.
Faktor Penyebab Ketertinggalan
Hasil identifikasi pada dokumen Strategi Daerah Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (Strada PPDT) Kabupaten Landak, faktor prasarana dan sarana menjadi faktor utama penyebab ketertinggalan di Kabupaten Landak. Kondisi geografis pegunungan dan perbukitan menyebabkan beberapa daerah di Kabupaten Landak terisolasi karena sulit dijangkau. Kondisi ini diperparah karena kondisi infrastruktur jalan yang rusak atau masih tanah dan berbatu. Berdasarkan data statistik 2006, panjang jalan di Kabupaten Landak adalah 1.825,57 km. Hanya sepanjang 59,91 km yang merupakan jalan aspal. Selebihnya, 536,44 km merupakan jalan kerikil dan 719,95 km merupakan jalan tanah. Kondisinya pun, sebagian besar rusak. Sepanjang 286,97 km rusak dan 897,41 km rusak berat. Sementara itu, jalur sungai tidak bisa selamanya menjadi alternatif jalur transportasi. Adanya riam/air terjun serta kondisi pasang surut sungai, menyulitkan motor air melewatinya.
Meskipun Kabupaten Landak berpotensi dalam pertanian, namun hal ini kurang didukung oleh faktor sumberdaya manusia dan prasarana dan sarana yang ada. Hasil Survey Sosial‐Ekonomi Nasional (Susenas 2007), persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja sebagian besar memiliki latar belakang pendidikan tamat SD (36,56%) dan SLTP (21,52%). Hal ini dapat dimaklumi mengingat sarana sekolah belum menjangkau merata di seluruh daerah dan sesuai dengan kebutuhan yang ada. Dari data statistik tercatat bahwa jumlah sekolah dasar dan sederajat sebanyak 424 unit, sekolah menengah pertama dan sederajat sebanyak 90 unit, sekolah menengah umum dan sederajat sebanyak 42 unit, dan belum ada perguruan tinggi di wilayah Kabupaten Landak. Kecamatan Jelimpo, Kecamatan Sompak, dan Kecamatan Banyuke Hulu adalah kecamatan yang memprihatinkan dalam hal sarana pendidikan, karena tidak ada satupun sarana pendidikan yang ada di sana. Sarana pendidikan yang ada pun masih banyak yang mengalami kerusakan. Dari sisi pengajar, kualitas dan kuantitasnya juga masih perlu ditingkatkan. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan sarana kesehatan. Rumah sakit hanya ada satu di Kabupaten Landak, yaitu di Kota Ngabang, sementara sarana kesehatan lainnya berupa puskesmas perawatan sebanyak 6 unit, puskesmas lengkap 10 unit, puskesmas pembantu 68 unit, dan puskesmas keliling 19 unit.
Prasarana dan sarana listrik dan air bersih yang sangat dibutuhkan dalam pengolahan sumberdaya alam, kondisinya juga tidak jauh berbeda dengan prasarana dan sarana lainnya. Data Strada PPDT Kabupaten Landak menyebutkan bahwa tercapat tiga kecamatan yang belum tersentuh aliran listrik yaitu Kecamatan Sebangki, Kecamatan Kuala Behe, dan Kecamatan Meranti. Sementara untuk air bersih, hanya ada empat kecamatan yang memiliki jaringan PDAM, yaitu Kecamatan Ngabang, Kecamatan Mandor, Kecamatan Air Besar, dan Kecamatan Menyuke, itupun dengan jumlah pelanggan yang masih terbatas.