• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

3.2. Investasi, Pertumbuhan Ekonomi dan Pemerataan Pembangunan

3.2.1. Investasi dan Pertumbuhan Ekonom

Gillis et al. (1987) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai adanya peningkatan di dalam pendapatan nasional atau pendapatan per kapita dan produksi nasional. Sejalan dengan definisi tersebut, menurut Hess dan Ross (1997) pertumbuhan ekonomi menunjukkan kenaikan kuantitatif output atau pendapatan per kapita. Pogue dan Sgontz (1978) menggambarkan pertumbuhan ekonomi sebagai perluasan jumlah barang dan jasa yang tersedia yang ditunjukkan oleh adanya pergerakan ke luar kurva kemungkinan produksi (KKP) dari KKP ab ke KKP a`b`seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.

Komoditi X

Komoditi Y

Gambar 3. Kurva Kemungkinan Produksi

Sumber: Pogue dan Sgontz, 1978.

Pertumbuhan ekonomi muncul karena adanya peningkatan jumlah dan kualitas sumberdaya serta adanya kemajuan dalam teknologi. Jika dikelompokkan, terdapat tiga faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi yaitu: (1) akumulasi modal, yang meliputi semua jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah,

a`

a

b` b

peralatan fisik, dan modal atau sumberdaya manusia, (2) pertumbuhan penduduk, yang beberapa tahun selanjutnya akan memperbanyak jumlah angkatan kerja, dan (3) kemajuan teknologi. Namun demikian, secara umum sumber utama pertumbuhan ekonomi adalah investasi. Investasi yang mampu memperbaiki kualitas modal atau sumberdaya manusia dan fisik, yang selanjutnya berhasil meningkatkan kuantitas sumberdaya produktif dan menaikkan produktivitas sumberdaya melalui penemuan-penemuan baru, inovasi dan kemajuan teknologi.

Investasi berarti setiap kegiatan yang meningkatkan kemampuan ekonomi untuk memproduksi output di masa yang akan datang, dalam hal ini investasi tidak hanya berupa penambahan persediaan fisik modal tetapi juga menyangkut investasi sumberdaya manusia (Dornbusch et al., 1998). Investasi terdiri dari barang-barang yang dibeli untuk penggunaan masa depan (Mankiw, 2000). Investasi dibagi menjadi tiga sub kelompok yaitu investasi tetap bisnis, investasi tetap rumah tangga dan investasi persediaan. Investasi tetap bisnis adalah pembelian pabrik dan peralatan baru oleh perusahaan, investasi rumah tangga adalah pembelian rumah baru oleh rumah tangga dan tuan tanah. Investasi persediaan adalah peningkatan dalam persediaan barang perusahaan.

Investasi merupakan faktor yang esensial dalam proses pertumbuhan ekonomi. Adanya investasi akan mendorong peningkatan modal per tenaga kerja (per kapita). Kaitan ini dapat dijelaskan dalam Gambar 4. Output sebagai fungsi dari modal dapat ditulis dalam persamaan: β

it

it ak

y = . Pada gambar terlihat adanya

kenaikan jumlah modal per kapita akan dapat meningkatkan output ekonomi. Pentingnya investasi dalam proses pertumbuhan ekonomi, khususnya

pertumbuhan dalam jangka panjang banyak dibahas dalam studi-studi yang dilakukan oleh Paul Romer pada dekade 80-an. Dengan adanya peningkatan investasi akan mendorong inovasi yang akan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Ini dibuktikan dalam studi-studi empirik tentang hubungan investasi dengan percepatan pertumbuhan ekonomi (Levine dan Renelt, 1992).

Dari teori di atas terlihat bahwa investasi penting bagi upaya keberlanjutan pembangunan ekonomi. Indonesia sebagai negara yang terus membangun memerlukan investasi, baik investasi pemerintah maupun swasta. Adanya arus investasi dari luar ini akan mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui transfer modal, teknologi, manajemen dan kewirausahaan. Dalam penghitungan pendapatan nasional, investasi menjadi salah satu komponen dari pembentukan pendapatan nasional dari sisi pengeluaran. Oleh karena itu, pertumbuhan investasi akan berdampak pada pertumbuhan pendapatan nasional. Dengan memperhitungkan efek pengganda, maka besarnya persentase pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan menjadi lebih besar dari besarnya persentase pertumbuhan investasi. Output (yi) yit yit+1 k k β it it ak y =

Gambar 4. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi

Sumber: Levine dan Renelt, 1992.

Dalam sistem ekonomi tertutup jumlah tabungan masyarakat merupakan jumlah modal yang dapat digunakan untuk investasi. Pada tingkat keseimbangan jumlah investasi sama dengan jumlah tabungan (I=S). Namun pada sistem ekonomi terbuka, dimana dimungkinkan terjadinya transaksi antar negara dalam bentuk barang (ekspor-impor) maupun aliran modal antar negara, investasi bisa lebih besar dari akumulasi tabungan domestik. Hal ini dapat diturunkan dari persamaan pendapatan nasional, dimana:

Y =C + I + G + NX... (1) Y – C – G = I + NX ; dimana Y – C – G adalah simpanan nasional sehingga:

S = I + NX ... (2) NX = S – I ... (3)

Dalam hal ini NX adalah net ekspor yang menunjukkan neraca perdagangan, dan S – I menunjukkan net foreign investment (NFI). Dengan demikian NFI adalah selisih antara tabungan domestik dikurangi dengan investasi domestik. Jika NFI negatif artinya investasi domestik lebih besar daripada tabungan domestik, dimana selisih investasi dibiayai dari pinjaman kluar negeri. Investasi domestik juga dapat dibedakan antara investasi pemerintah dan swasta.

Investasi dipengaruhi oleh suku bunga karena tingkat bunga merupakan

opportunity cost seseorang melakukan investasi. Semakin tinggi tingkat suku bunga pasar opportunity cost kegitan investasi semakin mahal dan sebaliknya. Sementara dalam mengalokasikan investasi para ahli ekonomi mempunyai beberapa kriteria dan teknik untuk mengalokasikan sumberdaya investasi tersebut

kepada sektor atau proyek yang berbeda di dalam suatu perencanaan pembangunan ekonomi atau keterbelakangan ekonomi. Pemilihan kriteria atau teknik dalam alokasi investasi tersebut tergantung pada tujuan pembangunan ekonomi. Tujuan paling umum dari suatu pembangunan ekonomi adalah untuk memaksimalkan pendapatan nasional atau tingkat pertumbuhan ekonomi. Jika tujuan pembangun ekonomi suatu negara demikian, maka beberapa kriteria yang digunakan dalam alokasi investasi tersebut adalah capital-output ratio atau rate of capital turn over, social product analysis dan the rate of savings dan reinvestment

(Meier, 1970).

Pertumbuhan regional pada dasarnya menggunakan konsep-konsep pertumbuhan ekonomi secara agregat. Hanya saja titik tekanan analisis pertumbuhan regional lebih diletakkan pada akumulasi faktor produksi. Akumulasi faktor produksi tenaga kerja dan modal dalam suatu daerah dari satu tahun ke tahun berikutnya, membuka peluang bagi perbedaan tingkat pertumbuhan di daerah. Disamping itu, apabila dikaitkan dengan sistem neraca sosial ekonomi maka dapat juga dilihat pertumbuhan di neraca sektor produksi, dan neraca rumah tangga. Dalam analisis dinamik, tingkat pertumbuhan suatu daerah dapat jauh lebih tinggi daripada tingkat normal yang dicapai oleh perekonomian nasional ataupun sebaliknya. Dalam kaitan dengan pertumbuhan regional pada sistem neraca sosial ekonomi maka terdapat pertumbuhan akumulasi dari faktor produksi, sektor produksi dan rumahtangga di daerah. Dengan demikian, salah satu model analisis pertumbuhan regional yang dapat digunakan adalah model pertumbuhan Harrod-Domar.

Todaro (2000) mengemukakan bahwa model Harrod-Domar memberikan peranan kunci kepada investasi di dalam proses pertumbuhan ekonomi, khususnya

mengenai watak ganda yang dimiliki investasi, yaitu: (1) investasi menciptakan pendapatan dan (2) investasi memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal. Yang pertama dapat disebut sebagai dampak permintaan, dan kedua dampak penawaran investasi. Sementara menurut Richardson (1972) terdapat dua alasan yang menguatkan bahwa Model Harrod Domar merupakan model yang cocok dalam mengaplikasikan model pertumbuhan agregat kedalam model pertumbuhan regional. Pertama, karena teori Keynesian yang didominasi oleh permintaan sangat relevan untuk menjelaskan pertumbuhan pada wilayah tertinggal dimana masalah di wilayah tersebut lebih disebabkan kekurangan effective demand daripada kekurangan supply. Kedua, formulasi Harrod Domar memungkinkan jika diasumsikan nilai tertentu untuk parameter utama yang dihasilkan tidak dalam keadaan steady expansion, tetapi dalam dalam siklus pertumbuhan. Perbedaan utama antara model pertumbuhan Harrod-Domar dengan model pertumbuhan neoklasik adalah bahwa model Harrod–Domar merupakan model yang demand-oriented, sedangkan model neoklasik bertumpu pada supply side.

Menurut model pertumbuhan Harrod-Domar dalam pertumbuhan ekonomi yang steady state, stok kapital harus tumbuh pada tingkat yang sama dengan pertumbuhan output yang secara matematis dapat dilihat dalam persamaan:

g = I/K, dimana I adalah Investasi dan K adalah stok kapital ... (4) Dalam kondisi keseimbangan, tabungan (S) harus sama dengan investasi, sehingga:

Persamaan (5) tersebut secara jelas menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan pendapatan wilayah g (g=∆Y/Y) ditentukan secara bersama -sama oleh rasio tabungan (s) serta rasio modal-output (v). Agar tenaga kerja per unit output dapat dipertahankan, maka pertumbuhan output harus sama dengan tingkat pertumbuhan penawaran tenaga kerja yang dalam bentuk persamaan adalah sebagai berikut:

g = n = s/v ... (6)

Model pertumbuhan tersebut adalah dalam kondisi closed economies, namun bagaimanapun perekonomian suatu wilayah dalam keadaaan open economies. Dengan demikian persyaratan untuk mencapai/mempertahankan keseimbangan, tidak cukup secara internal melainkan harus mengakomodasi arus masuk dan keluar barang, tenaga kerja dan kapital. Dalam perekonomian terbuka, kondisi keseimbangan yang statis adalah:

S + M = I + X ... (7)

Dimana M adalah impor dan X adalah Expor. Persamaan (7) dapat ditulis:

(s + m) Y = I + X ... (8)

Dalam persamaan (8) tersebut, m adalah marginal propensity to import

(diasumsikan konstan) dan persamaan tersebut dapat juga ditulis:

I/Y = s + m – (X/Y) ... (9)

Pada kondisi keseimbangan g = s/v, maka: s + m – (X/Y)

g = --- ... (10)