• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hidup ini adalah karma yang berputar. Dalam putaran hukum karma, tidak ada suatu akibat yang akan timbul tanpa adanya sebab. Kita mendapatkan yang baik karena akumulasi karma masa lalu dan karma saat ini kita juga baik. Demikian juga sebaliknya, kita mendapatkan pengalaman hidup yang buruk semata karena akumulasi karma masa lalu dan karma saat ini kita juga buruk.

Segala apa yang kita lakukan disaat ini, adalah yang akan menentukan garis nasib kita sendiri di masa depan.

Jalur Kehidupan Yang Mendatangkan Garis Nasib Buruk

Masalah yang benar-benar masalah dalam kehidupan ini adalah kalau kita mengambil jalur kehidupan yang salah. Artinya dalam masa kehidupan ini kita banyak mementingkan diri sendiri, banyak menyakiti, banyak mengambil kebahagiaan yang berasal dari hal-hal yang melanggar dharma, serta tidak melaksanakan sadhana. Semakin banyak mementingkan diri sendiri, semakin banyak menyakiti dan semakin banyak mengambil kebahagiaan dari hal-hal yang melanggar dharma, maka sudah pasti kelak semakin banyak juga kesengsaraan yang akan kita dapatkan.

Ada orang-orang yang memelihara sifat pemarah dan pendendam. Kalau kemudian dia bisa terlahir kembali sebagai manusia, maka ia akan lahir sebagai manusia dengan wajah atau bentuk fisik yang buruk.

Ada juga orang-orang angkuh yang tidak mau menghargai orang yang seharusnya dia hargai dan hormati, atau yang seharusnya ia rawat tetapi tidak ia rawat. Kalau kemudian dia bisa terlahir kembali sebagai manusia, maka ia akan lahir sebagai manusia yang sering direndahkan, dilecehkan dan tidak dihargai orang.

Ada juga orang-orang yang memelihara sifat iri hati. Ketika melihat orang lain mendapat keuntungan atau sesuatu yang menggembirakan, lalu ia berusaha menghalangi agar orang itu tidak bisa mendapatkannya. Kalau kemudian dia bisa terlahir kembali sebagai manusia, maka ia akan lahir sebagai manusia yang sering mengalami kegagalan, apa yang inginkan dan usahakan sering tidak tercapai dan banyak halangannya.

Ada juga orang-orang yang berhati kejam, sering menyakiti dan menyiksa secara fisik orang lain dan mahluk lain. Kalau kemudian dia bisa terlahir kembali sebagai manusia, maka ia akan lahir sebagai manusia yang kurang waras [atau tidak waras], cacat fisik, sering sakit-sakitan atau berumur pendek.

Ada juga orang-orang yang berhati tamak atau serakah, sering mengambil harta yang bukan hak miliknya [korupsi, menipu, mencuri, dsb-nya]. Kalau kemudian dia bisa terlahir kembali sebagai manusia, maka ia akan lahir sebagai manusia yang sangat miskin dan terlunta-lunta.

Ada juga orang-orang yang suka selingkuh atau melakukan pelecehan seksual. Kalau kemudian dia bisa terlahir kembali sebagai manusia, maka ia akan lahir sebagai manusia yang sangat sulit jodoh, selalu dikecewakan, kesepian dan sering dilecehkan lawan jenis.

Ada juga orang-orang pelit dan mementingkan diri sendiri, yang tidak mau berkorban uang, tenaga atau waktu untuk membantu orang yang membutuhkan bantuan. Kalau kemudian dia bisa terlahir kembali sebagai manusia, maka ia lahir sebagai manusia yang miskin, sering dalam kesusahan dan tidak ada yang menolong.

Ada juga orang-orang sombong dan sering menghina orang lain. Kalau kemudian dia bisa terlahir kembali sebagai manusia, maka ia akan lahir sebagai manusia yang sering dihina dan tidak dihargai orang.

Ada juga orang-orang yang terlalu larut memuaskan indriya-nya, misalnya melakukan seks

bebas, mabuk-mabukan, sering dugem, menggunakan narkoba, dsb-nya. Kalau kemudian dia bisa terlahir kembali sebagai manusia, maka ia akan lahir sebagai manusia yang mengalami banyak masalah pribadi dan masalah rumah tangga yang berat.

Selain itu, kita juga jangan melupakan dinamika hukum karma yang sangat terkait erat dengan siklus samsara [siklus kelahiran-kematian yang berulang-ulang]. Belum tentu kita akan dapat terlahir kembali sebagai manusia. Yaitu orang-orang yang semasa hidupnya melakukan terlalu banyak pelanggaran dharma yang berat, maka disebabkan karena beban akumulasi karma buruk yang terlalu berat tersebut, maka sangat mungkin orang tersebut setelah kematian akan terjerumus menjadi mahluk-mahluk alam bawah, atau bisa juga akan mengalami kelahiran kembali sebagai binatang. Setelah meninggal, kemudian Atma akan ditarik masuk terbawa ke dimensi alam-alam bawah atau terlahir kembali sebagai binatang.

Ini adalah hal yang sangat tidak diharapkan, karena kemungkinan untuk dapat terlahir kembali sebagai manusia akan sangat sulit. Dimana hal ini berarti kita harus mengulangi lagi dari awal perjuangan sangat berat untuk dapat terlahir kembali sebagai manusia. Kita harus mengumpulkan lagi akumulasi karma baik yang sangat banyak, dalam jangka waktu yang sangat

panjang, agar kita dapat terlahir kembali sebagai manusia.

Di dalam ajaran Hindu Dharma, ada tiga macam kelahiran kembali di dalam siklus samsara yang tidak diharapkan terjadi, yaitu :

1. Dhuka punarbhawa

Yaitu dari kehidupan sebagai manusia, karena beban akumulasi karma buruk yang terlalu berat, maka seseorang akan terlahir kembali “turun tingkat” terjerumus ke dalam empat jalur perjalanan Atma yang buruk.

Ini sangatlah tidak diharapkan, karena sekali terjerumus ke dalam empat jalur perjalanan Atma yang buruk [terjebak ratusan tahun di alam antarabhawa, masuk alam-alam bawah, masuk alam-alam neraka atau terlahir kembali sebagai binatang] maka pasti akan terjepit oleh kebingungan dan kesengsaraan yang berat. Dalam keadaan yang seperti itu kebodohan [awidya] dan ketersesatan kesadaran [acetana] akan semakin bertambah. Akan semakin sulit bertemu jalan suci dharma, semakin sulit bertemu pengetahuan sejati, tidak paham akan hukum sebab-akibat, terseret habis oleh akumulasi karma buruknya dan semakin tenggelam dalam kesengsaraan di dalam siklus samsara. Sangat sulit untuk keluar.

2. Sangskara punarbhawa

Yaitu dari kehidupan sebagai manusia, terlahir kembali tetap menjadi manusia, yang hanya terus berputar-putar naik turun begitu saja. Terjadi pengulangan-pengulangan dan dalam setiap kehidupannya mengalami siklus naik dan turun. Misalnya [contoh] : sekarang lahir menjadi orang miskin, karena miskin dia demikian rajin berdoa, karena rajin berdoa kelahiran berikutnya “naik” menjadi orang kaya. Begitu lahir jadi orang kaya dia pelit dan sombong, sehingga kelahiran berikutnya “turun” lagi menjadi orang miskin. Demikian terus berputar terjadi naik-turun berulang-ulang.

3. Parinama punarbhawa

Yaitu dari bertempat di alam-alam dewa, terlahir kembali menjadi manusia untuk proses “naik tingkat” atau meningkatkan kesadaran, tetapi karena berbagai sebab justru malah mengalami kemerosotan kesadaran atau “turun tingkat”. Sehingga kembali “terjebak” dalam kehidupan sebagai manusia.

Jalur Kehidupan Yang Mendatangkan Garis Nasib Baik

Jalur kehidupan yang mendatangkan garis nasib baik adalah kalau kita mengambil jalur kehidupan yang

benar. Artinya dalam masa kehidupan ini kita tidak mementingkan diri sendiri [berhati belas kasih, banyak menolong, banyak melakukan kebaikan], sangat sedikit menyakiti, tidak mengambil kebahagiaan yang berasal dari hal-hal yang melanggar dharma, serta tekun melaksanakan sadhana.

Kita bisa melihat ada orang-orang yang selalu menghargai orang yang seharusnya dia hargai dan hormati, atau merawat orang yang seharusnya ia rawat. Kalau kemudian dia terlahir kembali sebagai manusia, maka ia akan lahir sebagai manusia yang dihormati dan dihargai orang lain.

Juga ada orang-orang baik dan tidak mementingkan diri sendiri, yang selalu mau berkorban uang, tenaga atau waktu untuk membantu orang yang membutuhkan bantuan. Kalau kemudian dia terlahir kembali sebagai manusia, maka ia lahir sebagai manusia yang memiliki harta berlimpah, kemuliaan dan selalu beruntung.

Dan terkait dinamika hukum karma, orang yang semasa hidupnya melakukan demikian banyak kebaikan mulia, maka disebabkan karena akumulasi “tabungan” karma baik yang demikian berlimpah, maka sangat mungkin orang tersebut setelah kematian akan dapat memasuki alam-alam suci para dewa.

Demikianlah beberapa contoh dari buku-buku suci Hindu Dharma. Hukum karma berputar secara adil, dimana semua pengalaman hidup dan garis nasib semuanya adalah disebabkan oleh perbuatan diri kita sendiri juga.