• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTALASI LISTRIK

Dalam dokumen BC-BANDA ACEH (Halaman 174-179)

VI . SARANA JALAN MASUK DAN KELUAR

IX. INSTALASI LISTRIK, PENANGKAL PETIR, DAN KOMUNIKASI DALAM GEDUNG

IX. 1 INSTALASI LISTRIK

1. Perencanaan Instalasi Listrik

Instalasi listrik harus memenuhi ketentuan:

a. Sistem instalasi listrik terdiri dari sumber daya, jaringan distiribusi, papan hubung bagi dan beban listrik. Sistem instalasi listrik dan penempatannya harus mudah diamati, dipelihara, tidak membahayakan, mengganggu dan merugikan bagi manusia, lingkungan, bagian bangunan dan instalasi lainnya.

b. Kecuali untuk hal-hal yang dianggap khusus atau yang tidak disebutkan, maka segala sesuatu yang bersangkutan dengan instalasi dan perlengkapan listrik harus sesuai dengan buku Peraturan Umum Instalasi Listrik dan SNI-0225 yang berlaku. Untuk hal-hal yang belum dicakup atau tidak disebut dalam PUIL, dapat menggunakan ketentuan/standar dari negara lain atau badan internasional, sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan yang berlaku.

c. Sistem tegangan rendah dalam gedung adalah 220/380 volt, dengan frekuensi 50 Hertz. Sistem tegangan menengah dalam gedung adalah 20 kV atau kurang, 3 fasa, dengan frekuensi 50 Hertz.

d. Semua peralatan listrik, di antaranya penghantar, papan hubung bagi dan isinya, transformator dan peralatan lainnya, tidak boleh dibebani melebihi batas kemampuannya.

e. Dalam menentukan tipe peralatan yang dipakai untuk instalasi listrik arus kuat harus diperhatikan bahaya kebakaran yang mungkin dapat terjadi dan kerusakan yang mungkin terjadi akibat kebakaran.

Jaringan Distribusi Listrik

a. Jaringan distribusi listrik terdiri dari kabel dengan inti tunggal atau banyak, dan busduct dari berbagai tipe, ukuran dan kemampuan. Tipe dari kabel harus disesuaikan dengan sistem yang dilayani. i. Kabel Tegangan Menengah

Kabel dapat dipasang dengan 2 cara : ditanam atau tidak ditanam (di udara). Kabel tegangan menengah digunakan pada bangunan tinggi, seperti antara gardu PLN dengan Panel Tegangan Menengah (PTM). Biasanya kabel yang digunakan di sini adalah N2XSEFGby – 12/20 kV 3 inti (3 core). Atau antara PTM dengan trafo, biasanya kabel yang digunakan adalah N2XSY – 12/20 kV inti tunggal x 3; atau N2XSEFGby – 12/20 kV 3 inti.

(1) 1.2.1. Kabel Tegangan Rendah (NYY – 0,6/1 kV) mulai digunakan dari trafo ke PUTR dan seterusnya hingga ke setiap titik beban.

(2) 1.2.2. Kabel Tegangan Rendah (NYFGbY – 0,6/1 kV) digunakan pada instalasi yang langsung berhubungan dengan tanah.

(3) 1.2.3. Kabel Tegangan Rendah (NYM – 500 V) hanya digunakan untuk instalasi penerangan saja.

(4) 1.2.4. Sebagai pengenal untuk inti kabel atau rel digunakan warna, lambang atau huruf seperti yang terdapat dalam tabel 2.3. (Tabel : 701-1, PUIL 1987)

(5) 1.2.5. Ketentuan Kapasitas Hantar Arus (KHA) penghantar fasanya, pengecualian hanya diperbolehkan sesuai tabel 2.4. (Tabel : 313-1, PUIL 1987)

Ketentuan penghantar pengaman dapat dilihat pada PUIL 1987 (Tabel 312-1)

iv. Pentanahan/pembumian

Pembumian dibagi dua; pembumian sistem dan pembumian bodi.

(1) Pembumian sistem

Pembumian sistem dibagi dua; tegangan menengah dan tegangan rendah. Tegangan menengah menggunakan Neutral Grounding Resistor (NGR) yang besarnya disesuaikan dengan kebutuhan. NGR diposisikan di titik netral transformator. Tegangan rendah menggunakan sistem solid ground (pembumian langsung)

2) Pembumian bodi.

Pembumian dilakukan pada bagian konduktif terbuka perlengkapan (peralatan listrik) dan isolasi listrik.

b. Peralatan pada papan hubung bagi seperti sakelar, tombol, alat ukur, dan lain-lain harus ditempatkan dengan baik sehingga memudahkan pengoperasiannya oleh petugas.

i.Papan hubung bagi dan alat ukur listrik diletakkan di dinding bagian depan rumah/bangunan yang aman terhadap air hujan atau diletakkan di halaman rumah dengan diberi pelindung terhadap hujan.

ii. Tombol, sakelar, dan stop kontak diletakkan di tempat yang aman (daerah yang tidak lembab/kering) dan aman dari jangkauan anak-anak. Untuk pemasangan stop kontak di bawah, harus dilengkapi dengan pengaman terhadap tusukan. c. Jaringan yang melayani beban penting seperti pompa kebakaran,

lift kebakaran, peralatan pengendali asap, sistem deteksi dan alarm kebakaran, sistem komunikasi darurat, dan beban penting lainnya harus terpisah dari instalasi beban lainnya, dan dilindungi terhadap kebakaran atau terdiri dari penghantar tahan api

(fire-ressistant cable).

3. Beban Listrik

Beban maksimum suatu instalasi listrik arus kuat harus dihitung dengan memperhatikan besarnya beban terpasang, faktor

kebersamaan (coincidence factor) atau faktor ketidakbersamaan (diversity factor).

4. Sumber Daya listrik

a. Sumber daya utama gedung harus menggunakan tenaga listrik dari Perusahaan Listrik Negara.

b. Apabila ketentuan sebagaimana dimaksudkan pada butir 1 di atas tidak memungkinkan, dengan izin instansi yang bersangkutan, sumber daya utama dapat menggunakan sistem pembangkit tenaga sendiri, yang penempatannya harus aman dan tidak menimbulkan gangguan lingkungan serta harus mengikuti standar dan atau normalisasi dari peraturan yang berlaku, di antaranya Peraturan Umum Instalasi Listrik dan SNI-0225 yang berlaku.

Pada umumnya lingkup pekerjaan instalasi pembangkit sendiri (genset) meliputi : pemasangan genset pada pondasi; pemasangan instalasi saluran pembuangan udara radiator (exhaust duct

radiator); pemasangan peredam suara (sound attenuator); instalasi

pipa bahan bakar minyak solar; pemasangan tangki bulanan (storage tank) dan tangki harian (daily tank); pemasangan pompa bahan bakar; instalasi kabel daya dan kabel kontrol dari terminal generator ke panel kontrol generator; pemasangan panel kontrol generator; pemasangan peredam suara ruang genset (sound

proof).

c. Bangunan dan ruang khusus yang pelayanan daya listriknya tidak boleh putus, harus memiliki pembangkit tenaga cadangan yang dayanya dapat memenuhi kelangsungan pelayanan dari seluruh atau sebagian dari bangunan atau ruang khusus tersebut.

d. Sistem instalasi listrik pada bangunan gedung tinggi dan bangunan umum harus memiliki sumber daya listrik darurat yang mampu melayani kelangsungan pelayanan seluruh atau sebagian beban pada gedung apabila terjadi gangguan sumber utama.

e. Sumber daya listrik darurat yang digunakan harus mampu melayani semua beban penting yang disebut dalam butir 3, secara otomatis.

f. Instalasi dan peralatan listrik yang dipasang harus mempertimbangkan dan diamankan terhadap dampak seperti interferensi gelombang elektromagnetik dan lain-lain.

i. Peralatan tegangan menengah harus terpisah dari peralatan tegangan rendah, dengan jarak sesuai dengan SNI-0225.

ii. Pengaturan jarak antara kabel telekomunikasi/kabel data dengan kabel power harus sesuai dengan SNI-0225.

iii. Peletakan kabel telekomunikasi/ kabel data yang berdekatan dengan kabel power harus dilindungi dengan screen atau konduit metalik yang diketanahkan.

g. Beban dan peralatan listrik yang dipasang harus mempertimbangkan hal-hal yang menyangkut konservasi energi dan lain-lain.

a. Transformator distribusi yang berada dalam gedung harus ditempatkan dalam ruangan khusus yang tahan api dan terdiri dari dinding, atap dan lantai yang kokoh, dengan pintu yang hanya dapat dimasuki oleh petugas.

b. Ruangan trafo harus diberi ventilasi yang cukup, dengan ruangan yang cukup untuk perawatan sebagaimana diatur dalam Peraturan Umum Instalasi Listrik dan SNI-0225 yang berlaku.

c. Bila ruang transformator dekat dengan ruang yang rawan kebakaran, maka diharuskan mempergunakan transformator tipe kering.

d. Transformator distribusi yang berada di luar gedung bisa ditempatkan pada tiang atau di permukaan tanah/lantai.

i. Transformator yang diletakkan di permukaan tanah/lantai harus dilindungi dengan pagar pelindung yang jaraknya terhadap transformator diatur sebagaimana dalam SNI-0225.

ii. Transformator yang diletakkan pada tiang harus memiliki konstruksi sedemikan hingga kokoh dan tidak jatuh pada saat terjadi gempa berskala tinggi.

e. Transformator harus dilengkapi dengan pendingin/ sistem pendingin transformator yang terdiri dari sistem pendingin secara alamiah (natural) atau dengan melengkapi transformator dengan sirip-sirip (radiator).

f. Transformator tipe basah harus dilengkapi dengan alat pernafasan (breathing system) untuk mengurangi tekanan gas pada saat beban berlebih. Peralatan tersebut harus dilengkapi dengan tabung berisi kristal zat hygroskopis untuk mencegah kelembaban (humidity) yang dapat menurunkan nilai tegangan tembus minyak transformator.

g. Transformator harus dilengkapi dengan peralatan proteksi; rele

Buchholz, pengaman tekanan lebih (explosive membrane/pressure relief valve), rele tekanan lebih (sudden pressure relay), dan

pengaman terhadap arus lebih. Transformator dengan daya lebih dari 10 MVA harus dilengkapi dengan rele diferensial (differential

relay). Transformator dapat juga dilengkapi dengan rele tangki

tanah, rele hubung tanah dan rele termis.

6. Pemeriksaan, Pengujian dan Pemeliharaan

a. Instalasi listrik yang dipasang, sebelum dipergunakan, harus terlebih dahulu diperiksa dan diuji mengikuti prosedur dan peraturan yang berlaku.

i. Pemeriksaan yang dilakukan secara visual meliputi antara lain : (1) Jalur pipa konduit dan tekukan kabel tidak boleh patah. (2) Sambungan kabel pada kotak (tee dooz) dilengkapi dengan

isolator laas doop.

(3) Jalur kabel di atas rak kabel harus rapi dan diusahakan posisi rak kabel di atas instalasi pipa untuk menghindari adanya tetesan air.

(4) Kelengkapan komponen panel.

(5) Sambungan dan terminasi kabel pada panel atau beban harus rapi dan tersambung dengan kuat. Kabel serabut atau

berurat banyak (multicore) harus dilengkapi dengan sepatu kabel (cable shoe).

(6) Untuk pemakaian kabel NYA harus dilindungi dengan pipa konduit atau fleksibel sampai ke titik beban atau panel. (7) Kabel di dalam panel ditata dengan rapi dan disediakan

cadangan panjang kabel (spare) untuk mengantisipasi bila terjadi kesalahan terminasi, kabel masih cukup panjang untuk disambung pada terminal yang lain.

(8) Titik-titik lampu posisinya harus sesuai dengan gambar. (9) Penggunaan warna kabel harus sesuai dengan PUIL 2000. ii. Pengujian dilakukan bersama dengan pihak yang berwenang

dengan menggunakan pesawat uji yang telah dikalibrasi. Hasil pengujian direkam pada daftar simak dan didokumentasikan. (1) Pengujian instalasi penerangan meliputi :

(a) Pengukuran tahanan isolasi kabel instalasi

Besarnya tahanan isolasi minimum suatu instalasi kabel listrik adalah:

(i) Berdasarkan PUIL 2000, yaitu sekurang-kurangnya 1000Ω/volt tegangan nominal, dengan penegrtian bahwa arus bocor dari tiap bagian instalasi pada tegangan nominalnya tidak diperkenankan melebihi 1mA per 100 m panjang instalasi.

(ii) Berdasarkan peraturan IEE (Institution of Electrical

Engineers) nilai minimum yang diperolehkan adalah

1 MΩ.

Pengukuran dilakukan dengan megger.

(b) Pembagian (grouping) beban saklar dan pemutus hubung (circuit breakers).

(c) Pengukuran tegangan listrik (tegangan fasa, fasa-netral, fasa-tanah) dengan multitester

(d) Pengukuran arus beban untuk fasa R, S, T.

(e) Pengujian nyala lampu dan baterai Ni-Cad pada lampu

emergency.

(f) Pengujian fungsi komponen-komponen panel : voltmeter, amperemeter, frekuensimeter, lampu indikator, saklar pilih (selector switch), circuit breaker, kontaktor, rele.

(2) Pengujian instalasi tenaga meliputi :

(a) Pengukuran tahanan isolasi belitan motor.

(b) Pengukuran tegangan listrik (tegangan fasa, fasa-tanah) dengan multitester.

(c) Arah putaran motor.

(d) Pengukuran putaran (rpm) motor dengan tachometer. (e) Pengukuran arus starting dan running motor.

(f) Tegangan fasa-fasa saat motor beroperasi. (3) Pengujian genset, meliputi :

(a) Pengukuran tahanan isolasi belitan generator.

(b) Pengukuran tegangan baterai dan pengecekan hubungan baterai.

(d) Pengukuran tegangan generator (tegangan fasa-fasa, fasa-netral, fasa-tanah)

(e) Pengujian beban 25%, 50%, 75%, 100%, 110%.

(f) Fungsi panel kontrol generator dan interlock dengan sumber daya PLN.

(g) Pengujian overspeed, emergency stop, low oil pressure,

high water temperature.

(h) Frekuensi generator.

7. Pemeliharaan

a. Pada ruang panel hubung bagi, harus terdapat ruang yang cukup untuk memudahkan pemeriksaan, perbaikan dan pelayanan, serta diberi ventilasi cukup.

b. Pemeliharaan instalasi listrik harus dilaksanakan dan diperiksa setiap lima tahun serta dilaporkan secara tertulis kepada instansi yang berwenang.

c. Pembangkit tenaga listrik darurat secara periodik harus dihidupkan untuk menjamin agar pembangkit tersebut dapat dioperasikan bila diperlukan.

IX.2 INSTALASI PENANGKAL PETIR

Dalam dokumen BC-BANDA ACEH (Halaman 174-179)