• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVISI RTRW -TAHUN 2002-2010 (MENURUT QANUN No 3/2003)

Dalam dokumen BC-BANDA ACEH (Halaman 36-41)

BAGIAN I. KETENTUAN UMUM / PENGERTIAN UMUM

I.5 REVISI RTRW -TAHUN 2002-2010 (MENURUT QANUN No 3/2003)

Memuat beberapa hal yang menjadi bahan arahan untuk Perencanaan Tata Ruang Kota Banda Aceh paska bencana.

1. Arah pemanfaatan ruang wilayah kota dalam rangka melindungi

masyarakat dan mendorong keekonomisan pemanfaatan lahan; Pemanfaatan lahan diorientasikan berpusat di wilayah pusat kota (kawasan perkantoran di Kecamatan Baiturahman dan sekitarnya), sedangkan Sub Pusat dikembangkan di wilayah Ulee Lheue, Ulee Kareng, dan Banda Raya. Arahan perkembangan lahan dengan 3 sub pusat dimaksudkan untuk mendistribusikan pelayanan secara merata ke semua wilayah (timur, selatan, barat) dan mendorong pertumbuhannya. BWK pusat kota diarahkan sebagai “Kota Lama” Banda Aceh.

Saran Umum Tata Ruang:

Sebagai upaya mitigasi bencana arah pemanfaatan lahan lebih diarahkan ke wilayah timur dan selatan dengan topografi yang lebih tinggi. Konsekuensinya untuk ke-2 sub pusat kota –Ulee Kareng dan Badaraya- masih tetap dapat dikembangkan sedangkan Ulee Lheue pengembangan secara terbatas. Sub pusat Ulee Lheue tetap dilengkapi prasarana pelabuhan.

2. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah kota;

Struktur Pemanfaatan Ruang : pusat kota ditetapkan di kawasan yang didominasi jasa pemerintahan dengan 3 sub pusat. Pola pemanfaatan lahan permukiman dengan model neighbourhood unit (NU) dimana ada cluster-cluster permukiman dengan fasilitas dan utilitasnya. BWK Pusat (Baitur Rahman) diproyeksikan berkepadatan penduduk = 76 -100 jiwa/Ha (tinggi). BWK Ulee Lheue dan Ulee Kareng diarahkan dengan kepadatan sedang (51 - 75 jiwa/Ha), sedangkan BWK Bandaraya diarahkan dengan kepadatan rendah (31/50 jiwa/Ha).

Saran Umum Tata Ruang:

Pemanfaatan lahan dengan pola NU masih tetap dipertahankan. Bahkan dengan kondisi lahan dan permukiman paska bencana ini semestinya pola NU lebih dipertegas lagi penerapannya dalam bentuk

pengaturan perumahan dan fasilitasnya yang mengelompok. RTRW Kota, Konsolidasi lahan (LC), dan perencanaan desa/kelurahan akan menjadi media bagi pengembangan masing-masing unit permukiman. Selanjutnya kepadatan penduduk diorientasikan ke wilayah timur-selatan. Khususnya BWK Bandaraya, kepadatan penduduknya dapat lebih ditingkatkan. Sedangkan Ulee Lheue kepadatan penduduk dibatasi.

I.6 Komponen Utama RTRW -Tahun 2002-2010 1. Permukiman

Wilayah selatan dengan kepadatan penduduk rendah (31-50 jiwa/Ha) dan wilayah timur (51 - 75 jiwa/ha) ditingkatkan kemampuan daya dukungnya. Kepadatan yang optimal untuk setiap kawasan perlu dikaji lebih lanjut dengan ketersediaan dan kelayakan lahannya serta kebutuhan lahan dan proyeksinya.

Relokasi lahan di wilayah utara dan barat Kota Banda Aceh diarahkan lokasi penggantinya di kedua BWK (selatan dan timur).

2. Pengelolaan Kawasan Hijau Dan Kawasan Permukiman

Kawasan hijau tersebar dengan komposisi 20 % dari luas lahan Kota Banda Aceh. Kawasan hijau yangt berfungsi memberikan perlindungan yang serupa akan disediakan kawasan perlindungan alam (mangrove, api-api, dsb) di sepanjang pesisir pantai utara-barat dengan dibatasi

ringroad atau media lainnya.

3. Sistem Prasarana Transportasi, Telekomunikasi, Energi, Pengairan, dan Prasarana Pengelolaan Lingkungan ;

Terminal Regional di Desa Mibo yang masuk dalam RTRW lama tetap dapat dikembangkan. Sedangkan untuk rencana sub terminal di Ulee Lheue dapat dipindahkan. Pelabuhan Ulee Lheue merupakan kawasan koridor KAPET (Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu) Sabang. Pelabuhan ini tetap dapat dikembangkan secara terpadu dengan fasilitas seperti: dermaga, perkantoran, pergudangan, terminal, dsb) dengan konstruksi yang lebih memadai.

Utilitas dan prasarana pendukung permukiman lainnya disediakan mengikuti pembangunan perumahan dengan berpegangan pada efisiensi penyediaan utilitas dan prasarana pendukung. Pola cluster/NU di setiap lokasi permukiman. Infratruktur lain akan disesuaikan dengan kebutuhan, kelayakan lahan, dan mitigasi bencana.

Tabel Zonafikasi Fisik Berdasarkan RTRW

Zona

1 Kecamatan Meuraxa (BWK Barat Kota),

meliputi Desa Ulee Lheue, Deah Glumpang, Deah Baro, Deah Teungoh, Gampong Pie, dan Desa

• Permukiman penduduk menyebar di setiap unit pelayanan lingkungan, dengan kepadatan sedang atau 51 – 75 orang/ha. KDB untuk perumahan

maksimum 60 %, khususnya di BWK Barat Kota dan Timur Kota, sedangkan

Asoe Nanggroe

Kecamatan Kuta Raja (BWK Pusat Kota),

meliputi Desa Gampong Pande dan Gampong Jawa

Kecamatan Kuta Alam (BWK Pusat Kota),

meliputi Desa Lampulo

Kecamatan Syiah Kuala (BWK Timur Kota), meliputi Desa

Dayah Raya dan Alue Naga

Kecamatan Jaya Baru (BWK Barat Kota),

meliputi Desa Ulee Rata

BWK Pusat kota berkepadatan tinggi 76 – 100 orang/ha, dengan KDB untuk

perumahan adalah maksimal 80 %.

• Penempatan perdagangan dan jasa dengan jumlah sedang dan KDB maksimum 80 %.

• Penempatan fasilitas pendidikan dasar dan menengah. Fasilitas pendidikan tinggi diarahkan di BWK Timur Kota dan BWK Pusat Kota.

• Penempatan pelayanan kesehatan, untuk tingkat Rumah Sakit dan Puskesmas, khusunya di BWK Timur Kota, BWK Barat Kota.

• Perkantoran dan pelayanan umum, dengan jumlah terbatas, untuk skala kecamatan, dengan KDB maksimum 80 %

Zona

2 Kecamatan Meuraxa (BWK Barat Kota),

meliputi Desa Lambung, Gampong Blang, Cot Lamkuweh, Lamjaba, Surien, Blang Oi, Gampong Baro, Lampaseh Aceh,

Lampaseh Kota, Punge Jurong dan Desa Punge Ujong

Kecamatan Kuta Raja (BWK Pusat Kota)

meliputi Desa

Peulanggahan, Keudah, dan Merduati

Kecamatan Kuta Alam (BWK Pusat Kota),

Desa Kampung Mulia dan Lamdingin

Kecamatan Syiah Kuala (BWK Timur Kota), meliputi Desa

Tibang dan Jeulingke

Kecamatan Jaya Baru

• Permukiman penduduk menyebar di setiap unit pelayanan lingkungan, dengan kepadatan sedang atau 51 – 75 orang/ha. KDB untuk perumahan

maksimum 60 %, khususnya di BWK Barat Kota dan Timur Kota, sedangkan BWK Pusat kota berkepadatan tinggi 76 – 100 orang/ha, dengan KDB untuk

perumahan adalah maksimal 80 %.

• Penempatan perdagangan dan jasa dengan jumlah sedang, yang di sebar di setiap BWK.

• Penempatan pelayanan kesehatan, untuk tingkat Rumah Sakit dan Puskesmas

• Perkantoran dan pelayanan umum, dengan jumlah terbatas, untuk skala kecamatan, yang disebar di setiap BWK.

(BWK Barat Kota),

meliputi Desa Punge Blang Cut, Punge Jurong, dan Desa Punge Ujong Zona

3. Kecamatan Kuta Alam (BWK Pusat Kota),

meliputi Desa Kampung Laksana, Kampung Kramat, dan Bandar Baru

Kecamatan Syiah Kuala (BWK Timur Kota), meliputi Desa

Kamong Pineung dan Dusun Prada

Kecamatan Jaya Baru (BWK Barat Kota),

meliputi Desa Lampoh Daya, Bitai, Emperom, Lamteumen Barat dan Lamteumen Timur

Kecamatan

Baiturrahman (BWK Pusat Kota), meliputi

Desa Sukaramai dan Kampung Baro

• Permukiman penduduk menyebar di setiap unit pelayanan lingkungan, dengan kepadatan sedang atau 51 – 75 orang/ha. KDB untuk perumahan

maksimum 60 %, khususnya di BWK Barat Kota dan Timur Kota, sedangkan BWK Pusat kota berkepadatan tinggi 76 – 100 orang/ha, dengan KDB untuk

perumahan adalah maksimal 80 %.

• Penempatan perdagangan dan jasa dengan jumlah sedang, yang di sebar di setiap BWK.

• Penempatan pelayanan kesehatan, untuk tingkat Rumah Sakit dan Puskesmas

• Perkantoran dan pelayanan umum, dengan jumlah terbatas, untuk skala kecamatan, yang disebar di setiap BWK.

Zona

4. Kecamatan Kuta Alam (BWK Pusat Kota),

meliputi Desa Kuta Alam dan Beurawe,

Kecamatan Syiah Kuala (BWK Timur Kota), meliputi Desa

Lamgugop dan Ie Masen Kaye Adang

Kecamatan Jaya Baru (BWK Barat Kota),

meliputi Desa Batoh, Lampaloh, Blang Cut, Suka Damai,

Lamseupeng, Panteriek, Lueng Bata, Cot Mesjid, Lamdom

Kecamatan

Baiturrahman (BWK

• Permukiman penduduk menyebar di setiap unit pelayanan lingkungan, dengan kepadatan sedang atau 51 – 75 orang/ha. KDB untuk perumahan

maksimum 60 %, khususnya di BWK Barat Kota dan Timur Kota, sedangkan BWK Pusat kota berkepadatan tinggi 76 – 100 orang/ha, dengan KDB untuk

perumahan adalah maksimal 80 %. Sedangkan BWK Selatan kota merupakan kawasan permukiman dengan kepadatan rendah, atau 31 – 50 orang/ha, dengan KDB untuk perumahan maksimal 40 %.

• Penempatan perdagangan dan jasa dengan jumlah sedang, yang di sebar di setiap BWK.

• Penempatan pelayanan kesehatan, untuk tingkat Rumah Sakit dan Puskesmas

• Perkantoran dan pelayanan umum, dengan jumlah terbatas, untuk skala kecamatan, yang disebar di setiap BWK.

Pusat Kota), meliputi

Desa Neusu Jaya, Neusu Aceh, Ateuk, Dayah Teungoh, Ateuk Jawo

Kecamatan Banda Raya (BWK Selatan Kota), meliputi Desa

Geuce Kaye Jato, Geuce Meunara, Geuce Komplek, Geuce Inem, Lhong Raya, Lamlagang, Lampuot, Mibo, Lhong Cut dan Peuyerat

Kecamatan Ulee Kareng (BWK Selatan Kota), meliputi Desa

Lambhuk, Ie Masen Ulee Kareng, Lamteh, Lam Geulumpang, Ilie, Pango Raya dan Pango Deah

BAB III:

PERSYARATAN PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG

Dalam dokumen BC-BANDA ACEH (Halaman 36-41)