• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Terpadu 1.Pembelajaran Terpadu

2. IPA Terpadu

a. Hakikat Pembelajaran IPA

Secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang melalui langkah-langkah observasi, perumusan masalah, menyusun hipotesis, eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Dapat pula dikatakan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gelala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prisip dan teori yang berlaku secara universal (Trianto, 2013: 141)

Hakikat dan tujuan pembelajaran IPA (Depdiknas, 2003: 2) diharapkan dapat memberikan antara lain sebagai berikut: 1) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; 2) Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan, dan hubungan antara sains dan teknologi; 3) Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah dan melakukan obsevasi; 4) Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitif, obyektif, jujur terbuka, benar dan dapat bekerja sama; 5) Kebiasaan mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prisip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam; 6) Apresiatif terhadap sains

dengan menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapanya dalam teknologi.

Menurut Nur dan Wikandari (2000) dalam Triatno 2013 menyatakan bahwa proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.

b. Pengertian IPA Terpadu

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 secara tegas menyatakan bahwa substansi mata pelajaran IPA di SMP merupakan IPA Terpadu, bukan IPA yang terpisah-pisah sebagai mata pelajaran Fisika, Biologi, dan Kimia. Adanya kurikulum tersebut membuat IPA diajarkan secara lebih meyeluruh dan saling berkaitan satu sama lain.

IPA Terpadu merupakan IPA yang disajikan sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan, artinya peserta didik tidak belajar ilmu fisika, biologi, dan kimia secara terpisah sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, melainkan semua diramu dalam kesatuan (Das Salirawati, 2009). Menurut Das Salirawati, mata pelajaran ini lebih tepat dinamakan IPA, tidak perlu diberi tambahan “terpadu” di belakangnya, karena dari lahirnya dahulu itulah hakikat IPA yang sesungguhnya, artinya IPA lahir bukan dari penyatuan fisika, biologi, dan kimia, tetapi lahir sebagai IPA.

UNESCO mengemukakan bahwa IPA Terpadu terdiri dari berbagai pendekatan dimana konsep dan prinsip IPA disajikan sehingga tampak adanya kesatuan pemikiran yang fundamental (Dyah Hikmawati, 2000: 204). Salah satu cirinya adalah perpaduan dua disiplin ilmu atau lebih dalam pokok bahasan, tanpa batas-batas yang nyata dari disiplin ilmunya.

Pada kurikulum 2013 KD mata pelajaran IPA sudah memadukan konsep dari aspek fisika, biologi kimia dan IPBA, tetapi tidak semua aspek dipadukan karena pada suatu topik IPA tidak semua aspek dapat dipadukan.

Bersarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA Terpadu merupakan perpaduan objek dan fenomena cabang-cabang materi IPA (fisika, biologi, kimia) yang dipelajari secara terpadu dan menyeluruh sehingga pembelajaran serta kompetensi yang diinginkan dapat tercapai. commit to user

c. Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu

Ada beberapa tujuan dengan dilaksanakannya pembelajaran IPA Terpadu (Puskur, 2007: 7) dalam Trianto (2013), antara lain:

1) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Pembelajaran yang disajikan terpisah-pisah dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa memungkinkan tumpang tindih dan pengulangan, sehingga membutuhkan waktu dan energi yang lebih banyak, serta membosankan bagi siswa. Bila konsep yang tumpang tindih dan pengulangan dapat dipadukan, maka pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.

2) Meningkatkan minat dan motivasi. Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi siswa untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antar konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat dalam tema tersebut. Oleh karena itu, dengan model pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari, siswa digiring untuk berfikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan konseptual yang disajikan guru.

3) Beberapa kompetensi dapat dicapai sekaligus. Model Pembelajaran IPA Terpadu dapat menghemat waktu, tenaga, sarana, serta biaya karena pembelajaran beberapa kompetensi dasar dapat diajarkan sekaligus. Selain itu, pembelajaran terpadu juga dapat menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini dapat terjadi karena adanya proses pemaduan dan penyatuan sejumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta langkah pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan dan keterkaitan.

Bersarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran IPA Terpadu bertujuan agar pembelajaran IPA Terpadu efektif dan efisien, dapat meningkatkan motivasi siswa sehingga pembelajaran serta kompetensi yang diinginkan dapat tercapai dalam kurun waktu pembelajaran.

d. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran IPA Terpadu

Kelebihan pembelajaran IPA Terpadu (Trianto, 2013: 157) antara lain: 1) tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan; 2) siswa dapat melihat hubungan yang bermakna antar berbagai konsep dan perubahannya; 3) meningkatkan taraf kecakapan berfikir siswa, karena siswa dihadapkan pada gagasan yang lebih luas; commit to user

4) pembelajaran terpadu menyajikan penerapan tentang dunia nyata, sehingga memudahkan pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi IPA; 5) motivasi belajar peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan; 6) pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal siswa dengan pengalaman belajar yang terkait; 7) akan terjadi peningkatan kerja sama antara guru bidang terkait, guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan narasumber, sehingga pembelajaran lebih menyenangkan, nyata, dan bermakna.

Pembelajaran IPA Terpadu memiliki beberapa kelemahan (Trianto, 2013: 158) antara lain: 1) guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologi yang andal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi; 2) pelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar siswa yang baik yaitu memiliki akademik dan kreativitas. Model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan mengurai, menghubung, eksploratif, dan elaborasi; 3) pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi; 4) kurikulum haru luwes, berorentasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman siswa (bukan target pencapaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan siswa; 5) pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar siswa dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan; 6) pembelajaran terpadu berkencenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan menenggelamkan bidang kajian lain. Hal ini berarti pada saat mengajarkan sebuah tema, maka guru cenderung mengutamakan substansi gabungan sesuai dengan pemahaman, selera, latar belakang pendidikan guru itu sendiri.

e. Pemaduan Konsep dalam Pembelajaran IPA Terpadu

Salah satu kunci pembelajaran terpadu yang terdiri dari beberapa bidang kajian yaitu menyediakan lingkungan belajar yang menempatkan siswa mendapatkan pengalaman belajar yang dapat mengkaitkan konsep-konsep dari berbagai bidang kajian.

Pembelajaran IPA Terpadu adalah pembelajaran IPA yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan dari berbagai bidang kajian (fisika, kimia, biologi, bumi dan alam semesta) pada mata pelajaran IPA dalam satu bahasan (Depdiknas: 2006).

Lintas bidang kajian dalam IPA adalah mengkoordinasikan berbagai disiplin ilmu. Sebenarnya IPA dapat juga dipadukan dengan bidang kajian lain di luar bidang kajian IPA. Mengingat pembahasan materi IPA pada tingkat SMP/MTs, akan lebih baik bila keterpaduan dibatasi pada bidang kajian yang termasuk bidang kajian IPA saja . Hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu banyak guru yang terlibat, yang akan membuka peluang munculnya kesulitan dalam pembelajaran dan penilaian, karena semakin tinggi jenjang pendidikann, maka semakin luas pula pemahaman konsep yang harus dikuasai siswa (Trianto, 2013: 160).

Pembelajara terpadu diawali dengan penentuan tema, karena penentuan tema akan membantu siswa dalam beberapa aspek (Trianto, 2013: 160), yaitu sebagai berikut: 1) Siswa yang bekerja sama dengan kelompoknya akan bertanggung jawab, disiplin, dan mandiri; 2) Siswa lebih percaya diri dan termotivasi dalam belajar bila mereka berhasil menerapkan yang dipelajarinya; 3) Siswa lebih memahami dan lebih mudah mengingat, karena mereka mendengar, berbicara, membaca, menulis, dan „melakukan’ kegiatan penyelidikan masalah yang sedang dipelajari; 4) Memperkuat kemampuan berbahasa siswa; 5) Belajar lebih baik jika siswa terlibat aktif melalui tugas, kolaborasi, dan berinteraksi dengan teman, guru, dan dunia nyata.

Oleh karena itu, jika guru hendak melakukan pembelajaran terpadu dalam IPA, sebaiknya memilih tema yang menghubungkan antara IPA-lingkungan-teknologi-masyarakat (Trianto, 2013: .161)

f. Model Pembelajaran IPA Terpadu

Dari sejumlah model pembelajaran yang dikemukakan Fogarty 1991(dalam Trianto, 2013: 39) terdapat beberapa model yang potensial untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA terpadu, yaitu connected, webbed, shared, dan integrated. Empat model tersebut dipilih karena konsep-konsep dalam KD IPA memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga memerlukan model yang sesuai agar memberikan hasil keterpaduan yang optimal.

Tabel 2.1. Model Pembelajaran IPA Terpadu yang Potensial untuk Diterapkan Model Karakteristik Kelebihan Keterbatasan

integrated Membelajarkan

konsep pada beberapa KD yang beririsan atau tumpang tindih, hanya konsep yang beririsan yang dibelajarkan Pemahaman terhdap konsep lebih utuh (holistik), lebih efisien, sangat kontekstual KD-KD yang konsepnya beririsan tidak selalu dalam semester atau kelas yang sama, menuntut wawasan dan penguasaan materi yang luas, sarana-prasarana misalnya buku belum mendukung

Shared Membelajarkan

semua konsep dari beberapa KD, dimulai dari konsep yang beririsan sebagai unsur pengikat

Pemahaman terhadap konsep utuh, efisien, dan Kontekstual

KD-KD yang konsepnya beririsan tidak selalu dalam semester atau kelas yang sama, menuntut wawasan dan penguasaan materi yang luas, sarana-prasarana misalnya buku belum mendukung Webbed Membelajarkan beberapa KD yang berkaitan melalui sebuah tema Pemahaman terhadap konsep utuh, kontekstual, dapat dipilih tema-tema menarik yang dekat dengan kehidupan KD-KD yang konsepnya berkaitan tidak selalu dalam semester atau kelas yang sama, tidak mudah menemukan tema pengait yang tepat.

connected Membelajarkan

sebuah KD, konsep-konsep pada KD tersebut dipertautkan dengan konsep pada KD yang lain

Melihat perma-salahan tidak hanya dari satu bidang kajian, pembelajaran dapat mengikuti KD-KD dalam standar isi

Kaitan antara bidang kajian sudah tampak tetapi masih didominasi oleh bidang kajian tertentu

Pengembangan bahan ajar yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan model connected/terhubung merupakan model integrasi interbidang studi. Model ini secara nyata mengintegrasikan suatu konsep, keterampilan atau kemampuan pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan lain dalam satu bidang studi, kaitan dapat diadakan secara spontan atau direncanakan terlebih dahulu. Dengan demikian, pembelajaran menjadi lebih bermakna dan efektif.

tema

Kelebihan model keterpaduan connected (Fogarty dalam Trianto: 2013) antara lain: a) dengan pengintegrasian ide-ide interbidang studi, maka siswa mempunyai gambaran yang luas, b) siswa dapat mengembangkan kosep kunci secara terus menerus, dan c) memungkinkan siswa mengkaji, mengkoseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ide-ide dalam memecahkan masalah. Sedangkan kelemahanya antara lain: a) masih kelihatan terpisahnya interbidang studi, b) tidak mendorong guru untuk bekerja tim antarbidang studi, dan c) usaha untuk mengembangkan keterhubungan antar bidang studi menjadi terabaikan.

3. Pembelajaran Berbasis SETS (Science, Environment, Technology, Society)