• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan Hasil Penelitian dan Pengembangan 1.Pengumpulan Informasi Awal

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pembelajaran IPA Terpadu di MTs YAPPI Mulusan masih perlu mendapatkan perhatian. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata belajar siswa pada ujian nasional masih rendah, sarana belajar yang tidak memadai, yang tampak dari penggunaan buku siswa yang belum merata dan sistem peggunaannya secara bergilir untuk tiap kelas pararel, dan belum memiliki laboratorium. Selanjutnya juga dapat dilihat dari permasalahan yang terjadi di dalam proses belajar di kelas siswa belum mampu berdiskusi dan mengkomunikasikan hasil pekerjaannya dengan baik, hal ini menunjukkan keterampilan proses perlu dilatihkan. Sedangkan permasalahan dihadapi guru yaitu pembelajaran IPA selama ini belum dikaitkan dengan lingkungan sekitar dan belum terpadu. Hal ini sejalan dengan Nur dan Wikandari (2000) dalam Triatno 2013 menyatakan bahwa proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.

Hasil analisis pengungkap kebutuhan tehradap siswa MTs YAPPI Mulusan menunjukkan bahwa siswa tidak memiliki buku pegangan IPA, siswa tidak mencari sumber belajar lain, siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari buku paket dan buku paket belum mengaitkan materi dengan lingkungan sekitar, serta siswa tidak

dapat melakukan percobaan secara mandiri. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan MTs YAPPI Mulusan memerlukan bahan ajar yang dapat mengatasi permasalahan siswa dalam mempelajari IPA dan mengkaitkanya dengan lingkungan sekitar serta menuntun siswa melakukan percobaan secara mandiri.

Berdasarkan hasil analisis pengungkap kebutuhan guru menunjukkan bahwa guru belum memiliki bahan ajar IPA Terpadu yang seuai dengan kebutuhan siswa. Pembelajaran yang dilakukan selama ini masih terpisa-pisah. Hal ini menunjukkan perlunya dikembamgkan bahan ajar IPA Terpadu untuk memenuhi kebutuhan di MTs YAPPI Mulusan. Seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Mentri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 secara tegas menyatakan bahwa substansi mata pelajaran IPA di SMP merupakan IPA Terpadu, bukan IPA yang terpisah-pisah sebagai mata pelajaran Fisika, Biologi, dan Kimia. Adanya kurikulum tersebut membuat IPA diajarkan secara lebih meyeluruh dan saling berkaitan satu sama lain. 2. Pengembangan Produk

Modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar yang akan dikembangkan dengan memadukan dua kompetensi dasar kelas VIII kurikulum 2013 yang ada keterhubungan (connected) yaitu KD 3.6 tentang sistem pencernaan yang dikaitkan dengan sistem tubuh yang lain dan KD 3.7 tentang zat aditif pada makanan. Kelebihan model keterpaduan connected adalah hubungan intarbidang studi melihat permasalahan tidak hanya satu bidang kajian saja, tetapi kegiatan pembelajaran dapat mengikuti KD-KD dalam standar isi. Tahap perencanaan pembuatan modul pembelajaran IPA Terpadu berbasis SETS dikembangkan antara lain menelaah KI dan KD serta silabus, pembuatan matrik modul yang bertujuan untuk merancang dan memberi gambaran tentang kegiatan dan materi apa saja yang terdapat di dalam modul, hal ini sesuai dengan pendapat Purwanto (2007) yang menyatakan garis besar isi modul dapat dikembangkan dalam bentuk matrik atau narasi. Selanjutnya penyusunan instrumen validasi modul yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap modul yaitu angket validasi modul oleh pakar dan praktisi, penyusunan instrumen pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan soal kognitif, penyusunan instrumen validasi RPP dan soal

kognitif yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap RPP dan soal kognitif yaitu angket validasi oleh pakar dan praktisi.

Produk pengembangan modul IPA terpadu berbasis SETS dengan tema makana sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar berupa modul pembelajaran. Modul pembelajaran ini dikembangkan dengan berpedoman pada Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar sesuai dengan kerangka dasar kurikulum 2013. Peran modul berfungsi sebagai pendamping buku yang sudah ada di sekolah dan dapat dipakai sebagai media pembelajaran mandiri bagi siswa di rumah sehingga memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk memahami suatu materi.

Modul yang dikembangkan meliputi modul untuk siswa dan modul untuk guru. Modul untuk guru disusun sebagai buku pegangan guru dalam pembelajaran yang telah dilengkapi dengan RPP, petunjuk dan jawaban yang terdapat pada modul siswa, sehingga guru mempunyai pedoman dan pegangan agar kompetensi yang harus dikuasai siswa dapat tercapai.

Karakteristik modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar antara lain; sampul modul yang disajikan memberi gambaran tentang materi yang akan dibahas. Warna kombinasi hijau dan putih serta penambahan gambar berbagai jenis makanan dan organ pencernaan manusia bertujuan untuk menarik minat siswa untuk mempelajarinya.

Bagian modul selanjutnya antara lain halaman awal modul yang terdiri dari halaman francis, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, dan daftar tabel. Bagian halaman francis berisi tentang personil yang terlibat dalam penyusunan modul, kata pengantar berisi uraian diskripsi singkat tantang penyusunan modul IPA terpadu berbasis SETS, selanjutnya untuk daftar isi, daftar gambar, dan daftar tabel berguna sebagai petunjuk untuk mempermudah dalam mempelajari modul.

Pendahuluan (BAB I) yang berisi deskripsi pembelajaran, mengenal modul berbasis SETS, peta kompetensi, rencanan pembelajaran (modul guru), indikator pencapaian kompetensi, peta kedudukan modul, dan peta konsep. Bagian ini memberikan deskripsi dan petunjuk dalam mempelajari modul serta memberi gambaran susunan materi dalam modul.

Bagian yang menonjol dan menjadi ciri khas modul ini adalah kegiatan belajar dalam modul ini mengacu pada alur pembelajaran SETS dan keterkaitan antara commit to user

komponen SETS juga mewarnai dalam alur pembelajaran. Urutan penyajian materi yang sesuai dengan alur pembelajaran SETS yang terbagi dalam segmen “Ayo Mengmati dan Diskusi”; merupakan alur SETS yang pertama yaitu invitasi/inisiasi, “Ayo Menghubungkan”; merupakan alur SETS kedua yaitu pembentukan konsep, “Ayo Bereksperimen”; alur SETS ketiga yaitu aplikasi konsep, dan “Ayo Menganalisis”; alur SETS keempat yaitu pemantapan konsep.

Kegiatan pembelajaran yang berisi uraian singkat tema, kegiatan belajar ke-1 sampai ke-3 dengan urutan ayo mengamati dan diskusi, ayo menghubungkan, ayo bereksperimen, ayo menganalisis, rangkuman, tes formatif, dan umpan balik (modul guru). Segmen ini merupakan kegiatan yang harus dikerjakan siswa dengan tujuan untuk memahami materi. Pada segmen ayo menghubungkan dan ayo menanalisis dilengkapi dengan bagan SETS diharapkan dapat memvisualisasikan dan memperjelas keterkaitan masing-masing unsur dalam SETS. Pembelajaran sains dengan bagan SETS yang ditampilkan mengacu pada Binadja (1999) dengan sains sebagai fokus utama, yang menyatakan bahwa dengan meletakkan sains sebagai fokus perhatian, maka guru dan siswa dapat dibawa untuk melihat keterkaitan sains dengan unsur lain dalam SETS. Pada segmen ini siswa diuntut untuk berpikir dalam konteks SETS melalui pertanyaan yang harus mereka jawab sebelum ke uraian materi.

Segmen akhir bagian kegiatan pembelajaran adalah rangkuman, tes formatif, dan umpan balik (modul guru). Rangkuman berisi konsep-konsep penting yang harus dipahami oleh siswa, tes formatif berisi latihan soal bagi siswa untuk hasil belajarnya, sedangkan umpan balik merupakan cara untuk mengetahui keberhasilan siswa.

BAB III: penilaian yang berisi evaluasi, tugas dan diskusi, dan kunci jawaban (modul guru), sedangkan bagian penutup berisi: glosarium, indeks, dan daftar pustaka. Glosariun, merupakan bagian yang cukup penting untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai hal yang belum diketahui.

Pengembangan bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah model connected/terhubung, merupakan model integrasi interbidang studi. Model ini secara nyata mengintegrasikan suatu konsep, keterampilan atau kemampuan pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan lain dalam satu bidang studi, kaitan dapat diadakan secara spontan atau direncanakan terlebih dahulu. Dengan demikian, pembelajaran menjadi lebih bermakna dan efektif. Kelebihan model keterpaduan commit to user connected

(Fogarty dalam Trianto: 2013) antara lain: a) dengan pengintegrasian ide-ide interbidang studi, maka siswa mempunyai gambaran yang luas, b) siswa dapat mengembangkan kosep kunci secara terus menerus, dan c) memungkinkan siswa mengkaji, mengkoseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ide-ide dalam memecahkan masalah. Sedangkan kelemahanya antara lain: a) masih kelihatan terpisahnya interbidang studi, b) tidak mendorong guru untuk bekerja tim antarbidang studi, dan c) usaha untuk mengembangkan keterhubungan antar bidang studi menjadi terabaikan.

3. Kelayakan Produk

Validasi modul oleh ahli media adalah kelayakan penyajian dan kelayakan kegrafikan. Hasil revisi dari ahli media sebagai berikut

Gambar 4.7 Cover Sebelum dan Sesudah Validasi

Berdasarkan gambar di atas cover awal terdapat gambar yang masih ada keterangannya, belum ada pengguna modul, dan pada keterangan universitas belum diberi tahun pengembangan modul. Hasil setelah valdasi tampak keterangan gambar sudah duhapus, pengguna modul dan tahun pengembangan modul sudah ditulis.

Halaman sampul modul yang disajikan memberi gambaran tentang materi yang dibahas. Warna kombinasi hijau dan putih dan penambahan latar gambar makanan dan zat aditif bertujuan untuk menarik minat siswa untuk mempelajarinya. Kegiatan belajar dalam modul berisi alur pembelajaran SETS. Hal ini sesuai denga Purwanto (2007) yang mengemukakan bahwa gagasan atau ide terkadang sangat abstrak dan

Cover Awal Cover Setelah Validasi

sulit dilukiskan dengan kata-kata. Untuk menyampaikan ide yang belum pernah ada sebelumnya pada pikiran seseorang sering kali memerlukan waktu. Visualisasi membantu terciptanya pengetahuan pada seseorang secara lebih mudah dan cepat, sehingga visualisasi memiliki peran yang penting dan menentukan bagi pencapaian tingkat keberhasilan proses belajar. Gambar merupakan ilustrasi yang baik untuk bahan ajar, terutama untuk menunjukkan realita dan wujud suatu obyek. Simbol alur pembelajaran SETS dibuat dengan gambar yang berbeda, agar tidak timbul rasa bosan dan siswa lebih mudah serta tertari untuk mempelajarinya.

Gambar 4.8 Halaman Francis Sebelum dan Sesudah Validasi

Halaman Francis pada pengembangan awal belum diberi sumber cover, setelah validasi sumber cover sudah ditulis pada halaman francis.

Gambar 4.9 Halaman BAB II Sebelun dan Sesudah Validasi

Halaman BAB II sebelum divalidasi tampak ada uraian tema yang bercabang menjadi tiga kegiatan belajar dengan tema serta tertulis tidak sejajar dan dengan warna yang

Francis Awal Francis Setelah Validasi

BAB II Awal BAB II Setelah Validasi

tidak sama. Setelah validasi tampak kegiatan belajar tiap tema disusun secara sejajar dan dengan warna yang sama.

Gambar 4.10 Ilistrasi Kegiatan Beljar Sebelum dan Sesudah Validasi

Gambar pada setiap kegiatan belajar pada awalnya sama dari KB I sampai KB II yaitu gambar buah anggur saja. Berdasarkan saran saat validasi gambar tersebut harus diganti dengan gambar berbagai macam makanan pada setiap kegiatan belajar dengan gambar menyesuaikan tema.

Gambar 4.11 Bagan SETS Sebelum dan Sesudah Validasi

Pada gambar bagan SETS awal tanda panah antara komponen SETS masih satu garis, setelah proses validasi gambar panah sudah dibuat garis ganda.

Adanya bagan salingtemas diharapkan dapat memvisualisasikan dan memperjelas keterkaitan masing-masing unsur dalam salingtemas. Dalam konteks

Ilustrasi KB Awal Ilustrsai KB Setelah Validasi

Bagan SETS Awal Bagan SETS Setelah Validasi

pembelajaran sains, bagan salingtemas yang ditampilkan mengacu pada Binadja (1999) dengan sains sebagai fokus utama.

Validasi draf I modul oleh ahli materi antara lain kelayakan isi, kelayakan keterpaduan, kelayakan basis SETS serta RPP dan soal kognitif. Hasil revisi dari ahli mater terlitat pada gambar 4.12.

Gambar 4. 12 Peta Keterpaduan

Gambar 4. 13 Kolom Tugas dan Diskusi Peta Keterpaduan

Kolom Tugas dan Diskusi

Pengembangan produk awal modul belum ada peta keterpaduan dan belum ada kolom tugas dan diskusi. Hasil setelah validasi modul sudah diberi peta kompetensi serta kolom tugas dan diskusi.

Sedangkan Validasi modul oleh ahli bahasa adalah kelayakan kebahasaan, meliputi tata tulis dan penggunaan tanda baca.Validasi modul oleh praktisi antara lain kelayakan isi, kelayakan isi, kelayakan keterpaduan, kelayakan basis SETS, kelayakan keterampilan proses sains, kelayakan penyajian, kelayakan kegrafikan, dan kelayakan kebahasaan.

Hasil dari proses validasi oleh ahli dan praktisi terhadap produk draf I modul dengan kriteria sangat baik yang siap untuk dilakukan uji lapangan awal.

Ahli materi dan praktisi selain memvalidasi modul juga memvalidasi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Saran perbaikan RPP dan soal kognitif dari praktisi berupa tata tulis yang masih salah dan menambah materi dalam RPP.

Uji lapangan awal dilakukan pada 3 siswa MTs YAPPI Jetis Saptosari Gunungkidul. Uji lapangan awal dilakukan untuk mengetahui respon/masukan siswa terhadap modul berbasis SETS dengan cara mengisi angket respon siswa terhadap modu IPA Terpadu berbasis SETS dengan hasil uji menyatakn bahwa modul sangat baik.

Saran perbaikan pada tahap ini terletak pada tata tulis yang masih salah (tabel 4.11) dan menhasilkan produk II modul IPA Terpadu berbasis SETS yang siap untuk diuji lapangan utama.

Uji coba lapangan utama dilakukan untuk mengetahui kelayakan modul dengan respon dan masukan siswa pada modul IPA Terpadu berbasis SETS hasil pengembangan dengan hasi uji coba menyatan modul sangat baik /layak digunakan. Selain respon siswa juga respon dari guru yang menyatakan modul sangat baik dan layak digunakan. Hal ini sejalan dengan penelitian Uswatun Hasanah (2013) yang menyatakan bahwa bahan ajar IPA Terpadu berbasis salingtemas yang dikembangakan layak digunakan sebagai bahan ajar.

Saran perbaikan pada tahap ini terletak pada penambahan jumlah gigi anak-anak dan orang dewasa serta perbaikan memperkecil tulisan pada sampul bagian belakang dengan menhasilkan produk III modul IPA Terpadu berbasis SETS yang siap untuk diuji lapangan operasional. commit to user

4. Efektivitas Produk

a.Hasil Belajar Ranah Pengetahuan

Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh dari pretes (tes awal) kelas kontrol dan kelas pengguna produk tampak kedua kelas menunjukkan kondisi yang sama. Hal ini juga diperkuat dengan uji t yang menyatakan kedua kelas sama (lampiran 18). Seangkan jika dilihat dari hasil postes (tes akhir) menunjukkan kelas kontrol siswa yang tuntas sesuai kriteria ketuntasan minimal (75) hanya 9,1% dan kelas pengguna produk siswa yang tuntas mencapai 59,1%. Hal ini menunjukkan ada perbedaan hasil belajar yang dicapai antara kelas kontrol dengan kelas pengguna produk, lebih lanjut dibuktikan dengan uji berikut.

1) Kefektivan modul

Analisis untuk mengetahui keefektifan modul dalam pembelajaran dengan menggunakan gain score ternormalisasi untuk pretest postest kelas kontrol dan kelas pengguna produk. Berdasarkan perhitungan gain score untuk kelas kontrol 0,109 yang termasuk dalam kategori rendah, sedangkan pada kelas pengguna produk 0,344 termasuk kategori sedang sehingga modul IPA Terpadu berbasis SETS dikatakan efektif (Hake, Richard R.1999: 4)

2) Perbedaan hasil belajar

Analisis untuk mengetahui perbedaan hasil belajar diuji dengan SPSS 18 yang diawali dengan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas. Hasil uji normalitas menggunakan hasil pada Kolmogorof-Smirnova pada Tets of Normality dengan hipotesis terhadap taraf signifikasi Ho: data terdistribusi normal. Hasil pengujian menunjukkan Ho diterima karena nilai signifikasinya untuk kelas kontrol 0,200 dan kelas pengguna produk 0,200. Taraf signifikasi yang dihasilkan memenuhi kriteria lebih besar dari α= 0,05 (Sig >0,05). Kesimpulannya data terdistribusi normal. Sedangkan pada Test Homogeneity of Variance menunjukkan taraf signifikasi sebesar 0,936 dengan Kriteria α= 0,05 (Sig >0,05), maka Ho diterima dengan kesimpulan pada kelas kontrol dan kelas pengguna produk homogen.

Berdasarkan hasil uji prasyarat analisis, maka uji hipotesis menggunakan uji statistik parametrik yaitu uji t Independent Samples Test bagian Sig.(2-tailed). Pada hasil Independent Samples Test bagian Sig.(2-tailed) sebesar 0,000 memenuhi taraf

signifikas α= 0,05 (Sig <0,05) maka ada perbedaan prestasi belajar antara kelas kontrol dangan kelas pengguna produk.

Berdasarkan hasil uji statisti parametrik (uji t) terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil postes kelas kontrol dengan kelas pengguna produk, yang menunjukkan hasil kelas pengguna produk lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa modul IPA terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku efektif dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.

Perbedaan yang signifikan dalam penggunaan modul IPA terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku pada kelas pengguna produk (eksperimen) ini sesuai dengan hasil penelitian Siska Fitriani et al. (2012) menyatakan bahwa pendekatan salingtemas (SETS) berpengaruh positif terhadap hasil belajar kognitif siswa.

Hasil yang positif juga disebabkan karena peserta didik merasa tertarik untuk belajar menggunakan bahan ajar IPA terpadu. Peserta didik merasa mempelajari merasa lebih mudah memahami tema makanan sehat dan tubuhku karena disajikan dengan berbagai macam gambar, sehingga lebih mudah dalam mempelajarinya. Berdasarkan hasil belajar tersebut, diketahui bahwa modul IPA terpadu berbasis SETS pada temamakanan sehat dan tubuhku efektif digunakan dalam pembelajaran kelas VIII di MTs YAPPI Mulusan Paliyan Gunungkidul. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nuryanto & Binadja (2010), bahwa dengan bervisi salingtemas hasil belajar peserta didik kelas eksperimen mengalami peningkatan secara signifikan. Keefektifan modul ini dalam meningkatkan hasil belajar juga sesuai dengan Depdiknas (2008) tentang tujuan pembelajaran dengan modul antara lain 1) Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal, 2) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa maupun guru/instruktur, 3) Agar dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan motivasi dan gairah belajar, 4) Mengembangkan kemampuan dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya yang memungkinkan siswa belajar secara mandiri sesuai kemampuan dan minatnya, 5) Memungkinkan siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.

b.Hasil Belajar Ranah Sikap

Penelitian ini yang dinilai hanya sikap sosil saja, untuk sikap sepiritual hanya diberikan penguatan pada awal pembelajaran yaitu mengagumi dan mensyukuri keagungan Tuhan.

Uji coba pelaksanan lapangan menilai sikap sosial dengan observasi dan dibantu oleh seorang observer. Penilaian sikap sosial dilakukan pada kelas control dan kelas pengujian produk (eksperimen) sebanyak 22 siswa pada setiap pembelajaran. Dari hasil pengukuran terhadap sikap sosial siswa yang meliputi aspek kejujuran, ketelitian, ketekunan dan tanggung jawab, serta kerja sama pada kegiatan belajar (KB) I sampai KB III. Hasil penilaian pada kelas kontrol sebagai berikut KB pertama dengan nilai rata-rata 2,02, KB kedua 2,05, dan KB ketiga 2,09.Pada KB I dengan kriteria baik 13,6%, cukup 77,3%, dan kurang 9,1%. KB II dengan kriteria baik 18,2%, cukup 72,7%, dan kurang 9,1%. KB III dengan kriteria baik 22,7%, cukup 68,2%, dan kurang 9,1%. Berdasarkan hasil di atas tampak bahwa hasil belajar kelas kontrol untuk sikap sosial mengalami peningkatan rata-rata 3,8% pada setip kegiatan belajar.

Sedangkan kelas pengguna produk menunjukkan nilai rata-rata setiap KB mengalami peningkatan. KB pertama nilai rata-rata 2,65, KB kedua 3,08, dan KB ketiga 3,36. Pada KB I dengan dengan kriteria sangat baik ada 13,6%, baik 59,1%, dan cukup 27,3%. KB II dengan kriteria sangat baik ada 41%, baik 45%, dan cukup 13,6%. KB III dengan kriteria sangat baik ada 68,2%, baik 22,7%, dan cukup 9,1%. Berdasarkan hasil di atas tampak bahwa hasil belajar untuk sikap sosial mengalami peningkatan rata-rata 18% pada setip kegiatan belajar menggunakan modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku.

c. Hasil Belajar Ranah Keterampilan Proses

Uji coba pelaksanan lapangan juga menilai keterampilan proses sains dengan observasi dan dibantu oleh seorang observer. Penilaian keterampilan proses sains dilakukan pada kelas kontrol dan kelas pengujian produk sebanyak 22 siswa disetiap pembelajaran. Dari hasil pengukuran terhadap keterampilan proses sains siswa yang meliputi aspek mengamati, mengelompokkan, menafsirkan, menyimpulkan, dan mengomunikasikan pada KB I sampai KB III. Hasil penilaian pada kelas kontrol sebagai berikut KB pertama dengan nilai rata-rata 1,87, KB kedua 1,93, dan KB ketiga commit to user

1,95. Pada KB I dengan kriteria baik 4,5%, cukup 81,8%, dan kurang 13,6%. KB II dengan kriteria baik 9,1%, cukup 77,3%, dan kurang 13,6%. KB III dengan kriteria baik 13,6%, cukup 77,3%, dan kurang 9,1%. Berdasarkan hasil di atas tampak bahwa hasil belajar kelas kontrol untuk sikap sosial mengalami peningkatan rata-rata 3,02% pada setip kegiatan belajar.

Sedangkan kelas pengguna produk menunjukkan nilai rata-rata setiap KB yang mengalami peningkatan. KB pertama nilai rata-rata 2,63, KB kedua 3,05, dan KB ketiga 3,35. Pada KB I dengan dengan kriteria sangat baik ada 9,1%, baik 68,2%, dan cukup 22,7%. KB II dengan kriteria sangat baik ada 36,4%, baik 45,4%, dan cukup 18,2%. KB III dengan kriteria sangat baik ada 50%, baik 40,9%, dan cukup 9,1%. Berdasarkan hasil di atas menunjukkan bahwa modul IPA Terpadu berbasis SETS dapat meningkatkan keterampilan proses rata-rata 14% pada setiap kegiatan belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Izaak H. Wenno (2010) menyatakan bahwa penerapan modul lebih kreatif dalam mengembangkan dirinya, kegiatan pembelajaran sains menjadi lebih menarik, siswa lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri, mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru sains, dan siswa juga akan mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi sains yang harus dikuasainya.

Uji coba juga mendapatkan hasil respon siswa terhadap modul IPA Terpadu