• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Berbasis SETS (Science, Environment, Technology, Society) a.Pengertian SETS

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Terpadu 1.Pembelajaran Terpadu

3. Pembelajaran Berbasis SETS (Science, Environment, Technology, Society) a.Pengertian SETS

Menurut Yager (1996) pengetahuan teknologi masyarakat merupakan pendekatan kurikulum yang dirancang untuk membuat konsep dan proses traidisional yang dikaitkan dengan bentuk pengetahuan dan program studi masyarakat yang lebih cocok dan relevan dengan kehidupan siswa.

Pada dasarnya pendekatan sains dan teknologi masyarakat dalam pembelajaran, baik pembelajaran sains maupun pembelajaran bidang sosial, dilaksanakan oleh guru melalui topik yang dibahas dengan jalan menghubungkan antara sains dan teknologi yang terkait dengan kegunaannya di masyarakat (Poedjiadi, 2010: 84)

Berdasarkan definisi di atas maka pendekatan SETS merupakan pendekatan konsep dan proses tradisional yang digunakan dalam pembelajaran sains maupun sosial dengan mengaitkan topik yang dibahas dengan kehidupan siswa sehari-hari atau kehidupan masyarakat yang relevan.

b. Karakteristik SETS

Karakteristik pembelajaran IPA bervisi SETS (Binadja, 1999) adalah: 1) pembelajaran konsep IPA (sains) tetap diberikan; 2) peserta didik dibawa ke situasi untuk melihat teknologi yang terkait; 3) peserta didik diminta untuk menjelaskan keterhubungan antara unsur sains yang dibincangkan dengan unsur lain dalam SETS yang ada kaitannya; 4) peserta didik dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian menggunakan konsep sains IPA tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi; 5) peserta didik diajak mencari alternatif pengatasan terhadap kerugian (bila ada) yang ditimbulkan oleh penerapan sains ke bentuk teknologi terhadap lingkungan dan masyarakat; 6) dalam konteks konstruktivisme, peserta didik diajak berbincang tentang commit to user

SETS berkaitan dengan konsep sains yang dibelajarkan, dari berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki peserta didik.

c. Tujuan Pembelajaran SETS

Tujuan Pembelajaran SETS ialah untuk membentuk individu yang memiliki literasi sains dan teknologi serta memiliki kepedulian terhadap masalah masyarakat dan lingkungannya. Literasi sains dan teknologi adalah memiliki kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan konsep-konsep sains yang diperoleh dalam pendidikan, mengenal produk teknologi dan dampaknya yang ada di sekitar, maupun menggunakan produk teknologi dan memeliharanya, kreatif membuat hasil teknologi yang disederhanakan dan mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai (Poedjiadi, 2010: 123).

d. Langkah-langkah pembelajaran SETS

Pendekatan STM memiliki tahap-tahap pembelajaran yang khas, yaitu selalu diawali dengan adanya isu yang berkembang di masyarakat. Tahapan-tahapan pembelajaran STM secara lengkapnya tergambar pada Gambar 2.1. berikut (Poedjiadi, 2010: 126).

d

Gambar 2.1 Tahap Pembelajaran STM

Enam ranah yang terlibat dalam model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (Poedjiadi, 2010: 131-132), antara lain: 1) konsep, fakta, generalisasi, yang diambil dari bidang ilmu tertentu dan merupakan kekhasan masing-masing bidang studi; 2) proses yaitu bagaimana proses memperoleh konsep atau bagaimana cara-cara memperoleh konsep dalam bidang ilmu tertentu; 3) aplikasi konsep dalam kehidupan sehari-hari merupakan aplikasi yang lebih luas dari C-3nya Benjamin Bloom; 4) kreativitas

Isu atau masalah Pendahuluan: Inisiasi/invitasi/apersepsi/eksplorasi terhadap siswa Tahap 1

Pembentukan/pengembangan konsep Pemantapan konsep Tahap 2

Aplikasi konsep dalam kehidupan:

Penyelesaian masalah atau analisis isu Pemantapan konsep Tahap 3

Tahap 4 Pemantapan konsep Tahap 5 Penilaian

mencakup lima perilaku individu, yakni: kelancaran, fleksibilitas, originalitas, elaborasi, sensitivitas; 5) sikap, mencakup menyadari kebesaran Tuhan, menghargai hasil penemuan para ilmuan dan penemuan produk teknologi, namun menyadari kemungkinan adanya dampak negatif produk teknologi; 6) cenderung untuk ikut melaksanakan tindakan nyata apabila terjadi sesuatu dalam lingkungannya yang memerlukan peran sertanya.

Alasan mengapa enam ranah di atas perlu dikembangkan pada tiap individu dalam pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut (Poedjiadi, 2010: 132-133): 1) meningkatkan keterampilan kognitif; 2) dengan melatih keterampilan proses siswa diharapkan terbiasa selalu merancang proses-proses yang perlu dilakukan untuk mencapai produk-produk ilmiah; 3) aplikasi dalam kehidupan sehari-hari membuat siswa merasa bahwa belajar di sekolah bermanfaat bagi dirinya maupun lingkungannya, sehingga mendorong siswa untuk melakukan belajar sepanjang hayat; 4) kreativitas mendorong untuk memperoleh ide-ide yang dapat disumbangkan kepada orang lain dan masyarakat; 5) sikap akan mendorong untuk mensyukuri keadaanya dan berbuat baik selama hidup; 6) membentuk sikap kepedulian untuk ikut serta berkiprah dalam lingkungannya.

e. Kelebihan dan Kekurangan SETS

Kelebihan diterapkan pendekatan SETS menurut Nono Sutarno (2007), adapun kelebihan SETS adalah : 1) Siswa memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegrasi dengan memperhatikan keempat unsur SETS, sehingga dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pengetahuan yang telah dimiliki; 2) Melatih siswa peka terhadap masalah yang sedang berkembang di lingkungan mereka; 3) Siswa memiliki kepedulian terhadap lingkungan dengan mengetahui sains dan perkembangan sains dapat mempengaruhi lingkungan, teknologi dan masyarakat secara timbal balik. Sedangkan kekurangan SETS antara lain : 1) siswa mengalami kesulitan dalam menghubungkan antara unsur-unsur dalam pembelajaran; 2) membutuhkan waktu yang lebih banyak dalam pembelajaran; 3) pendekatan SET hanya dapat diterapkan dikelas atas.

4. Modul

a. Pengertian Modul

Beberapa ahli memberikan definisi tentang modul, salah satu pengertian modul yang dirumuskan oleh Kunandar (2009: 236) modul merupakan seperangkat pembelajaran yang dikembangkan dari setip kompetensi dan pokok bahasan yang akan disampaikan. Modul ini berisi materi, lembar kerja, lembar kegiatan siswa, dan juga lembar jawaban siswa.

Menurut Mudlofir (2011: 149) modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik meliputi materi ajar, metode dan evaluasi yang digunakan secara mandiri. Modul merupakan salah satu bahan ajar cetak yang disusun sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar secara individual.

Pengertian modul menurut Sabri (2007: 143) modul adalah suatu unit lengkap yang terdiri dari rangkaian kegiatan belajar disusun untuk membantu siswa dalam mencapai yang telah dirumuskan. Modul merupakan suatu paket kurikulum yang disediakan untuk dapat digunakan siswa belajar sendiri, sehingga tanpa kehadiran guru siswa dapat belajar mandiri.

Modul menurut Depdiknas (2008: 7) merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompetensinya.

Sedangkan Nasution (2010: 205) mengemukakan modul dapat dirumuskan sebagai: suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan modu dalam penelitian ini adalah modul merupakan suatu unit lengkap yang terdiri dari materi, rangkaian kegiatan belajar dan evaluasi yang disusun untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Modul merupakan suatu bahan ajar cetak paket kurikulum yang disediakan untuk dapat digunakan siswa belajar sendiri, sehingga tanpa kehadiran guru siswa dapat belajar mandiri.

b. Fungsi Modul

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002: 4-5), mengungkapkan kriteria dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran yaitu: 1) ketepatannya dengan tujuan pembelajaran, 2) dukungan terhadap isi bahan pembelajaran, 3) kemudahan memperoleh media, 4) keterampilan guru dalam menggunakannya, 5) tersedia waktu untuk menggunakannya, 6) sesuai dengan taraf berpikir peserta didik.

Sedangkan Azhar Arsyad (2011: 75), mengemukakan beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam pemilihan media, yaitu:1) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, 2) tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi, 3) praktis, luwes, dan bertahan, 4) guru terampil menggunakannya, 5) pengelompokan sasaran, 6) mutu teknis.

Depdiknas (2008), mengemukakan tujuan pembelajaran modul adalah sebagai berikut:

“1) Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal, 2) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa maupun guru/instruktur, 3) Agar dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan motivasi dan gairah belajar, 4) Mengembangkan kemampuan dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya yang memungkinkan siswa belajar secara mandiri sesuai kemampuan dan minatnya, 5) Memungkinkan siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.”

Modul sebagai pegangan bahan belajar dalam proses pembelajaran harus disusun secara efektif dan terperinci. Penulisan modul yang ideal adalah modul yang dapat membawa siswa untuk bergairah dalam belajar dengan menyajikan materi sesuai dengan minat dan kemampuannya. Inti dari dibuatnya modul agar siswa lebih leluasa dalam belajar walaupun tidak di lingkungan sekolah dan dengan atau tanpa didampingi oleh guru.

c. Karakteristik Modul

Pedoman penulisan modul yang dikeluarkan oleh Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008, agar modul mampu meningkatkan motivasi dan efektifitas penggunaanya, modul harus memiliki kriteria sebagai berikut:

1) Self instructional

Merupakan karakteristik yang penting dalam modul, dengan karakter tersebut memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instruction, maka modul harus: a) membuat tujuan yang jelas, dan dapat menggambarkan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar; b) memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit kegiatan yang kecil/spesifik, sehingga memudahkan dipelajari secara tuntas; c) tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran; d) terdapat soal-soal latihan, tugas, dan sejenisnya yang memungkinkan untuk mengukur penguasaan siswa; e) kontektual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana, tugas atau konteks kegiatan dan lingkungan siswa; f) menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif; g) terdapat rangkuman materi pembelajaran; h) terdapat instrument penilaian, yang memungkinkan siswa melakukan penilaian sendiri (self assessment); i) terdapat umpan balik atas siswa, sehingga siswa mengetahui tingkat penguasaan materi; j) terdapat informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi pembelajaran.

2) Self contained

Modul dikatakan self contained bila seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul tersebut. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan kepada siswa mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi belajar dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu standar kompetensi, harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa.

3) Berdiri sendiri (Stand Alone)

Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak tergantung pada bahan ajar atau media lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain. Sehingga siswa tidak perlu menggunakan bahan ajar lain untuk mempelajari modul tersebut. Jika siswa masih menggunakan dan bergantung pada bahan ajar selain modul yang digunakan, maka bahan ajar tersebut tidak termasuk sebagai modul yang berdiri sendiri.

4) Adaptif

Modul hendaknya memiliki adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul tersebut dapat menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel/luwes.

5) Bersahabat (user friendly)

Modul juga hendaknya memenuhi kaidah user friendly atau bersahabat/akrab dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakaian dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan. Modul disusun dengan menggunakan kalimat aktif dengan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan.

Penelitian ini akan dikembangkan modul yang tidak sepenuhnya memiliki karakteristik berdiri sendiri (stand alone ) karena modul yang disusun berfungsi sebagai pendamping buku siswa dari pemerintah jika digunakan dalam kelas serta sebagai petunjuk kerja kelompok. Selain itu, modul juga dapat digunakan sebagai bahan ajar mandiri bagi siswa di rumah.

d. Komponen Modul

Komponen modul dalam Depdiknas (2008), menyampaikan komponen isi modul yaitu terdiri atas bagian pembuka (judul, daftar isi, peta informasi, daftar tujuan kompetensi, tes awal), bagian inti (tinjauan materi, hubungan dengan materi lain, uraian materi, penugasan, rangkuman), dan bagian akhir (glosarium, tes akhir, indeks).

Garis besar isi modul menurut Purwanto (2007: 57) dapat dikembangkan dalam bentuk matriks dan narasi, yang lebih penting adalah komponen dalam modul garis besar isi modul yang meliputi judul, pokok bahasan, tujuan pembelajaran, pokok-pokok materi, penilaian, dan kepustakaan.

Pengembangan bahan ajar modul penting dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi pembelajaran. Pengembangan modul memiliki komponen-komponen tertentu yang harus diperhatikan oleh guru agar dapat dihasilkan modul yang memiliki peran penting baik bagi guru maupun siswa. Dengan adanya modul yang sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran maka tingkat pemahaman siswa terhadap pelajaran akan meningkat.

e. Pengembangan Modul

Menurut Nurma dan Endang (2010), pengembangan modul merupakan seperangkat prosedur yang dilakukan secara berurutan untuk melaksanakan pengembangan sistem pembelajaran modul. Dalam mengembangkan modul diperlukan prosedur tertentu yang sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai, struktur isi pembelajaran yang jelas, dan memenuhi kriteria yang berlaku bagi pengembangan pembelajaran.

Pengembangan modul harus mengikuti beberapa langkah yang sistematis sebagai mana dikatakan oleh Nasution (2010: 216), langkah-langkah pengembangan modul antara lain: 1) merumuskan sejumlah tujuan secara jelas, spesifik, dalam bentuk kelakuan siswa yang dapat diamati dan diukur; 2) urutan tujuan itu yang menentukan langkah-langkah yang diikuti dalam modul; 3) test diagnostik untuk mengukur latar belakang siswa, pengetahuan dan kemampuan yang telah dimilikinya sebagai pra-syarat untuk menempuh modul; 4) adanya butir test dengan tujuan-tujuan modul; 5) Menyusun alasan atau rasional pentingnya modul bagi siswa; 6) kegiatan-kegiatan belajar direncanakan untuk membantu dan membimbing siswa agar mencapai kompetensi seperti dirumuskan dalam tujuan; 7) menyusun post-test untuk mengukur hasil belajar siswa; 8) menyiapkan pusat sumber-sumber berupa bacaan yang terbuka bagi siswa setiap waktu memerlukannya.