• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untuk dapat merubah garis nasib sebenarnya sepenuhnya tergantung dari diri kita sendiri. Dasar awalnya adalah melaksanakan 6 [enam] macam Sadhana Samvara yang lengkap dan menyeluruh, untuk menghentikan siklus pengulangan dan penambahan karma buruk.

Kecenderungan manusia adalah tunduk atau tidak memiliki penguasaan diri akan pikiran atau hati. Dengan kata lain tidak memiliki kesadaran atau kontrol akan pikiran-perasaan. Mudah terseret dengan kemarahan, kesedihan, ketakutan, pikiran buruk, kemalasan, ke-aku-an [ego], hasrat ingin dihormati, sifat mementingkke-aku-an diri sendiri, ketidak-puasan, identifikasi diri dengan tubuh, serta nafsu-nafsu mendasar lainnya. Inilah salah satu sebab utama Atma kita terus terlahir, terlahir dan terlahir kembali dalam siklus samsara, karena akumulasi karma buruk kita terus berputar berulang-ulang. Dalam artian ada kecenderungan kita terus secara berulang-ulang melakukan kesalahan-kesalahan yang sama, dari satu kehidupan ke kehidupan lainnya. Atau bahkan malahan terkadang ada kecenderungan kita justru menambah berat kesalahan-kesalahan yang sama, dari satu kehidupan ke kehidupan lainnya.

Kecenderungan lain manusia adalah mudah terjebak oleh kebahagiaan-kebahagiaan semu. Apalagi di jaman modern ini banyak orang yang mengisi hidupnya dengan mencari kesenangan sebanyak-banyaknya. Gaya hidup hedonisme dianggap sebagai kewajaran dan bahkan dianggap sebagai keren, gaul dan hebat. Padahal gaya hidup semacam ini mudah sekali menjebak orang untuk terjatuh ke dalam kesadaran yang dangkal dan kebahagiaan semu. Kita dapat melihat bahwa semua hal tersebut menimbulkan berbagai kemerosotan, terutama dalam hal kesadaran dan moralitas.

Kita tidak mau menerima perubahan jalur perjalanan hidup ke arah yang buruk dan kita tidak mau menerima kesengsaraan. Tapi kita memiliki pikiran, perkataan dan perbuatan yang buruk, sehingga pasti kita terus menerima akibat yang buruk. Disini kita harus sadar dan segera memperbaiki keburukan yang ada pada diri kita. Kalau kita berada di jalan gelap rubah haluan ke jalan yang terang. Kalau kita sudah berada di jalan terang tetaplah bertahan di jalan terang. Agar kita tidak terjerumus ke dalam garis nasib yang tidak baik.

Orang yang sadar akan dinamika hukum karma akan berupaya “memotong” sebab utama yang menjadi sumber karma buruk yaitu berbagai tindakan yang melanggar dharma. Selain itu juga memiliki wiweka, yaitu cara pandang yang benar dan terang.

Ketika kita bertemu dengan orang yang melakukan perbuatan jahat kepada kita, disana kita harus sadar bahwa suatu saat dia tidak saja akan menerima karma buruk akibat perbuatannya sendiri tersebut, tapi dia juga akan menjerat dirinya sendiri dalam kesengsaraan akibat kegelapan pikirannya sendiri. Sehingga sudah selayaknya kita tidak merasa marah atau benci, melainkan merasa kasihan kepadanya.

Ketika kita bertemu dengan orang yang melakukan perbuatan jahat kepada kita, disana kita

harus sadar bahwa dibalik kejahatan yang dia lakukan, dia sesungguhnya tidak saja sedang memberi kita kesempatan membakar hutang-hutang karma buruk kita, tapi dia juga sedang menjadi Guru yang mengasah kesadaran kita. Sehingga sudah selayaknya kita tidak merasa marah atau benci, melainkan merasa berterimakasih kepadanya.

- Berterimakasihlah kepada mereka yang menyakiti kita, karena mereka tidak saja telah mengurangi karma buruk dan penghalang karma kita, tapi juga sekaligus menjadi Guru yang menghaluskan jiwa kita [kalau kita bisa tenang, damai dan sabar].

- Berterimakasihlah kepada mereka yang mencela atau memfitnah kita, karena mereka tidak saja telah mengurangi karma buruk dan penghalang karma kita, tapi juga sekaligus menjadi Guru yang memperdalam kesabaran dan kebijaksanaan kita.

- Berterimakasihlah kepada mereka yang menipu kita, karena mereka tidak saja telah mengurangi karma buruk dan penghalang karma kita, tapi juga sekaligus menjadi Guru yang memperdalam wawasan kita.

- Berterimakasihlah kepada mereka yang menjerumuskan kita sehingga kita berbuat kesalahan, karena mereka tidak saja telah mengurangi karma buruk

dan penghalang karma kita, tapi juga sekaligus menjadi Guru yang memberi pelajaran berharga kepada kita. - Berterimakasihlah kepada mereka yang mengabaikan atau menyisihkan kita, karena mereka tidak saja telah mengurangi karma buruk dan penghalang karma kita, tapi juga sekaligus menjadi Guru yang mengajarkan kita untuk mandiri.

- Berterimakasihlah kepada mereka yang menggoda nafsu atau keserakahan kita, karena mereka tidak saja telah mengurangi karma buruk dan penghalang karma kita, tapi juga sekaligus menjadi Guru terbaik yang mengajarkan kita mengembangkan kesadaran.

Inilah yang disebut sebagai sarwa dharma [semuanya dharma]. Bahkan dilempar batu-pun bisa menjadi dharma, asalkan kita mampu memahami dan menyadarinya sebagai membayar hutang karma, sebagai Guru yang melatih kesabaran dan memperdalam kebijaksanaan. Sehingga kemudian kita menerimanya dengan senyuman damai.

Kesabaran, kerelaan dan pengorbanan diri mungkin terlihat pasif. Tapi bagi yang mengalaminya itu bukanlah hal yang pasif. Karena kesabaran dan ketenangan sempurna melibatkan perjuangan panjang yang sulit dan melelahkan, serta pengorbanan hebat sekali. Pada awalnya melatih kesabaran, kerelaan dan

pengorbanan diri selalu disertai dengan pertempuran hebat di dalam pikiran kita sendiri. Ketekunan mengasah kesabaran dan ketenangan kemudian membuat pertempuran di dalam pikiran sendiri semakin lama semakin kecil dan semakin kecil. Sampai akhirnya mencapai tingkat tanpa pertempuran di dalam pikiran. Yaitu pikiran yang upeksha [jernih dan tenang-seimbang].

Ke semua arah, ini akan membuat kita membuat kita lebih sedikit menyakiti mahluk lain dan banyak sekali mengurangi beban penderitaan para mahluk. Ke dalam diri, ini tidak saja akan membuat kita berhenti membuat karma buruk yang baru, tapi sekaligus juga membuat kita memperoleh kedamaian-ketenangan pikiran di dalam diri.

Kejahatan, kekejaman, keserakahan, prasangka buruk, dsb-nya, ada di semua zaman, tetapi sadhana Samvara harus terus kita laksanakan. Karena apa yang dapat kita petik dari sadhana Samvara adalah jiwa yang semakin sempurna dari hari ke hari.

Tidak saja pikiran kita sendiri yang akan menjadi damai dan bahagia, seluruh alam semesta akan membuka rahasia keindahannya. Sungai mengalir, deretan pegunungan, bunga bermekaran, langit biru, samudera nan luas dan bahkan orang jahat-pun memperlihatkan keindahannya. Karena orang jahat

adalah Guru alam semesta yang datang untuk melatih kesabaran kita, membakar karma buruk kita dan membuat kita menjadi rendah hati. Karena berbagai bentuk kesengsaraan dalam kehidupan adalah cara alam menghaluskan jiwa kita, serta memanggil kita pulang menuju kesadaran tertinggi di dalam diri [kesadaran Atma / Atma Jnana].

MEMBIASAKAN DIRI MELAKUKAN SEGALA JENIS