• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN

5.3 Pembahasan Hasil Penelitian

5.3.3 Pekerjaan

Bekerja mengandung fungsi-fungsi psikologis. Hal ini sesuai dengan ASA (Attraction-Selection-Attrition) Cycle yang menyebutkan bahwa individu yang berbeda tertarik pada karir atau pekerjaan yang berbeda sesuai dengan fungsi mereka dalam hal kemampuan, ketertarikan, maupun kepribadian. Seseorang dengan latar belakang budaya yang berbeda akan memiliki persepsi makna yang

berbeda pula dalam bekerja. Perbedaan persepsi ini akan terlihat pada attitudes dan perilaku bekerja (work behavior) seseorang (Anshori, 2013).

Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan. Faktor pendorong penting yang menyebabkan manusia bekerja adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Aktivitas dalam kerja mengandung unsur suatu kegiatan sosial, menghasilkan sesuatu, dan pada akhirnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Namun demikian di balik tujuan yang tidak langsung tersebut orang bekerja untuk mendapatkan imbalan yang berupa upah atau gaji dari hasil kerjanya itu. Jadi pada hakikatnya orang bekerja, tidak saja untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, tetapi juga bertujuan untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan kunci pada masa sebelum pandemi COVID-19, beliau mengatakan bahwasannya pelaku usaha kuliner ketika menjajakan dagangannya mereka berusaha bekerja dengan maksimal yaitu dengan membuka warungnya beberapa ada yang dari siang hingga larut malam dan ada yang dari sore hingga larut malam dengan bertemu langsungnya pembeli dengan penjual ditambah juga pelaku usaha kuliner sangat memperhatikan keselamatan kerja dengan memakai peralatan memasak yang layak pakai hingga memakai perlengkapan perlindungan dari bahaya kompor dan hawa panas.

Penuturan dari informan utama 1 yang mengatakan bahwa beliau sudah bekerja di warungnya ini sejak tahun 2007 yang merupakan pekerjaan yang dia geluti sejak dahulu dikarenakan juga sebagian keluarganya adalah keturunan para

pedagang dengan masalah pekerjaan seperti kekurangan modal atau kelelahan fisik saja. Sejalan dengan informan utama 1, informan utama 2 yaitu pemilik usaha Sate Afrizal Amir mengatakan bahwa beliau sudah bekerja menjadi pedagang sate sejak tahun 2007 yang merupakan pekerjaan yang katanya menjadi pekerjaan yang ia impikan sejak dahulu menjadi pengusaha kuliner walau dulunya ia sempat bercita-cita ingin menjadi polisi. Masalah pekerjaan yang dihadapinya adalah kurang tercapainya target harian atau jika dia tutup beberapa hari. Begitu juga informan utama 3 ibu Syahniar yang menuturkan bahwasannya beliau berjualan sejak tahun 2001 yang merupakan pekerjaan tetap beliau dan sejak kecil beliau sudah diberikan ilmu-ilmu tentang dunia usaha oleh keluarga besarnya yang sebagian besar merupakan keturunan para pengusaha kuliner. Strategi agar pekerjaan dia tetap bertahan adalah dengan ingat pesan orangtuanya yaitu pantang menyerah dan beliau memiliki masalah pekerjaan pada karyawannya yang terkadang suka telat datang. Untuk informan utama 4 ibu Anggi pemilik Warung Boboho mengatakan beliau berjualan sejak tahun 2004 dan mengatakan bahwasannya ini adalah pekerjaan tetap beliau yang diwariskan turun temurun.

Pekerjaan memang menjadi penguat ekonomi suatu individu maupun kelompok besar dan memiliki dampak bagi orang dan lingkungan sekitarnya.

Informan tambahan 1 mengatakan bahwasannya pekerjaan yang dilakoni oleh keluarganya merupakan hal yang bisa membantu para pelanggan khususnya karyawan rumah sakit ketika kelaparan dan memenuhi kebutuhan pangan yang disediakan oleh pelaku usaha kuliner. Sejalan dengan itu informan tambahan lainnya yaitu tetangga pelaku usaha kuliner mengatakan bahwasannya pekerjaan sebagai pelaku usaha kuliner di lingkungan rumahnya memberikan dampak besar

karena beliau hobi makan dan mengonsumsi makanan dan minuman para pelaku usaha kuliner di lingkungan RS.Mitra Sejati Medan Johor.

Sejalan dengan hal itu, pada masa pandemi COVID-19 seperti sekarang ini berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada informan, informan kunci mengatakan bahwa ada terdapat pelaku usaha kuliner yang memilih menutup dagangan dan tidak berjualan lagi di masa pandemi namun hanya beberapa hari saja, sedangkan untuk menjajakan dagangannya pada masa pandemi pelaku usaha kuliner tetap berjualan seperti biasa namun dengan jam opersional yang lebih singkat dan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Informan utama 1 pemilik usaha kuliner Martabak Kubang mengatakan bahwa dalam mengatur strategi agar pekerjaan yang ia lakoni sekarang tetap bertahan pada masa pandemi adalah dengan tetap optimis bahwasannya dagangannya akan laris walau sedikit dan beliau juga mengatakan masalah dalam pekerjaannya adalah kekurangan modal yang diakibatkan oleh sepinya pengunjung. Sejalan dengan penuturan dari informan utama 1, informan utama 2 pemilik usaha kuliner Sate Afrizal Amir mengatakan bahwasannya dalam mensiasati strategi bertahan pada masa pandemi COVID-19 yaitu dengan tetap optimis berjualan namun dengan mengurangi jumlah porsi sate yang dia jual. Dia juga mengatakan masalah utama dalam pekerjaannya pada masa pandemi ini adalah sepinya pembeli dan turunnya omzet. Begitu pula informan utama 3 dan 4 memiliki jawaban yang hampir sama dengan informan utama 1 dan 2 yang mengatakan bahwasannya strategi agar pekerjaan mereka tetap bertahan adalah dengan tetap membuka warung dan berjualan. Sedangkan masalah pekerjaan yang

mereka hadapi yaitu turunnya minat pembeli sehingga berimbas pada kekurangan modal dan masalah pekerjaan lainnya.

Pemaparan dari informan tambahan dalam penjelasan indikator tentang pekerjaan pelaku usaha kuliner pada masa pandemi COVID-19 yang menurut informan tambahan 1 bahwasannya pekerjaan yang dilakoni pelaku usaha kuliner adalah pekerjaan yang tidak mudah yang dimulai dari nol hingga banyaknya pasang surut usaha apalagi pada masa sekarang ini. Sejalan dengan hal itu terkait adanya pasang surut dunia usaha, informan tambahan 2 selaku pemasok bahan baku usaha kuliner memaparkan bahwasannya jumlah kuantitas pelaku usaha kuliner dalam berbelanja kebutuhan pokok untuk usahanya makin berkurang mengingat mereka membeli bahan baku tidak dalam jumlah besar lagi.