BAB V ANALISIS KESERASIAN DAN KETERPADUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 6 Disamping urusan wajib, terdapat urusan pilihan yaitu urusan pemerintahan yang secara nyata ada
NO FOKUS MASALAH KAB SBB RAD PPDT KAB SBB TAHUN 2008
B. Keterpaduan Proses Perencanaan Antarsektor di Tingkat Daerah dan Antarlevel Pemerintah
KABUPATEN LANDAK
Analisis Keterpaduan dan sinkronisasi proses perencanaan RAD PPDT Kabupaten Landak pada bagian ini akan dianalisa dalam tiga bagian, yaitu : (1) proses koordinasi antara Pemerintah Kabupaten dengan Pemerintah Pusat; (2) Proses koordinasi antara Pemerintah Kabupaten dengan Pemerintah provinsi, termasuk di dalamnya bagaimana koordinasi antar SKPD di tingkat provinsi dalam merencanakan RAD PPDT provinsii, serta (3) proses koordinasi antar SKPD di tingkat kabupaten.
Proses Koordinasi dengan Pemerintah Pusat
Keterpaduan dan sinkronisasi perencanaan antara Pemerintah Kabupaten dengan Pemerintah sangat penting dalam penyusunan RAD PPDT, agar dana Tugas Pembantuan, Dana Dekonsentrasi, dan dana instansi vertikal di daerah yang direncanakan bersumber dari Pemerintah dapat diimplementasikan secara tepat, baik tepat sasaran dari sisi target group maupun lokasinya, serta sesuai kebutuhan Pemda dan masyarakat setempat
Untuk mewujudkan keterpaduan RAD PPDT Kabupaten dengan RAN PPDT dilaksanakan melalui penyerasian antar dokumen perencanaan serta melalui forum koordinasi di tingkat pusat. . Hubungan antara RAD PPDT Kabupaten dengan RAN PPDT diuraikan dalam Kaidah Pelaksanaan STRANAS PPDT sebagai berikut :
“ Bupati Daerah Tertinggal berkewajiban untuk: (b) menjabarkan STRADA PPDT
Kabupaten ke dalam Rencana Aksi Daerah Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal (RAD PPDT) Kabupaten dengan memperhatikan RAN PPDT dan RAD PPDT
Provinsi setiap tahunnya, serta melaksanakan dan mengendalikannya”
Di tingkat pusat, proses koordinasi dilakukan melalui forum Rakornas PPDT yang diikuti oleh seluruh K/L, pemerintah provinsi, dan 199 kabupaten tertinggal seluruh Indonesia. Forum Rapat Koordinasi Nasional Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dilaksanakan oleh KPDT untuk melakukan penyerasian antara RAD PPDT Kabupaten, RAD PPDT Provinsi, dan RAN. Segera setelah dokumen RAD PPDT Kabupaten disusun oleh Bappeda dengan melibatkan seluruh SKPD terkait, RAD tersebut disampaikan secara langsung kepada KPDT untuk selanjutnya dikoordinasikan di level pusat melalui forum RAKORNAS‐PPDT. Penyelenggaraan Rapat Koordinasi Nasional Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (RAKORNAS‐PPDT) Tahun 2007 dilakukan pada tanggal 14‐16 April 2007 di Jakarta. Pada forum tersebut, bersama‐sama dengan kabupaten tertinggal lainnya, BAPPEDA Kabupaten Landak menyampaikan usulan‐usulan di dalam RAD PPDT kepada K/L terkait agar dapat diakomodasi dalam Rencana Aksi Sektoral Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (RAS‐PPDT) Kementerian /Lembaga Tahun 2008.
Namun demikian sesuai dengan analisis sebelumnya yang telah dilakukan mengenai proses perencanaan di tingkat pusat, sebagian K/L menilai Forum Rakornas tersebut kurang efektif untuk menampung usulan‐usulan Kabupaten. Kekurangefektifan forum Rakornas tersebut sesungguhnya bukan disebabkan oleh mekanisme pelaksanaan forum tersebut, namun disebabkan oleh hal yang lebih mendasar lagi, yaitu terkait dengan adanya kesalahkaprahan dalam penyusunan RAD PPDT Kabupaten.
Sesuai dengan salah satu kaidah penyusunan RAD PPDT Kabupaten dalam dokumen STRANAS PPDT, penyusunan program dan kegiatan dalam RAD PPDT Kabupaten harus memperhatikan program dan kegiatan dalam RAN PPDT. Dalam implementasinya, keterpaduan substansi ini dilakukan secara kurang tepat, yaitu dengan menyesuaikan program dan kegiatan dalam RAD PPDT dengan indikasi program dan kegiatan yang telah direncanakan oleh K/L dalam RAN PPDT. Proses tersebut berjalan dengan proses yang bersifat top‐down, dilatarbelakangi oleh motivasi untuk memperoleh pendanaan dari Pemerintah Pusat. Proses perencanaan yang bersifat top down tersebut diungkapkan oleh Bapak BD, Pejabat Bappeda Kabupaten Landak sebagai berikut :
“ Judul‐judul (program dan kegiatan dalam RAD PPDT) ini (bersumber) dari STRANAS PDT. Kita hanya mengambil (nama program dan kegiatan) dari (dokumen STRANAS) itu (lalu) kita sesuaikan dengan kondisi (usulan kegiatan) daerah”.
Proses penyusunan RAD PPDT Kabupaten dengan pola tersebut dirasakan Pemerintah Kabupaten sangat kaku. Jika Pemerintah Kabupaten mengajukan usulan program dan kegiatan diluar “daftar menu” yang tertuang dalam RAN PPDT , maka usulan‐usulan tersebut tidak akan diakomodasi oleh K/L. Hal ini disebabkan, “Daftar menu” berupa indikasi program dan kegiatan K/L dalam RAN PPDT sesungguhnya merupakan hasil dari proses perencanaan yang dilakukan secara bottom‐up oleh masing‐masing sektor dari level Kabupaten hingga ke level Nasional. Atau dengan kata lain, merupakan kesia‐siaan mengajukan usulan kepada kepada Pemerintah melalui RAD PPDT jika kegiatan tersebut tidak diproses melalui mekanisme perencanaan sektoral.
Di sisi lain, pemerintah Kabupaten Landak sesungguhnya telah memiliki rencana program dan kegiatan jangka menengah yang tertuang dalam STRADA, namun diluar indikasi program dan kegiatan yang direncanakan dalam RAN. Kekakuan ini menyebabkan rencana dan kegiatan tersebut tidak kompatible dengan RAN. Kondisi ini diungkapkan oleh Bapak BD, Pejabat Bappeda Kabupaten Landak :
“ (Pola Penyusunan) RAD PPDT memang agak kaku, format (penyusunan RAD PPDT) dipaksakan (harus sesuai dengan RAN PPDT). (Pemerintah daerah) membuat macam‐ macam usulan pun tidak diterima oleh mereka (karena tidak sesuai dengan indikasi program dan kegiatan dalam RAN PPDT). Jadi, (Dokumen RAD) seperti ini jadinya,
banyak (kegiatan) yang kosong‐kosong (anggarannya). Kami menyarankan agar
(penyusunan RAD) dapat disesuaikan dengan kondisi daerah.
Dengan pola perencanaan seperti diuraikan diatas, terlihat jelas bahwa proses perencanaan sektoral‐lah, yang sesungguhnya memegang peranan penting agar usulan daerah dapat diakomodasi dalam Renja K/L. Usulan‐usulan yang diajukan melalui RAD PPDT tidak serta merta dapat disetujui K/L jika tidak melalui koordinasi perencanaan antara SKPD kabupaten, SKPD Provinsi, dan K/L. Dengan demikian, dokumen RAD sesungguhnya kurang efektif jika diposisikan sebagai instrumen pengusulan anggaran kepada Pemerintah, seperti yang dipahami oleh Pemerintah Kabupaten. Dokumen ini lebih bersifat menginformasikan kebutuhan‐kebutuhan pembangunan daerah tertinggal beserta lokasinya kepada K/L terkait yang bisa ditindaklanjuti namun bisa juga tidak. Hal ini berimplikasi pada ketidakefektifan forum Rapat Koordinasi Nasional Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (RAKORNAS‐PPDT) untuk membahas usulan‐usulan daerah melalui RAD. Forum ini hanya efektif untuk menjembatani dan memperlancar komunikasi antara K/L dengan pemerintah daerah agar kebutuhan‐kebutuhan daerah yang telah diusulkan melalui proses perencanaan sektoral secara vertikal dapat dipenuhi oleh K/L terkait. Tidak heran, dengan proses ini Pemerintah Daerah sejak awal bersikap skeptis, karena banyak usulan‐usulannya yang sulit dipenuhi oleh Pemerintah Pusat, seperti diungkapkan oleh Bapak BD, Pejabat Bappeda Kabupaten Landak
BAB V ANALISIS KESERASIAN DAN KETERPADUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 44
” Kita selalu ikut rapat koordinasi di KPDT (Rakornas). Semua instansi pusat hadir. Bagus sih, cuma agak berkceil hati kadang‐kadang kita kurang dapat dana. Ya biasa lah saya kira”
Proses Koordinasi dengan Provinsi
Penyusunan RAD PPDT Kabupaten perlu memperhatikan RAD PPDT provinsi sehingga terjadi keserasian antara program dan kegiatan, khususnya kegiatan‐kegiatan pada RAD PPDT Kabupaten yang direncanakan dibiayai dari Dana Dekonsentrasi atau APBD Provinsi. Keserasian ini penting agar kegiatan‐kegiatan yang akan disalurkan Pemerintah Provinsi kepada Pemda melalui Dana Dekonsentrasi dan APBD provinsi tidak tumpang tindih dengan rencana daerah dan sesuai dengan kebutuhan daerah.
Proses sinkronisasi dan koordinasi dengan provinsi dalam perencanaan dokumen RAD PPDT Kabupaten Landak 2008 dilakukan melalui melalui penyerasian antar dokumen perencanaan serta melalui forum koordinasi di tingkat provinsi. Proses koordinasi antara Pemerintah Provinsi dan Kabupaten tersebut dilaksanakan melalui forum pertemuan penyempurnaan Rencana Aksi Daerah (RAD) Provinsi dan Kabupaten Se‐Kalimantan Barat Tahun 2008, yang diikuti oleh Kepala Bappeda Kabupaten/Kota Se Kalimantan Barat. Forum ini merupakan tindak lanjut Rapat Kerja Nasional (RAKORNAS) yang diikuti oleh seluruh Bappeda tingkat Provinsi dan Kabupaten Daerah tertinggal Seluruh Indonesia yang dilaksanakan oleh Kementerian Daerah Tertinggal di Jakarta. Agenda dari forum ini salah satunya adalah presentasi usulan daerah untuk diakomodasi dalam RAD PPDT Provinsi. Mekanisme ini bertujuan untuk melaksanakan salah satu Kaidah Pelaksanaan STRANAS PPDT, dimana Hubungan antara RAD PPDT Kabupaten dengan RAD dijelaskan sebagai berikut :
“ Bupati Daerah Tertinggal berkewajiban untuk: (b) menjabarkan STRADA PPDT
Kabupaten ke dalam Rencana Aksi Daerah Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal (RAD PPDT) Kabupaten dengan memperhatikan RAN PPDT dan RAD PPDT
Provinsi setiap tahunnya, serta melaksanakan dan mengendalikannya”
Sejauh mana penyusunan RAD PPDT Kabupaten memperhatikan RAD PPDT Provinsi dapat dilihat dari keserasian program dan kegiatan yang direncanakan. Analisis Keserasian substansi RAD PPDT Kabupaten Landak dengan RAD PPDT Provinsi dibawah ini dilakukan dengan menyandingkan kegiatan‐kegiatan pokok pada RAD PPDT Kabupaten Landak tahun 2008 dengan kegiatan pokok pada RAD Provinsi Tahun 2008. Hasil Analisa diperlihatkan pada Tabel x.x.:
Tabel 5.19 Analisis Keserasian RAD PPDT Kabupaten Landak dengan RAD PPDT Provinsi
Kalimantan Barat
RAD PPDT KABUPATEN RAD PPDT PROVINSI
ANALISA