• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTALASI KOMUNIKASI DALAM GEDUNG

Dalam dokumen BC-BANDA ACEH (Halaman 180-185)

VI . SARANA JALAN MASUK DAN KELUAR

IX. INSTALASI LISTRIK, PENANGKAL PETIR, DAN KOMUNIKASI DALAM GEDUNG

IX.3 INSTALASI KOMUNIKASI DALAM GEDUNG

1. Perencanaan Komunikasi Dalam Bentuk Telepon dan Data

a. Sistem instalasi komunikasi telepon dan tata gedung dan penempatannya harsu mudah diamati, dipelihara, tidak membahayakan, mengganggu dan merugikan lingkungan, bagian bangunan dan instalasi lain, serta direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan standar, normalisasi teknik dan peraturan yang berlaku.

b. Peralatan dan instalasi sistem komunikasi harus tidak memberi dampak, dan harus diamankan terhadap gangguan seperti interferensi gelombang elektromagnetik dan lain-lain.

c. Secara berkala dilakukan pengukuran / pengujian terhadap EMC (Electromagnetic Compatibility). Apabila hasil pengukuran terhadap EMC melampaui ambang batas yang ditentukan, maka langkah penanggulangan dan pengamanan harus dilakukan.

2. Instalasi Telepon

Instalasi Telepon

a. Saluran masuk sistem telepon harus memenuhi persyaratan :

i. Tempat pemberhentian ujung kabel harus terang, tidak ada genangan air, aman dan mudah dikerjakan.

ii. Ukuran lubang orang (manhole) yang melayani saluran masuk ke dalam gedung untuk instalasi telepon minimal berukuran 1,50 m x 0,80 m.

iii. Dekat dengan kabel catu dari kantor telepon dan dekat dengan jalan besar.

b. Penempatan kabel telepon yang sejajar dengan kabel listrik, minimal berjarak 0,10 m atau sesuai ketentuan yang berlaku.

c. Ruang PABX dan TRO sistem telepon harus memenuhi persyaratan :

i. Ruang yang bersih, tenang, kedap debu, sirkulasi udaranya cukup dan tidak boleh kena sinar matahari langsung, serta memenuhi persyaratan untuk tempat peralatan.

ii. Tidak boleh menggunakan cat dinding yang mudah mengelupas.

iii. Tersedia ruangan untuk petugas sentral dan operator telepon. d. Ruang baterai sistem telepon harus bersih, terang, mempunyai

dinding dan lantai tahan asam, sirkulasi udara cukup dan tidak boleh kena sinar matahari langsung.

e. Pembumian / pentanahan (grounding)

Setiap peralatan utama (PABX / key telephone) harus ditanahkan terpisah dari pembumian listrik dan penangkal petir dengan tahanan pembumian maksimum 5Ω yang diukur pada tanah dalam keadaan kering.

3. Instalasi Tata Suara

a. Setiap bangunan dengan ketinggian 4 lantai atau 14 m ke atas, harus dipasang sistem tata suara yang dapat digunakan untuk menyampaikan pengumuman dan instruksi apabila terjadi kebakaran.

Berdasarkan pustaka terbitan Departemen Permukimam dan Prasarana Wilayah, Sistem Tata Suara yang umum digunakan bangunan tinggi meliputi :

i. Paging (pengumuman/ panggilan) : sistem paging di setiap lantai dapat menggunalan bantuan speaker selector.

ii. Emergency Paging (pengumuman darurat atau panggilan evakuasi). Biasanya dimulai dengan bunyi sirine dan dilanjutkan dengan pengumuman untuk segera meninggalkan gedung (All Call)

iii. Car call (pemanggilan pengendara mobil). iv. Background music (music pengantar).

b. Sistem peralatan komunikasi darurat sebagaimana dimaksud pada butir a di atas harus menggunakan sistem khusus, sehingga apabila sistem tata suara umum rusak, maka sistem telepon darurat tetap dapat bekerja.

c. Kabel instalasi komunikasi darurat harus terpisah dari instalasi lainnya, dan dilindungi terhadap bahaya kebakaran, atau terdiri dari kabel tahan api.

d. Peralatan utama tata suara, harus ditanahkan terpisah dari pembumian listrik dan penangkal petir dengan tahanan

pembumian sesuai spesifikasi yang ditentukan atau maksimum 5Ω yang diukur pada kondisi tanah dalam keadaan kering.

e. Beberapa peralatan yang digunakan pada instalasi tata suara adalah :

i. Radio Tuner : berfungsi untuk menangkap siaran radio AM dan FM. Spesifikasi yang perlu diperhatikan antara lain : Output

level (dB), Ouput impedance (K ), Ω Distortion (%), S/N ratio (dB).

ii .CD Player ; Spesifikasi yang perlu diperhatikan antara lain :

Frequency response (Hz), S/N ratio (dB), Dynamic range (dB), Power consumption (Watt), Voltage (Volt), Frequncy (Hz),

Dimensi (mm)

iii. Casette Recorder Player ; Spesifikasi yang perlu diperhatikan antara lain : Voltage (Volt), Power consumption (Watt),

Frequncy (Hz), Distortion (%), Frequency response (Hz), S/N ratio (dB), Playing system (auto reverse, manual), Dimensi

(mm).

iv. Mixer Pre-Amplifier : berfungsi untuk menggabungkan dan mengontrol beberapa sumber suara, serta dilengkapi dengan pengatur kuat suara. Spesifikasi peralatan ini meliputi : Output

power (dB), Power bandwidth (Hz), Frequency response (Hz), Input Sensitivity (dB), Power consumption (Watt), Voltage

(Volt), Frequncy (Hz), Dimensi (mm).

v. Stereo Graphic Equalizer : berfungsi untuk menyaring frekuensi yang tidak diinginkan, sehingga dihasilkan frekuensi tengah ekualisasi. Spesifikasi peralatan ini meliputi : Frequency

response (Hz), Total harmonic distortion (%), Input impedance

(K ), Ω Output impedance (K ), Ω Equalizer center frequency (Hz),

Input level control (dB), Voltage (Volt), Frequency (Hz), Power consumption (Watt), Dimensi (mm).

vi. Power Amplifier : berfungsi sebagai penguat suara. Alat ini harus memiliki kemampuan dapat memikul semua beban speaker yang dioperasikan serentak pada saat bersamaan (All Call). Spesifikasi peralatan ini meliputi : Output power (dB),

Total harmonic distortion (%), Input Sensitivity (dB), Noise level

(dB), Frequency response (Hz).

vii. Speaker Selector : berfungsi untuk mengatur kelompok speaker yang ingin difungsikan. Alat ini juga harus dapat mengatur seluruh speaker dalam waktu bersamaan untuk difungsikan (All

Call).

viii.MDF (Main Distribution Frame) dan TB (Terminal Box) : merupakan terminal penyambungan kabel sistem tata suara. Semua kabel yang keluar / masuk dari peralatan utama harus melalui MDF. Sedangkan TB merupakan terminal distribusi setiap area atau setiap lantai. Jumlah terminal penyambungan minimum harus sesuai kebutuhan. Spesifikasi peralatan ini meliputi : Dimensi (mm), kapasitas terminal, Jenis dan warna cat, Ketebalan pelat panel.

ix. Monitor Panel : berfungsi memonitor seluruh suara yang keluar dari amplifier serta memiliki alat ukur kuat suara speaker dan saklar pemilih. Spesifikasi peralatan ini meliputi : Input level

(dB0), Operating control, Voltage (Volt), Frequency (Hz), Power

consumption (Watt), Dimensi (mm),

x.. Blower : berfungsi menjaga temperatur peralatan utama.

xi. iMicrophone ; microphone yang biasa digunakan adalah remote microphone tipe dinamik yang mampu menerima suara secara unidirectional dan dilengkapi dengan saklar / tombol pemilih. Khusus microphone untuk car call dilengkapi dengan chime (alunan sesaat musik pengantar) sebelum pengmuman pemanggilan pengendara mobil dilakukan. Spesifikasi peralatan ini meliputi : Tipe, Application (musical instrument, vocal),

Frequency response (Hz), Impedance ( ), Output level (dB),

Dimensi (mm),

xii. Speaker ; jenis-jenis speaker yang biasa digunakan pada bangunan tinggi adalah : Ceiling Speaker (biasa digunakan pada area yang mempunyai plafon dan merupakan area operasional suatu bangunan), Column Speaker (biasa digunakan pada area parkir dalam ruangan/indoor), Horn

Speaker (biasa digunakan pada area parkir dalam atau luar

ruangan/outdoor), Wall-Mounting Box Speaker (biasanya digunakan pada area yang tidak mempunyai plafon seperti tangga kebakaran atau ruangan lainnya yang tanpa langit-langit)

xiii.Spesifikasi peralatan ini meliputi : Nominal impedance ( ),

Sensitivity (dB), Frequency response (Hz), Dimensi (mm).

xiv .Attenuator : berfungsi mengatur kuat suara yang keluar dari speaker. Jumlah speaker yang dilayani oleh attenuator tidak boleh melebihi kemampuan attenuator.

xv. Kabel : Kabel tata suara yang umum digunakan pada bangunan tinggi adalah : NYMHY 500V (biasa digunakan dari MDF ke TB maupun dari TB ke speaker. Kabel ini juga dapat digunakan dari microphone ke speaker selector sebagai kabel kontrol), NYY 0.6/1 kV (biasa digunakan dari MDF ke TB. Kabel ini juga dapat digunakan dari microphone ke speaker selector sebagai kabel kontrol), NYM 500 V (biasa digunakan dari TB ke speaker), Kabel khusus sesuai standar pabrik digunakan dari mixer pre amplifier ke microphonee, tahanan isolasi kabel yang dipersyaratkan adalah minimum 1000 per 1 volt teganganΩ nominal,

xvi.Konduit : yang umum digunakan biasanya dari tipe high impact conduit. Konduit harus memenuhi syarat-syarat : tidak mudah terbakar, tidak merambatkan api, bila terbakar tidak mengeluarkan gas beracun, dan api dapat padam dengan sendirinya. Kabel yang biasa dilindungi oleh konduit ini adalah kabel dari TB ke speaker/ attenuator, dan kabel dari mixer pre amplifier ke remote microphone.

Ukuran diameter dalam konduit adalah :

5

.

0

/

2

DK

DP

DP = diameter dalam konduit (mm) DK = diameter luar kabel (mm)

xvii.

Rak Kabel : dimensi rak kabel harus mencukupi kebutuhan kabel yang dilayani. Kabel yang ada di atas rak harus diikat dengan pengikat kabel (cable ties).

4. MA TV

a. Dasar pemikiran dan perhitungan dalam perhitungan / perencanaan istalasi MA TV ini antara lain: TOR (Term of

Reference), peraturan, data-data bangunan, spesifikasi teknis.

b. Perencanaan, pelaksanaan, peralatan, dan material pelengkap dan pembantu lainnya mengikuti peraturan pemerintah yan gberlaku, antara lain : PUIL 2000 yang berlaku, peraturan daerah yang berlaku, SNI, SLI (Standar Listrik Indonesia), dan standarisasi pabrik, selama tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku. c. Persyaratan untuk material instalasi; Kabel : harus memenuhi

SPLN/PT. Telkom, ex. Kabelindo, kabel metal atau setaraf jenis kabel coaxial. Pipa : PVC (paralon), GIP (yang telah memiliki SII). d. Beberapa peralatan yang digunakan pada instalasi MA TV adalah :

i. Booster Amplifier. Spesifikasi yang perlu diperhatikan antara lain :

(1) Frekuensi (Hz) (2) Gain (dB)

(3) Gain control range (4) Hum modulation (dB) (5) power source

ii. Splitter

(1) frequency band (MHz) (2) losses (dB)

iii. Socket outlet (1) Model (2) Losses (dB) v. Outlet TV vi .Equalizer

e. Pelaksanaan Instalasi

i. Instalasi MATV tidak boleh saling berhimpit (berdempetan) dengan instalasi listrik arus kuat. Jadi harus terpisah satu sama lainnya.

ii. Bila instalasi mengalami beban mekanis, maka kabel/hantaran harus dilindungi dan dimasukkan ke dalam GIP.

iii. Pemasangan peralata, instalasi, outlet dan lainnya harus rapi & baik.

Dalam dokumen BC-BANDA ACEH (Halaman 180-185)