BAB V ANALISIS KESERASIAN DAN KETERPADUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 6 Disamping urusan wajib, terdapat urusan pilihan yaitu urusan pemerintahan yang secara nyata ada
TIM KOORDINASI KABUPATEN
bertanggungjawab dalam koordinasi penyusunan STRADA PDT Kabupaten. Untuk kepentingan hal tersebut Bupati membentuk Tim Penyusun Kabupaten, dengan struktur tim sebagai berikut :
Waktu pelaksanaan penyusunan STRADA PDT dimulai Bulan Januari sampai dengan Bulan Maret Tahun 2006.
Berikut dijelaskan mengenai mekanisme pelaksanaan penyusunan STRADA PPDT Kabupaten SBB adalah :
Kementerian PDT memberikan kepada Kepala Bappeda Kabupaten dan menerima pekerjaan tersebut sesuai dengan permintaan Kementerian PDT untuk melaksanakan pekerjaan Penyusunan Strategi Daerah Pembangunan Daerah Tertinggal (STRADA PDT) untuk Kabupaten SBB Provinsi Maluku yang mengacu kepada Pedoman Umum dan Pedoman Pelaksanaan Penyusunan STRADA PDT.
Pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kepala Bappeda Kabupaten mengikuti Pedoman Umum dan Pedoman Pelaksanaan atau Kerangka Acuan Kerja (KAK) Penyusunan STRADA PDT yang telah ditetapkan Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal cq. Tim Koordinasi Pusat Penyusunan STRADA PDT.
Dalam melaksanakan penyusunan STRADA PPDT Kabupaten SBB, Kepala Bappeda Kabupaten berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Maluku cq. Tim Koordinasi Provinsi Maluku dalam hal ini BAPPEDA Provinsi Maluku dan Tim Koordinasi Pusat Penyusunan STRADA PDT dalam hal ini Kementerian Negara PDT.
Pada saat Strategi Daerah (STRADA) PDT Kabupaten Seram Bagian Barat disusun pertama kali Tahun 2006, Kabupaten Seram Bagian Barat belum mempunyai RPJMD dan Renstra SKPD (masih dalam proses). Pemerintah Kabupaten Seram Bagian Barat hingga Tahun 2006 belum mempunyai dokumen‐dokumen perencanaan lainnya, seperti Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) maupun Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (RENSTRA‐SKPD), rencana kerja dan prioritas program‐program kerja jangka menengah maupun jangka panjang. Hal ini menyulitkan penyusunan program/kegiatan yang
TIM KOORDINASI KABUPATEN
1. Pembina : ‐ Bupati
‐ Wakil Bupati
‐ Ketua DPRD Kabupaten 2. Tim Pengarah : ‐ Sekretaris Daerah Kabupaten
‐ Asisten Bidang Pembangunan 3. Tim Pelaksana
a. Ketua : Kepala Bappeda
b. Sekretaris : Kepala Bagian Pembangunan Setda Kabupaten/sejenisnya/salah satu bidang di Bappeda
c. Anggota : ‐ Para Kepala Dinas/Badan/Kantor
‐ Unsur Kecamatan
‐ Unsur Perguruan Tinggi (jika ada)
‐ Unsur Tokoh Masyarakat
‐ Unsur LSM
4. Tim Sekretariat : Unsur Bappeda Kabupaten
Tim Penyusun Kabupaten bertugas :
a. Menyusun dokumen STRADA PDT dengan melibatkan stakeholder (termasuk instansi sektoral daerah, perguruan
tinggi dan LSM).
b. Melakukan pengkajian terhadap seluruh dokumen perencanaan pembangunan nasional dan daerah.
c. Melakukan konsultasi dengan pemerintah pusat, provinsi, dan stakeholder di daerah.
d. Bersama‐sama Tim Provinsi menyusun jadwal rapat tim penyusun yang harus dihadiri Tim Provinsi.
e. Tim Penyusun Kabupaten wajib/harus memperhatikan masukan, arahan dan pertimbangan yang diberikan oleh Tim
Provinsi
f. Menyerahkan dokumen akhir STRADA PDT yang telah ditetapkan melalui Peraturan Bupati kepada Kementerian
Negara Pembangunan Daerah Tertinggal.
BAB V ANALISIS KESERASIAN DAN KETERPADUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 56
akan dilaksanakan terkait dengan penyusunan Strategi Daerah Pembangunan Daerah Tertinggal (STRADA PDT) Kabupaten Seram Bagian Barat.
Tabel 5.20 Analisis Keterpaduan Dokumen Rencana dalam Penyusunan STRANAS/STRADA dan
RAN/RAD PDT
TINGKAT WILAYAH RENCANA JANGKA MENENGAH STRATEGI RENCANA AKSI RENCANA TAHUNAN
Pusat RPJMN 2004‐2009 STRANAS RAN PDT RENJA K/L
STRANAS PDT mengacu
BAB 8 Bidang Wilayah dan Tata Ruang, tentang Sub Bidang PDT
• STRANAS menjadi
dasar acuan dalam penyusunan RAN PDT • STRANAS belum optimal dijadikan acuan dalam penyusunan Renstra K/L • STRANAS PDT belum ditindaklanjuti oleh RAS khusus PDT, dimana RAS khusus PDT tidak disusun oleh K/L, sehingga penyusunan RAN PDT tidak berdasarkan RAS khusus PDT, tetapi
hanya berdasarkan STRANAS PDT dan kompilasi dari RAD
Kabupaten
• RAN PDT disusun
berdasarkan
Rekapitulasi
Program/Kegiatan
Sektor yang bersifat rutin, dimana RAS tersebut belum
berdasarkan
pendekatan
kewilayahan PDT
• RAN PDT belum optimal diacu oleh K/L
dalam penyusunan
Renja K/L
Provinsi Maluku RPJMD PROV STRADA PROV RAD PDT PROV RENJA SKPD PROV
• Tidak ditemukan adanya dokumen STRADA PDT di tingkat Provinsi Maluku • Tim koordinasi di provinsi hanya mengkompilasi STRADA dari kabupaten • RAD PDT disusun berdasarkan kompilasi RAD Kabupaten
• RAS Provinsi khusus PDT tidak disusun, yang diacu oleh
kabupaten adalah Renstra dan RKPD provinsi, serta RAS
umum/rutin. • RAD PDT dari kabupaten belum menjadi perhatian SKPD dalam penyusunan Renja SKPD provinsi • RAD PDT Provinsi belum diacu oleh Renja SKPD Provinsi Maluku
• Tidak ada RAS khusus PDT yang diacu oleh
SKPD di provinsi
Maluku
• Tidak ada alokasi APBD Provinsi untuk
penyusunan STRADA
ataupun RAD PDT
Kab. SBB RPJMN KAB STRADA PDT RAD PDT KAB RENJA SKPD KAB
RPJMD Kab Tahun 2006
belum ada, sehingga STRADA dan RAD PDT 2007 yang disusun di 2006 belum mengacu RPIMD Kab.SBB • Penyusunan STRADA PDT Kab tidak mengacu pada RPJM
Prov Maluku maupun RPJMD Kab. SBB
• STRADA PDT Kab hanya mengacu pada STRANAS PDT, Renstra dan RKPD prov. Maluku
RAD PDT mengacu pada
Renstra Prov Maluku 2003‐2008 dan RKPD Prov Maluku 2006
• SKPD Kab. SBB sudah
mengakomodir RAD
Kab dan mengusulkan
untuk dibiayai APBD Kab, prov, pusat sesuai nomenklatur program K/L di pusat • Renja SKPD Kab.SBB masih bersifat umum/rutinitas SKPD, sehingga sulit dibedakan mana yang konteks PDT
Tabel tersebut menunjukkan bahwa penyusunan RAD PPDT Kabupaten SBB hanya terkait dengan STRANAS PDT, STRADA PDT Kab SBB, Renstra Pemda Provinsi Maluku dan Kabupaten SBB. Selain dokumen tersebut, maka tidak ada yang menjadi acuan lebih jauh.
Penyusunan STRADA PDT di Kab SBB ini dibiayai oleh KPDT melalui Peraturan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Republik Indonesia Nomor : 01/PER/M‐PDT/II/2006 tentang Penetapan Alokasi Dana dan Pedoman Umum Penyusunan Strategi Daerah Pembangunan Daerah tertinggal (STRADA PDT). Di Tingkat Kabupaten, dikeluarkan Peraturan Bupati Seram Bagian Barat No : 400 ‐ 10 TAHUN 2005 tentang Strategi Daerah Pembangunan Daerah Tertinggal Kabupaten Seram Bagian Barat.
Kepala Bappeda Kabupaten : ”Tahun 2008 di SBB sudah ada RPJPD, RPJMD, RKPD, RAD, RAS SKPD, Namun kelemahan RAD di SBB adalah tidak ada suatu kesepakatan maupun landasan hukum yang menjadi acuan yang memaksa K/L atau SKPD di daerah agar menyusun dan mengalokasikan program/kegiatan dan anggaran SKPD bagi pembangunan daerah tertinggal. Banyak kegiatan dalam RAD yang belum dilaksanakan. Yang sudah dilaksanakan Kami SKPD sudah melaksanakan semua program prioritas yang ada dalam RAD dan STRADA.
2. Di Tingkat Provinsi Maluku :
Meskipun terdapat Tim Koordinasi STRADA PDT di tingkat Provinsi Maluku, namun tidak ada peran koordinasi yang dilakukan oleh tim koordinasi provinsi untuk penyusunan RAD PDT provinsi secara terpadu lintas SKPD, karena :
Tidak ada aturan khusus yang mengikat Provinsi untuk menyusun secara khusus STRADA dan RAD PDT Provinsi Maluku, karena Kementerian PDT langsung berkoordinasi ke kabupaten terkait, bukan ke pihak provinsi.
RAD PPDT langsung disusun oleh kabupaten mengacu pada RAN PDT, sedangkan provinsi hanya mengkompilasi RAD dari semua kabupaten. Akibatnya STRADA dan RAD PDT Kabupaten SBB tidak banyak dibahas dan diketahui oleh SKPD di tingkat provinsi Maluku.
RAD PDT tidak diikuti oleh penyusunan Rencana Aksi Sektor (RAS) khusus PDT di provinsi Maluku, karena tidak ada kejelasan koordinasi yang dilakukan oleh Kementerian PDT kepada Bappeda Provinsi Maluku.
Rencana Aksi Daerah (RAD) dan Rencana Aksi Sektoral (RAS) di tingkat provinsi kurang terkoordinasi karena RAD diserahkan begitu saja kepada SKPD.
Hal ini ditunjukkan oleh tidak adanya penyusunan RAS sektoral khusus PDT yang dikoordinasikan oleh tim provinsi, yang ada adalah RAS yang melekat pada masing‐masing SKPD yang bersifat rutinitas bukan dalam kerangka memenuhi kebutuhan RAD PDT. Dan tidak semua program/kegiatan yang ada dalam RAS SKPD itu akan menjadi Renja SKPD. Pedoman mekanisme penyusunan RAD PDT tidak berjalan dan tidak ada pengawalan oleh Kementerian PDT terutama pada aspek pembahasan lebih lanjut tentang usulan RAD PDT terhadap lintas sektoral di tingkat provinsi. Akibatnya SKPD di provinsi tidak banyak mengetahui adanya RAD PDT yang harus mereka laksanakan. SKPD tidak dapat membedakan mana program PDT dan mana program sektoral biasa. Dengan demikian, proses keterpaduan antar SKPD untuk mewujudkan keterpaduan program/kegiatan dalam RAD PDT dengan RAS dan RENJA SKPD, tidak berjalan di tingkat provinsi Maluku. Peran yang dilakukan Tim Koordinasi provinsi hanya mengkompilasi RAD dari kabupaten dan kemudian dokumen tersebut diserahkan kepada SKPD tanpa ada pembahasan dan koordinasi lebih lanjut. 3. Di Tingkat Pusat :
Rencana Aksi Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal (RAN PDT) masih disusun berdasarkan Pendekatan Sektoral dengan melakukan Rekapitulasi Program dan Kegiatan Sektor, belum menuju pada Pendekatan Kewilayahan dengan melakukan Sinkronisasi Program Sektor untuk terjadinya Sinergitas Program dan Kegiatan antar sektor (sumber :
BAB V ANALISIS KESERASIAN DAN KETERPADUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 58
Koordinasi Nasional Gubernur dan Bupati Lokasi PNPM Mandiri Perdesaan, Jakarta, 31
Januari 2008). Penyusunan Strategi Daerah Pembangunan Daerah Tertinggal (STRADA PDT),
dilakukan melalui pembentukan struktur organisasi pelaksana sebagai berikut: (a) Tim Koordinasi Pusat, (b) Tim Koordinasi Provinsi, dan (c) Tim Penyusun Kabupaten. Tim Koordinasi Pusat berkedudukan pada Kantor Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT), dengan struktur tim sebagai berikut : Keterpaduan program/kegiatan PDT antar pelaku usaha
Berdasarkan hasil FGD dan wawancara di Kabupaten SBB, tidak ada keterangan yang dapat menjelaskan adanya keterpaduan antar pelaku usaha. Tim koordinasi hanya melakukan rapat koordinasi antar SKPD, namun Tim Koordinasi tidak ada melakukan rapat koordinasi secara khusus dengan para pelaku usaha yang ada di SBB maupun dengan pelaku usaha dari daerah lain. Artinya, apa yang direncanakan di dalam RAD PDT tidak tersosialisasikan dengan baik ke pelaku usaha sehingga tidak ada umpan balik dari pelaku usaha terhadap RAD PDT. Dengan demikian, dalam proses penyusunan STRADA maupun RAD PDT Kabupaten SBB, tidak ada keterpaduan RAD dengan pelaku usaha atau antar pelaku usaha.
Keterpaduan program/kegiatan PDT antar daerah kabupaten :
Untuk tingkat provinsi diketahui bahwa, meski koordinasi antar wilayah kabupaten merupakan peran dan kewenangan provinsi, namun tidak ada rapat‐rapat koordinasi yang dilakukan oleh Tim Koordinasi provinsi untuk mewujudkan keterpaduan program/kegiatan yang bersifat antar wilayah kabupaten dalam kerangka penyusunan RAD PDT. Hal ini menunjukkan bahwa koordinasi dalam kerangka penyusunan RAD PDT sangat rentan di tingkat provinsi. Hal ini disebabkan antara lain karena : (a) kurangnya efektifitas koordinasi secara substansial dalam penyusunan RAD PDT dari Kementerian PDT terhadap Tim Koordinasi di Bappeda, (b) Tim koordinasi provinsi yang dipimpin oleh Gubernur Maluku melalui Bappeda Provinsi kurang berjalan, dimana anggota pelaksana Tim yang ditunjuk di Bappeda lebih banyak menjelaskan tentang pelaksanaan proyek P2DTK dibandingkan dengan menjelaskan upaya‐upaya koordinasi untuk mewujudkan keterpaduan antar sektor, antar pelaku usaha, antar wilayah dalam konteks mendukung ketepatan dan keserasian substansi RAD PDT kabupaten secara keseluruhan.