• Tidak ada hasil yang ditemukan

SURAT BERHARGA DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

B. Jenis-Jenis Surat Berharga

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka surat berharga

memiliki berbagai macam jenis. Jenis-jenis surat berharga itu memiliki bentuk dan

karakteristik yang berbeda-beda antara satu surat berharga dengan surat berharga yang

lain. Jenis-jenis surat berharga tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Wesel

Wesel adalah terjemahan atau berasal dari istilah Belanda wissel. Surat wesel adalah surat yang memuat kata wesel, yang diterbitkan pada tempat tertentu, di mana

30

Joni Emirzon, Hukum Surat Berharga dan Perkembangannya di Indonesia (Jakarta: PT. Prenhallindo, 2002), hlm. 30.

penerbit memerintahkan tanpa syarat kepada tersangkut untuk membayar sejumlah uang

tertentu kepada pemegang atau penggantinya, pada tanggal dan tempat tertentu.31

a. Istilah “wesel” harus dimuatkan dalam teksnya sendiri dan disebutkan dalam

bahasa surat itu ditulis.

Menurut ketentuan Pasal 100 KUHD, setiap surat wesel harus memuat syarat-

syarat formal berikut ini:

b. Perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.

c. Nama orang yang harus membayarnya (tersangkut).

d. Penetapan hari bayarnya (hari jatuh).

e. Penetapan tempat di mana pembayaran harus dilakukan.

f. Nama orang kepada siapa atau penggantinya pembayaran harus dilakukan.

g. Tanggal dan tempat surat wesel diterbitkan.

h. Tanda tangan yang menerbitkan

Ada 5 (lima) macam bentuk surat wesel yang diatur oleh undang-undang:

a. Wesel atas pengganti penerbit

Bentuk surat wesel atas pengganti penerbit (aan eigen order, to own order) dimungkinkan oleh Pasal 102 ayat 1 KUHD yang menyatakan penerbit dapat

menerbitkan surat wesel yang berbunyi atas pengganti penerbit. Maksudnya penerbit

menunjuk kepada dirinya sendiri sebagai pemegang pertama. Kekhususan bentuk surat

wesel macam ini ialah bahwa kedudukan penerbit sama dengan kedudukan pemegang

pertama.32

b. Wesel atas penerbit

31

arida Hasyim,Hukum Dagang (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Hlm. 240. 32

Menurut ketentuan Pasal 102 ayat 2 KUHD surat wesel dapat diterbitkan atas

penerbit sendiri. Maksudnya penerbit memerintahkan kepada dirinya sendiri untuk

membayar, jadi penerbit menunjuk dirinya sendiri sebagai pihak tersangkut.

Kekhususannya ialah kedudukan penerbit sama dengan kedudukan tersangkut. Jika

wesel ini diakseptasi, penerbitnya terikat baik sebagai penghutang regres maupun

sebagai akseptan. Wesel dalam bentuk ini biasanya diterbitkan oleh kantor pusat, yang

memerintahkan kantor cabangnya untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang

surat wesel tersebut. biasanya dilakukan dalam satu lingkungan perusahaan, misalnya di

kalangan perbankan.33

c. Wesel untuk perhitungan orang ketiga

Bentuk surat wesel dimungkinkan oleh Pasal 102 ayat KUHD yang menyatakan

bahwa surat wesel dapat diterbitkan untuk perhitungan orang ketiga (voor rekenig van een derde, for account of a third party). Penerbitan surat wesel ini bisa terjadi jika orang ketiga itu untuk tagihannya dimungkinkan untuk diterbitkan surat wesel, artinya ia

mempunyai rekening yang cukup dananya. Karena alasan tertentu ia minta kepada pihak

lain untuk menjadi penerbit surat wesel atas perhitungan rekeningnya itu. Biasanya

pihak yang diminta jadi penerbitnya itu adalah bank di mana orang ketiga itu

mempunyai rekening. Bank inilah bertindak sebagai penerbit surat wesel untuk

33

perhitungan bertindak untuk sebagai penerbit surat wesel untuk perhitungan orang

ketiga yang menyuruh menerbitkan wesel atas perhitungan rekeningnya.34

d. Wesel incasso

Wesel incasso (incasso wissel, collection draft) adalah bentuk surat wesel yang diterbitkan dengan tujuan untuk memberi kuasa kepada pemegang pertama menagih

sejumlah uang, tidak untuk diperjualbelikan. Kedudukan penerbit adalah sebagai

pemberi kuasa, sedangkan kedudukan pemegang pertama adalah pemegang kuasa untuk

menagih uang. Wesel incasso dimungkinkan oleh Pasal 102a ayat 1 KUHD. Menurut ketentuan Pasal ini, jika dalam wesel itu penerbit memuatkan kata-kata “harga untuk

ditagih”, atau “dalam pemberian kuasa”, atau “untuk incasso” , atau lain-lain kata yang berarti memberi perintah untuk menagih semata-mata, maka pemegang pertama bisa

melakukan semua hak yang timbul dari surat wesel itu, tetapi ia tidak bisa

mengendosemenkan kepada orang lain, melainkan dengan cara pemberian kuasa.35

e. Wesel berdomisili

Menurut ketentuan Pasal 100 ayat 5 KUHD surat wesel harus memuat nama

tempat di mana tersangkut harus melakukan pembayaran. Umumnya pembayaran itu

dilakukan di tempat kediaman tersangkut. Tetapi ketentuan ini tidak selalu demikian.

Menurut ketentuan Pasal 103 KUHD ada surat wesel yang harus dibayar di tempat

tinggal orang ketiga, baik di tempat tinggal tersangkut, maupun di tempat lain. Surat

wesel ini disebut surat wesel berdomisili.36

2. Surat cek 34 Ibid. Hlm. 65-66. 35 Ibid. Hlm. 69. 36 Ibid. Hlm. 71-72.

Cek berasal dari istilah cheque (bahasa Perancis). Definisi tentang cek sebenarnya tidak dirumuskan dalam perundang-undangan dan yang ada hanyalah peraturan tentang syarat-syarat formal sepucuk surat cek, yang terdapat dalam Pasal 178 KUHD. Atas dasar ini maka dapat disimpulkan definisi surat cek. Surat cek adalah surat yang memuat kata cek yang diterbitkan pada tanggal dan tempat tertentu, di mana penerbit memerintahkan tanpa syarat kepada bankir untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pemegang atau pembawa di tempat tertentu.

Menurut hukum surat berharga yang diatur dalam KUHD surat cek berbeda dengan surat wesel, walaupun kedua-duanya dapat dibayar dan atas penglihatan. Oleh karena itu kedua macam surat berharga ini pengaturannya berbeda dalam KUHD walaupun ada juga

persamaannya antara lain sebagai berikut:37

a. Fungsi ekonomis dalam lalu lintas pembayaran. Surat wesel

menitikberatkan fungsi ekonomis sebagai alat pembayaran kredit, yaitu untuk memperoleh uang kredit. Adapun surat cek menitikberatkan fungsi ekonomis sebagai alat pembayaran tunai, hal ini dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 205 ayat 1 KUHD. Setiap cek harus dibayar pada waktu yang diperlihatkan.

37

b. Waktu peredaran sebagai alat pembayaran kredit. Surat wesel mempunyai waktu peredaran yang lama bahkan bisa melebihi satu tahun, sedangkan surat cek sebagai alat pembayaran tunai mempunyai waktu peredaran yang singkat yaitu 70 hari (Pasal 206 ayat 1 KUHD).

c. Surat wesel sebagai alat pembayaran kredit harus dibayar pada

waktu tertentu yang telah ditetapkan dalam surat wesel, sedangkan surat cek harus dibayar pada waktu diperlihatkan (Pasal 205 ayat 1 KUHD).

d. Penerbitan surat wesel dapat diterbitkan atas bankir atau

bukan bankir. Sebagai alat pembayaran kredit, pemegang surat wesel dapat memperoleh pembayaran sebelum hari bayar dengan jalan mengendosemenkan surat wesel itu kepada orang lain. Adapun surat cek sebagai alat pembayaran tunai harus diterbitkan atas bankir. Apabila ingin memperoleh pembayaran, langsung saja diperlihatkan kepada banknya.

e. Lembaga akseptasi sebagai alat pembayaran kredit surat wesel

mengenal lembaga akseptasi, artinya sebelum hari bayar tiba perlu memperoleh kepastian terlebih dahulu dari tersangkut, sedangkan surat cek sebagai alat pembayaran tunai tidak mengenal lembaga akseptasi. Jadi, setiap waktu diperlihatkan oleh bankir, ia harus dibayar.

f. Klausul berbeda walaupun dapat diterbitkan atas penglihatan

(op zicht), surat wesel bersifat bersifat atas pengganti (aan

order). Adapun surat cek dapat diterbitkan atas pengganti dan

dapat juga atas tunjuk (aan toonder). Pada umumnya, surat cek

diterbitkan atas tunjuk sehingga peralihannya cukup dari tangan ke tangan.

3. Bilyet Giro

Bilyet Giro atau lebih dikenal dengan nama giro merupakan surat perintah dari nasabah kepada bank yang memelihara rekening giro nasabah tersebut, untuk memindahbukuan sejumlah uang dari rekening yang bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan namanya atau nomor rekening pada bank yang sama atau bank lainnya. Sama seperti halnya dengan cek , bilyet giro juga dapat ditarik dari bank lain yang bukan penerbit rekening giro. Proses penarikannya juga melalui kliring untuk dalam satu kota dan inkaso untuk luar kota

atau luar negeri.38

Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa bilyet giro bukanlah alat pembayaran tunai, berbeda dengan cek, melainkan alat pembayaran giral, dalam hal ini berfungsi sebagai sarana pemindahbukuan. Oleh karena itu, bilyet giro tidak dapat atau sukar diperdagangkan dalam pasar modal maupun pasar uang dan juga dapat beralih dari tangan yang satu ke tangan yang lain. Dengan

38

perkataan lain, bilyet giro tidak termasuk dalam golongan surat berharga, melainkan surat yang mempunyai harga. Bilyet giro berfungsi sebagai warkat pemindahbukuan sejumlah dana dari rekening penarik (nasabah bank) kepada rekening penerima (nasabah bank) melalui tertarik (bank).

Secara sederhana surat promess atas atas pembawa atau unjuk

(promesse an toonder) itu berisikan kesanggupan penandatangan untuk

melakukan pembayaran sejumlah uang tertentu pada saat diperlihatkan kepada pemegang/tertunjuk. Sebagaimana hal surat

sanggup, dalam penerbitan promess hanya melibatkan dua pihak saja,

yaitu pihak penandatangan sebagai penerbit dan pihak pemegang/tertunjuk.

4. Saham

Saham adalah surat tanda bukti pemilikan suatu perseroan terbatas sebagai suatu investasi modal yang akan memberikan hak

atas dividen perusahaan yang bersangkutan. 39

39

Edilius dan Sudarsono,Kamus Ekonomi Uang dan Bank, (Jakarta:Rineka Cipta, 1994), hlm. 239.

Implikasi dari kepemilikan atas saham mencerminkan kepemilikan atas suatu perusahaan. Berbeda dengan obligasi, saham tidak memiliki jatuh tempo dan tidak memberikan pendapatan tetap.

Nilai suatu saham dapat dipandang dalam 4 (empat) konsep yang

memberikan makna berbeda-beda, yaitu:40

a. Nilai nominal (state value), yaitu nilai per lembar saham yang

berkaitan dengan kepentingan akuntansi dan hukum. Nilai nominal tidak mengukur nilai riil suatu saham, tetapi hanya digunakan untuk menentukan besarnya modal disetor penuh dalam neraca, yakni nilai nominal saham dikalikan jumlah saham yang dikeluarkan perusahaan.

b. Nilai buku per lembar saham (book value pershare), yaitu total

ekuitas dibagi jumlah saham beredar. Nilai buku ini menunjukkan nilai aktiva bersih per lembar saham yang dimiliki oleh pemegangnya.

c. Nilai pasar (market value), nilai suatu saham yang ditentukan

oleh permintaan dan penawaran saham di bursa saham.

d. Nilai fundamental, tujuan perhitungan nilai saham fundamental

adalah untuk menentukan harga wajar suatu saham agar harga

saham tersebut mencerminkan nilai saham yang sebenarnya (riil

value), sehingga tidak terlalu mahal (overpriced). Perhitungan

nilai fundamental suatu saham adalah mencari nilai sekarang

(present value) dari semua aliran kas di masa mendatang baik

yang berasal dari deviden maupun capital gain/capital loss.

40

Dyah Ratih Sulistyastuti, Saham dan Obligasi Ringkasan Teori dan Praktek, Universitas Atmajaya. Jakarta. 2006. Hal 1-2.

Ada dua sumber pendapatan saham, yaitu capital gain dan

deviden. Capital gain adalah keuntungan yang diperoleh pemegang

saham apabila harga jual saham melebihi harga belinya. Sebaliknya

capital loss, yaitu kerugian akibat harga beli saham lebih tinggi

dibanding harga saham ketika dijual.41Deviden merupakan bagian

keuntungan perusahaan yang menjadi hak pemegang saham. Deviden

adalah laba bersih perusahaan setelah dipotong pajak (net income after

tax / NIAT) atau laba ditahan (retained earning) yang akan digunakan

oleh perusahaan untuk mendanai berbagai aktifitas perusahaan seperti

ekspansi penelitian maupun inovasi perusahaan.42

5. Obligasi (Bonds)

Obligasi (bonds) adalah surat hutang jangka menengah dan

jangka panjang yang dapat dialihkan. Obligasi berisi janji dari pihak penerbit obligasi untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi. Jadi, transaksi obligasi dapat berakibat hukum terjadinya utang piutang. Perusahaan penerbit obligasi disebut pihak yang memiliki utang (berutang/debitor), sedangkan pembeli

obligasi disebut pihak yang memiliki piutang (berpiutang/kreditor).43

6. Sertifikat Bank Indonesia

41

Tavinayati dan Yulia Qamariyanti, Hukum Pasar Modal di Indonesia, Sinar Grafika. Jakarta, 2009. Hal 18

42 Ibid. 43

Iswi Hariyani dan Ir. R. Serfianto, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal, Visi Media. Jakarta. 2010. Hal. 205.

Sertifikat Bank Indonesia atau disingkat dengan nama SBI mulai diatur penerbitannya dengan Keputusan Presiden Nomor 5 tahun 1984 tentang Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia yang mengacu pada

undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Bank Central.44

7. Sertifikat Dana

Dalam pasal 1 angka 2 SK Direksi Bank Indonesia No.31/67/KEP/DIR tentang penerbitan dan perdagangan SBI serta intervensi rupiah, dijelaskan bahwa Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas tunjuk dalam rupiah yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek dengan sistem diskont

Sertifikat dana adalah sertifikat yang diterbitkan oleh PT. Danareksa berdasarkan dukungan dana yang dihimpunnya denga cara membeli

banyak saham dari beberapa perusahaan go public yang bonafit. Pemegang

sertifikat dana mendapat dividen dari PT. Danareksa pada umumnya dua kali setahun. Sertifikat dana diterbitkan atas unjuk, sehingga dapat

dialihkan/dijual dengan mudah.45

8. Sertifikat Saham

Sertifikat saham adalah sertifikat yang diterbitkan oleh PT Danareksa selaku pengelola dan pengumpul dana dari masyarakat yang membuktikan bahwa pemegangnya memiliki sebagian, satu atau beberapa lembar saham dari perseroan terbatas tertentu. Pemegangnya mendapat

dividen dari PT Danareksa sesuai dengan dividen perseroan terbatas yang

44

Muhamad Djumhana,Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,2006), hlm. 372.

45

menerbitkan sahamnya. Sertifikat saham diterbitkan atas unjuk, sehingga

dapat diperjualbelikan dengan mudah.46