• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian

5.1.1 Informan Kunci (Lurah Pangkalan Mashyur)

Nama : Ahmad Minwal

Umur : 58 Tahun

Tempat/Tanggal Lahir : Natal, 22 Juli 1963 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : S-2

Pekerjaan : PNS

Informan kunci bernama Sarwani Ahmad Minwal, berusia 58 tahun dan bertempat tinggal di Jalan Metrologi kelurahan Pangkalan Mashyur. Informan kunci merupakan Lurah di Kelurahan Pangkalan Mashyur, Kecamatan Medan Johor, Kota Medan. Saat peneliti mendatangi kantor kelurahan Pangkalan Mashyur, beliau sangat baik dan ramah serta memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di Kelurahan Pangkalan Mashyur ini serta memberikan informasi tentang informan utama.

Berikut hasil wawancara peneliti dengan bapak Ahmad Minwal sebagai informan kunci sebagai berikut:

1. Interaksi

Peneliti bertanya kepada bapak Ahmad Minwal, sejak kapan Anda menjadi Lurah di Kelurahan Pangkalan Mashyur?.

Adapun kutipan wawancara sebagai berikut:

“Saya menjadi lurah di kelurahan Pangkalan Mashyur sejak 15 tahun yang lalu atau sejak tahun 2006 yang lalu.”

Selanjutnya peneliti bertanya kepada informan, sejauh mana Anda tahu tentang UMKM yang bergerak di usaha kuliner di lingkungan Rumah Sakit (RS) Mitra Sejati?

“Berbicara sejauh mana, saya sudah tahu sejak lama bahwasannya ada beberapa pelaku usaha dari pelaku usaha kuliner, pedagang perlengkapan olahraga dan musik, apotek bahkan toko pedagang kebutuhan hewan peliharaan atau petshop yang berada di lingkungan Rumah Sakit Mitra

Sejati, namun untuk pelaku usaha kuliner sendiri yang berada di lingkungan RS Mitra Sejati, saya tahu beberapa hal mengenai usaha kuliner tersebut seperti sudah berapa lama berdiri, mengenai kebersihannya, usaha apa yang dijajakan hingga ada yang saya kenal salah satu pedagang kulinernya”

Lalu peneliti bertanya kepada informan, apakah pihak Kelurahan sering meninjau atau melakukan kunjungan kepada pelaku usaha kuliner yang berada di lingkungan Rumah Sakit Mitra Sejati?

“Kalau peninjauan ya kami tidak begitu sering melakukan hal itu, tetapi lebih kepada melakukan aksi dengan tetap mendukung UMKM lokal contohnya dengan membeli dagangan mereka dan terus memberikan support kepada mereka, namun pada masa pandemi sekarang ini kami tidak melakukan kunjungan secara rutin, tetapi pernah sekali melakukan kunjungan pada awal pandemi COVID-19 tepatnya di era new normal kemarin. Kenapa kami tidak melakukan kunjungan rutin karena juga masih pandemi jadi kami membatasi mobilitas dan menjalankan social distancing”

Kemudian peneliti bertanya kepada informan, bagaimana interaksi yang terjadi di lingkungan para pelaku usaha kuliner tersebut?

“Interaksi yang terjadi ya seperti hubungan antar pedagang dan pembeli, interaksinya terjadi secara langsung dan interaksi yang bersifat positif namun pada masa sekarang ini interaksi yang terjadi di lingkungan para pelaku usaha kuliner yaitu berkurangnya interaksi secara langsung, yang saya lihat sepinya pengunjung yang datang untuk membeli dagangan

dikarenakan mungkin kepanikan dan ketakutan para konsumen mengingat adanya bahaya virus korona ini ditambah lokasi usaha kuliner sangat berdekatan dengan rumah sakit yang menjadi pusat kesehatan dan isolasi COVID-19”

Selanjutnya peneliti bertanya kepada informan, apakah pelaku usaha kuliner di lingkungan RS Mitra Sejati merupakan warga kelurahan Pangkalan Mashyur?

“Iya, para pelaku usaha kuliner atau tepatnya pemilik usaha kuliner yang berada di lingkungan Rumah Sakit Mitra Sejati Medan Johor merupakan warga kelurahan Pangkalan Mashyur tepatnya berada di Lingkungan I”

Lalu peneliti bertanya kepada informan, apakah pedagang dan pembeli bertemu secara langsung dalam transaksi jual beli?

“Tetap bertemu secara langsung, namun tidak seramai pada masa sebelum pandemi, dan terkadang ada yang memesan melalui gojek dan yang saya lihat kondisi pelanggan menurun dan tidak ramai dikarenakan para pelanggan tidak mau berkerumun mengingat bahaya virus COVID-19 tadi”

2. Kesehatan

Peneliti bertanya kepada bapak Ahmad Minwal mengenai kesehatan yang merupakan salah satu indikator sosial ekonomi, apakah pihak kelurahan memberikan penyuluhan mengenai kesehatan dan kebersihan tempat usaha kuliner serta protokol kesehatan penanggulangan COVID-19?

“Mengenai penyuluhan, pihak kelurahan selalu memberikan penyuluhan kepada tiap-tiap warganya maupun UMKM yang ada di lingkungan kelurahan Pangkalan Mashyur ini sendiri, terkhusus pelaku usaha kuliner di lingkungan Rumah Sakit Mitra Sejati sendiri secara tidak langsung kami sudah memberikan penyuluhannya, untuk penyuluhan mengenai protokol kesehatan kami memberikan penyuluhan kemarin diawal pandemi COVID-19 ini, dan melakukan penyuluhan kembali melalui kepling dengan menerapkan protokol kesehatan yaitu memakai masker, tidak berkerumun, menjaga jarak, mencuci tangan menggunakan sabun, dan tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan”

Selanjutnya peneliti bertanya, apakah Anda melihat adanya penerapan pola hidup bersih dan sehat pada tempat usaha kuliner di lingkungan RS.Mitra Sejati?

“Saya sendiri pernah membeli dagangan salah satu pelaku usaha kuliner di lingkungan Rumah Sakit Mitra Sejati, yang saya lihat para pedagang menerapkan pola hidup bersih dan sehat dengan selalu menjaga kebersihan tempat usaha mereka, memberikan fasilitas tempat mencuci tangan di air mengalir, memberikan fasilitas toilet umum yang bersih, dan lain sebagainya, saya rasa itu sudah cukup untuk pedagang dikatakan menerapkan pola hidup bersih dan sehat tadi. Dari sebelum masa pandemi ini, penerapan pola hidup bersih dan sehat memang sudah diterapkan di lingkungan RS.Mitra Sejati, ditambah lagi adanya pandemi COVID-19 yang membuat kita harus lebih menjaga kebersihan dan kesehatan diri makin diterapkanlah pola hidup bersih dan sehat tadi”

Lalu peneliti menanyakan kepada informan kunci mengenai bagaimana para pelaku usaha kuliner mendapatkan akses kesehatan?

“Untuk akses kesehatan sendiri, baik pelaku usaha kuliner maupun warga masyarakat umum yang berada di Kelurahan Pangkalan Mashyur ini mendapatkan akses kesehatan melalui sarana prasarana yang telah disediakan oleh pemerintah yaitu Puskesmas Medan Johor yang berada di Jalan Karya Jaya Nomor 29B, selain itu banyak juga klinik-klinik oleh dokter umum di kelurahan ini, serta adanya Rumah Sakit Mitra Sejati yang menjadi sarana yang disediakan oleh pihak swasta untuk para pelaku usaha kuliner maupun masyarakat umum yang berada di kelurahan ini khususnya dan masyarakat lain umumnya namun sekarang karena adanya pandemi COVID-19 kelurahan membuatkan posko penanggulangan COVID-19 bagi warga kelurahan Pangkalan Mashyur termasuk para pelaku usaha kuliner tersebut sebagai akses kesehatan tambahan pada masa pandemi”

3. Pekerjaan

Peneliti bertanya kepada pihak kelurahan, ada berapa jumlah UMKM yang berada di kelurahan Pangkalan Mashyur khususnya pada sektor kuliner?

“Wah banyak sekali dek, menurut data yang saya ambil dari Badan Pusat Statistik kota Medan tentang Kecamatan Medan Johor dalam Angka 2020, terdapat pada sub bab mengenai hotel, restaurant dan pariwisata terdapat di Kelurahan Pangkalan Mashyur tahun 2019 ada 35 restoran dan 73

warung makan dan minum atau UMKM kuliner pada sektor kecil dan menengah”

Kemudian peneliti bertanya kepada informan, apakah pemilik usaha kuliner di lingkungan RS. Mitra Sejati sudah dapat dikatakan sebagai pekeja sektor informal?

“Mengenai hal itu, kita harus pahami dulu apa itu pekerja sektor informal dek agar sama-sama saling memahami sebelum menjawab pertanyaan adek ini, baik pekerja sektor informal sendiri adalah pekerja yang berstatus usaha sendiri dan pekerja bebas di sektor pertanian dan non-pertanian. Contohnya itukan semisal pedagang kaki lima, pelaku UMKM, sopir angkot dan tukang becak ya, nah otomatis karena pelaku UMKM sendiri merupakan termasuk dalam pekerja sektor informal dan kita lihat lagi para pelaku usaha kuliner di lingkungan Rumah Sakit Mitra Sejati Medan Johor ini merupakan usaha milik pribadi dan bebas di sektor kuliner, maka bisa kita simpulkan bersama bahwasannya pelaku usaha kuliner yang berada di lingkungan Rumah Sakit Mitra Sejati Medan Johor sudah dapat dikatakan sebagai pekerja sektor informal begitu dek”

Selanjutnya peneliti menanyakan kepada informan kunci mengenai bagaimana pekerja pada sektor kuliner di lingkungan Rumah Sakit Mitra Sejati menjajakan dagangannya?

“Para pekerja yang saya lihat menjajakan dagangannya ya seperti biasa, mereka membuka warungnya ada yang bukanya siang dan ada yang bukanya sore hari atau malam hari. Mereka menjajakannya seperti kebanyakan warung usaha kuliner lainnya yaitu saling bertemunya para

pedagang dengan pembeli secara langsung ketika terjadinya transaksi jual beli namun pada masa pandemi ini ada sedikit perbedaannya yaitu mereka menjajakan dagangannya seperti biasa para pedagang namun dengan tetap menerapkan protokol kesehatan tadi”

Kemudian peneliti menanyakan kepada informan, apakah ada pelaku usaha kuliner yang memilih menutup dagangan dan tidak berjualan lagi di masa pandemi ini?

“Ada, namun tidak berkepanjangan, palingan dua hari gitu dek, karena yang saya lihat juga pedagang kuliner tetap buka dengan penerapan protokol kesehatan tadi dan jam operasional yang dipersingkat karena adanya PSBB dan yang sekarang PPKM”

Lalu peneliti bertanya kepada informan, menurut Anda apakah para pekerja sektor kuliner tersebut mengedepankan keselamatan dan kesehatan kerja?

“Kalau ditanya menurut saya, ya saya bisa mengatakan untuk standar keselamatan dan kesehatan kerja di lingkup UMKM kuliner sendiri khususnya di lingkungan RS Mitra Sejati sudah cukup mengedepankan, dengan selalu memakai perlengkapan memasak standar, selalu melakukan pengecekan alat-alat masak termasuk kompor dan tabung gasnya, dan selalu menggunakan sarung tangan plastik ketika memasak makanannya ditambah masa pandemi seperti sekarang ini penerapan hal itu semakin ditingkatkan lagi seperti penerapan protokol kesehatan dan penunjang keselamatan ketika bekerja dan memasak”

4. Pendapatan dan Pengeluaran

Peneliti bertanya kepada informan mengenai pendapatan dan pengeluaran, apakah pelaku usaha kuliner di lingkungan RS.Mitra Sejati membayar iuran atau pajak?

“Kalau untuk pembayaran iuran atau pajak, pasti pelaku usaha kuliner membayar pajak baik berupa pajak wajib mereka kepada pemerintah ataupun PBB bangunannya sendiri, untuk pembayaran iuran kepada kelurahan , kami mengonfirmasikan bahwasannya pelaku usaha kuliner tidak membayar iuran dikarenakan mereka berdagang di tanah mereka sendiri dan di bangunan milik mereka sendir dengan kata lain mereka hanya izin kepada kepling setempat”

Selanjutnya peneliti bertanya kepada informan, apakah kelurahan memberikan dana pinjaman modal atau bantuan sosial kepada pelaku usaha kuliner tersebut?

“Jawabannya tidak dek, dikarenakan pelaku usaha kuliner sendiri sudah dapat dikatakan mandiri untuk mengembangkan usahanya dan memiliki modal sendiri untuk melakukan pengembangan usaha mereka namun untuk bantuan sosial terkhusus bantuan sosial COVID-19 dana bantuan tahun 2020 ada, namun tidak dikhususkan untuk pelaku usaha kuliner namun untuk masyarakat yang tercatat sebagai penerima PKH saja”