• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI SOSIAL EKONOMI PELAKU USAHA KULINER DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT PADA MASA PANDEMI COVID-19 (STUDI KASUS RUMAH SAKIT MITRA SEJATI MEDAN JOHOR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KONDISI SOSIAL EKONOMI PELAKU USAHA KULINER DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT PADA MASA PANDEMI COVID-19 (STUDI KASUS RUMAH SAKIT MITRA SEJATI MEDAN JOHOR)"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

(STUDI KASUS RUMAH SAKIT MITRA SEJATI MEDAN JOHOR)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

WAHYUSYAH RIZKY LUBIS 170902066

DEPARTEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

(STUDI KASUS RUMAH SAKIT MITRA SEJATI MEDAN JOHOR)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dalam Program Studi Kesejahteraan Sosial

pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh

WAHYUSYAH RIZKY LUBIS 170902066

DEPARTEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(3)
(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 20 Agustus 2021

PANITIA PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Drs. Matias Siagian, M.Si., Ph.D.

Anggota : 1. Hairani Siregar, S.Sos., M.SP.

2. Agus Suriadi, S.Sos., M.Si

(5)

PERNYATAAN Judul Skripsi

KONDISI SOSIAL EKONOMI PELAKU USAHA KULINER DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT PADA MASA PANDEMI COVID-19

(STUDI KASUS RUMAH SAKIT MITRA SEJATI MEDAN JOHOR)

Dengan ini penulis menyatakan bahwa skrispi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Program studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengujian-pengujian yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian skripsi ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.

Medan, Agustus 2021 Penulis,

Wahyusyah Rizky Lubis

(6)

KONDISI SOSIAL EKONOMI PELAKU USAHA KULINER DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT PADA MASA PANDEMI COVID-19

(STUDI KASUS RUMAH SAKIT MITRA SEJATI MEDAN JOHOR)

ABSTRAK

COVID-19 adalah jenis virus korona varian terbaru yang muncul sejak Desember 2019 di kota Wuhan, Tiongkok. Terjadi kejadian luar biasa kasus radang paru-paru (pneumonia) yang disebabkan oleh virus dari keluarga besar Virus Corona, tetapi virus ini belum pernah dikenal sebelumnya, sehingga disebut sebagai Corona jenis baru atau Novel Coronavirus (= novel, paling baru). Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >380C), batuk dan kesulitan bernapas. Beberapa negara termasuk Indonesia banyak memberlakukan lockdown atau pembatasan kegiatan masyarakat dengan tujuan memutus rantai penyebaran virus COVID-19. Hal itu menyebabkan jalur perekonomian terhambat dan mempengaruhi kondisi sosial ekonomi para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia khususnya pada sektor usaha kuliner. Adanya perubahan sosial yang mengakibatkan perubahan tata cara interaksi, kondisi ekonomi, kesehatan dan pekerjaan serta ketidakstabilan antara pendapatan dan pengeluaran para pelaku UMKM khususnya usaha kuliner.

Peneliti mengambil judul kondisi sosial ekonomi pelaku usaha kuliner di lingkungan rumah sakit pada masa pandemi COVID-19 yang studi kasusnya ada di Rumah Sakit Mitra Sejati Medan Johor yang disinyalir mempengaruhi minat pembelian dagangan para pelaku usaha kuliner dikarenakan berdekatan langsung dengan rumah sakit sebagai tempat isolasi pasien COVID-19. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kondisi sosial ekonomi pelaku usaha kuliner di lingkungan Rumah Sakit Mitra Sejati Medan Johor pada masa pandemi COVID-19. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Informan dalam penelitian ini berjumlah delapan orang. Informan terdiri dari satu informan kunci, empat informan utama, dan tiga informan tambahan. Teknik pengumpulan data menggunakan studi pustaka, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang didapatkan di lapangan kemudian dianalisis oleh peneliti dan dijelaskan secara kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonomi yang terdiri dari interaksi, kesehatan, pekerjaan, pendapatan dan pengeluaran mengalami perubahan yang signifikan akibat adanya dampak pandemi COVID-19 yang memaksa para pelaku usaha kuliner harus bekerja lebih keras dan berpikir lebih cerdas agar tetap bertahan pada masa pandemi COVID-19.

Kata Kunci: COVID-19, UMKM, Usaha Kuliner, Kondisi Sosial Ekonomi

(7)

SOCIAL ECONOMIC CONDITIONS OF CULINARY BUSINESS PERSONNEL IN THE HOSPITAL ENVIRONMENT DURING THE COVID-19 PANDEMIC (CASE STUDY OF MITRA SEJATI HOSPITAL

MEDAN JOHOR)

ABSTRACT

COVID-19 is the latest variant of the corona virus that has emerged since December 2019 in the city of Wuhan, China. There has been an extraordinary case of pneumonia (pneumonia) caused by a virus from the Corona Virus family, but this virus has never been known before, so it is called a new type of Corona or Novel Coronavirus (= novel, most recent). COVID-19 infection can cause the main clinical symptoms that appear, namely fever (temperature

>380C), cough and difficulty breathing. Several countries, including Indonesia, have imposed many lockdowns or restrictions on community activities with the aim of breaking the chain of spreading the COVID-19 virus. This causes the economic path to be hampered and affects the socio-economic conditions of Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) in Indonesia, especially in the culinary business sector. There are social changes that result in changes in interaction procedures, economic conditions, health and employment as well as instability between income and expenditure of MSME actors, especially culinary businesses. The researcher took the title of the socio-economic condition of culinary business actors in the hospital environment during the COVID-19 pandemic whose case study was at Mitra Sejati Hospital Medan Johor which allegedly influenced the interest in buying merchandise for culinary business actors because it was directly adjacent to the hospital as a place for patient isolation COVID-19. The purpose of this study was to find out how the socio- economic conditions of culinary business actors in the Mitra Sejati Hospital Medan Johor were during the COVID-19 pandemic. The method used in this research is descriptive research method with a qualitative approach. There were eight informants in this study. The informants consisted of one key informant, four main informants, and three additional informants. Data collection techniques using literature study, observation, interviews, and documentation. The data obtained in the field were then analyzed by researchers and explained qualitatively. The results of this study indicate that socio-economic conditions consisting of interactions, health, employment, income and expenses have experienced significant changes due to the impact of the COVID-19 pandemic which forces culinary business actors to work harder and think smarter in order to survive in the future. COVID-19 pandemic.

Keywords: COVID-19, UMKM, Culinary Business, Social Economic Conditions

(8)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi ini dilaksanakan guna memenuhi tugas akhir dan mendapatkan gelar sarjana sosial. Selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hendra Harahap, M.Si, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Agus Suriadi, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Departemen Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Hairani Siregar,S.Sos, M.SP, selaku Dosen Pembimbing yang sudah membimbing, meluangkan waktu, tenaga dan kesabaran untuk penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Bapak Agus Suriadi,S.Sos, M.Si, selaku Dosen Penguji yang sudah banyak memberikan masukan, saran, dan meluangkan waktu untuk penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Staff Administratif Departemen Kesejahteraan Sosial

(9)

yang telah memberikan banyak ilmu dan bantuan dalam hal perkuliahan.

7. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Alamsyah Lubis dan Ibu Nofridawati,S.Pd.SD yang senantiasa mendoakan dan memberikan semangat serta kasih sayang yang berlimpah dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga selalu diberikan kesehatan, umur yang berkah, rezeki yang berlimpah, serta selalu dalam lindungan Allah SWT.

8. Saudara kandung penulis yaitu Abrarsyah Putra Lubis, Radiansyah Lubis, Novisyah Putri Lubis,S.Kom, Agungsyah Putra Lubis, Nuraini Lubis dan Dian Firda Lubis yang telah memberikan doa dan dukungan semangat serta dukungan material kepada penulis. Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT dan diberikan rezeki yang berlimpah.

9. Bibi penulis yaitu Latifah Hanum Lubis yang selalu memberikan doa semangat serta dukungan materil agar penulis bisa menyelesaikan skripsinya. Semoga beliau sehat selalu dan dalam lindungan Allah SWT.

10. Bapak Ahmad Minwal,S.Sos, M.Si, selaku lurah Kelurahan Pangkalan Mashyur yang sudah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan informasi seputar pelaku usaha kuliner di lingkungan Rumah Sakit Mitra Sejati Medan Johor.

11. Terimakasih kepada Reza Nasution, Fahmi Oktama, Bobby Andriza, Ridha Nurhaliza dan Yeni, Shofi, April, Egha, Bella, Diki, Ayu, Sarah, Gusti, Azwar dan Dirgan yang telah mendukung dan memberikan motivasi dari awal pengerjaan skripsi sampai tahap akhir. Semoga kalian selalu dalam keberkahan dunia akhirat.

12. Terimakasih kepada Keluarga Besar Sifa yaitu Rafika Manurung, Nisma

(10)

Ella, Muhammad Rafi, Afiva Ariyunia, Devi Ray, Irma Savira, Izmi Nabila dan Indah Khairani atas dukungannya selalu kepada penulis hingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

13. Terimakasih kepada Fahcrurozi Nasution dan Rifki Ardika Pratama yang telah menjadi teman diskusi penulis dan memberikan dukungan moril.

Semoga selalu dalam keadaan sehat.

14. Terimakasih kepada Sociarts yaitu Riezky Tri Nugroho, Bobby Tanjung, Nadya Faradilla, Amarillah Pane, Lana Hardi, dan Dicky yang telah mendukung penulis dalam pengerjaan skripsi. Semoga kita tetap solid selalu dan makin jaya.

15. Teman-teman Kesejahteraan Sosial stambuk 2017, terimakasih atas kebersamaannya selama ini, terimakasih atas cinta, kasih, sayang dan solidaritasnya. Semoga kita semua sukses kedepannya.

16. Kepada keluarga besar dan teman penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selalu memberikan doa, masukan, dan semangat kepada penulis. Terimakasih untuk semuanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materi. Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis untuk perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Medan, Agustus 2021 Penulis,

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 10

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 10

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 11

1.4 Sistematika Penulisan... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

2.1 Landasan Teoritis ... 14

2.1.1 COVID-19 ... 14

2.1.2 Konsep UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) ... 16

2.1.2.1 Pengertian UMKM ... 16

2.1.2.2 Karakteristik UMKM ... 17

2.1.3 Usaha Kuliner... 20

2.1.4 Konsep Kondisi Sosial Ekonomi ... 22

2.2 Penelitian Yang Relevan ... 29

2.3 Kerangka Pemikiran ... 33

2.3.1 Bagan Alur Pikir ... 35

2.4 Definisi Konsep ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1 Jenis Penelitian ... 36

3.2 Lokasi Penelitian ... 36

3.3 Informan Penelitian ... 37

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.5 Teknik Analisis Data ... 39

(12)

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 40

A. Temuan Umum... 40

4.1 Letak Geografis Lokasi Penelitian ... 40

4.2 Sejarah Perkembangan Lokasi Penelitian ... 40

4.3 Profil Lokasi Penelitian ... 42

4.4 Visi, Misi, dan Tujuan Lokasi Penelitian ... 45

4.4.1 Visi ... 45

4.4.2 Misi ... 45

4.4.3 Tujuan ... 45

4.5 Struktur Organisasi/Lembaga Lokasi Penelitian ... 45

4.6 Kondisi Umum Tentang Klien ... 47

4.7 Kondisi Umum Tentang Petugas ... 48

4.8 Keadaan Sarana dan Prasarana Lokasi Penelitian ... 49

BAB V HASIL PENELITIAN ... 50

5.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 50

5.1.1 Informan Kunci (Lurah Pangkalan Mashyur) ... 50

5.1.2 Informan Utama 1 (Pelaku Usaha Kuliner Martabak Kubang) ... 58

5.1.3 Informan Utama 2 (Pelaku Usaha Kuliner Sate Afrizal Amir) ... 66

5.1.4 Informan Utama 3 (Pelaku Usaha Kuliner Cafe Tampil Beda) ... 72

5.1.5 Informan Utama 4 (Pelaku Usaha Kuliner Warung Boboho) ... 78

5.1.6 Informan Tambahan 1 (Anak Pelaku Usaha Kuliner)... 85

5.1.7 Informan Tambahan 2 (Pemasok Bahan Baku) ... 88

5.1.8 Informan Tambahan 3 (Tetangga Pelaku Usaha Kuliner) ... 91

5.2 Observasi ... 94

5.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 96

5.3.1 Interaksi ... 96

5.3.2 Kesehatan ... 101

5.3.3 Pekerjaan ... 104

5.3.4 Pendapatan dan Pengeluaran ... 108

5.4 Keterbatasan Penelitian ... 111

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 111

6.1 Kesimpulan ... 111

6.2 Saran ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 116

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 121

(13)

PEDOMAN WAWANCARA ... 130

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Pelaku Usaha Kuliner di Lingkungan Rumah Sakit Mitra Sejati Medan Johor ... 10 Tabel 2.1 Karakteristik Umum tiap Skala Usaha ... 19 Tabel 4.1 Data Pokok Desa/Kelurahan ... 42 Tabel 4.2 Jenis Sarana dan Prasarana di Kelurahan Pangkalan Mashyur .... 49

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat umum secara sadar telah melaksanakan kegiatan ekonomi guna kelangsungan hidup baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat secara berkelanjutan. Dalam melangsungkan kehidupan perekonomian diperlukan upaya- upaya yang dapat terus menumbuhkan kehidupan ekonomi, sehingga upaya ini menambah iklim ekonomi dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan negara.

Sesuai dengan Dasar Negara Indonesia tertuang dalam Pancasila pada sila kelima tentang “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” serta juga tertuang dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pada pasal 33 yang membahas pada pokok bab kesejahteraan sosial yang meliputi tiga ayat. Terutama untuk ayat (1) perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar azas kekeluargaan. Pada dua aspek dasar negara ini menjadi poin penting dalam penyelenggaraan perekonomian guna membentuk masyarakat yang sejahtera (Wulandari, 2020).

Membentuk masyarakat yang sejahtera melalui sektor ekonomi salah satunya adalah melalui Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Di Indonesia hampir di setiap daerahnya memiliki jumlah unit usaha UMKM yang cukup banyak dan memerlukan bantuan tangan dari pemerintah. UMKM pada dasarnya didirikan untuk membuka lapangan kerja baru dan mengangkat status perekonomian masyarakat rendah di Indonesia, meskipun dengan modal yang terbatas (Fadlan, 2016).

Berbagai bentuk upaya yang telah dijalankan oleh Pemerintah dalam menggerakkan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan, salah satunya adalah

(16)

dengan memberikan dukungan kepada masyakat dalam mengelola UMKM.

Kehadiran UMKM memiliki faktor penting dalam kehidupan masyarakat dalam melaksanakan pendistribusian dimasyarakat. Lebih lagi bahwa UMKM mendapatkan poin penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Jika dilihat pada aspek ketenagakerjaan bahwa UMKM mampu menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi tingkat pengangguran dan turut serta membantu pemerintah dalam menanggulangi pengangguran (Wulandari, 2020).

Sektor UMKM sering disebut kegiatan ekonomi berbasis kerakyatan dimana umumnya barang-barang yang dihasilkan oleh pelaku UMKM adalah berupa kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan oleh hampir semua lapisan masyarakat. UMKM menjadi tulang punggung sistem ekonomi kerakyatan untuk mengurangi permasalahan kemiskinan dan pengembangannya mampu memperluas basis ekonomi serta dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan perekonomian daerah dan ketahanan ekonomi nasional (Pratama dalam Prasetio et al, 2018).

Sesuai dengan yang dikemukan pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah bahwa tujuan dari dibentuknya UMKM adalah untuk menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan (Undang- Undang Republik Indonesia, 2008). Maka perlu diupayakan peningkatan produktivitas UMKM serta untuk menjaga perusahaan agar tetap bertahan melalui berbagai bidang pendukung. Dalam upaya peningkatan ini, tidak jarang UMKM menemukan beberapa kendala diantaranya kurangnya modal

(17)

lemahnya daya saing. Sumber keunggulan daya saing terkini adalah inovasi dan kreativitas. Keunggulan bersaing berbasis inovasi dan kreativitas harus lebih diutamakan karena mempunyai daya tahan dan jangka waktu lebih panjang. Salah satu upaya peningkatan inovasi pada UMKM adalah penggunaan teknologi informasi. Ketersediaan informasi didalam dan di luar perusahaan sangatlah penting karena berkaitan dengan aspek manajerial dan pemasaran (Prasetio et al, 2018).

UMKM di Indonesia, umumnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

kegiatan usaha tidak terorganisasikan secara baik, karena timbulnya unit usaha tidak mempergunakan fasilitas/kelembagaan yang tersedia, pola kegiatan usaha tidak teratur baik dalam arti lokasi maupun jam kerja, pada umumnya kebijakan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi lemah tidak sampai ke sektor ini.

Pada umumnya UMKM di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai permasalahan yeng menghambat kegiatan usahanya. Berbagai hambatan tersebut meliputi kesulitan pemasaran, keterbatasan finansial, keterbatasan SDM berkualitas, masalah bahan baku, keterbatasan teknologi, infrastruktur pendukung dan rendahnya komitmen pemerintahuntuk meningkatkan daya saing (Ariani dan Utomo, 2017).

Strategi untuk meningkatkan daya saing UMKM adalah dengan melalui pemanfaatan Teknologi Informasi (TI). Melalui pemanfaatan TI akan mendorong UMKM untuk mendapatkan peluang ekspor dan peluang bisnis lainnya. Dengan kondisi tersebut kegiatan pengembangan UMKM perlu diarahkan untuk melakukan analisis daya saing dan merumuskan upaya-upaya peningkatan daya

(18)

saing dalam rangka pembangunan daya saing dan perekonomian nasional.

Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar dan terus bertambah, sangat membutuhkan keberadaan UMKM yang kuat, berdaya saing di pasar dalam negeri maupun global. Perlu kebijakan yang didukung seluruh pemangku kepentingan, untuk menempatkan pasar dalam negeri sebagai basis pengembangan UMKM di Indonesia(Rahmana dalam Ariani dan Utomo, 2017).

Negara Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat melimpah, terutama pada sektor perkebunan dan pertanian. Kedua sektor ini merupakan pintu utama dari subsektor kebutuhan primer manusia, yaitu pangan.

Banyak sekali kita jumpai sumber daya alam dari dalam negeri yang di ekspor secara besar-besaran dengan harga yang seminim mungkin dan kembali dengan bentuk yang sedikit berubah dan harga yang sangat tinggi. Poin utama dari kasus ini ialah, Indonesia masih kekurangan industri pengolahan kreatif khususnya di bidang pangan atau yang sering disebut sektor kuliner (Hutabarat, 2015).

Usaha kuliner merupakan usaha atau jasa yang bergerak dibidang perdagangan kuliner baik makanan maupun minuman. Bisnis kuliner merupakan salah satu dari sekian banyak bisnis jasa yang berkembang dengan pesat walaupun pada masa krisis. Hal ini karena pada dasarnya makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi, sehingga apabila makan dan minum masih menjadi kebutuhan yang diutamakan maka bisnis kuliner akan terus tumbuh dan berkembang. Namun, di tengah pandemi COVID-19 hal tersebut sangat berdampak bagi pekaku usaha kuliner yang berada di lingkungan Rumah Sakit dikarenakan ketakutan serta kepanikan para pembeli untuk membeli makanan dan minuman yang dijajakan para pelaku usaha kuliner di lingkungan

(19)

Rumah Sakit yang disinyalir dapat menyebarkan virus COVID-19 di lingkungan tempat pembeli membeli makanan dan minuman tersebut.

Usaha kuliner seperti membuat dan menjual makanan serta minuman sedang tumbuh dan berkembang di masyarakat luas. Bisnis kuliner tidak dapat lepas dari perkembangan teknologi. Adanya perkembangan teknologi dan komunikasi telah membuat adanya perubahan baik dibidang sosial, ekonomi dan budaya yang berlangsung dengan cepat. Dengan berkembangnya teknologi yang semakin cepat maka bidang financial dan teknologi juga semakin berkembang dengan efisien dan modern. Adanya inovasi teknologi saat ini juga dirasakan pada kemajuan inovasi model bisnis e-commerce yang tidak hanya berkembang di sektor ritel atau pasar untuk produk, tetapi juga berkembang pada layanan jasa.

Semakin maju kebudayaannya, semakin berkembang teknologinya karena teknologi merupakan perkembangan dari kebudayaan yang maju dengan pesat (Adib dalam Indraswari, 2018).

Perkembangan bisnis kuliner disertai dengan semakin banyaknya restoran- restoran yang bermunculan, baik itu restoran biasa maupun restoran fast food.

Menu dan fasilitas yang ditawarkan pun semakin berkembang, mulai dari tempat yang hanya sekedar untuk menikmati makanan rumahan dengan menu sederhana hingga restoran mewah yang menyajikan berbagai macam menu unik dan mewah bertaraf internasional. Namun, pada sektor usaha kuliner dalam lingkup UMKM tidak serta merta dapat bersaing dengan usaha kuliner berbasis e-commerce maupun usaha kuliner besar seperti restoran fast food. Ketidakberdayaan usaha kuliner lingkup UMKM di lingkungan Rumah Sakit inilah yang mengakibatkan kondisi sosial ekonomi berupa pendapatan menurun pasca pemerintah

(20)

mengeluarkan peraturan PSBB dan adanya virus COVID-19 yang cepat sekali penyebarannya.

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat, pemberian posisi itu disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh sipembawa status (Basrowi dan Juariyah, 2010).

Kondisi sosial ekonomi juga merupakan tolok ukur tingkat kesejahteraan individu maupun kelompok atau masyarakat terlebih pada masa pandemi COVID- 19 yang sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi UMKM di bidang usaha kuliner untuk memenuhi standar kesejahteraan hidupnya. Kesejahteraan sendiri berarti keadaan dimana individu maupun kelompok atau masyarakat tidak mengalami kesenjangan sosial. Kesenjangan sosial adalah suatu kondisi yang tidak seimbang dari dalam kehidupan sosial masyarakat, baik individu maupun kelompok, dimana terjadi ketidaksetaraan distribusi hal-hal yang dianggap penting dalam suatu masyarakat, kesenjangan sosial sangat mencolok dari berbagai akses misalnya di dalam aspek keadilanpun bisa terjadi (Hidayat, 2019).

Kondisi sosial ekonomi erat kaitannya tentang bagaimana kehidupan sosial ekonomi suatu individu, kelompok maupun masyarakat luas yang berada dalam suatu wilayah atau tempat. Kehidupan sosial ekonomi harus dipandang sebagai suatu sistem (sistem sosial), yaitu suatu keseluruhan bagian-bagian atau unsur- unsur yang saling berhubungan dalam suatu kesatuan. Kehidupan sosial adalah kehidupan bersama manusia atau kesatuan manusia yang hidup dalam suatu pergaulan. Oleh karena itu kehidupan sosial pada dasarnya ditandai dengan:

(21)

a. Adanya kehidupan bersama yang pada ukuran minimalnya berjumlah dua orang atau lebih

b. Manusia tersebut bergaul (berhubungan) dan hidup bersama dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena mereka berhubungan dan bergaul cukup lama dan hidup bersama, maka akan terjadi adaptasi dan pengorganisasian perilaku serta munculnya suatu perasaan sebagai kesatuan (kelompok).

c. Adanya kesadaran bahwa mereka merupakan satu kesatuan d. Suatu kehidupan sistem bersama

Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan saling timbal balik. Interaksi sosial juga merupakan suatu hubungan yang dilakukan antara individu atau antara manusia yang satu dengan manusia atau individu yang lain, dalam interaksi itu terjadi suatu hubungan timbal balik antara kedua belah pihak. Adanya hubungan sosial atau hubungan yang saling mempengaruhi maka terjadilah interaksi sosial. Interaksi ini pertama sekali terjadi pada keluarga, dimana ada terjadi hubungan antara ayah, ibu dan anak. Dari adanya interaksi antara anggota keluarga maka akan muncullah hubungan dengan masyarakat luar. Pola hubungan interaksi ini tentu saja dipengaruhi lingkungan dimana masyarakat tersebut bertempat tinggal (Astuti, Hardiwinarto dan Sholihah, 2018).

Kondisi sosial ekonomi yang dinamis mempengaruhi pendapatan dalam sektor UMKM khususnya di sektor kuliner. Adanya Pandemi COVID-19 yang terjadi secara global tentu saja berdampak terhadap berbagai sektor terutama di sektor ekonomi. Di Indonesia, hal ini tentunya juga memiliki dampak yang cukup

(22)

signifikan terhadap pariwisata, sektor perdagangan, industri termasuk pelaku UMKM. Pandemi COVID-19 ini mempengaruhi perekonomian dari sisi penawaran dan permintaan. Di sisi penawaran, perusahaan mengurangi pasokan bahan baku dan tenaga kerja yang tidak sehat serta rantai pasokan yang juga mengalami kendala. Dari sisi permintaan, kurangnya permintaan dan menurunnya kepercayaan konsumen terhadap suatu produk termasuk para pengusaha di bidang kuliner di lingkungan rumah sakit yang mengalami penurunan daya jual dan beli dari konsumen disebabkan kepanikan konsumen akan terjangkitnya bahaya virus COVID-19 yang dapat saja menular ke pengusaha kuliner dan makanan yang dibeli konsumen (Hardilawati, 2020).

Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi yang menggambarkan bahwa 1.785 koperasi dan 163.713 pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terdampak pandemi virus corona (COVID-19). Kebanyakan koperasi yang terkena dampak COVID-19 bergerak pada bidang kebutuhan sehari- hari, sedangkan sektor UMKM yang paling terdampak yakni makanan dan minuman (Amri, 2020). Terjadinya pandemi global Corona Virus Disease 2019 (COVID- 19), khususnya di Indonesia, lebih khusus lagi di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara tepatnya di Kecamatan Medan Johor yang berada di lingkungan Rumah Sakit membuat bidang usaha kuliner diterpa krisis COVID-19.

Bagi UMKM apapun kondisinya harus tetap berjalan walaupun harus banyak belajar dari pengalaman ini karena banyak perubahan yang terjadi sehingga bisnis yang dijalankan harus menyesuaikan dengan kondisi yang ada, atau kalau perlu berubah total. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh UMKM bahwa pada kondisi ini secara umum pengelolaan UMKM telah mengalami

(23)

disrupsi dengan cara yang baru, penggunaan teknologi menjadi syarat mutlak bagi usahanya yang mau bertahan karena sudah dipastikan dengan adanya PSBB/Lockdown semua orang menggunakan media gadget sebagai mediator untuk transaksi sehingga tidak ada pilihan lain bagi UMKM melainkan harus menyesuaikan dengan platform digital (Fahrudin et al, 2020 : 74).

Masyarakat lebih memilih mengonsumsi makanan dan minuman yang mereka olah sendiri di rumahnya daripada harus membeli di luaran mengingat penyebaran COVID-19 sangat cepat menyebar. Sebelum pandemi COVID-19 terjadi, pelaku usaha kuliner di lingkungan Rumah Sakit Mitra Sejati Medan Johor mengalami tingkat pendapatan yang stabil dimana berkisar Rp.800.000,- hingga Rp.1.200.000,-/hari. Namun disaat adanya pandemi COVID-19 pendapatan pelaku usaha kuliner di lingkungan Rumah Sakit Mitra Sejati Medan Johor mengalami penurusan drastis hingga Rp.500.000,- sampai Rp.800.000,- /hari. Pelaku usaha kuliner tersebut mengalami kehambatan pendapatan karena pemerintah memberlakukan PSBB dengan menerapkan New Normal ditambah adanya pemberlakuan peraturan baru yang disebut PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) yang membuat pelaku usaha kuliner tutup lebih awal daripada sebelum adanya pandemi COVID-19. Karena hal itu pelaku usaha kuliner di kota Medan termasuk di lingkungan Rumah Sakit Mitra Sejati Medan Johor mengalami perubahan kondisi sosial ekonomi.

(24)

Tabel 1.1 Jumlah Pelaku Usaha Kuliner di Lingkungan Rumah Sakit Mitra Sejati Medan Johor

No Nama Usaha Kuliner

1 Martabak Kubang

2 Sate Afrizal Amir

3 Cafe Tampil Beda

4 Warung Boboho

Sumber : Hasil pra-riset 2021

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Kondisi Sosial Ekonomi Pelaku Usaha Kuliner di Lingkungan Rumah Sakit pad Masa Pandemi COVID-19 (Studi Kasus Rumah Sakit Mitra Sejati Medan Johor)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah disajikan, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Bagaimanakah Kondisi Sosial Ekonomi Pelaku Usaha Kuliner di Lingkungan Rumah Sakit pada Masa Pandemi COVID-19 (Studi Kasus Rumah Sakit Mitra Sejati Medan Johor)?.

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi pelaku usaha kuliner di lingkungan rumah sakit pada masa pandemi

(25)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam rangka:


1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Sumatera Utara dan menjadi sumber informasi sebagai bahan kajian bagi peneliti lain maupun mahasiswa yang melakukan penelitian sehubungan dengan kondisi sosial ekonomi pelaku usaha kuliner di lingkungan rumah sakit pada masa pandemi COVID-19

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran bagi pihak-pihak yang terkait dengan mengaplikasikan teori-teori yang ada.

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri atas:

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah 2. Rumusan Masalah

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 4. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Landasan Teoritis

2. Penelitian Yang Relevan 3. Kerangka Pemikiran 4. Definisi Konsep

(26)

BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian

2. Lokasi Penelitian 3. Informan Penelitian 4. Teknik Pengumpulan Data 5. Teknik Analisis Data

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Temuan Umum

1. Letak Geografis Lokasi Penelitian 2. Profil Lokasi Penelitian

3. Visi, misi, dan tujuan Lokasi Penelitian

4. Struktur Organisasi / Lembaga Lokasi Penelitian 5. Kondisi Umum Tentang Klien

6. Kondisi Umun Tentang Petugas

7. Keadaan Sarana Dan Prasarana Lokasi Penelitian BAB V HASIL PENELITIAN

1. Deskripsi Data Hasil Penelitian 2. Observasi

3. Pembahasan Hasil Penelitian 4. Keterbatasan Penelitian

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 1.Kesimpulan

2.Saran

(27)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis

2.1.1 COVID-19

Virus Corona sudah dikenal sejak tahun 1930-an dan diketahui terdapat pada hewan. Pada tahun 2002, muncul penyakit baru golongan Virus Corona yang menyebabkan penyakit Severe Acute Respirasitory Syndrome (SARS). Pada tahun 2012, muncul lagi golongan Virus Corona ini yang menyebabkan penyakit Middle East Respiratory Syndrome (MERS) di Timur Tengah, khususnya negara-negara Arab. Pada bulan Desember 2019, di Kota Wuhan, Tiongkok, terjadi kejadian luar biasa kasus radang paru-paru (pneumonia) yang disebabkan oleh virus dari keluarga besar Virus Corona, tetapi virus ini belum pernah dikenal sebelumnya, sehingga disebut sebagai Corona jenis baru atau Novel Coronavirus (= novel, paling baru). Pada 11 Februari 2020, WHO secara resmi mengumumkan penamaan baru virus penyebab pneumonia misterius itu dengan nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan nama penyakit yang ditimbulkannya adalah Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) (Sutaryo, Yang, Sagoro, dan Sabrina, 2020:4).

Kasus yang berat dari COVID-19 dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-tanda

(29)

demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru (Hairunisa dan Amalia, 2020).Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >380C), batuk dan kesulitan bernapas. (Yuliana, 2020).

Langkah awal dalam penanganan COVID-19 adalah isolasi mandiri di rumah dengan tetap melakukan monitor pada asupan cairan dan nutrisi. Dilakukan juga pengontrolan terhadap demam dan batuknya.

Sesuai dengan protokol tata laksana COVID-19 di Indonesia pada penderita terkonfirmasi namun tanpa gejala maka dilakukan isolasi mandiri 14 hari di rumah dan pemantauan oleh petugas. Selain itu, diberikan tata laksanan non farmakologis berupa edukasi (pengukuran suhu 2x sehari, gunakan masker bila bepergian, cuci tangan dengan air mengalir menggunakan sabun atau gunakan cairan pembersih tangansesering mungkin, physical distancing, tidur terpisah dengan anggota keluarga lain, etika batuk yang benar (menutup mulut saat batuk), alat makan dan minum sendiri, berjemur matahari minimal 10-15 menit/hari, pakaian dicuci terpisah, ventilasi ruangan harus baik dan bersihkan kamar dengan desinfektan secara berkala) (Hairunisa dan Amalia, 2020).

(30)

2.1.2 Konsep UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)

2.1.2.1 Pengertian UMKM

UMKM adalah usaha yang punya peranan penting dalam perekonomian Negara Indonesia, baik dari sisi lapangan kerja yang tercipta maupun dari sisi jumlah usahanya (Rudjito dalam Hamidah, Sejati dan Mujahidah, 2019). Pada Bab I pasal 1 UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), maka yang dimaksud dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah:

1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah

(31)

kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa UMKM merupakanbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum ataupun badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi yang memiliki aset serta tenaga kerja relatif kecil, di mana pemiliknya memiliki kebebasan dalam mengoperasikan usahanya dan mengelola keuangannya (Bangun, 2008).

2.1.2.2 Karakteristik UMKM

Karakteristik merupakan bagian melekat pada setiap usaha yang dilakukan oleh UMKM sebagai ciri khas usaha tersebut.

Karakteristik yang melekat pada UMKM merupakan kelebihan dan kekurangan UMKM itu sendiri (Tambunan dalam Lestari dan Hardiyanti, 2019). Beberapa kelebihan yang dimiliki UMKM antara lain:

a. Daya Tahan

Pelaku UMKM dituntut mampu mempertahankan kelangsungan usahanya, karena mereka sangat adaptif menghadapi perubahan dalam lingkungan usaha, sehingga membutuhkan motivasi yang kuat.

b. Padat Karya

Umumnya, UMKM di Indonesia merupakan usaha padat karya.

Proses produksi lebih mengandalkan kemampuan tenaga kerja yang dimiliki daripada mesin sebagai alat produksi.

c. Keahlian Khusus

Banyak UMKM di Indonesia yang masih membuat produk

(32)

sederhana dengan keahlian khusus tanpa pendidikan formal. Keahlian tersebut diperoleh secara turuntemurun, sehingga produk yang dihasilkan memiliki nilai teknologi yang lebih sederhana dan murah.

d. Jenis Produk

Produk yang dihasilkan UMKM umumnya bernuansa budaya yang diperoleh dari keahlian khas masyarakat di masing-masing daerah.

e. Permodalan

Pada umumnya, pelaku UMKM masih menggunakan modal sendiri dalam memulai usaha tanpa pendanaan dari sumber-sumber eksternal.

Kekurangan UMKM adalah sebagai berikut :

1. SDM lemah dalam kewirausahaan dan manajerial 2. Keterbatasan keuangan

3. Ketidakmampuan aspek pasar

4. Keterbatasan pengetahuan produksi dan teknologi, prasarana dan sarana

5. Ketidakmampuan menguasai informasi

6. Tidak didukung kebijakan dan regulasi memadai, serta perlakuan pelaku usaha besar

7. Tidak terorganisasi dalam jaringan dan kerjasama 8. Sering tidak memenuhi standar

9. Belum memenuhi kelengkapan aspek legalitas

(33)

Tabel 2.1 Karakteristik Umum tiap Skala Usaha

Skala Usaha Karakteristik

Usaha Mikro

• Jenis barang/komoditi tidak tetap sewaktu-waktu dapat berganti

• Tempat usaha tidak tetap sewaktu-waktu dapat pindah tempat

• Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun

• Tidak memisahkan keuangan pribadi dengan keuangan usaha

• Pengusaha atau pekerja belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai

• Tingkat pendidikan rata-rata relatif rendah

• Belum banyak akses kepada perbankan, namun sebagian sudah akses ke lembaga keuangan non bank (LKNB)

• Belum memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP

• Contohnya pedagang kaki lima, pedagang di pasar

Usaha Kecil

• Jenis barang/komoditi umumnya sudah tetap tidak gampang berubah

• Tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah

• Sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana

• Sudah mulai ada pemisahan antara keuangan pribadi dan keuangan usaha

• Sudah membuat neraca usaha

• Pengusaha atau pekerja memiliki pengalaman dalam berwirausaha

• Sebagian besar sudah akses ke perbankan maupun LKNB dalam keperluan modal

• Belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik

• Contohnya pedagang di pasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya

Usaha Menengah

• Memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi

• Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan teratur sehingga memudahkan untuk auditing dan

(34)

penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan

• Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan

• Sudah memiliki akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan maupun LKNB

• Pada umumnya telah memiliki SDM yang berpendidikan dan terlatih

• Contohnya usaha pertambangan gunung untuk kontruksi dan marmer buatan

Sumber : Klasifikasi UKM dan UMKM di Indonesia

2.1.3 Usaha Kuliner

Usaha kuliner merupakan usaha yang tidak pernah kehabisan ide untuk membuat terobosan baru dalam menjual berbagai jenis makanan dan minuman. Usaha ini juga menjadi usaha yang tergolong sangat mudah untuk dilakukan bagi sebagian orang yang memiliki modal kecil.

Ada banyak sekali pilihan untuk menentukan kemana modal kecil ini dapat dimanfaatkan dan menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda.

Namun, kunci utama dalam memulai bisnis usaha kuliner adalah keterampilan dan ketekunan serta kesabaran untuk mengembangkan usaha tersebut.Salah satu jenis UMKM di bidang kuliner menjadi prioritas konsumen dikarenakan kuliner merupakan kebutuhan sehari- hari yang di mana pembeli dan penjual sama-sama saling membutuhkan dan menciptakan suatu sistem.

Sistem merupakan suatu kesatuan yang saling ketergantungan.

Seperti teori fungsionalnya Durkheim yang memiliki asumsi utama yaitu melihat masyarakat sebagai sebuah sistem yang di dalamnya terdapat subsistem. Teori ini mengambil analogi masyarakat sebagai sebuah

(35)

sistem organik (makhluk hidup), sebagai contoh adalah organisme manusia. Manusia merupakan sebuah sistem biologis yang terdiri atas sub-subsistem; di dalamnya ada tangan, kaki, jantung, mata, hidung, dan sebagainya. Keseluruhan bagian tersebut harus berfungsi dengan baik sesuai tugas dan perannya masing-masing. Masing-masing tugas dan peran subsistem tersebut tidak dapat saling menggantikan. Apabila terdapat salah satu bagian yang tidak berfungsi dengan baik, maka manusia tersebut mengalami kondisi abnormal, atau mengalami kondisi

“sakit” (Martono, 2011:35).

Usaha kuliner adalah usaha atau jasa yang bergerak dibidang perdagangan kuliner baik makanan maupun minuman. Bisnis kuliner merupakan salah satu dari sekian banyak bisnis jasa yang berkembang dengan pesat walaupun pada masa krisis. Hal ini karena pada dasarnya makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi, sehingga apabila makan dan minum masih menjadi kebutuhan yang diutamakan maka bisnis kuliner akan terus tumbuh dan berkembang. UMKM harus memiliki strategi bisnis. Strategi bisnis berkaitan dengan cara-cara yang digunakan oleh perusahaan untuk mendapatkan keunggulan persaingan di dalam setiap bisnisnya. Sebuah strategi bisnis memberikan stabilitas arah dan orientasi yang konsisten untuk beradaptasi dengan lingkungannya (Laeliyah, 2017).

Menjamurnya franchise kuliner luar seperti KFC, McDonalds,Hoka-Hoka Bento, Hanamasa, Pizza Hut di bererapa tempat yang strategis di Indonesia memberi dampak buruk bagi pengusaha

(36)

kuliner mikro kecil dan menengah dalam negeri termasuk Martabak Kubang, Sate Afrizal Amir dan Cafe Tampil Beda yang merupakan usaha kuliner jenis UMKM yang merasakan dampaknya langsung yang juga berlokasi di lingkungan Rumah Sakit di mana pada masa pandemi COVID-19 mengalami penurunan pendapatan.

Pentingnya UMKM di tiap daerah tidak diikuti oleh penangan sigap oleh pemilik UMKM khususnya di bidang kuliner sendiri dan pemerintah. Ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh pemilik usaha kuliner seperti dari eksternal dan internal usaha. Permasalahan dari internal pemilik usaha ialah seperti pengolahan keuangan, pembukuan cash-flow, investasi, pengolahan produk yang lebih inovatif, kekurangan informasi, kekurangan modal awal, serta kekurangan tenaga kerja yang terampil. Di sisi lain permasalahan timbul dari eskternal usaha kuliner, seperti pemain baru yang muncul, produksi substitusi yang sama dari franchise luar negeri, adanya pandemi COVID-19 dan yang palingbesar adalah perdagangan bebas. UMKM khususnya di sektor kuliner butuh strategi pengembangan yang kokoh dan perlu melibatkan elemen-elemen besar sampai terkecil serta instrumen hukum yang kuat dalam memproteksi UMKM kuliner dalam negeri (Hutabarat, 2015).

2.1.4 Konsep Kondisi Sosial Ekonomi

Kondisi sosial adalah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita, meliputi; perubahan sosial, tingkatan sosial, dan apa saja yang ada dalam kehidupan sosial. Hal ini berarti bahwa lingkungan

(37)

interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.

Interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi atau mengubah individu lain atau sebaliknya. Interaksi sosial adalah hubungan dinamis yang mempertemukan orang dengan orang, kelompok dengan kelompok maupun orang dengan kelompok manusia. Bentuknya tidak hanya bersifat kerja sama tetapi juga berbentuk tindakan persaingan, pertikaian, dan sejenisnya (Saragih, 2016).

Kondisi sosial yang mempengaruhi individu dapat melalui dua cara yaitu langsung dan tidak langsung. Secara langsung yaitu seperti dalam pergaulan sehari-hari baik dari keluarga, teman dan pekerjaan.

Secara tidak langsung melalui media masa baik cetak, audio maupun audio visual. Selanjutnya juga dijelaskan lingkungan sosial yang sangat berpengaruh pada proses dan hasil pendidikan adalah teman bergaul, lingkungan tetangga dan aktivitas dalam masyarakat (Dalyono dalam Basrowi dan Juariyah, 2010).

Kondisi ekonomi adalah keadaan baik atau lancar dan tersendatnya perjalanan ekonomi. Pengertian ekonomi adalah semua yang menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan perikehidupan dalam rumah tangga tentu saja yang dimaksud dan dalam perkembangannya kata rumah tangga bukan hanya sekedar merujuk pada satu keluarga yang terdiri dari suami,isteri dan anak-anaknya,

(38)

melainkan juga rumah tangga yang lebih luas yaitu rumah tangga bangsa, negara dan dunia. Ekonomi merupakan ilmu tentang prilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi dan atau distribusi (Putong, 2010:1).

Kondisi sosial ekonomi merupakan suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat, pemberian posisi itu disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh sipembawa status. Kondisi sosial ekonomi juga berarti suatu keadaan atau kedudukan seseorang dalam masyarakat sekelilingnya (Sastropradja dalam Basrowi dan Juariyah, 2010).

Status sosioekonomi sebagai pengelompokan orang-orang berdasarkan kesamaan karakteristik pekerjaan, pendidikan ekonomi.

Status sosioekonomi menunjukan ketidak setaraan terentu. Secara umum anggota masyarakat memiliki :

1. Pekerjaan yang bervarias prestisenya, dan beberapa individu memiliki akses yang lebih besar terhadap pekerjaan berstatus lebih tinggi dibanding orang lain;

2. Tingkat pendidikan yang berbeda, ada beberapa individual memiliki akses yang lebih besar terhadap pendidikan yang lebih baik dibanding orang lain;

3. Sumber daya ekonomi yang berbeda;

(39)

4. Tingkat kekuasaan untuk mempengaruhi institusi masyarakat.

Perbeedaan dalam kemampuan mengontrol sumber daya dan berpartisipasi dalam ganjaran masyarakat menghasilkan kesempatan yang tidak setara (Santrock dalam Lontoh, 2016).

Kondisi sosial ekonomi adalah posisi individu dan kelompok yang berkenaan dengan ukuran rata-rata yang berlaku umum tentang pendidikan, pemilikan barang-barang, dan patisipasi dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya, sedangkan kondisi sosial ekonomi kaitanya dengan status sosial ekonomi itu sendiri dengan kebiasaan hidup sehari-hari individu atau kelompok (Sumardi dan Evers dalam Basrowi dan Juariyah, 2010).Kondisi sosial ekonomi dapat dilihat dari pekerjaan, pendidikan, kesehatan dan pemenuhan kebutuhan hidup dalam rumah tangga. Berdasarkan ini masyarakat dapat digolongkan kedudukan sosial ekonomi atas, menengah dan bawah (Zunaidi dalam Artanita, 2014).

Kondisi sosial ekonomi memiliki beberapa parameter sebagaimana dikemukakan oleh Bintarto untuk mengukur kondisi sosial ekonomi yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan tingkat pendapatan. Indikator sosial ekonomi sendiri terdiri dari beberapa hal seperti interaksi sosial, kesehatan, pekerjaan, pendapatan dan pengeluaran (Bintarto dalam Lontoh, 2016).

Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948 menyebutkan bahwapengertian kesehatan adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan

(40)

penyakit dan kelemahan. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat (Panjaitan, 2016).

Pekerjaan juga termasuk sebagai indikator sosial ekonomi yang berasal dari kata bekerja. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan. Faktor pendorong penting yang menyebabkan manusia bekerja adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Aktivitas dalam kerja mengandung unsur suatu kegiatan sosial, menghasilkan sesuatu, dan pada akhirnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya, namun demikian di balik tujuan yang tidak langsung tersebut orang bekerja untuk mendapatkan imbalan yang berupa upah atau gaji dari hasil kerjanya itu. Jadi pada hakikatnya orang bekerja, tidak saja untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, tetapi juga bertujuan untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Dapat disimpulkan bahwa pekerjaan bertujuan untuk memperoleh pendapatan (As’ad dalam Lontoh, 2016).

Pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan. Sedangkan pengeluaran adalah biaya yang dikeluarkan dalam upaya pemenuhan segala

(41)

kebutuhan baik primer, sekunder maupun tersier (Sukirno dalam Lontoh, 2016).

Kondisi sosial ekonomi dapat mempengaruhi tingkat pendapatan suatu individu maupun masyarakat yang berdampak pada tingkatan taraf kemiskinan. Kemiskinan identik dengan suatu penyakit. Oleh karena itu, langkah pertama penanggulangan masalah kemiskinan adalah memahami kemiskinan sebagai suatu masalah (Siagian, 2012:2).

Kemiskinan acapkali didefinisikan semata hanya sebagai fenomena ekonomi, dalam arti rendahnya penghasilan atau tidak dimilikinya mata pencaharian yang cukup mapan untuk tempat bergantung hidup. Pendapat seperti ini untuk sebagian mungkin benar, tetapi diakui atau tidak kurang mencerminkan kondisi riil yang sebenarnya dihadapi keluarga miskin. Kemiskinan sesungguhnya bukan semata-mata kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok atau standar hidup layak, namun lebih dari itu esensi kemiskinan adalah menyangkut kemungkinan atau probabilitas orang atau keluarga miskin itu untuk melangsungkan dan mengembangkan usaha serta taraf kehidupannya (Suyanto, 2013:2).

Memahami masalah kemiskinan yaitu dengan kita memandang kemiskinan itu dalam dua aspek, yakni kemiskinan sebagai suatu kondisi yang merupakan kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang hidup di bawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi

(42)

kebutuhan hidupnya. Sementara sebagai suatu proses berarti kemiskinan merupakan proses menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia (Siagian, 2012:2-3).

Kemiskinan menjadi tolok ukur taraf kesejahteraan sosial ekonomi dan berbicara mengenai kesejahteraan berarti menyinggung suatu hal yang bersifat bahagia dan aman sentosa. Kesejahteraan adalah orang yang sejahtera yaitu orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan, atau kekhawatiran sehingga hidupnya aman tenteram, baik lahir maupun batin. Sedangkan sosial berasal dari kata “socius” yang berarti kawan, teman, dan kerja sama.

Orang yang sosial adalah orang dapat berelasi dengan orang lain dan lingkungannya dengan baik. Jadi kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai suatu kondisi di mana orang dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat berelasi dengan lingkungannya secara baik (Fahrudin, 2012:8).

Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, Pasal 1 ayat 1 menjelaskan mengenai pengertian kesejahteraan sosial yang merupakan kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan

(43)

mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Rumusan tersebut menggambarkan kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan di mana digambarkan secara ideal adalah suatu tatanan (tata kehidupan) yang meliputi kehidupan material maupun spiritual, dengan tidak menempatkan satu aspek lebih penting dari yang lainnya, tetapi lebih mencoba melihat pada upaya mendapatkan titik keseimbangan. Titik keseimbangan yang dimaksud adalah keseimbangan antara aspek sosial, material, dan spiritual. Konsepsi tersebutlah yang menjadi landasan bahwasannya untuk mencapai taraf kondisi sosial ekonomi yang baik harus memenuhi standar kesejahteraan sosial dalam berbagai aspek dan harus seimbang (Adi, 2013:23).

2.2 Penelitian Yang Relevan

Kajian penelitian yang relevan merupakan deskripsi hubungan antara masalah yang diteliti dengan kerangka atau landasan teoritik yang dipakai dalam penelitian serta hubungannya dengan penelitian yang terdahulu. Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian, sebagai berikut :

1. Penelitian yang dilakukan oleh M.Bayu Prayogo(Universitas Sumatera Utara, 2019) dengan judul “Pengaruh Sumber Daya Manusia dan Pesaing terhadap Keberhasilan Usaha UMKM pada Pedagang Kuliner Komplek Asia Megamas”.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh sumber daya manusia dan pesaing terhadap keberhasilan

(44)

usaha pada usaha kuliner Asia Megamas dengan metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis regresi linier berganda.

Hasil dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tentang sejauh mana pengaruh sumber daya manusia dan pesaing terhadap keberhasilan usaha kuliner Asia Megamas, yaitu : (1) Sumber daya manusia dan pesaing secara serempak berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan usaha kuliner Asia Megamas; (2) Sumber Daya Manusia (SDM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha kuliner Asia Megamas;

(3) Pesaing berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha kuliner Asia Megamas.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Windu Widuri (Universitas Padjadjaran, 2019) dengan judul “Strategi Pemerintah Kota Tasikmalaya dalam Pemberdayaan dan Pengembangan UMKM”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis strategi yang dilakukan pemerintah dalam memberdayakan dan mengembangkan UMKM, mengingat Kota Tasikmalaya mempunyai potensi yang besar dalam sektor UMKM. Dalam penelitian ini, metode yang digunakanadalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya melalui Dinas KUMKM Perindag dalam memberdayakan dan mengembangkan

(45)

UMKM dilihat dari tahapan tujuan dimana tujuan yang ditetapkan belum mampu mengatasi kekhawatiran masyarakat.

Ada empat tahapan yang dilaksanakan pemerintah guna memberdayakan dan mengembangkan UMKM yaitu yang pertama ada tahapan lingkungan, terdapat beberapa ancaman dan peluang di beberapa pendekatan seperti faktor ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan teknologi. Pada tahapan arahan, belum adanya peraturan daerah yang mengatur tentang pemberdayaan dan pengembangan UMKM. Pada tahapan tindakan, dimana program dan kegiatan yang diselenggarakan belum merata dan belum sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pada tahapan pembelajaran, masih minimnya sarana penyampaian evaluasi yang disediakan pemerintah bagi masyarakat. Dan dapat disimpulkan bahwa strategi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya dalam memberdayakan dan mengembangkan UMKM belum dapat berjalan dengan baik.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Sandi Priyono Panjaitan (Universitas Sumatera Utara, 2016) dengan judul “Kondisi Sosial Ekonomi dan Strategi Pemenuhan Kebutuhan Keluarga Penyapu Jalan Dinas Kebersihan di Kecamatan Medan Denai”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya yang ditempuh oleh keluarga penyapu jalan dalam meningkatkan kehidupan sosial ekonomi keluarga dinas kebersihan di Kecamatan Medan Denai. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif

(46)

dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

Hasil penelitian mengatakan bahwa kondisi sosial ekonomi keluarga penyapu jalan Dinas Kebersihan di Kecamatan Medan Denai dalam konsumsi pangan merupakan jumlah pangan, secara tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis, dan sosiologis.

Upaya yang ditempuh oleh keluarga penyapu jalan dalam meningkatkan kehidupan sosial ekonomi keluarga dinas kebersihan di Kecamatan Medan Denai selain sebagai penyapu jalan adalah dengan membuka usaha warung makan, kopi dan memelihara ternak seperti ikan, ayam, itik. Jenis pekerjaan tersebut dipilih sebagai pekerjaan yang terbilang tidak mengganggu jam kerja dan mudah untuk dilakukan karena bisa secara bebas tidak terikat waktu dan bisa diatur sendiri tanpa terikat dengan kalender kerja para pasukan kuning, sebagian besar mereka bekerja sampingan untuk membantu perekonomian keluarganya, pemilihan usaha tersebut mencoba keberuntungan ada juga yang merupakan hobi selain itu permintaan dari masyarakat untuk mengambil sampahnya.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Januar Eko Aryansyah, Dwi Mirani dan Martina (Universitas Sriwijaya) dengan judul “Strategi Bertahan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Sektor Kuliner di Masa Pandemi COVID-19”.

(47)

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi bertahan UMKM sektor kuliner di masa pandemi COVID- 19. Dalam penelitian ini, peneliti bertujuan untuk mengetahui stratetgi yang digunakan oleh pelaku UMKM sehingga dapat bertahan di tengah pandemi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Teknik pengumpulan data di penelitian ini melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk bertahan di masa pandemi Pelaku UMKM memilih startegi sebagai berikut yaitu, menggunakan pemasaran melalui media sosial berupa Instagram, facebook, whatsapp, bekerjasama dengan pihak penyedia jasa transportasi online seperti grabfood, melakukan inovasi pada produk kuliner yang dibutuhkan masyarakat saat pandemi, dan meningkatkan kepercayaan pelanggan.

2.3 Kerangka Pemikiran

Pandemi COVID-19 menimbulkan ketidakstabilan perekonomian terutama kepada para pelaku UMKM yang merasakan dampak langsung berupa penurunan penjualan dan pendapatan. Hal tersebut dikarenakan adanya himbauan dari pemerintah dalam rangka

(48)

pencegahan penularan yang lebih besar yaitu dengan menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) berupa larangan berkumpul dan berpergian, menghimbau masyarakat untuk tetap di rumah (stay at home), dan lockdown pada zona tertentu. Hal tersebut menyebabkan banyak UMKM yang harus berhenti untuk sementara waktu hingga waktu yang belum ditentukan.Salah satu UMKM yang berdampak yaitu UMKM pada sektor kuliner di lingkungan rumah sakit. Kebijakan dari pemerintah juga telah menyebabkan pelaku usaha kuliner mengalami penurunan pendapatan dikarenakan adanya keresahan dan ketakutan masyarakat ataupun konsumen ketika hendak membeli dagangan dari pelaku usaha kuliner mengingat penyebaran virus COVID-19 yang sangat cepat dan rentan apalagi pelaku usaha kuliner yang berdekatan langsung di lingkungan rumah sakit.

Pelaku usaha kuliner terancam mendapat kesulitan untuk menjajakan dagangannya berupa makanan dan minuman kepada konsumen atau bahkan pelanggan tetapnya dikarenakan pandemi COVID-19 tadi. Akibat dari hal tersebut kondisi sosial ekonomi pelaku usaha kuliner di lingkungan rumah sakit pada masa pandemi COVID-19 mengalami perubahan yang cukup drastis. Maka dari itu untuk memperjelas bahasan ini peneliti menggambarkan kerangka pemikiran kondisi sosial ekonomi pelaku usaha kuliner di lingkungan rumah sakit pada masa pandemi COVID-19 sebagai berikut.

(49)

2.3.1 Bagan Alur Pikir

2.4 Definisi Konsep

Definisi Konsep merupakan upaya dan penegasan dan pembahasan makna konsep dalam suatu penelitian. Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep yang dilakukan objek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep yang akan diteliti. Dengan kata lain, peneliti berupaya mengiringi para pembaca hasil peneliti untuk memaknai konsep sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh peneliti. Definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian , 2011 : 138).

Untuk lebih mengetahui pengertian yang jelas mengenai konsep- konsep yang akan diteliti, maka peneliti memberikan batasan konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

Kondisi Sosial Ekonomi - Interaksi

- Kesehatan - Pekerjaan

- Pendapatan dan Pengeluaran COVID-19

UMKM (Usaha Kuliner)

(50)

1. COVID-19 yaitu kelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Pada sebagian besar kasus coronavirus hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai sedang seperti flu.

2. UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) merupakan bentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum ataupun badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi yang memiliki aset serta tenaga kerja relatif kecil, di mana pemiliknya memiliki kebebasan dalam mengoperasikan usahanya dan mengelola keuangannya.

3. Usaha kuliner adalah usaha atau jasa yang bergerak dibidang perdagangan kuliner baik makanan maupun minuman.

4. Kondisi sosial ekonomi merujuk pada suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat, pemberian posisi itu disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status. Kondisi sosial ekonomi juga berarti suatu keadaan atau kedudukan seseorang dalam masyarakat sekelilingnya.

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan format deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada dimasyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu (Bungin, 2007:68).

Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan dan mendeskripsikan objek dan fenomena yang diteliti.

Termasuk di dalamnya bagaimana unsur-unsur satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian,2011:51). Melalui penelitian deskriptif ini, penulis ingin membuat gambaran secara menyeluruh tentang Kondisi Sosial Ekonomi Pelaku Usaha Kuliner di Lingkungan Rumah Sakit pada Masa Pandemi COVID-19.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Medan, tepatnya di lingkungan Rumah Sakit Mitra Sejati, Kelurahan Pangkalan Masyhur, Kecamatan Medan Johor. Alasan peneliti dalam pemilihan lokasi tersebut sebagai fokus lokasi penelitian karena berdasarkan observasi lapangan yang penulis lakukan sebelumnya, yang menyatakan bahwa ditemukannya

(52)

kendala dalam penjualan dan pendapatan pelaku usaha kuliner di lingkungan Rumah Sakit pada masa Pandemi COVID-19 ini.

3.3 Informan Penelitian

Aktivitas awal dalam proses pengumpulan data adalah menemukan informan penelitian dilakukan dengan teknik penarikan purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik untuk menemukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinyabisa lebih representatif (Sugiyono,2010:61).

Teknik ini digunakan untuk memperluas subjek penelitian.Hal yang harusdiketahui bahwa dalam penelitian kualitatif , kuantitas subjek bukan hal utamasehingga pemilihan informan lebih didasari pada kualitas informasi yang terkaitdengan tema penelitian yang diajukan. Adapun informan dalam penelitian iniantara lain :

1. Informan Kunci

Informan kunci yaitu orang-orang yang mengetahui dan memiliki informasi dalam penelitian. Informan kategori ini dapat dikatakan sebagai orang lain yang mengetahui orang yang di teliti atau pelaku kejadian yang diteliti, yang dipilih menjadi informan kunci yaitu Lurah Pangkalan Masyhur Kecamatan Medan Johor.

2. Informan Utama

Informan Utama adalah seseorang yang terlibat didalam permasalahan yangsedang diteliti. Informan utama dalam penelitian ini adalah 1 (satu) orang pelaku usaha kuliner Martabak Kubang, 1 (satu) orang pelaku usaha kuliner Sate Afrizal Amir, 1 (satu) orang

Gambar

Tabel 2.1 Karakteristik Umum tiap Skala Usaha
Foto wawancara dengan informan kunci
Foto dengan informan utama 3
Foto dengan informan utama 4
+5

Referensi

Dokumen terkait

5 April 2020 PPI Dasar, Kewaspadaan standar dan kewaspadaan isolasi, praktek cuci tangan , etika batuk dan penggunaan APD. Dokter Umum

Sejak pandemi Covid-19, suka tidak suka, karena khawatir dengan kondisi di rumah sakit, kini akhirnya dia mau belajar dan menggunakan konsultasi online untuk

Strategi komunikasi pemasaran yang diterapkan oleh RS UMMI sudah mengaplikasi beberapa poin yang ada pada teori bauran pemasaran terutama dalam promosi untuk meningkatkan

Artikel lain yang tidak kalah menarik adalah pengendalian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), kali ini terdapat 2 artikel terkait dengan pengendalian DBD, yang pertama

Tabel 2. Hal ini disebabkan adanya pandemi Covid-19 yang mengakibatkan kekhawatiran masyarakat untuk berobat ke rumah sakit rujukan Covid-19. Realisasi penerimaan RSMH pada

Persoalan pengelolaan limbah padat bahan berbahaya dan beracun masih menjadi kendala sebagian besar rumah sakit terutama pada masa pandemi COVID-19. Di era

Rumah Sakit Wava Husada hadir ditengah-tengah masyarakat sebagai Rumah Sakit rujukan pasien covid-19 di Kabupaten Malang, dengan harapan bisa memberikan pelayanan penanganan covid-19

Sistem Informasi Akuntansi Pelayanan Jasa Rawat Jalan dan Rawat Inap Pada Rumah Sakit Umum Mitra Sejati Medan Rumah Sakit Umum Mitra Sejati Medan, sudah