Visi dan Misi
A. Kondisi Wilayah
Kabupaten Seram Bagian Barat merupakan salah satu daerah pemekaran di wilayah Provinsi Maluku berdasarkan Undang‐Undang No. 40 Tahun 2003. Membentang antara 2,5° ‐ 7,5° LS dan 126,5°‐ 132° BT, wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat mempunyai luas sebesar 84.181 km2, terdiri dari 5.176 km2 luas daratan (6,15%) dan 79.005 km2 (93,85%). Jumlah pulau yang masuk dalam wilayah
Kabupaten Seram Bagian Barat sebanyak 32 pulau. Namun yang berpenghuni hanya 9 pulau, selebihnya belum berpenghuni.
Tabel 4.7 Pulau‐Pulau yang Ada dalam Wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat
Karakteristik Pulau Jumlah Pulau Nama Pulau
Pulau berpenghuni 9 Manipa, Kelang, Buano, Kasuari, Pua, Babi/Yana, Osi, Buntal, Tikus
Pulau tidak berpenghuni 23 Tuban Kecil, Nine, Kasar, Tatumbu, Burung, Marsegu, Asaude, Ayer,
Nununan, Kasumba, Kecil/Pasir, Batu, Tuban Besar, Masawoy, Suanggi,
Luhu, Serami, Nodman, Kelapa, Assamorugu, Sirih, Soanwela
Gambar 4.6 Peta Kabupaten Seram Bagian Barat
Pada beberapa tahun terakhir, wilayah Kabupaten Seram Bagian banyak mengalami pemekaran. Berdasarkan data Strada PDT, jumlah kecamatan, desa, dan dusun di Kabupaten Seram Bagian Barat tahun 2004 adalah 4 kecamatan, 89 desa, dan 122 dusun. Hingga pemekaran pada tahun 2008, jumlah tersebut bertambah menjadi 11 kecamatan, 92 desa, dan 103 dusun.
B.
Penduduk
Berdasarkan data statistik tahun 2008, jumlah penduduk Kabupaten Seram Bagian Barat sebesar 158.478 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk dari tahun sebelumnya sebesar 0,74%. Dari data sosial, sebagian besar penduduk, yaitu 24.824 KK, tergolong keluarga miskin. Bencana konflik sosial yang terjadi beberapa tahun lalu juga berdampak pada 737 KK yang menjadi pengungsi.
C.
Potensi
Kabupaten Seram Bagian Barat mempunyai potensi sumberdaya alam yang dapat dibanggakan, terutama untuk bidang kelautan dan perikanan. Perbandingan luas wilayah lautan (93,85%) dari wilayah daratan (6,15%), sangat memungkinkan sektor kelautan dan perikanan menjadi andalan bagi Kabupaten Seram Bagian Barat. Ikan pelagis besar dan kecil, ikan hias, moluska, ikan kecil demersal, udang, kerapu, kakap, dan lobster, adalah jenis‐jenis ikan yang potensial ditangkap dan dibudidayakan di Kabupaten Seram Bagian Barat, juga mutiara, teripang, dan rumput laut.
D.
Faktor Penyebab Ketertinggalan
Daerah Kabupaten Seram Bagian Barat terdiri dari deretan pulau yang tersebar dengan jarak yang berbeda‐beda. Letak antardesa juga tersebar, banyak diantaranya berada pada daerah pedalaman, pegunungan, dan daerah pesisir. Dengan kondisi daerah seperti ini, menyulitkan Kabupaten Seram Bagian Barat dalam menyediakan prasarana dan sarana dasar dan ekonomi, baik dari sisi teknologi maupun biaya pembangunan. Hal inilah yang menjadi permasalahan dasar pembangunan di Kabupaten Seram Bagian Barat.
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH TERTINGGAL 22
Keterbatasan prasarana dan sarana tersebut menjadi salah satu faktor kurang tertariknya nvestor dalam mengelola sumberdaya alam yang ada di Kabupaten Seram Bagian Barat karena harus mengeluarkan biaya produksi lebih besar dan waktu yang lebih lama dalam memproduksi dan memasarkan produk olahan. Akibatnya, sumberdaya alam yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat dan daerah, tidak terkelola dengan baik. Sebagai contoh, listrik belum menjangkau seluruh desa, kapasitasnya pun masih terbatas, hanya mampu sebagai penerangan rumah, belum mampu menjalankan mesin‐mesin pengolah. Jaringan irigasi hanya terdapat di beberapa kecamatan, sehingga banyak lokasi pertanian lahan basah yang hanya menggunakan irigasi sederhana.
Keterbatasan prasarana dan sarana juga menjadi salah satu faktor rendahnya kualitas SDM Kabupaten Seram Bagian Barat. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Seram Bagian Barat tahun 2007 sebesar 68,5. Walaupun mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2006 sebesar 67,8, namun ini masih dibawah IPM Provinsi Maluku yang sebesar 70,4. Jumlah sarana pendidikan di Kabupaten Seram Bagian Barat masih sangat terbatas dan penyebarannya belum merata di setiap desa/dusun. Untuk tingkatan SMP dan SMU hanya terdapat di kota kecamatan atau di pusat‐pusat kegiatan. Kondisi ini tentu menyulitkan masyarakat yang ingin melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu, fasilitas pendukung juga minim, seperti laboratorium, perpustakaan, alat peraga, dan lain‐lain. Sebagian sarana sekolah juga mengalami kerusakan. Selain karena faktor usia, disebabkan pula oleh konflik sosial yang terjadi sekitar 10 tahun silam. Kondisi yang sama juga terjadi pada prasarana dan sarana kesehatan. Rumah Sakit Umum hanya ada satu unit, selebihnya puskesmas sebanyak 15 unit, puskesmas pembantu 52 unit, poliklinik desa 82 unit, dan posyandu 197 unit.
Tabel 4.8 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun 2005‐2007
NO. INDIKATOR/KOMPONEN 2005 2006 2007
1 Angka Harapan Hidup 65,2 66,1 66,6
2 Angka Melek Huruf 98,0 98,0 98,0
3 Rata‐Rata Lama Sekolah (tahun) 8,0 8,0 8,2
4 Pengeluaran per kapita yang disesuaikan 581,2 584,3 587,5
IPM Kabupaten Seram Bagian Barat 67,1 67,8 68,5
IPM Provinsi Maluku 69,2 69,7 70,4
Sumber : Profil Kabupaten Seram Bagian Barat, 2008
Konflik sosial yang terjadi di Kota Ambon pada tahun 1999 silam, juga berimbas pada daerah‐daerah lain di Provinsi Maluku, tidak terkecuali Kabupaten Seram Bagian Barat. Hal ini juga yang menyebabkan terkendalanya pembangunan di Kabupaten Seram Bagian Barat.
E.
Kebijakan Pembangunan Daerah Tertinggal
Visi Kabupaten Seram Bagian Barat
Kabupaten Seram Bagian Barat merupakan sangat tertinggal dibandingkan dengan kabupaten lain di Indonesia. Karakteristik wilayah yang merupakan daerah kepulauan, dimaka 92,31% luas wilayahnya merupakan laut yang mengelilingi 32 pulau‐pulau kecil yang berpenghudi dan tidak berpenghuni, sangat berpengaruh terhadap kegiatan pembangunan, pemerintahan, dan pelayanan masyarakat yang dilaksanakan oleh pemeirntah, maka visi pembangunan daerah tertinggak Kabupaten Seram Bagian Barat adalah “menjadi wilayah yang aman dan maju, dengan masyarakat yang berkualitas, religius, dan sejahtera”.
Misi
Untuk mewujudkan visi di atas, maka misi pembangnan daerah tertinggal di Kabupaten Seram Bagian Barat adalah :
1. Mengembangkan perekonomian lokal melalui pemanfaatan sumberdaya lokal, khususnya bidang kelautan dan pertanian, yang ditunjang dengan pemanfaatan sumberdaya lahan lainnya
2. Memberdayakan masyarakat melalui peningkatan akses masyarakat terhadap layanan pembangunan, pemerintahan dan fasilitas publik, penciptaan lapangan kerja, peningkatan akses modal usaha, teknologi, dna psar dan informasi
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah, pemerintah desa dan masyarakat 4. Memutuskan keterisolasian daerah tertinggal melalui pembangunan dan peningkatan sarana
dan prasarana transportasi dan komunikasi, sehingga memiliki keterkaitan secara spasial dengan pulau‐pulau disekitarnya
5. Mempercepat rehabilitasi dan pemulihan daerah‐daerah pasca bencana alam dan pasca konflik serta pencegahan bencana.
Tujuan
Tujuan umum Pembangunan daerah tertinggal adalah untuk memberdayakan masyarakat yang terbelakang agar terpenuhi hak dasarnya, sehingga dapat menjalankan aktivitas untuk berperan aktif dalam pembangunan yang setara dengan masyarakat indonesia lainnya. Sedangkan tujuan secaca khusus pembangunan daerah tertinggal di Daerah Kepulaun Kabupaten Seram Bagian Barat adalah meningkatkan daya saing lokal terutama bidang Perikanan dan Pertanian
Sasaran
Berdasarkan tahapan pembangunan, maka sasaran pembangunan daerah tertinggal terbagi dalam sasaran jangka menengah (2007‐2009) Kabupaten Seram Bagian Barat adalah sebagai berikut : a. Menurunkan indeks kemiskinan melalui peningkatan partisipasi masyarakat dengan
memanfaatkan potensi sumber daya lokal.
b. Membuka aksesibilitas daerah secara internal dan eksternal melalui pembangunan prasarana dan sarana transportasi dan komunikasi.
c. Mengembangkan sentra – sentra produksi, terutama dibidang Perikanan, Pertanian disamping sentra‐sentra pendukung seperti Pariwisata dan Perindustrian serta Pertambangan.
d. Meningkatkan laju pendapatan penduduk melalui penciptaan lapangan kerja.
e. Meningkatkan pelayanan dasar dibidang sosial ekonomi, melalui pembangunan fasilitas dasar sosial ekonomi, dalam upaya meningkatkan pendapatan perkapita.
f. Mengembangkan pusat‐pusat pertumbuhan baru pada kawasan sesuai tata ruang yang ada
Kebijakan
Sejalan dengan kebijakan nasional untuk menuntaskan permasalahan pembangunan daerah tertinggal, maka untuk mempercepat pembangunan daerah tertinggal ditetapkan kebijakan umum berupa (1) pemihakan (2) percepatan dan (3) pemberdayaan masyarakat daerah tertinggal.
Kebijakan tersebut diterjemahkan dalam kebijakan operasional, seperti dibawah ini :
1. Meningkatkan kualitas SDM melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat sesuai dengan standar pelayanan minimum di daerah tertinggal sehingga setara dengan rata – rata masyarakat Indonesia.
2. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana ekonomi.
3. Meningkatkan akses masyarakat kepada sumber – sumber permodalan, pasar, informasi dan teknologi.
4. Mencegah dan mengurangi resiko gangguan keamanan dan bencana melalui pengembangan sistem deteksi dini.
5. Merehabilitasi kerusakan fisik serta pemulihan sosial budaya dan ekonomi akibat bencana alam dan konflik.
6. Membuka semua akses jalan ke daerah – daerah tersolir dan membuka akses jalan ke pusat – pusat pasar dan pertokoan.
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH TERTINGGAL 24
7. Memberdayakan komunitas adat terpencil (KAT) melalui peningkatan akses kepada pelayanan sosial, ekonomi dan politik serta wilayah disekitarnya.
8. Meningkatkan kerjasama antar daerah dalam rangka percepatan pembangunan daerah tertinggal.
Strategi
Strategi pembangunan daerah tertinggal di Kabupaten Seram Bagian Barat sejalan dengan kebikajan pembangunan nasional dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi setempat. Strategi dimaksud meliputi :
1. Pengembangan ekonomi lokal.
Strategi ini diarahkan untuk mengembangkan ekonomi daerah tertinggal dengan didasarkan pada pendayagunaan potensi sumberdaya lokal yang dimiliki masing – masing daerah.
2. Pemberdayaan masyarakat.
Strategi ini diarahkan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan sosial, budaya, ekonomi dan politik.
3. Perluasan kesempatan
Strategi ini diarahkan untuk membuka keterisolasian daerah tertinggal agar mempunyai keterkaitan dengan daerah maju.
4. Peningkatan kapasitas
Strategi ini diarahkan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumberdaya manusia pemerintahan dan masyarakat di daerah tertinggal.
5. Peningkatan mitigasi, rehabilitasi dan peningkatan
Strategi ini diarahkan untuk mengurangi resiko dan memulihkan dampak kerusakan yang diakibatkan oleh konflik dan bencana alam serta berbagai aspek lainnya
6. Pengembangan pusat permukiman potensial yang berorientasi pada pembangunan kawasan khusus untuk dapat menciptakan daya saing daerah,
7. Peningkatan perdagangan lintas batas melalui jalur
Sementara itu, dalam RAD PPDT Kabupaten Seram Bagian Barat tahun 2008, jumlah anggaran yang diusulkan sebesar Rp 332.348.300.000,‐ , bersumber dari APBN Rp 160.205.000.000,‐ (48,2%), APBD Provinsi Rp 27.226.000.000,‐ (8,2%), dan APBD Kabupaten Rp 144.917.300.000,‐ (43,6%). Dengan demikian dala RAD usulan anggaran antara APBN dengan APBD Kabupaten cukup berimbang. Sedangkan untuk mengetahui jumlah dana yang diusulkan di Strada dan RAD PPDT tingkat provinsi, tidak dapat dilakukan karena STRADA dan RAD PPDT Provinsi Maluku tidak disusun secara khusus di tingkat provinsi.
BAB V
ANALISIS KESERASIAN DAN KETERPADUAN
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH
TERTINGGAL
Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai gambaran daerah tertinggal, baik secara umum maupun di setiap daerah studi, dilihat dari kondisi wilayah, potensi, faktor ketertinggalan, dan kebijakan pembangunan daerah tertinggal. Maka tahap selanjutnya adalah menganalisis keserasian dan keterpaduan kebijakan pembangunan daerah tertinggal.
Bentuk penyusunan hasil analisis ini dilakukan dengan menelaah : pertama, hasil realisasi pelaksanaan program/kegiatan sektor terkait di daerah dalam rangka mendukung Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal; kedua, mengaitkan permasalahan/kendala yang ditemukan dari hasil analisis realisasi program/kegiatan sektor di daerah, dengan upaya yang dilakukan oleh Tim Koordinasi di pusat, provinsi dan kabupaten dalam melaksanakan proses penyusunan substansi rencana (STRADA dan RAD PPDT); ketiga, mengaitkan permasalahan/kendala yang ditemukan dari hasil analisis realisasi program/kegiatan sektor di daerah, dengan upaya yang dilakukan oleh Tim Koordinasi di pusat, provinsi dan kabupaten dalam melaksanakan proses koordinasi pelaksanaan rencana (STRADA dan RAD PPDT) oleh sektor di wilayah studi tersebut. Karena keterbatasan data yang diperoleh di dua wilayah studi yaitu di Gorontalo dan Kabupaten Lampung Selatan, maka wilayah yang dapat dianalisis lebih lanjut tentang tiga aspek tujuan studi ini adalah Kabupaten Landak (Kalimantan Barat) untuk mewakili daerah tertinggal di wilayah yang berkarakter daratan/pedalaman dan Kabupaten Seram Bagian Barat (Maluku) untuk mewakili daerah tertinggal di wilayah yang berkarakter kelautan/kepulauan.