• Tidak ada hasil yang ditemukan

SURAT BERHARGA DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

A. Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur sesuai dengan cita-cita dan tujuan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun 1945, maka perlu ditingkatkan kemampuan serta kemandirian untuk melaksanakan pembangunan ekonomi nasional secara berkesinambungan dengan bertumpu pada kekuatan masyarakat. Selain itu jika diperhatikan tingkat pertumbuhan serta mobilisasi dana melalui pasar keuangan pada saat ini, sesungguhnya telah merefleksikan upaya partisipasi masyarakat secara optimal dalam program pembiayaan pembangunan nasional melalui mekanisme pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menyebutkan bahwa pembangunan harus diselenggarakan dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip kemandirian. Pembangunan ekonomi nasional harus diupayakan atas dasar kekuatan sendiri sehingga pembangunan

tersebut dapat terlaksana secara berkelanjutan.1

Keberhasilan pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 ditentukan oleh adanya kemandirian bangsa untuk melaksanakan pembangunan ekonomi nasional secara berkesinambungandengan bertumpu pada kekuatan masyarakat, partisipasi masyarakat secara optimal dalam program pembiayaan pembangunan nasional melalui mekanisme pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dapat dipertanggungjawabkan, dan juga kepastian hukum kepada pemodal dan komitmen pemerintah untuk mengelola sektor keuangan

yang transparan, professional, dan bertanggungjawab.2

Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena

pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan

usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat

pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk

pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar

modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan

seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat

menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko

masing-masing instrument.3

2

Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2002 Tentang Surat

Utang Negara, Bagian Umum.

3

Keberadaan pasar modal di Indonesia merupakan salah satu faktor penting

dalam pembangunan perekonomian nasional, terbukti telah banyak industri dan

perusahaan yang menggunakan institusi ini sebagai media untuk menyerap investasi dan

media untuk memperkuat posisi keuangannya. Secara faktual pasar modal telah menjadi

pusat saraf finansial (financial nerve centre) pada dunia ekonomi modern dewasa ini, bahkan perekonomian modern tidak akan mungkin dapat eksis tanpa adanya pasar

modal yang tangguh dan berdaya saing global serta terorganisir dengan baik. Selain itu,

pasar modal juga dijadikan salah satu indikator bagi perkembangan perekonomian suatu

Negara.4

Investasi dimaksudkan sebagai kegiatan pemanfaatan dana yang dimiliki dengan

menanamkannya ke usaha/proyek baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan

harapan akan mendapatkan sejumlah keuntungan dari investasi tersebut di kemudian

hari.5

Investasi mengenal harga. Harga adalah nilai jual atau beli dari sesuatu yang

diperdagangkan. Investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Dengan posisi

semacam ini, investasi pada hakikatnya juga merupakan langkah awal kegiatan

pembangunan ekonomi. Dinamika dari investasi mempengaruhi tinggi rendahnya

pertumbuhan ekonomi, mencerminkan marak lesunya pembangunan. Dalam upaya

menumbuhkan perekonomian, setiap Negara senantiasa berusaha menciptakan iklim

yang dapat menggairahkan investasi.6

4

Ishomuddin. 2010. Analisis Pengaruh variabel Makroekonomi Dalam dan Luar Negeri terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI periode 1999.1-2009.12 (Analisis Seleksi Model

OLS-ARCH/GARCH), (Semarang: Universitas Diponegoro), hlm.10.

5

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, cetakan Kedua, Edisi Revisi, (Bandung, Citra Aditya Bakti, 2002), hlm.331.

6

Investasi dimaksud akan meningkatkan produk domestik bruto(PDB), dan

apabila pertumbuhan investasi mengalami stagnasi, pada akhirnya akan mempengaruhi

laju pertumbuhan PDB secara keseluruhan. Lebih rinci dapat disebutkan tentang

manfaat investasi bagi pembangunan ekonomi, yaitu:7

1. Investasi dapat menjadi salah satu alternatif untuk memecahkan kesulitan modal

yang sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan nasional.

2. Industri yang dibangun dengan investasi akan dikontribusi dalam perbaikan sarana

dan prasarana, yang pada gilirannya akan menunjang pertumbuhan industri-industri

turunan di wilayah sekitarnya.

3. Investasi turut serta membantu pemerintah memecahkan masalah lapangan kerja,

yakni akan menciptakan lowongan kerja untuk tenaga terampil maupun untuk

tenaga kerja yang tidak terampil.

4. Investasi akan memperkenalkan teknologi dan pengetahuan baru yang bermanfaat

bagi peningkatan keterampilan pekerja dan efisiensi produksi.

5. Investasi akan memperbesar perolehan devisa yang didapatkan dari industri yang

hasil produksinya sebagian besar ditujukan untuk ekspor.

Untuk mencapai tujuan investasi, investasi membutuhkan suatu proses dalam

pengambilan keputusan, sehingga keputusan tersebut sudah mempertimbangkan

ekspektasi return yang didapatkan dan juga resiko yang dihadapi. Pada dasarnya ada

beberapa tahapan dalam pengambilan keputusan investasi antara lain:8

1. Menentukan kebijakan investasi

7

Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004),hlm.10.

8

Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm.9.

Pada tahapan ini, investor menentukan tujuan investasi dan

kemampuan/kekayaannya yang dapat diinvestasikan. Dikarenakan ada hubungan

positif antara resiko dan return, maka hal yang tepat bagi para investor untuk

menyatakan tujuan investasinya tidak hanya untuk memperoleh banyak keuntungan

saja, tetapi juga memahami bahwa ada kemungkinan resiko yang berpotensi

menyebabkan kerugian. Jadi tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam

keuntungan maupun resiko.

2. Analisis sekuritas.

Pada tahap ini berarti melakukan analisis sekuritas yang meliputi penilaian terhadap

sekuritas secara individual atau beberapa kelompok sekuritas. Salah satu tujuan

melakukan penilaian tersebut adalah untuk mengidentifikasi sekuritas yang salah

harga (mispriced). Adapun pendapat lainnya mereka yang berpendapat bahwa harga sekuritas adalah wajar karena mereka berasumsi behwa pasar modal efisien.

Dengan demikian. Pemilihan sekuritas bukan didasarkan atas kesalahan harga tetapi

didasarkan atas preferensi resiko para investor, pola kebutuhan kas, dan sebagainya.

3. Pembentukan portofolio

Pada tahapan ketiga ini adalah membentuk portofolio yang melibatkan identifikasi

aset khusus mana yang akan diinvestasikan dan juga menentukan seberapa besar

investasi pada tiap asset tersebut. Didini masalah selektifitas pada tiap aset tersebut.

Di sini masalah selektifitas, penentu waktu, dan diversifikasi perlu menjadi

perhatian investor.

Pada tahapan ini, berkenaan dengan pengulangan secara periodik dari tiga langkah

sebelumnya. Sejalan dengan waktu, investor mungkin mengubah tujuan

investasinya yaitu membentuk portofolio baru yang lebih optimal. Motivasi lainnya

disesuaikan dengan preferensi investor tentang resiko dan return itu sendiri. 5. Evaluasi kinerja portofolio

Pada tahapan ini, investor melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio secara

periodik dalam arti tidak hanya return yang diperhatikan tetapi juga resiko yang dihadapi. Jadi, diperlukan ukuran yang tepat tentang return dan resiko juga standar yang relevan.

Salah satu instrumen yang diperdagangkan dalam pasar modal untuk

berinvestasi adalah surat utang. Utang pada dasarnya adalah salah satu alternatif yang

dilakukan karena berbagai alasan yang rasional. Dalam alasan-alasan yang rasional itu

ada muatan urgensi dan ada pula muatan ekspansi. Muatan urgensi tersebut maksudnya

adalah utang mungkin dipilih sebagai sumber pembiayaan karena derajat urgensi

kebutuhan yang membutuhkan penyelesaian segera. Sedangkan muatan ekspansi berarti

utang dianggap sebagai alternatif pembiayaan yang melalui berbagai perhitungan teknis

dan ekonomis dianggap dapat memberikan keuntungan.9

Kebijakan pemerintah dalam pengelolaan dan pembiayaan hutang bertujuan

untuk mengoptimalkan pemanfaatan dana pinjaman baik yang berasal dari dalam

maupun dari luar negeri serta menggerakkan pasar keuangan yang berbasis syariah

9

Yuswar Zainul Basri dan Mulyadi Subri, Keuangan Negara dan Analisis Kebijakan Utang

(termasuk Surat Berharga Syariah Negara/SBSN). Sasaran yang dituju dalam program

ini adalah:10

1. Tercapainya penyerapan pinjaman luar negeri yang maksimal sehingga dana

pinjaman dapat digunakan tepat waktu.

2. Adanya penyempurnaan strategis pinjaman pemerintah.

3. Adanya penyempurnaan kebijakan pinjaman/hibah daerah yang sesuai dengan

kemampuan fiskal daerah.

4. Adanya penyempurnaan mekanisme penerusan pinjaman dari pemerintah pusat

kepada pemerintah daerah.

5. Adanya penyempurnaan mekanisme sumber pembiayaan APBN melalui

pengelolaan Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara

(SBSN).

Dengan kondisi perekonomian yang sedang melambat saat ini, Pemerintah

memerlukan sumber pendanaan untuk membiayai program pembangunan jangka

panjang dengan menerbitkan SBN. Ketersediaan SBN dan likuiditas pasar SBN

merupakan faktor penting dalam stabilitas perekonomian dan kedua faktor tersebut

sangat dipengaruhi oleh peran dari investor. Kebutuhan pendanaan Pemerintah dalam

SBN tersebut sesuai dengan karakteristik Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank yang

merupakan long term investor(investor jangka panjang).11

10

Muchtarudin Siregar, Pinjaman Luar Negeri dan Pembiayaan Pembangunan di

Indonesia,(Jakarta: FEUI, 1991), hlm.2

11 Penjelasan atas POJK No.1/POJK.05/20162015 Tentang Investasi Surat

Berharga Negara Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank Bagian Umum.

Sehingga pemerintah melalui

lembaga OJK mengeluarkan ketentuan mengenai kegiatan investasi oleh lembaga jasa

No.1/POJK.05/20162015 Tentang Investasi Surat Berharga Negara Bagi Lembaga Jasa

Keuangan Non-Bank Bagian Umum.

Hal-hal diatas kiranya menjadi alasan dan dasar dalam menulis skripsi ini

sekaligus mengetengahkan permasalahan sebelum diuraikan lebih lanjut lagi dalam bab-

bab berikutnya. Oleh karena hal-hal di atas maka penulis mengambil judul ”Analisis Yuridis Kegiatan Investasi Surat Berharga Negara Oleh Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank ditinjau dari POJK No.1/POJK.5/2016”.

.