• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETENTUAN JALAN KELUAR 1. Persyaratan Keamanan

Dalam dokumen BC-BANDA ACEH (Halaman 153-161)

VI . SARANA JALAN MASUK DAN KELUAR

VI.2. KETENTUAN JALAN KELUAR 1. Persyaratan Keamanan

a. Tangga, ramp dan lorong (gang) harus aman bagi lalu lintas pengguna bangunan.

b. Tangga, ramp, lantai, balkon, dan atap yang dapat dicapai oleh manusia harus mempunyai dinding pembatas, balustrade atau penghalang lainnya yang untuk melindungi pengguna bangunan terhadap risiko jatuh.

c. Ramp kendaraan dan lantai yang dapat dilewati kendaraan harus mempunyai pembatas pinggir atau penghalang lainnya untuk melindungi pejalan kaki dan struktur bangunannya.

2. Kebutuhan Jalan Keluar

a. Semua bangunan : Setiap bangunan harus mempunyai sedikitnya 1 jalan keluar dari setiap lantainya.

b. Bangunan klas 2 s.d. 8 : Minimal harus tersedia 2 jalan keluar pada setiap lapis lantainya apabila tinggi efektif bangunannya lebin dari 25 m.

c. Basement : Minimal harus tersedia 2 jalan keluar pada lapis lantai manapun, bila jalan keluar dari lapis lantai di dalam bangunan dimaksud naik lebih dari 1,5 m, kecuali :

i. luas lapis lantainya tak lebih dari 50 m2, dan

ii. jarak tempuh dari titik manapun pada lantai dimaksud ke suatu jalan keluar tunggal tak lebih dari 20 m.

d. Bangunan klas 9 : Minimal harus tersedia 2 jalan keluar pada :

i. setiap lapis lantai bila bangunan dengan jumlah lantai lebih dari 6, atau yang ketinggian efektifnya lebih dari 25 m.

ii. setiap lapis lantai termasuk area perawatan pasien pada bangunan klas 9a.

iii. setiap lapis lantai pada bangunan klas 9b yang digunakan sebagai pusat asuhan balita.

iv. setiap lapis lantai pada bangunan sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama dengan ketinggian 2 lantai atau lebih.

v. setiap lapis lantai atau mesanin yang dapat menampung lebih dari 50 orang sesuai fungsinya.

e. Area perawatan pasien : Pada bangunan klas 9a sedikitnya harus ada 1 jalan keluar dari setiap bagian pada lapis lantai yang telah disekat menjadi kompartemen tahan api.

f. Panggung terbuka : Pada panggung terbuka dan menampung lebih dari 1 deret tempat duduk, setiap deret harus mempunyai minimal 2 tangga atau ramp, masing-masing merupakan bagian jalur lintasan ke minimal 2 buah jalan keluar.

g. Akses ke jalan keluar: Tanpa harus melalui hunian tunggal lainnya, setiap penghuni pada lapis lantai atau bagian lapis lantai bangunan harus dapat mencapai ke :

i. 1 jalan keluar, atau

ii. sedikitnya 2 jalan keluar, bila 2 atau lebih jalan keluar diwajibkan.

3. Jalan Keluar Yang Diisolasi Terhadap Kebakaran

a. Bangunan klas 2 dan 3 : Setiap jalan keluar harus diisolasi terhadap kebakaran, kecuali jalan tersebut menghubungkan tidak lebih dari:

i. 3 lapis lantai berurutan dalam suatu bangunan klas 2, atau ii. 2 lapis lantai berurutan dalam suatu bangunan klas 3, dan

termasuk 1 lapis lantai tambahan bila digunakan sebagai tempat menyimpan kendaraan bermotor atau tempat pelengkap lainnya.

b. Bangunan klas 5 s.d. 9 : Setiap jalan keluar harus diisolasi terhadap bahaya kebakaran kecuali:

i.pada bangunan klas 9a : tidak menghubungkan lebih dari 2 lapis lantai secara berurutan pada suatu tempat. selain area perawatan pasien;

ii. merupakan bagian dari tribun penonton terbuka;

iii. tidak menghubungkan lebih dari 2 lapis lantai secara berurutan, biia bangunan tersebut mempunyai sistem sprinkler yang menyeluruh.

4. Jarak jalur menuju pintu keluar

a. Bangunan klas 2 dan 3

i. Pintu masuk dan setiap hunian tunggal harus berjarak tidak lebih dari :

(1) 6 m dari jalan keluar atau dari tempat dengan jalur yang berbeda arah menuju ke 2 pintu keluar tersedia, atau

(2) 20 m dari pintu keluar tunggal pada lapis lantai yang merupakan jalan keluar ke jalan atau ke ruang terbuka.

ii. Setiap tempat dalam ruangan yang bukan pada unit hunian tunggal, harus kurang dari 20 m dari pintu keluar atau tempat jalur dua arah menuju ke 2 pintu keluar tersedia.

b. Bagian bangunan klas 4 : Pintu masuk harus tidak lebih dari 6 m dari pintu keluar, atau dari tempat dengan jalur dua arah menuju ke 2 pintu keluar tersedia.

c. Bangunan klas 5 s.d. 9 : Terkena aturan butir d, e, f dan :

i. Setiap tempat harus berjarak tidak lebih dari 20 m dari pintu keluar, atau tempat dengan jalur dua arah menuju ke 2 intu keluar tersedia, jika jarak maksimum ke salah satu pintu keluar tersebut tidak melebihi 40 m, dan

ii. Pada bangunan klas 5 atau 6, jarak ke pintu keluar tunggal pada lapis lantai yang merupakan akses ke jalan atau ke ruang terbuka dapat diperpanjang sampai 30 m.

d. Bangunan klas 9a : Area perawatan paien pada bangunan klas 9a.

i. Setiap tempat pada lantai harus berjarak tidak lebih 12 m dari tempat dengan jalur dua arah menuju ke 2 pintu keluar yang dipersyaratkan tersedia.

ii. Jarak meksimum dari satu tempat ke salah satu dari pintu keluar tersebut tidak lebih dari 30 m.

e. Panggung Terbuka : jalur lintasan menuju ke pintu keluar pada bangunan klas 9b yang dipakai sebagai panggung terbukua harus tidak lebih dari 60 m.

f. Gedung Pertemuan : Pada bangunan klas 9b selain gedung sekolah atau pusat asuhan balita, jarak ke salah satu pintu keluar dimungkinkan 60 m, bila :

i. jalur lintasan dari ruang tersebut ke pintu keluar melalui lorong/koridor, lobby, ramp, atau ruang sikulasi lainnya, dan

ii. konstruksi ruang tersebut bebas asap, memiiki TKA tidak kurang dari 60/60/60 dan konstruksi setiap pintunya tertindung serta dapat menutup sendiri dengan ketebalan tidak kurang dari 35 mm.

5. Jarak Antara Pintu-pintu Keluar Alternatif.

Pintu yang disyaratkan sebagai alternatif jalan keluar harus :

a. tersebut merata di sekeliling lantai dimaksud sehingga akses ke minimal dua pintu keluar tidak terhalang dari semua tempat termasuk area lif di lobby;

b. berjarak tidak kurang dari 9 m; c. berjarak tidak lebih dari :

i. 45 m pada bangunan klas 2 atau klas 3. atau

ii. 45 m pada bangunan klas 9a, bila disyaratkan untuk pintu keluar pada tempat perawatan pasien, atau

iii. 60 m, untuk bangunan lainnya.

d. terletak sedemikian hingga alternatif jalur lintasan tidak bertemu hingga berjarak kurang dari 6 m.

6. Dimensi/ukuran Pintu Keluar

Pintu keluar yang disyaratkan atau jalur sirkulasi ke jalan keluar :

b. jika lapis lantai atau mesanin menampung tidak lebih dari 100 orang. Lebar bebas, kecuali pintu keluar harus tidak kurang dari :

i. 1m, atau

ii. 1,8 m pada lorong, koridor atau ramp yang digunakan untuk jalur sirkulasi pasien di tempat tidur pada area atau bangsal perawatan;

c. Jika lapis lantai atau mesanin menampung lebih dari 100 orang tetapi tidak lebih dari 200 orang, lebar bebas, kecuali pintu keluar harus tidak kurang dari :

i. 1 m ditambah 250 mm untuk setiap kelebihan 25 orang, atau

ii. 1,8 m pada lorong, koridor atau ramp yang digunakan untuk jalur sirkulasi pasien di tempat tidur pada area atau bangsal perawatan.

d. jika lapis lantai atau mesanin menampung lebih dari 200 orang, lebar bebas, kecuali pintu keluar harus ditambah menjadi :

i. 2 m ditambah 500 mm untuk setiap kelebihan 60 orang jika jalan keluar mencakup perubahan ketinggian lantai oleh tangga atau ramp dengan tinggi tanjakan 1:12, atau

ii. pada kasus lain, 2 m ditambah 500 mm untuk setiap kelebihan 75 orang.

e. pada panggung penonton yang menampung lebih dari 2000 orang, lebar bebas, kecuali untuk pintu keluar harus diperlebar sampai 17 m ditambah dengan angka kelebihan tersebut dibagi 600.

f. lebar pintu keluar:

i. pada area perawatan pasien, jika membuka ke arah koridor dengan:

(1) lebar koridor antara 1,8 m - 2.2 m : 1200 mm. (2) lebar koridor lebih dari 2,2 m : 1070 mm. (3) pintu keluar horisontal : 1250 mm.

ii. lebar dari setiap pintu keluar yang memenuhi ketentuan butir b, c, d, atau e minus 250 mm;

iv. 750 mm, bila pintu tersebut untuk kompartemen sanitasi atau kamar mandi.

g. lebar pintu keluar tidak boleh berkurang pada jalur lintasan ke jalan atau ruang terbuka.

7. Jalur Lintasan Melalui Jalan Keluar Yang Diisolasi Terhadap Kebakaran.

a. Pintu dalam ruangan harus tidak membuka langsung ke arah tangga, lorong, atau ramp yang disyaratkan diisolasi terhadap kebakaran, kecuali kalau pintu tersebut dari :

i.lobby umum, koridor, hall atau yang sejenisnya;

ii. unit hunian tunggal yang menempati seluruh lapis lantai;

iii. komponen sanitasi, ruang transisi atau yang sejenisnya.

b. Setiap tangga atau ramp tahan api harus menyediakan pintu keluar tersendiri dari tiap lapis lantai yang dilayani dan keluar secara langsung, atau melewati lorong yang diisolasi terhadap kebakaran yang ada di lantai tersebut :

i.ke jalan atau ruang terbuka, atau

(1) ruang atau lantai, yang digunakan hanya untuk pejalan kaki. parkir kendaraan atau sejenisnya. dan tertutup tidak lebih dari 1/3 kelilingnya;

(2) lintasan tanpa rintangan, tidak lebih dari 20 m, tersedia menuju ke jalan atau ruang terbuka

iii. ke area tertutup yang :

(1) berbatasan dengan jalan atau ruang terbuka;

(2) terbuka untuk sedikitnya 1/3 dari keliling area tersebut; (3) mempunyai ketinggian bebas rintangan di semua bagian,

termasuk bukaan pada keliling area yang tidak kurang dari 3 m;

(4) mempunyai lintasan bebas rintangan dari tempat keluar ke jalan atau ruang terbuka yang tidak lebih dari 6 m.

c. Bila lintasan keluar bangunan mengharuskan melewati 6 m dari dinding luar bangunan dimaksud, diukur tegak lurus ke jalur lintasan. Bagian dinding tersebut harus mempunyai :

i. TKA sedikitnya 60/60/60,

ii bukaan terlindung di bagian dalam dilindungi sesuai ketentuan Proteksi Bukaan pada Bab V.I.5 Kepmen 441/98

d. Jika lebih dari dua akses pintu, bukan dari komponen sanitasi atau sejenisnya, membuka ke pintu keluar yang di'solasi terhadap kebakaran pada lantai dimaksud :

i. lobby bebas asap sesuai dengan Bab V.2.3 harus tersedia; ii. pintu keluar bertekanan udara sesuai standar yang beriaku. e. Bangunan klas 9a : Ramp harus tersedia untuk setiap perubahan

ketinggian kurang dari 600 mm pada lorong yang diisolasi terhadap kebakaran.

8. Tangga Luar Bangunan

Tangga luar bangunan dapat berfungsi sebagai pintu keluar yang disyaratkan, menggantikan pintu keluar yang diisolasi terhadap kebakaran, pada bangunan dengan ketinggian efektif tidak lebih dari 25 m, bila konstruksi tangga tersebut (termasuk jembatan penghubung) secara keseluruhan dari bahan yang tidak mudah terbakar, dan memenuhi ketentuan teknis yang berlaku.

9. Lintasan Melalui Tangga/ Ramp Yang Tidak Diisolasi Terhadap Kebakaran

a. Tangga/ramp, yang tidak diisolasi terhadap kebakaran, yang berfungsi sebagai pintu keluar yang disyaratkan harus memputivai jelan lintasan menerus, dengan injakan dan tanjakan tangga dari setiap lantai yang dilayani menuju ke lantai dimana pintu keluar ke jalan atau ruang terbuka disediakan.

b. Pada bangunan klas 2, 3 atau 4, jarak antara pintu ruang atau unit hunian tunggal dan tempat keluar menuju ke jalan atau ruang terbuka melalui tangga atau ramp yang tidak diisolasi terhadap kebakaran harus tidak melampaui :

i.30 m pada konstruksi bangunan tipe C, atau

c. Pada bangunan klas 5 s.d. 9, jarak antara sembarang tempat pada lantai ke tempat ketuar menuju ke jalan atau ruang terbuka melaiui tangga/ramp yang tidak diisolasi terhadap kebakaran harus tidak melebihi 80 m.

d. Pada bangunan klas 2, 3 atau 9a, tangga/ ramp yang tidak diisolasi terhadap kebakaran harus keluar pada tempat yang tidak lebih dari

i.15 m dari pintu keluar yang menyediakan jalan keluar menuju ke jalan atau ruang terbuka, atau dari lorong yang diisolasi terhadap kebakaran menuju ke jalan atau ruang terbuka , atau

ii. 30 m dari salab satu dari dua pintu atau lorong keluar, bila arah tangga/ ramp yang tidak diisolasi terhadap kebakaran berlawanan atau hampir berlawanan arah.

e. Pada bangunan kafs 5 s.d 8 atau 9b, tangga/ ramp ysng tidak diisolasi terhadap kebakaran harus keluar ke tempat yang tidak lebih dari

i.20 m dari pintu keluar yang menyediakan jalan keluar menuju ke jalan atau ruang terbuka, atau dari lorong yang diisolasi terhadap kebakaran menuju kejalan atau ruang terbuka atau

ii. 40 m dari salah satu dari dua pintu atau lorong keluar, arah tangga/ramp yang tidak diisolasi terhadap kebakaran berlawanan atau hampir berlawanan arah

f. Pada bangunan klas 2 atau 3, bila dua atau lebih pintu keluar disyaratkan dan disediakan sebagai sarana tangga/ ramp yang tidak diisolasi terhadap kebakaran dalam bangunan, maka masing-masing pintu keluar tersebut harus :

i.menyediakan jalan keluar terpisah menuju ke jalan atau ruang terbuka;

ii. bebas asap.

10. Keluar Melalui Pintu-Pintu Keluar

a. Pintu keluar harus tidak terhalang, dan bila periu dibuat penghalang untuk mencegah kendaraan menghalangi jalan keluar atau akses menuju ke pintu keluar tersebut.

b. Jika pintu keluar yang disyaratkan menujju ke ruang terbuka, lintasan ke arah jalan harus mempunyai lebar bebas tidak kurang dari 1 m, atau lebar minimum dari pintu keluar yang disyaratkan. atau mana yang lebih lebar.

c. Jika pintu keluar menuju ke ruang terbuka yang terietak pada ketinggian berbeda dengan jalan umum yang menghubungkannya, jalur lintasan menuju ke jalan hams :

i. berupa ramp atau lereng dengan kemiringan kurang dari 1:8, atau tidak setinggi 1:14 bila disyaratkan oleh ketentuan Bab Vl.2.4;

ii kecuali bila pintu keluar dari bangunan klas 9a, tangga memenuhi ketentuan dari pedoman ini.

d. Pada bangunan klas 9b, panggung terbuka yang menampung lebih dari 500 orang, tangga atau ramp yang disyaratkan harus tidak keluar ke arah area di depan panggung tersebut.

e. Pada bangunan klas 9b dengan auditorium yang menampung lebih dari 500 orang, tidak lebih dari 2/3 lebar pintu keluar yang disyaratkan harus terletak di area pintu masuk utama.

11. Pintu Keluar Horisontal

a. Pintu keluar horisontal bukan merupakan pintu keluar yang disyaratkan apabila :

i. antara unit hunian tunggal;

ii. pada bangunan klas 9b yang digunakan untuk pusat asuhan balita, bangunan SD atau SLTP.

b. Pada bangunan klas 9a, pintu keluar horisontal dapat dianggap sebagai pintu keluar yang disyaratkan, bila jalur lintasan dari kompartemen kebakaran menuju ke satu atau lebih pintu keluar horisontal langsung menuju ke kompartemen kebakaran lainnya, dan mempunyai sedikitnya satu pintu keluar yang disyaratkan yang bukan pintu keluar horisontal.

c. Kasus selain butir b di atas. pintu keluar horisontal harus tidak lebih dari separuh pintu keluar yang disyaratkan pada lantsi yang dipisahkan oleh dinding tahan api.

d. Pintu keluar horisontal harus mempunyai area bebas disetiap sisi dinding tahan api untuk menampung jumlah orang dari seluruh bagian lantai, dengan tidak kurang dari :

i. 2,5 m2 tiap pasien pada bangunan klas 9a, dan ii. 0,5 m2 tiap orang pada klas bangunan lainnya.

12. Tangga. Ramp Atau Eskalator Yang Tidak Disyaratkan

Eskalator dan tangga/ ramp pejalan kaki yang ditetapkan tidak diisolasi terhadap kebakaran

harus tidak digunakan di area perawatan pasien pada bangunan klas 9a;

b. dapat menghubungkan sejumlah lantai bangunan bila tangga, ramp atau eskalator tersebut

pada panggung terbuka atau stadion olah raga tertutup;

ii. pada area parkir kendaraan atau atrium;

iii. di luar bangunan;

iv. pada bangunan klas 5 atau 6 yang dilengkapi dengan fasilitas

sprinkler menyeluruh, dan eskalator, tangga atau ramp

disyaratkan memenuhi ketentuan butir 12 ini.

c. kecuali diijinkan sesuai butir b di atas, tidak harus menghubungkan lebih dari :

i. 3 lantai, bila tiap lantai tersebut dilengkapi dengan sprinkler menyeluruh sesuai ketentuan Bab V.2.1.C, atau

ii. 2 lantai, dengan ketentuan lantai bangunan tersebut harus berurutan, dan satu dari lapis lantai tersebut terietak pada ketinggian yang terdapat jalan keluar langsung ke arah jalan atau ruang terbuka.

d. kecuali bila diijinkan sesuai butir b atau c di atas. harus tidak menghubungkan secara langsung atau tidak langsung ke lebih dari 2 lapis lantai pada bangunan klas 5, 6, 7, 8 atau 9.

13. Ruang Peralatan dan Ruang Motor Lift

a. Bila ruang peralatan atau ruang, motor lif mempunyai luasan

i. tidak lebih dari 100 m2, tangga pengait (ladder) dapat dipakai sebagai pengganti tangga (stairway) dari setiap tempat jalan keluar dari ruangan;

ii. lebih dari 100 m2 dan tidak lebih dari 200 m2, dan bila 2 atau lebih tempat jalan keluar tersedia dalam ruangan tersebut, tangga pengait dapat dipakai sebagai pengganti tangga seluruhnya, kecuali satu dari jalan keluar tersebut.

b. Tangga pengait diijinkan menurut (a) di atas, bila:

i. merupakan bagian dari jalan keluar yang tersedia pada tangga yang diisolasi terhadap kebakaran yang terdapat dalam saf; ii. dapat keluar pada lantai dan dipertimbangkan sebagai bagian

dari jalur lintasan;

iii. harus memenuhi standar teknis terkait bila untuk ruang peralatan dan untuk ruang motor lift.

14. Jumlah

Orang Yang Ditampung

Jumlah orang yang ditampung dalam satu lantai, ruang atau mesanin harus ditentukan dengan mempertimbangkan kegunaan atau fungsi bangunan, tata letak lantai tersebut, dan luas lantai dengan:

a. menghitung total jumlah orang tersebut dengan membagi luas lantai dari tiap lapis menurut Tabel Vl.2 sesuai jenis penghunian, tidak termasuk area yang dirancang untuk:

i. lift, tangga, ramp, eskalator, koridor, hall, lobby dan yang sejenis, dan

ii. service duct dan yang sejenis, kompartemen sanitasi atau penggunaan tambahan, atau

b. mengacu kepada kapasitas tempat duduk di ruang atau bangunan gedung pertemuan, atau

c. cara lain yang sesuai untuk menilai kapasitasnya.

Tabel VI.2

LUASAN PER-ORANG SESUAI PENGGUNAANNYA (BEBAN PENGHUNIAN) Jenis Penggunaan m2/or

Galeri seni, ruang pamer, museum

Bar, café, gereja, ruang makan

Ruang pengurus Pemondokan/losmen Ruang komputer

Ruang sidang pengadilan: r. tunggu

r. sidang Ruang dansa

Asrama

Pusat Penitipan Balita Pabrik:

- r. manufaktur, prosesing , r. kerja, workshop

- ruang untuk fabrikasi dan proses selain di atas Garasi-garasi umum Ruang senam/gymnasium Hotel, hostel, motel, guest-house

Stadion indoor area Kios

Dapur, laboratorium, tempat cuci Perpustakaan : - r. baca, - r penyimpanan 4

Dalam dokumen BC-BANDA ACEH (Halaman 153-161)