Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait. Hubungan tujuan penelitian, jenis dan sumber data, teknik analisis data dan output yang diharapkan dalam penelitian tertera pada Tabel 3.
Gambar 2 Peta lokasi penelitian
Menentukan lokasi yang berpotensi untuk pengembangan perkebunan kakao berdasarkan aspek biofisik dan ketersediaan lahan menggunakan peta satuan lahan (land unit), peta penggunaan lahan eksisting, peta RTRWK, peta penunjukkan kawasan hutan, peta administrasi, kriteria kesesuaian lahan tanaman kakao dan data curah hujan. Data diperoleh dari Bappeda Kabupaten Padang Pariaman, Distannakhut Padang Pariaman, Stasiun Klimatologi Sicincin, Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP).
Data yang digunakan untuk analisis kelayakan finansial adalah biaya bibit kakao, upah dan pemakaian tenaga kerja, sarana produksi, harga jual biji kakao serta produksi kakao dalam satuan hektar. Data diperoleh melalui wawancara dan kuesioner dengan petani. Pengambilan petani sampel dilakukan secara purposive. Setelah dilakukan evaluasi kesesuaian lahan aktual pada lahan yang tersedia, maka sampel diambil pada tiap kecamatan yang kelas kesesuaian lahan paling luas. Petani sampel adalah petani yang memiliki curahan kerja utama pada usaha tani kakao dan kebun kakao tersebut telah berproduksi. Banyaknya sampel yang diambil yaitu sebanyak 20 orang per nagari sampel. Nagari yang dijadikan sampel adalah Nagari Pilubang di Kecamatan Sungai Limau dan Nagari Kuranji Hulu di Kecamatan Sungai Geringging.
Analisis rantai dan margin tata niaga serta integrasi pasar dalam rantai pemasaran biji kakao menggunakan data harga kakao di tingkat petani, harga kakao ditiap simpul rantai pemasaran biji kakao. Pedagang kakao yang dijadikan sampel meliputi pedagang pengumpul tingkat nagari 2 orang, tingkat kecamatan 2 orang dan tingkat kabupaten 2 orang. Penentuan pedagang yang dijadikan responden dilakukan secara purposive dengan tujuan untuk menghindari pengambilan sampel yang tidak tepat.
Tabel 3 Tujuan, jenis dan sumber data, teknik analisis data dan output yang diharapkan :
No. Tujuan Jenis Data Sumber Data Teknik Analisis Output yang diharapkan 1. Menentukan lokasi
berpotensi untuk
pengembangan perkebunan kakao secara biofisik dan ketersediaan lahan
Peta penggunaan lahan (land use) eksisting
Peta satuan lahan (land unit) Kabupaten Padang Pariaman
Peta Administrasi Kabupaten Padang Pariaman
Peta kawasan hutan
Kriteria kesesuaian lahan kakao
Peta RTRWK Padang Pariaman
Data curah hujan
Balai Besar Sumber daya Lahan Pertanian (BBSDLP)
Distannakhut Kab. Padang Pariaman
Bappeda Kab. Padang Pariaman
Stasiun Klimatologi Sicincin Padang Pariaman
Analisis spasial dengan Metode Sistem Informasi Geografis (SIG)
Diketahuinya wilayah yang berpotensi untuk pengembangan
perkebunan kakao rakyat berdasarkan aspek biofisik dan ketersediaan lahan
2. Menganalisis kelayakan finansial pengusahaan kebun kakao rakyat pada tiap kelas kesesuaian lahan
Usahatani perkebunan kakao rakyat (harga dan jumlah bibit, upah dan jumlah tenaga kerja, harga dan jumlah sarana produksi, harga jual biji kakao dan produksi kakao dalam satuan ha)
Kuesioner dan wawancara dengan petani kakao
NPV, Net B/C,IRR, analisis sensitivitas,
payback period
Diketahuinya kelayakan pengusahaan kebun kakao rakyat secara finansial pada tiap kesesuaian lahan 3. Menganalisis rantai dan
margin pemasaran serta integrasi pasar komoditas kakao di Kabupaten Padang Pariaman
Harga biji kering kakao di tingkat petani, harga biji kering kakao ditiap simpul rantai pemasaran biji kakao.
Kuesioner dan wawancara dengan petani dan
pedagang pengumpul ditiap simpul rantai pemasaran biji kakao.
Distannakhut Kab. Padang Pariaman
Analisis rantai dan margin pemasaran serta analisis integrasi pasar Diketahuinya tingkat efisiensi margin tataniaga dan keterpaduan pasar komoditas kakao di Kabupaten Padang Pariaman 4. Mengidentifikasi pendapat
stakeholders tentang faktor yang mempengaruhi pengembangan perkebunan kakao rakyat di Kab. Padang Pariaman
Hasil wawancara dan kuesioner Stakeholders Analytical HierarchyProses (AHP) Diketahui pendapat stakeholders terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan
perkebunan kakao rakyat 5. Menyusun arahan
pengembangan kebun kakao rakyat di Kabupaten Padang Pariaman
Hasil olahan empat tujuan sebelumnya Empat tujuan sebelumnya Sintesis Arahan pengembangan perkebunan kakao rakyat di Kabupaten Padang Pariaman 19
Menjaring pendapat stakeholder untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan perkebunan kakao dilakukan dengan teknik AHP melalui wawancara dan pengisian kuesioner pendahuluan dengan pendekatan
purposive sampling. Pengambilan sampel dari berbagai pihak yang terkait dengan usaha budidaya tanaman kakao baik dari unsur pelaku utama (petani kakao) yang tersebar di tiap kecamatan, Distannakhut, Bappeda Padang Pariaman, Anggota DPRD Kab. Padang Pariaman, Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan Kehutanan dan Ketahanan Pangan, DiskoperindagEsdm Padang Pariaman, Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKAI) Padang Pariaman. Jumlah responden 15 orang yang dipilih secara sengaja. Kuesioner pada tahap pertama dipadukan dengan referensi yang terkait dengan pengembangan kebun kakao akan menjadi dasar pertanyaan pada kuisioner utama untuk analisis AHP.
Kuesioner utama digunakan untuk menjaring pendapat responden guna mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengembangan perkebunan kakao di Kabupaten Padang Pariaman, wawancara dan pengisian kuesioner dilakukan dengan pendekatan purposive sampling dan responden (sampel) ditentukan berdasarkan pertimbangan penelitian. Dalam pelaksanaan AHP jumlah responden dipilih sebanyak 5 (lima) orang yang mewakili masing-masing
stakeholders tersebut diatas.
Arahan pengembangan perkebunan kakao rakyat di Kabupaten Padang Pariaman disusun dengan cara mensintesiskan hasil olahan dari empat tujuan penelitian sebelumnya. Pertimbangan dalam menyusun arahan pengembangan kebun kakao diantara menyangkut aspek biofisik, kelayakan pengusahaan kebun kakao secara finansial, pemasaran biji kakao serta pendapat stakeholders. Arahan pengembangan kebun kakao rakyat secara aspek biofisik dibuat kedalam tiga prioritas.