• Tidak ada hasil yang ditemukan

DUA PILAR PENGHAPUSAN KARMA BURUK

4. SWADHARMA - MELAKSANAKAN TUGAS KEHIDUPAN

Sadhana ini berarti melaksanakan seluruh swadharma atau tugas-tugas kehidupan kita. Termasuk di dalamnya adalah memiliki sumber mata pencaharian yang baik, dimana secara mendasar artinya adalah sumber mata pencaharian kita tidak menjerumuskan atau merugikan orang lain.

Lahir sebagai manusia kita punya kewajiban dharma untuk melaksanakan seluruh tugas-tugas kehidupan kita. Kalau kita mengabaikan atau tidak melaksanakan tugas-tugas kehidupan kita, itu termasuk ke dalam pelanggaran dharma.

Setiap manusia memiliki swadharma-nya masing-masing sesuai dengan garis nasib atau putaran karma-nya sendiri. Misalkarma-nya di rumah sebagai suami jadilah suami yang baik, sebagai orang tua menjadi orang tua yang baik. Sebagai karyawan jadilah karyawan yang baik, dalam arti tulus, jujur, tidak serakah dan sungguh-sungguh dalam bekerja. Pelajar menjadi pelajar yang baik, pengusaha menjadi pengusaha yang baik, tukang parkir menjadi tukang parkir yang baik, pandita menjadi pandita yang baik, jro mangku menjadi jro mangku yang baik, pertapa menjadi pertapa yang baik, polisi menjadi polisi yang baik, dsb-nya.

Kalau di rumah tangga swadharma atau tugas kehidupan kita sebagai orang tua, suami, istri atau anak, lakukanlah dengan sebaik-baiknya yang kita mampu. Jangan terlalu menuntut, jangan mudah mengeluh, laksanakan dengan kerelaan dan pelayanan yang penuh. Sebagai suami atau istri jadilah suami atau istri yang sangat setia, menjaga diri sendiri dan tidak menjelek-jelekkan pasangan sampai akhir hayat. Jangan selingkuh, karena itu termasuk pelanggaran dharma yang berat.

Hakikat dasar kehidupan semua mahluk adalah bertahan hidup. Sebagai manusia untuk bertahan hidup kita perlu punya sumber mata pencaharian atau sumber pendapatan. Ini merupakan swadharma kehidupan kita. Tapi ketika melaksanakannya, jangan dengan melanggar dharma. Seberapapun sulit dan terjepitnya keadaan kita, karena ini semua berkaitan dengan karma. Dalam keadaan sulit dan terjepit justru kita harus memupuk karma baik untuk membuka jalan bagi diri kita sendiri.

Kalau kita pengusaha yang menjalankan usaha, jangan menjalankan usaha yang menjerumuskan atau merugikan orang lain, karena termasuk pelanggaran dharma yang berat. Yang menjerumuskan orang lain seperti misalnya berjualan narkoba, berjualan minuman keras, berjualan senjata, suka berjudi, membuka usaha game-online, dsb-nya. Yang merugikan orang lain misalnya kita menjual barang palsu tapi kita katakan

barang asli, multi lewel marketing yang tidak baik, dsb-nya.

Serta jangan suka bersikap buruk, bergossip buruk atau menjelek-jelekkan klien [pelanggan]. Juga jangan suka menjelek-jelekkan perusahaan saingan kita. Karena hal itu menjadi karma buruk yang dapat memotong garis nasib kita menyangkut rejeki.

Kalau kita membuka usaha atau menjadi pemimpin sebuah perusahaan, janganlah mengeksploitasi atau memanipulasi karyawan kita, misalnya gaji rendah, beban kerja berlebihan, jam kerja berlebihan, dsb-nya, sebab hal itu membuat kita memiliki hutang karma kepada karyawan kita. Kalau memungkinkan sebaiknya kitalah yang malah memberikan lebih kepada mereka.

Ini termasuk kalau mata pencaharian kita dengan cara bekerja kepada orang lain [sebagai karyawan]. Disini kita harus melaksanakan tugas-tugas kita dengan jujur dan bersungguh-sungguh, serta tidak melakukan kecurangan kepada perusahaan, kepada sesama karyawan lain, maupun kepada klien perusahaan.

Janganlah terlalu mengeluh masalah gaji, bonus, dsb-nya. Masalah rejeki sudah ditentukan oleh garis nasib. Sebaliknya kalau bisa selalulah kita yang memberi lebih kepada perusahaan. Kalau kita digaji Rp. 2 juta,

berilah pekerjaan dan pengabdian senilai Rp. 3 juta. Kalau kita digaji Rp. 10 juta, berilah pekerjaan dan pengabdian senilai Rp. 15 juta. Selalulah memberi lebih kepada perusahaan. Karena dengan demikian kita tidak saja terbebas dari hutang karma kita kepada pemilik perusahaan tempat kita bekerja untuk mencari nafkah, tapi sebaliknya kita malah membuat karma baik kepada beliau.

Jangan pernah khawatir kalau pekerjaan dan pengabdian lebih yang kita berikan kepada perusahaan tidak diketahui, tidak disadari atau tidak dihargai orang lain. Justru inilah yang disebut kebaikan “tidak berwujud” yang memiliki nilai lebih. Kelak cepat atau lambat karma baik inilah yang akan merubah garis nasib kita menyangkut rejeki. Karma baik inilah yang kelak akan membuka berbagai macam jalan bagi kita kepada garis nasib dengan rejeki yang lebih berlimpah.

Janganlah suka bergossip buruk atau menjelek-jelekkan atasan atau rekan kerja kita. Kalau atasan kita sering berlaku kurang adil atau memarahi kita menyangkut urusan pekerjaan, atau rekan kerja kita suka menjelekkan kita, jangan tergoda untuk bergossip buruk atau menjelek-jelekkan atasan atau rekan kerja kita, karena hal itu dapat memotong atau mengurangi garis nasib kita menyangkut rejeki. Dan terutama sekali, seburuk apapun, jangan bergossip buruk atau menjelek-jelekkan pemilik perusahaan. Karena beliau secara

karma adalah orang yang memberikan kita pekerjaan untuk mencari nafkah. Ini akan menjadi karma buruk yang mudah sekali dapat memotong garis nasib kita menyangkut rejeki. Kalau kita merasa sangat tidak nyaman atau tidak cocok, lebih baik pergi pindah mencari pekerjaan di tempat lain.

Sangat penting untuk melaksanakan seluruh swadharma atau tugas-tugas kehidupan kita dengan jujur dan sungguh-sungguh, karena inilah yang akan menghentikan siklus pengulangan dan penambahan karma buruk kita sendiri. Kalau kita malas, atau bekerja tidak sungguh-sungguh, atau tidak melakukan apapun, kita sesungguhnya sedang menghabiskan karma baik kita sendiri untuk kemudian kehilangan keberuntungan. Kalau kita tidak jujur atau melakukan korupsi, kita pasti akan membuat karma buruk yang baru. Tidak saja akan memotong garis nasib kita menyangkut rejeki atau keberuntungan, tapi bisa juga melebar ke hal-hal buruk lainnya, tergantung sejauh mana dan apa tindakan buruk yang kita lakukan.

Sehingga laksanakanlah swadharma kita dengan bersemangat, riang gembira, tulus, jujur, tanpa keluhan dan penuh rasa syukur. Menjadi suami, istri, orang tua, anak, pengusaha, karyawan, dsb-nya, laksanakan dengan sebaik-baiknya. Kerja kerasnya berjalan, kebaikannya berjalan, tugasnya selesai dan rasa syukurnya mengagumkan. Inilah semangat karma yoga

dalam sadhana swadharma, sekaligus menghentikan siklus pengulangan dan penambahan karma buruk.

MELAKSANAKAN SELURUH SWADHARMA [TUGAS-TUGAS KEHIDUPAN] KITA DENGAN BERSEMANGAT, RIANG GEMBIRA, TULUS, JUJUR, TANPA KELUHAN DAN PENUH RASA SYUKUR, INILAH YANG DISEBUT SADHANA SAMVARA. CARA KITA MENSIASATI HUKUM KARMA, SUPAYA KITA TIDAK TERJEBAK KEPADA SIKLUS PENGULANGAN DAN PENAMBAHAN KARMA BURUK. SEHINGGA AKUMULASI KARMA BURUK KITA TERHENTI SAMPAI DISANA SAJA, TIDAK TERULANG LAGI ATAU MALAH BERTAMBAH.

5. KARMA-GYANI - MENERIMA GARIS NASIB