• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Kegiatan Investasi Surat Berharga Negara Oleh Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank Ditinjau Dari POJK No.1/POJK.5/2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yuridis Kegiatan Investasi Surat Berharga Negara Oleh Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank Ditinjau Dari POJK No.1/POJK.5/2016"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Anwar, Saiful. Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara.Depok: Glora Madani Press, 2004.

Amiruddin dan H. Zainal Asikin.Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006.Basri, Yuswar Zainul dan Mulyadi Subri.Keuangan Negara dan Analisis Kebijakan Utang Luar Negeri.

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.

Ashshofa, Burhan. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Emirzon, Joni. Hukum Surat Berharga dan Perkembangannya di Indonesia.

Jakarta: PT. Prenhallindo, 2002.

Erawati, A.F Ellydan J.S.Badudu, Kamus Hukum Ekonomi Indonesia-Inggris. Jakarta:Penerbit ELIPS,edisi pendahuluan,1996.

Fuady, Munir.Pengantar Hukum Bisnis: Menata Bisnis Modern di Era Global. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2008.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta:Penerbit Balai Pustaka, 1995, Edisi ke-4.

Downes, John dan Jordan Elliot Goodman.Kamus Istilah Keuangan & Investasi.

Jakarta:Penerbit Elex Media Komputendo,1994.

Dumairy.Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga, 1996.

Harahap,M.Yahya Segi-Segi Hukum Perjanjian, Cetakan Ke-2. Bandung: Alumni, 1986.

Hariyani, Iswi dan R. Serfianto.Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal. Jakarta: Visi Media. 2010.

Harjono,Dhaniswara K. Hukum Penanaman Modal, Ed. Pertama, Cet. Pertama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.

Hartono, Sunarjati.Masalah-Masalah Dalam Joint Venture antara Modal Asing dan ModalIndonesia. Bandung: Alumni, 1974.

(2)

Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution.Investasi Pada Pasar Modal Syariah. Jakarta: Kencana, 2008.

Ilmar, Aminuddin.Hukum Penanaman Modal di Indonesia. Jakarta: Prenada Media, 2004.

Ishomuddin. Analisis Pengaruh variabel Makroekonomi Dalam dan Luar Negeri terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI periode 1999.1-2009.12 (Analisis Seleksi Model OLS-ARCH/GARCH). Semarang: Universitas Diponegoro, 2010.

Juwana, Hikmawanto.Hukum Ekonomi dan Hukum Internasiona. Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2002.

Karim,Adiwarman A. Ekonomi Makro Islami, Edisi Kedua. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

Kasmir. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers, 2015.

Muhammad,Abdulkadir.Hukum Perusahaan Indonesia, cetakan Kedua, Edisi Revisi, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002.

.Hukum Dagang Tentang Surat-Surat Berharga. Bandung: Citra Aditya Bakti,1998.

Nasution, Asmin.Transparansi Dalam Penanaman Modal, Cet. Pertama. Medan: Pustaka Bangsa Press, 2008.

Nurastuti,Wiji. Teknologi Perbankan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011. Prayudi.Hukum Administrasi Negara.(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981.

Prodjodikoro, Wirjono.Hukum Wesel, Cek dan Aksep di Indonesia. Bandung: Sumur, 1992.

Purwosutjipto, H.M.N.Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia jilid 7. Bandung: Djambatan, 1990.

Rahardjo, Sapto. Panduan Investasi Obligasi. Jakarta: Gramedia, 2003.

Rakhmawati, N. Rosyidah, Hukum Penanaman Modal di Indonesia Dalam Menghadapi Era Global, Cet. Kedua. Malang: Bayumedia Publishing, 2004.

(3)

Salim H. S. dan Budi Sutrisno. Hukum Investasi di Indonesia, Ed. Pertama. Jakarta: Rajawali Pers, 2008.

Sembiring, Sentosa.Hukum Investasi: Pembahasan Dilengkapi Dengan Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Cet. Kedua, Ed. Revisi. Bandung: Nuansa Aulia, 2010.

Simanjuntak, Emmy Pangaribuan.Hukum Dagang Surat-Surat Berharga.

Yogyakarta: Penerbit Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, 1993.

Siregar, Muchtarudin.Pinjaman Luar Negeri dan Pembiayaan Pembangunan di Indonesia. Jakarta: FEUI, 1991.

Subekti, Aneka Perjanjian, Cetakan Kesepuluh. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2003.

Soekanto,Soerjono.Pengantar Penelitian Hukum.Jakarta: UI Press, 2014.

Soemitro, Ronny Hanitijo. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983.

Sulistyastuti, Dyah Rati.Saham dan Obligasi Ringkasan Teori dan Praktek. Jakarta: Universitas Atmajaya, 2006.

Sumantoro.Hukum Ekonomi. Jakarta: Universitas Indonesia,1986.

Sunariyah. Pengantar Pengetahuan Pasar ModalEdisi: ed. 3. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2003.

Suny, Ismail dan Rochmat Rudiro, Tinjauan dan Pembahasan Undang-Undang PenanamanModal Asing dan Kredit Luar Negeri. Jakarta: Pradjna Paramita, 1998.

Sutedi,Adrian.Segi-Segi Hukum Pasar Modal. Bogor: Ghalia Indonesia, 2009. Tan, Inggrid.Bisnis dan Investasi Sistem Syariah. Yogyakarta: Universitas Atma

Jaya, 2009.

(4)

Vicky Ho, Juajir Sumardi, Muhammad Ashri.Fungsi Otoritas Jasa Keuangan Dalam Penanganan Kejahatan Manipulasi Pasar Di Pasar Modal. Makassar: Universitas Hasanuddin. 2010.

Widoatmodjo, Saswidji. “Pasar Modal Indonesia”, Pengantar dan Studi Kasus, Seri Akademis. Bogor: Ghalia Indonesia, 2009.

Yanto Bashri (ed).“Mau kemana Pembangunan Ekonomi Indonesia. Prisma pemikiran Prof. Dr.Dorodjatun Kuntjoro-Jakti”. Jakarta: Predna Media, 2003.

B. Peraturan

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 24 tahun 2002 Tentang Surat Utang Negara

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Republik Indonesia, Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.

Republik Indonesia, Undang -Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 53/PMK.010/2012 Tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi Dan Perusahaan Reasuransi.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.010/2008 Tentang Investasi Dana Pensiun.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 222 /PMK.010/2008 Tentang Perusahaan Penjaminan Kredit Dan Perusahaan Penjaminan Ulang Kredit.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 99/PMK.010/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 222 /PMK.010.2008 tentang perusahaan Penjaminan Kredit dan Perusahaan Penjaminan Ulang kredit.

(5)

Peraturan OJK No.1/POJK.05/20162015 Tentang Investasi Surat Berharga Negara Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank Bagian Umum.

C. Jurnal

Cahyana, “Kajian tentang Manajemen Surat Utang Negara (SUN) dan Pengaruhnya terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)”. JURNAL EKONOMI & BISNIS. 2004.

Departemen Keuangan, Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Surat Utang Negara Tahun 2004-2009.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Perkembangan Utang Negara (Pinjaman dan Surat Berharga Negara), Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, Departemen Keuangan Republik Indonesia.Juli 2011.

Zainal Arifin Mochtar dan Iwan Satriawan, JURNAL KONSTITUSI, Volume 6, Nomor 2. 2009.

D. Website

Ali.

pada 15 Juni 2016)

Pengertian Penanaman Modal, https://ensiklopediaindonesia.com (diakses pada 14 Juni 2016)

Tim Kerjasama Penelitian FEB UGM dan FE UI, “Alternatif Struktur OJK Yang Optimum: Kajian Akademik”, Melalui http://xa. yimg.com/kq/groups/ 24063110/2095520493/name/ KajiAkademik OJK-UI-UGMversi+230810.pdf (diakses pada 10 Juni 2016)

http://pasardana.com/2013-ojk-menjadi-pengawas-pasar-modal/ diakses tgl 4 Juni 2016http://infomoneter.com/struktur-regulasi-independensi-otoritas-jasa-keuangan/ (diaksestgl 4 Juni 2016)

(6)

http://jaringnews.com/politik-peristiwa/opini/53732/catatan-ekonomi-akhirtahunranjau-ranjau-ojk (diakses tgl 5 Juni 2016)

http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2012/11/08/awal-2013-tampil-lembagasuperotoritas-jasa-keuangan-ojk-506792.html (diakses tgl 6 Juni 2016)

http://yudisamara.org/2014/01/03/otoritas-jasa-keuangan/ (diakses tgl 6 Juni 2016)

(7)

BAB III

KETENTUAN KEGIATAN INVESTASI OLEH LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

F. Pengertian dan Tujuan Investasi

Dampak yang sangat terasa dengan terjadinya globalisasi yakni arus informasi

begitu cepat sampai di tangan masyarakat. Jadi tidaklah mengherankan, jika berbagai

pihak khususnya dikalangan pebisnis berlomba memburu informasi, sebab siapa yang

mampu menguasai informasi dengan cepat, maka dialah yang terdepan. Demikian juga

halnya arus transportasi dari satu negara ke negara lain dapat begitu cepat dan mudah

diakses oleh masyarakat. Hal ini semua tentu berkat dukungan teknologi yang terus

digunakan dan dikembangkan oleh para ahlinya. Dengan semakin dekatnya batas antara

satu negara dengan negara lainnya maka peluang untuk berinvestasi, terlebih lagi

hampir semua negara dewasa ini sudah membuka diri bagi investor asing sangat terbuka

luas.65

Terutama bagi negara-negara yang sedang membangun seperti Indonesia sehingga

kompetisi untuk merebut investasi berada dalam kondisi yang semakin ketat dan

kompetitif. Hal ini terutama disebabkan kebutuhan akan modal pembangunan yang

besar selalu menjadi masalah utama dalam kegiatan penanaman modal (investasi). Untuk itu, cukup beralasan jika setiap negara saling bersaing untuk menarik calon

investor untuk menanamkan modal atau berinvestasi di negaranya baik dari dalam

negeri maupun asing.

66

65

Yanto Bashri (ed).“Mau kemana Pembangunan Ekonomi Indonesia?. Prisma pemikiran Prof.

Dr.Dorodjatun Kuntjoro-Jakti”(Jakarta: Predna Media, 2003),hlm. 12-13.

66 Hikmawanto Juwana, Hukum Ekonomi dan Hukum Internasional (Jakarta:

(8)

Sebenarnya istilah penanaman modal merupakan terjemahan kata “investment” berasal dari bahasa Inggris yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai

penanaman modal atau investasi.67 Istilah investasi ataupenanaman modal

merupakan istilah yang dikenal dalam kegiatan bisnis sehari-hari maupun dalam bahasa

perundang-undangan. Istilah investasi merupakan istilah yang populer dalam dunia

usaha, sedangkan istilah penanaman modal lazim digunakan dalam

perundang-undangan. Namun pada dasarnya kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang

sama, sehingga kadangkala digunakan secara interchangeable.68

Penanaman modal dalam dekade terakhir, tidak saja merupakan kebutuhan

penting bagi suatu negara dalam pengembangan pembangunan ekonomi. Namun, juga

merupakan sarana utama dalam pengembangan suatu industri.69

Secara umum, investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan

baik oleh orang pribadi (natural person) maupun badan hukum (judicial person), dalam upaya meningkatkan dan/atau mempertahankan nilai modalnya, baik yang berbentuk

uang tunai (cash money), peralatan (equipment), aset tak bergerak, hak atas kekayaan intelektual, maupun keahlian.70

1. Dalam kamus istilah keuangan dan investasi digunakan istilah investment

(investasi) yang mempunyai arti: “penggunaan modal untuk menciptakan uang, Berikut merupakan beberapa pengertian investasi yang dikutip dari berbagai

sumber:

67

N. Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia Dalam Menghadapi Era

Global, Cet. Kedua (Malang: Bayumedia Publishing, 2004), hlm. 3.

68

Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, Cet. Pertama, Ed. Pertama (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 3.

69

N. Rosyidah Rakhmawati, Op. cit., hlm. 1. 70

(9)

baik melalui sarana yang menghasilkan pendapatan maupun melalui ventura yang

lebih berorientasi ke resiko yang dirancang untuk mendapatkan modal. Investasi

dapat pula berarti menunjuk ke suatu investasi keuangan (dimana investor

menempatkan uang ke dalam suatu sarana) atau menunjuk ke investasi suatu usaha

atau waktu seorang yang ingin memetik keuntungan dari keberhasilan

pekerjaannya.”71

2. Dalam ensiklopedia ekonomi keuangan perdagangan, dijelaskanistilah investment

atau investasi, penanaman modal digunakan untuk: “penggunaan atau pemakaian

sumber-sumber ekonomi untuk produksi barang produsen atau

barang-barang konsumen. Dalam arti yang semata-mata bercorak keuangan, investment

mungkin berarti penempatan dana-dana (capital) dalam suatu perusahaan selama jangka waktu yang relatif panjang supaya memperoleh suatu hasil yang teratur

dengan maksimum keamanan.”72

3. Dalam kamus istilah keuangan dan investasi dikemukakan investment (investasi) mempunyai dua makna yakni: “Pertama, investasi berarti pembelian saham, obligasi, dan bendabenda tidak bergerak, setelah dilakukan analisa akan menjamin

modal yang dilekatkan dan memberikan hasil yang memuaskan. Faktor-faktor

tersebut yang membedakan investasi dengan spekulasi. Kedua, dalam teori ekonomi, investasi berarti pembelian alat produksi (termasuk di dalamnya

benda-benda untuk dijual) dengan modal berupa uang.”73

71

Sentosa Sembiring, Hukum Investasi: Pembahasan Dilengkapi Dengan Undang- Undang

Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Cet. Kedua, Ed. Revisi (Bandung: Nuansa Aulia,

2010), hlm. 31. 72

Pengertian Penanaman Modal, https://ensiklopediaindonesia.com (diakses pada 14 Juni 2016) 73

(10)

4. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan, investasi berarti:

Pertama, penanaman uang atau modal di suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan; dan Kedua, jumlah uang atau modal yang ditanam.74

5. Dalam kamus hukum ekonomi digunakan terminologi, investment, penanaman modal, investasi yang berarti penanaman modal yang biasanya dilakukan untuk

jangka panjang misalnya berupa pengadaan aktiva tetap perusahaan atau membeli

sekuritas dengan maksud untuk memperoleh keuntungan.75

6. Dalam UUPM, penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal,

baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk

melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.76

Penanaman modal mempunyai arti yang sangat penting bagi pembangunan

ekonomi nasional sebagaimana tujuan yang hendak dicapai melalui adalah sebagai

berikut:77

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

2. Menciptakan lapangan kerja.

3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan.

4. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional.

5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional.

6. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan.

74

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia9KBBI) (Jakarta:Penerbit Balai Pustaka, 1995, Edisi ke-4), hlm. 386.

75

A.F Elly Erawati dan J.S.Badudu, Kamus Hukum Ekonomi Indonesia-Inggris (Jakarta:Penerbit ELIPS,edisi pendahuluan,1996), hlm. 69.

76

Pasal 1 angka 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal 77

(11)

7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan

dana yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tujuan penyelenggraan penanaman modal tersebut hanya dapat tercapai

apabila faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi,

antara lain dengan perbaikan koordinasi antar instansi pemerintah pusat dan daerah,

penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya

ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di bidang

ketenagakerjaan dan keamanan berusaha.78

B. Bentuk-Bentuk Investasi

Pada dasarnya, investasi dapat digolongkan berdasarkan aset, pengaruh,

ekonomi, menurut sumbernya, dan cara penanamannya, berikut penjelasannya:79

1. Investasi berdasarkan asetnya. Investasi berdasarkan asetnya merupakan

penggolongan investasi dari aspek modal atau kekayaannya. Investasi berdasarkan

asetnya dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Real asset merupakan investasi yang berwujud, seperti gedung-gedung, kendaraan dan sebagainya.

b. Financial asset merupakan dokumen klaim tidak langsung pemegangnya terhadap aktivitas riil pihak yang menerbitkan sekuritas tersebut.

78

Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal, Tinjauan Terhadap Pemberlakuan UU

No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal (Jakarta: Penerbit Rajawali Press, 2007), hlm. 107.

79

(12)

2. Investasi berdasarkan pengaruhnya yakni investasi yang didasarkan pada

faktor-faktor yang mempengaruhi atau tidak berpengaruh dari kegiatan investasi. Investasi

berdasarkan pengaruhnya dibagi menjadi dua macam yaitu sebagai berikut:

a. Investasi autonomus (berdiri sendiri) merupakan investasi yang dipengaruhi tingkat pendapatan, bersifat spekulatif. Misalnya, pembelian surat-surat

berharga.

b. Investasi induced (mempengaruhi-menyebabkan) merupakan investasi yang dipengaruhi kenaikan permintaan akan barang jasa serta tingkat pendapatan.

Misalnya, penghasilan yang didapat selain dari bekerja, seperti bunga dan

sebagainya.

3. Investasi berdasarkan bentuknya. Investasi berdasarkan bentuknya merupakan

investasi yang didasarkan pada cara menanamkan investasinya. Investasi cara ini

dibagi menjadi dua macam, yaitu:

a. Investasi portofolio. dilakukan melalui pasar modal dengan instrumen surat

berharga, seperti saham dan obligasi.

b. Investasi langsung, merupakan bentuk investasi dengan jalan membangun,

membeli total, atau mengakuisisi perusahaan

4. Investasi berdasarkan sumber pembiayaannya. Investasi berdasarkan sumber

pembiayaannya merupakan investasi yang didasarkan pada asal-usul investasi itu

diperoleh. Investasi ini dibagi menjadi dua macam, yaitu:

a. Investasi yang bersumber dari modal dalam negeri (PMDN) merupakan

(13)

b. Investasi yang bersumber dari modal asing (PMA) merupakan investasi yang

bersumber dari pembiayaan luar negeri.

Penanaman modal asing di Indonesia dapat dilakukan oleh pihak

asing/perorangan atau badan hukum ke dalam suatu perusahaan yang seratus persen

diusahakan oleh pihak asing atau dengan menggabungkan modal asing itu dengan

modal nasional.

Menurut Ismail Suny ada 3 (tiga) macam kerjasama antara modal asing dengan

modal nasional berdasarkan undang-undang penanaman modal asing No. 1 Tahun 1967

yaitu joint venture, joint enterprise dan kontrak karya.80

1) Joint Venture

Dalam hal joint venture para pihak tidak membentuk badan hukum yang baru, akan tetapi kerjasama semata-mata

bersifat kontraktuil, sedangkan dalam joint enterprise terjadi penggabungan modal asing dengan modal nasional ke dalam satu badan hukum Indonesia dan dalam kontrak

kerja pihak asing membentuk suatu badan hukum Indonesia dan badan hukum

Indonesia ini bekerjasama dengan badan hukum (nasional) Indonesia yang lain.

Joint venture merupakan kerjasama antara pemilik modal asing dengan pemilik modal nasional semata-mata berdasarkan suatu perjanjian belaka (contractual). Misalnya bentuk kerjasama antara Van Sickle Associates Inc.,(suatu badan hukum yang berkedudukan di Delaware, AmerikaSerikat) dengan PT Kalimantan Plywood Factory

(suatu badan hukum Indonesia) untuk bersama-sama mengolah kayu di Kalimantan

Selatan.

80

Ismail Suny dan Rochmat Rudiro, Tinjauan dan Pembahasan Undang-Undang Penanaman

(14)

Kerjasama ini juga biasa disebut dengan “Contract of Cooperation” yang tidak membentuk suatu badan hukum Indonesia seperti yang dipersyaratkan dalam Pasal 3

UU PMA.81 Dalam masalah joint venture ada kendala dalam memperoleh know-how

yang disebabkan karena pengusaha Indonesia sendiri terlalu status oriented yang tidak terlalu mengerjakan atau memikirkan apa-apa kecuali membubuhi tanda tangannya

daripada menjadi managing director dan yang kedua adalah pihak asing tidak rela melepaskan segala rahasia perusahaannya, juga tidak pada partnernya sehinggamanaging director nya selalu ada ditangan pihak asing.82

Berbagai macam corak atau variasi dari joint venture yang ditemukan dalampraktik aplikasi penanaman modal asing dikemukakan sebagai berikut:83

a) Technical Assistance (service) Contract: suatu bentuk kerjasama yang dilakukan antara pihak modal asing dengan modal nasional sepanjang

yang bersangkut paut dengan skill atau cara kerja (method) misalnya; suatu perusahaan modal nasional yang ingin memajukan atau

meningkatkan produksinya. Membutuhkan suatu peralatan baru disertai

cara kerja atau metode kerja. Dalam hal demikian, maka dibutuhkan

(diperlukan) technical assistance dari perusahaan modal asing di luar negeri dengan cara pembayaran sejumlah uang tertentu yang dapat

diambilkan dari penjualan produksi perusahaan yang bersangkutan.

b) Franchise and brand-use Agreement: suatu bentuk usaha kerjasama yang digunakan, apabila suatu perusahaan nasional atau dalam negeri

81

Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 61.

82

Sunarjati Hartono, Masalah-Masalah Dalam Joint Venture antara Modal Asing dan

ModalIndonesia (Bandung: Alumni, 1974), hal. 14-15.

83

(15)

hendak memproduksi suatu barang yang telah mempunyai merek

terkenal seperti: Coca- Cola, Pepsi-Cola, Van Houten, Mc’ Donalds,

Kentucky Fried Chicken, dan sebagainya.

c) Management Contract: suatu bentuk usaha kerjasama antara pihak modal asing dengan modal nasional menyangkut pengelolaan suatu

perusahaan khusunya dalam hal pengelolaan manajemen oleh pihak

modal asing terhadap suatu perusahaan nasional. Misalnya yang lazim

dipergunakan dalam pembuatanmaupun pengelolaan hotel yang bertaraf

internasional oleh pihak Indonesia diserahkan kepada swasta luar negeri

seperti; Hilton International Hotel, Mandarin International Hotel, dan

sebagainya.

d) Build, Operation, and Transfer (B.O.T): suatu bentuk kerjasama yang relatif baru dikenal yang pada pokoknya merupakan suatu kerjasama

antara para pihak, dimana suatu objek dibangun, dikelola, atau

dioperasikan selama jangka waktu tertentu diserahkan kepada pemilik

asli.

2) Joint Enterprise

Joint enterprise merupakan suatu kerjasama antara penanaman modal asing dengan penanaman modal dalam negeri dengan membentuk suatu

perusahaan atau badan hukum baru sesuai dengan yang diisyaratkan dalam

(16)

yang modalnya terdiri dari modal dalam nilai rupiah maupun dengan

modal yang dinyatakan dalam valuta asing.84

3) Kontrak Karya

Pengertian kontrak karya (contract of work) sebagai suatu bentuk usaha kerjasama antara penanaman modal asing dengan modal nasional terjadi

apabila penanam modal asing membentuk badan hukum Indonesia dan

badan hukum ini mengadakan perjanjian kerja sama dengan suatu badan

hukum yang mempergunakan modal nasional. Bentuk kerjasama kontrak

karya ini hanya terdapat dalam perjanjiankerja sama antara badan hukum

milik negara (BUMN) seperti; Kontrak karya antara PN. Pertamina dengan

PT. Caltex International Petroleum yang berkedudukan di Amerika

Serikat.85

Disamping ketiga bentuk kerjasama di atas masih terdapat bentuk kerjasama yang lain

seperti production sharing, management contract, penanaman modal asing dengan disc-rupiah dan kredit untuk proyek (barang modal).86

Sumber hukum investasi pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua bagian yakni

sumber hukum investasi langsung dan tidak langsung. Sumber hukum investasi

langsung di antaranya:87

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing jo.

Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing.

84

Ibid. Hlm.62-63.

85

Ibid. Hlm. 63-64. 86

Sunarjati Hartono, op. cit., hal. 14-15. 87

(17)

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri jo.

Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1992 tentang Persyaratan Pemilikan Saham

dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham Dalam

Perusahaan yang Terbuka dengan Persyaratan Tertentu Bagi Penanaman Modal.

5. Keputusan Presiden Nomor 115 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Keputusan

Presiden Nomor 97 Tahun 1993 tentang Tata Cara Penanaman Modal.

6. Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 2000 tentang Bidang Usaha yang Tertutup

dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan Tertentu Bagi Penanam

Modal.

7. Keputusan Presiden Nomor 118 Tahun 2000 tentang Perubahan Keputusan

Presiden Nomor 96 Tahunn 2000 tentang Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang

Usaha yang Terbuka dengan PersyaratanTertentu Bagi Penanaman Modal.

8. Keputusan Menteri Negara Investasi/Kepala BKPM Nomor 38/SK/1999 tentang

pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal yang Didirikan dalam

Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing. Keputusan

Kepala BKPM Nomor 57/SK/2004 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan

Penanaman Modal yang Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri

dan Penanaman Modal Asing.

Sedangkan sumber hukum investasi tidak langsung yakni dalam bentuk surat berharga

(18)

1. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

2. Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

3. Surat Edaran Bank Indonesia No. 49/52/UPG Tahun 1995 tentang Persyaratan

Perdagangan dan Penerbitan Surat Berharga Komersial (Commercial Paper) melalui bank umum di Indonesia

Seiring perkembangan zaman, akhirnya ketentuan investasi yang selama empat

puluh tahun diatur dalam dua undang-undang yakni Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968

Tentang Penanaman Modal Dalam Negeri, dicabut dan digantikan dengan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM). Undang-Undang-undang

Penanaman Modal dinyatakan berlaku sejak diundangkan dalam Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67pada tanggal 26 April 2007.88

C. Kegiatan Investasi Oleh Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank

Lembaga Keuangan menurut Pasal 1 Undang–Undang Nomor 14 tahun 1967

ialah semua badan yang melalui kegiatan kegiatannya di bidang keuangan, menaruh

uang dari dan menyalurkannya kedalam masyarakat. Artinya kegiatan yang dilakukan

oleh lembaga keuangan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Dalam praktiknya

lembaga keuangan dapat dibagi menjadi bank dan lembaga jasa keuangan non-bank.

Menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. KEP-38/MK/IV/I972,

Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) adalah semua lembaga (badan) yang

88

(19)

melakukan kegiatan dalam bidang keuangan yang secara langsung atau tidak langsung

menghimpun dana dengan cara mengeluarkan surat-surat berharga, kemudian

menyalurkan kepada masyarakat terutama untuk membiayai investasi

perusahaan-perusahaan.

Salah satu tugas dan wewenang LKBB adalah melakukan penyertaan modal di

perusahaan-perusahaan juga di surat berharga yang diterbitkan oleh negara dan

penjualan saham-saham di pasar modal.89

1. Pada Perusahaan Asuransi

LKBB yang diwajibkan untuk mengelola aset

keuangan dengan melakukan kegiatan investasi dalam bentuk surat berharga adalah

perusahaan asuransi, dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial, dan perusahaan

penjamin.

Usaha perasuransian adalah segala usaha menyangkut jasa pertanggungan atau

pengelolaan risiko, pertanggungan ulang risiko, pemasaran dan distribusi produk

asuransi atau produk asuransi syariah, konsultasi dan keperantaraan asuransi, asuransi

syariah, reasuransi, atau reasuransi syariah, atau penilaian kerugian asuransi atau

asuransi syariah. 90 Bahwa dalam rangka mendorong pertumbuhan industri

perasuransian nasional, maka perlu pngaturan untuk menjaga kesehatan keuangan

terkhusus di bidang kegiatan investasi yang dilakukan setiap usaha perasuransian.91

Juni 2016) 90

Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian. 91

(20)

Aset yang diperkenankan oleh perusahaan asuransi dalam bentuk investasi harus

ditempatkan dalam jenis:92

a. deposito berjangka pada bank, termasuk deposit on call dan deposito yang berjangka waktu kurang dari atau sama dengan 1 (satu) bulan;

b. sertifikat deposito yang tidak dapat diperdagangkan (non negotiable certificate deposit) pada bank;

c. saham yang diperdagangkan di bursa efek;

d. surat utang korporasi;

e. sukuk korporasi;

f. surat berharga yang diterbitkan oleh negara Republik Indonesia;

g. surat berharga yang diterbitkan oleh negara selain Negara Republik Indonesia;

h. surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia;

i. surat berharga yang diterbitkan oleh lembaga multinasional yang Negara

Republik Indonesia menjadi salah satu anggota atau pemegang sahamnya;

j. reksa dana;

k. efek beragun aset yang diterbitkan berdasarkan kontrak investasi kolektif efek

beragun aset;

l. dana investasi real estat;

m. penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek);

n. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, untuk investasi;

92

(21)

o. pembiayaan melalui mekanisme kerja sama dengan pihak lain dalam bentuk

pembelian piutang (refinancing); p. emas murni; dan/atau

q. pinjaman yang dijamin dengan hak tanggungan;

Aset yang diperkenankan dalam bentuk investasi yang dapat ditempatkan di luar negeri

harus dalam jenis:93

a. saham yang diperdagangkan di bursa efek;

b. surat utang korporasi;

c. sukuk korporasi;

d. surat berharga yang diterbitkan oleh negara selain Negara Republik Indonesia;

e. surat berharga yang diterbitkan oleh lembaga multinasional yang Negara

Republik Indonesia menjadi salah satu anggota atau pemegang sahamnya;

f. reksa dana; dan/atau

g. penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek);

2. Dana Pensiun

Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program

yang menjanjikan manfaat pensiun.94Bahwa dalam rangka menunjang keberhasilan

penyelenggaraan program pensiun, investasi kekayaan dana pensiun harus dikelola

secara sehat untuk mencapai hasil yang optimum.95

93

Pasal 4 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 53PMK.010/2012 Tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi Dan Perusahaan Reasuransi.

94 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor11 Tahun 1992 Tentang Dana

Pensiun 95

(22)

Investasi dana pensiun hanya dapat ditempatkan pada jenis investasi sebagai

berikut:96

a. Surat Berharga Negara;

b. tabungan pada bank;

c. deposito berjangka pada bank;

d. deposito on call pada bank;

e. sertifikat deposito pada bank;

f. Sertifikat Bank Indonesia;

g. saham yang tercatat di bursa efek di Indonesia;

h. obligasi yang tercatat di bursa efek di Indonesia;

i. sukuk yang tercatat di bursa efek di Indonesia;

j. Unit penyertaan reksa Dana dari:

1) Reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran,

dan reksa dana saham;

2) Reksa dana terproteksi, reksa dana dengan penjaminan dan reksa dana

indeks;

3) Reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif penyertaan terbatas;

4) Reksa dana yang unit penyertaannya diperdagangkan di bursa efek;

k. Efek beragun aset dari kontrak investasi kolektif efek beragun aset;

l. Unit penyertaan danainvestasi real estat berbentuk kontrak investasi kolektif;

m. kontrak opsi saham yang tercatat di Bursa Efek di Indonesia;

n. penempatan langsung pada saham;

96

(23)

o. tanah di Indonesia; dan/atau

p. bangunan di Indonesia;

3. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (yang selanjutnya disebut BPJS) adalah

badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial.97

Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh

rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.98

Badan penyelenggara hanya dapat menempatkan kekayaan dalam bentuk

investasi pada jenis:

Bahwa mengingat

perkembangan di bidang investasi dana dan untuk lebih mengoptimalkan hasil

pengelolaan dan pengembangan kekayaan tersebut, dipandang perlu menetapkan

diversifikasi portofolio dengan tetap mempertimbangkan likuiditas dan kewajiban yang

harus dipenuhi BPJS.

99

a. deposito berjangka atau sertifikat deposito pada bank, termasuk deposit on call

dan deposito yang berjangka waktu kurang dari atau sama dengan 1 (satu)

bulan;

b. saham yang tercatat di bursa efek;

c. surat utang, yang diperdagangkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku di bidang pasar modal, dengan peringkat

paling rendah A- atau yang setara pada saat penempatan;

97

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

98

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

99

(24)

d. surat utang yang diterbitkan oleh Pemerintah atau Bank Indonesia;

e. unit penyertaan reksadana;

f. Repurchase Agreement yang selanjutnya disebut REPO, dengan jenis jaminan terbatas pada:

1) surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau Bank Indonesia;

2) obligasi korporasi dengan peringkat paling rendah A- atau yang setara,

pada saat pembelian;

3) saham yang termasuk dalam kelompok LQ 45;100

4) unit penyertaan reksadana.

g. penyertaan langsung;

h. tanah, bangunan atau tanah dengan bangunan;

4. Pada Perusahaan Penjamin

Perusahaan Penjaminan adalah badan hukum yang bergerak di bidang keuangan

dengan kegiatan usaha pokok melakukan Penjaminan.101 Bahwa peningkatan akses

dunia usaha pada sumber pembiayaan merupakan salah satu kebijakan pemerintah

dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan pendanaan dan memperlancar kegiatan

duniausaha guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.102

Ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 222 /PMK.010.2008 Tentang

Perusahaan Penjaminan Kredit Dan Perusahaan Penjaminan Ulang Kreditdinyatakan

100

Saham LQ 45 adalah saham dari 45 emiten yang memiliki likuiditas (LiQuid) yang tinggi yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan dan mempertimbangkan kapitalisasi pasar.

101

Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 222 /PMK.010.2008 Tentang Perusahaan Penjaminan Kredit Dan Perusahaan Penjaminan Ulang Kredit.

102

(25)

bahwa perusahaan penjamin wajib menjaga likuiditasnya dengan melakukan investasi

pada:103

a. Deposito berjangka; dan

b. Investasi jangka pendek dalam Surat berharga yang diperdagangkan(trading securities), yakni dalam bentuk:104

1) Deposito pada bank umum.

2) Surat berharga negara dan/atau surat berharga syariah negara.

3) Surat berharga dan/atau surat berharga syariah yang diterbitkan oleh Bank

Indonesia.

4) Obligasi korporasi dan/atau sukuk korporasi yang masuk dalam peringkat

investasi (investment grade).

5) Saham yang tercatat di bursa efek Indonesia.

6) Reksadana dan/atau reksadana syariah.

7) Penyertaan langsung pada penjamin utang.

D. Tanggung Jawab Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank dalam Kegiatan Investasi

Bentuk tanggung jawab pengurus LKBBdalam melakukan kegiatan investasi

dalam mengolah aset keuangan perusahaannya yakni wajib menyampaikan kepada

Menteri Keuangan:105

103

Pasal 4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 222 /PMK.010.2008 Tentang Perusahaan Penjaminan Kredit Dan Perusahaan Penjaminan Ulang Kredit.

104

(26)

1. daftar investasi bulanan;

2. laporan investasi tahunan; dan

3. hasil pemeriksaan akuntan publik atas laporan investasitahunan;

Lembaga jasa keuangan non-bankdalam melakukan kegiatan investasi dalam

mengolah aset keuangan perusahaannya juga wajib menjalankan ketentuan yang berupa

larangan, yaitu sebagai berikut:106

1. Perusahaan dilarang mengembalikan pinjaman subordinasi atau membayar dividen

kepada pemegang saham apabila hal tersebut akan menyebabkan tidak

terpenuhinya ketentuan target tingkat solvabilitas minimum.

2. Perusahaan dilarang membayar dividen kepada pemegang saham apabila hal

tersebut akanmenyebabkan berkurangnya jumlah modal sendiri di bawah ketentuan

modal sendiri yangdipersyaratkan.

3. Perusahaan dilarang melakukan segala bentuk pengalihan aset kepada pemegang

saham ataupihak terafiliasi dengan Perusahaan kecuali melalui transaksi yang wajar

(arm’s lengthtransaction).

Hal penyampaian hasil pemeriksaan akuntan publik ataslaporan investasi

tahunan atau laporan investasi tahunanterlambat dilakukan, maka dikenakan

dendasebesar Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) untuk setiap hariketerlambatan

terhitung sejak hari pertama setelah batas akhirmasa penyampaian dimaksud.Pengenaan

denda palingbanyak sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Tanggal

penyampaianlaporan investasi tahunan dan hasil pemeriksaan akuntan publik dalam

105

Pasal 21 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.010/2008 Tentang Investasi Dana Pensiun

106

(27)

rangka pengenaan sanksi administratif berupa dendaatas laporan investasi tahunan

adalah tanggal penerimaan oleh OJK.

Perhitungan jumlah hari keterlambatan untuk pengenaan sanksi administratif

berupa denda berakhir pada tanggal penyampaian laporan sebagaimana. Denda

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib disetor ke KasNegara dengan menggunakan

formulir Surat Setoran BukanPajak (SSBP) yang digunakan untuk pembayaran

dendapelanggaran di bidang pasar modal dan lembaga keuangan, danbukti penyetoran

atas denda ke Kas Negara tersebut wajibdisampaikan kepada Biro Dana Investasi OJK.

Dalam hal LKBB belummembayar denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), denda

tersebut dinyatakansebagai utang dan harusdicantumkan dalam laporan keuangan

masing-masing LKBB yang bersangkutan.107

E. Pengawasan Terhadap Kegiatan Investasi Oleh Lembaga Keuangan Non-Bank

Secara sederhana

penentuan standar yang akan dicapai, menilai pelaksanaan, dan jika perlu mengambil

tindakan korektif sehingga pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan sebelumnya. Tujuan utama dari kegiatan pengawasan adalah membuat

107

(28)

kegiatan-kegiatan manajemen dinamis dan berhasil secara efektif dan efisien. Sesuai

dengan perannya dalam sebuah organisasi, pengawasan memiliki beberapa fungsi.108

Fungsi pengawasan dan pembinaan oleh Pemerintah tidak akan lebih baik dari

kekuatan landasan hukum yang hukum yang dimilikinya. Untuk menjamin kesiapan

materi hukum, Bagir Manan mengatakan bahwa selain pembaruan terhadap hukum

nasional yang ada, masih diperlukan berbagai aturan hukum baru, baik dalam kerangka

memperbarui hukum kolonial maupun sebagai suatubentukan baru. Hukum mengenai

menjalankan asuransi, termasuk juga Hukum Perjanjian. Usaha-usaha pemerintah

dengan berbagai PP, Kepmen, Permen, Peraturan Bank Indonesia kemudian Peraturan

OJK dalam menunjukkan upaya pembaruan tersebut walaupun belum berarti telah

tuntas.109

Menurut Prayudi, pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan

pekerjaan apa yang di jalankan, dilaksanakan, atau diselenggarakan itu dengan apa yang

dikehendaki, direncanakan atau diperhatikan.110Menurut Saiful Anwar, pengawasan

atau kontrol terhadap tindakan aparatur pemerintah diperlukan agar pelaksanaan tugas

yang telah ditetapkan dapat mencapai tujuan dan terhindar dari

penyimpangan-penyimpangan.111Sedangkan menurut Djamaluddin Tanjung dan Supardan ,pengertian

pengawasan yaitu salah satu fungsi manajemen untuk menjamin agar pelaksanaan kerja

berjalan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam perencanaan.112

(diakses

pada 9 Juni 2016) 109

Junaedy Ganie, Hukum Asuransi Indonesia ( Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm. 307. 110

Prayudi,Hukum Administrasi Negara(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981), hlm. 80. 111

Saiful Anwar,Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara(Depok: Glora Madani Press, 2004), hlm.127.

112

Ali,

(29)

Tujuan utama dari pengawasan tidak hanya untuk menghindari penyelewengan

semata, akan tetapi tidak lain adalah agar pencapaian target yang telah ditetapkan

perusahaan akan mudah tercapai.113 Secara umum dikatakan bahwa tujuan dilakukannya

pengawasan adalah :114

1. Agar aktivitas perusahaan berjalan sesuai rencana yang telah dibuat, baik proses,

sistem dan hasil yang ingin dicapai.

2. Agar jangan sampai terjadi penyimpangan, artinya keluar dari yang telah

direncanakan.

3. Meminimalkan tindakan karyawan untuk melakukan penyimpangan, dengan cara

membuat sesorangmenjadi bekerja secara baik, karena merasa ada pengawasan

terhadap aktivitasnya.

4. Memudahkan pencegahan, artinya jika ada indikasi atau gelagat ataupun gejala

akan adanya penyimpangan, maka mudah untuk ambil tindakan pencegahan, tidak

terjadi penyimpangan.

5. Pengendalian biaya, artinya dengan adanya pengelolaan dan pengawasan maka

biaya yang tidak perlu keluar dapat diminimalkan segala bentuk kebocoran

sehingga terjadi efisiensi.

6. Agar tujuan perusahaan tercapai, artinya jika semua aktivitas perusahaan berjalan

sesuai dengan yang telah direncanakan.

Tujuan utama yang hendak dicapai dalam pelaksanaan pengawasan tersebut.

maka diperlukan prinsip-prinsip pengawasan yang dapat dipatuhi dan dijalankan,

adapun prinsip-prinsip pengawasan itu adalah sebagai berikut :

113

Kasmir, Dasar-dasar Perbankan (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm. 263. 114

(30)

1. Objektif dan menghasilkan data. Artinya pengawasan harus bersifat objektif dan

harus dapat menemukan fakta-fakta tentang pelaksanaan pekerjaan dan berbagai

faktor yang mempengaruhinya.

2. Berpangkal tolak dari keputusan pimpinan. Artinya untuk dapat mengetahui dan

menilai ada tidaknya kesalahan-kesalahan dan penyimpangan, pengawasan harus

bertolak pangkal dari keputusan pimpinan yang tercermin dalam:

a. Tujuan yang ditetapkan.

b. Rencana kerja yang telah ditentukan.

c. Kebijaksanaan dan pedoman kerja yang telah digariskan.

d. Perintah yang telah diberikan.

e. Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.

3. Preventif. Artinya bahwa pengawasan tersebut adalah untuk menjamin tercapainya

tujuan yang telah ditetapkan, yang harus efisien dan efektif, maka pengawasan

harus bersifat mencegah jangan sampai terjadi kesalahan-kesalahan berkembangnya

dan terulangnya kesalahan-kesalahan.

4. Bukan tujuan tetapi sarana. Artinya pengawasan tersebut hendaknya tidak dijadikan

tujuan tetapi sarana untuk menjamin dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas

pencapaian tujuan organisasi.

5. Efisiensi. Artinya pengawasan haruslah dilakuan secara efisien, bukan justru

menghambat efisiensi pelaksanaan kerja.

6. Apa yang salah. Artinya pengawasan haruslah dilakukan bukanlah semata-mata

mencari siapa yang salah, tetapi apa yang salah, bagaimana timbulnya dan sifat

(31)

7. Membimbing dan mendidik. Artinya pengawasan harus bersifat membimbing dan

mendidik agar pelaksana dapat meningkatkan kemampuan untuk melakukan

tugas-tugas yang ditetapkan.

Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan jasa

keuangan terlaksana secara teratur, adil, transparan dan akuntabel, serta mampu

mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara terus-menerus dan berkelanjutan,

stabil serta mampu melindungi kepentingan nasabah selaku konsumen dan masyarakat.

Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan nasional, antara lain meliputi

sumber daya manusia, pengelolaan, pengendalian dan kepemilikan di sektor jasa

keuangan, dengan tetap mempertimbangkan aspek positif globalisasi. OJK dibentuk dan

dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, yang meliputi independensi

(indenpendency), akuntabilitas (acountability), pertanggungjawaban (responsibility), transparansi (transparancy) dan kewajaran (fairness).115 Yang kemudian pada Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut UU

OJK), menyebutkan tugas pengaturan dan pengawasan OJK salah satunya adalah dalam

kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan

lembaga jasa keuangan lainnya.116

115

Adrian Sutedy,Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan (Jakarta: Raih Asa Sukses, 2014), hlm. 199.

116

Pasal 6 Undang -Undang nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

Lembaga jasa keuangan ini mencakup pergadaian

(PT.Pegadaian), lembaga penjaminan, lembaga pembiayaan ekspor Indonesia, lembaga

pembiayaan sekunder perumahan dan lembaga yang menyelenggarakanpengelolaan

dana masyarakat yang bersifat wajib, yaitu penyelenggaraan programjaminan sosial,

(32)

OJK bertanggung jawab kepada publik melalui DPR sebagai reprentatif atau perwakilan

publik.117

Otoritas Jasa Keuangan dalam melaksanakan tugas pengawasan, mempunyai

wewenang yaitu: 118

1. menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan;

2. mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif;

3. melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen, dan

tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan

jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di

sektor jasa keuangan;

4. memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak

tertentu;

5. melakukan penunjukan pengelola statuter;

6. menetapkan penggunaan pengelola statuter;

7. menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran

terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; dan

8. memberikan dan/atau mencabut:

a. izin usaha;

b. izin orang perseorangan;

c. efektifnya pernyataan pendaftaran;

d. surat tanda terdaftar;

e. persetujuan melakukan kegiatan usaha;

(diakses tgl 3 Juni 2016) 118

(33)

f. pengesahan;

g. persetujuan atau penetapan pembubaran; dan

h. penetapan lain, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di

(34)

BAB IV

KEGIATAN INVESTASI SURAT BERHARGA NEGARA OLEH LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK BERDASARKAN

POJK NO .1/POJK.5/2016

G. Pengertian dan Unsur-Unsur Surat Berharga Negara

Surat berharga Negara (SBN) adalah surat berharga yang diterbitkan oleh

Pemerintah Republik Indonesia termasuk surat utang negara sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara (selanjutnya

disebut UU SUN) dan surat berharga syariah negara sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara

(selanjutnya disebut UU SBSN).119

1. Surat Utang Negara

Surat utang negara adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang

dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan

pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya.120

Setiap surat utang negara mencantumkan sekurang-kurangnya:121

a. nilai nominal;

b. tanggal jatuh tempo;

c. tanggal pembayaran bunga;

d. tingkat bunga (kupon);

119

Pasal 1 angka 2 POJK No. 1 /pojk.05/20162015 tentang Investasi Surat Berharga Negara Bagi Lembaga Jasa Keuangan non-Bank

120

Pasal 1 angka 1 UU Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara

121

(35)

e. frekuensi pembayaran bunga;

f. cara perhitungan pembayaran bunga;

g. ketentuan tentang hak untuk membeli kembali Surat Utang Negara sebelum

jatuh tempo;

h. ketentuan tentang pengalihan kepemilikan;

Kemudian pembagian SUN terdiri dari:122

a. Surat perbendaharaan negara

Surat perbendaharaan negara berjangka waktu sampai dengan 12 (dua belas) bulan

dengan pembayaran bunga secara diskonto.123 Dalam prakteknya pelelangan surat

perbendaharaan negara jarang dilakukan.Sehingga pada kenyataanya yang sering

dilelang oleh pemerintah adalah obligasi negara.124

b. Obligasi Negara.

Obligasi Negara berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan dengan kupon

dan/atau dengan pembayaran bunga secara diskonto/bunga.125 Obligasi negara dengan

kupon adalah surat utang negara yang pembayaran bunganya dihitung dengan

persentase tertentu atas nilai nominal dan dibayarkan secara berkala. Obligasi negara

dengan pembayaran bunga secara diskonto adalah surat utang negara yang berjangka

waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan dan pembayaran bunganya tercermin secara

implisit di dalam selisih antara harga pada saat penerbitan dan nilai nominal yang

diterima pada saat jatuh tempo.126

122

Pasal 3 angka 1 UU Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara 123

Pembayaran bunga secara diskonto adalah pembayaran bunganya tercermin secara implisit di dalam selisih antara harga pada saat penerbitan dan nilai nominal yang diterima pada saat jatuh tempo.

124

Pasal 3 angka 2 UU Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara 125

Pasal 3 angka 2 UU Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara 126

(36)

Menurut denominasi mata uangnya, obligasi negara yang telah diterbitkan

pemerintah dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok, yaitu obligasi negara

berdenominasi rupiah dan obligasi negara berdenominasi valuta asing. Obligasi negara

dapat dikelompokkan ke dalam tingkat bunga yang tetap dan mengambang. Jenis-jenis

obligasi negara adalah sebagai berikut:127

a. Obligasi negara berdenominasi mata uang asing

Tahun 2006, pemerintah menerbitkan obligasi negara berdenominasi dolar

Amerika Serikat (USD).

b. Obligasi negara berdenominasi rupiah, terdiri dari beberapa jenis, yakni:

1) Obligasi berbunga tetap (fixed rate bonds) : Fixed Rate/FR dan Obligasi Retail Indonesia/ORI.

Obligasi berbunga tetap memiliki tingkat kupon yang ditetapkan pada saat

penerbitan, dan dibayarkan secara periodik. Sebelum tahun 2006, Obligasi

yang berbunga tetap hanya didominasi oleh seri FR dimana pembayaran

kuponya pada setiap enam bulan sekali. Namun setelah tahun 2006, untuk

pertama kalinya pemerintah menerbitkan obligasi berbunga tetap untuk

investor retail atau yang disebut sebagai ORI.128

2) Obligasi berbunga mengambang (variables rate bonds:VR) Obligasi berbunga mengambang memiliki tingkat bunga yang ditetapkan secara

periodik berdasarkan tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang

berjangka 3 bulan.

127 Cahyana, “Kajian tentang Manajemen Surat Utang Negara (SUN) dan

Pengaruhnya terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)”. JURNAL EKONOMI & BISNIS. 2004. Hlm. 5.

128 Departemen Keuangan, Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Surat

(37)

3) Surat utang kepada Bank Indonesia (SU)

Dalam rangka program penjaminan perbankan dan Bantuan Likuiditas

Bank Indonesia (BLBI), pada tahun 1998 dan 1999 pemerintah

menerbitkan empat seri pada Surat Utang yakni SU-001, 002, 003, dan

004.

4) Special Rate Bank Indonesia (SRBI)

SRBI merupakan surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah pada tahun

2003, sebagai pengganti SU-001 dan 003 dalam rangka penyelesaian

bantuan likuiditas BI.

2. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk

Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk adalah merupakan suatu

instrumen utang piutang tanpa riba sebagaimana dalam obligasi, dimana sukuk ini

diterbitkan berdasarkan suatu aset acuan yang sesuai dengan prinsip syariah.129

Sukuk adalah istilah dalam bahasa Arab yang digunakan untuk obligasi yang

berdasarkan prinsip syariah. Sukuk dapat pula diartikan dengan Efek Syariah berupa

sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan

yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas:130

a. Kepemilikan aset berwujud tertentu.

b. Nilai manfaat dan jasa atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.

c. Kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.

129

Inggrid Tan, Bisnis dan Investasi Sistem Syariah(Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2009), hlm.119.

(38)

SukukSBSN/ wajib mencantumkan ketentuan dan syarat yang mengatur,antara

lain mengenai:131

a. Penerbit.

b. Nilai nominal.

c. Tanggal penerbit.

d. Tanggal jatuh tempo.

e. Tanggal pembayaran Imbalan.

f. Besaran atau nisbah Imbalan.

g. Frekuensi pembayaran Imbalan.

h. Cara perhitungan pembayaran Imbalan.

i. Jenis mata uang atau denominasi.

j. Jenis Barang Milik Negara yang dijadikan Aset SBSN.

k. Penggunaan ketentuan hukum yang berlaku.

l. Ketentuan tentang hak untuk membeli kembali SBSN sebelum jatuh tempo.

m. Ketentuan tentang pengalihan kepemilikan.

Jenis- jenis SBSN adalah sebagai berikut:132

a. Surat Berharga Syariah NegaraIjarah, yang diterbitkan berdasarkan akad ijarah. Ijarah adalah akad yang satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menyewakan hak atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan harga

sewa dan periode sewa yang disepakati.

b. Surat Berharga Syariah NegaraMudarabah, yang diterbitkan berdasarkan Akad Mudarabah. Mudarabah adalah Akad kerjasama antara dua pihak atau lebih,

131

Pasal 20 Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara 132

(39)

yaitu satu pihak sebagai penyedia modal dan pihak lain sebagai penyedia

tenaga dan keahlian, keuntungan dari kerja sama tersebut akan dibagi

berdasarkan nisbah yang telah disetujui sebelumnya, sedangkan kerugian yang

terjadi akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak penyedia modal, kecuali

kerugian disebabkan oleh kelalaian penyedia tenaga dan keahlian.

c. Surat Berharga Syariah NegaraMusyarakah, yang diterbitkan berdasarkan

akad musyarakah. Musyarakah adalah Akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk menggabungkan modal, baik dalam bentuk uang maupun bentuk

lainnya, dengan tujuan memperoleh keuntungan, yang akan dibagikan sesuai

dengan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian yang

timbul akan ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal

masing-masing pihak.

d. Surat Berharga Syariah NegaraIstishna’, yang diterbitkan berdasarkan akad istishna’. Istishna’ adalah akad jual beli aset berupa objek pembiayaan antara para pihak dimana spesifikasi, cara dan jangka waktu penyerahan, serta harga

aset tersebut ditentukan berdasarkan kesepakatan para pihak.

e. Surat Berharga Syariah Negara yang diterbitkan berdasarkan akad lainnya

sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

f. Surat Berharga Syariah Negara yang diterbitkan berdasarkan kombinasi dari

dua atau lebih dari Akad sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan

huruf e. Kombinasi akad SBSN antara lain dapat dilakukan antara mudharabah

(40)

B. Pihak-Pihak dalam Penerbitan Surat Berharga Negara

1. Pada Surat Utang Negara

Kewenangan menerbitkan surat utang negara untuk tujuan sebagaimana

dilaksanakan oleh menteri yakni menteri keuangan yang mana terlebih dahulu harus

berkonsultasi dengan Bank Indonesia..133

a. Dewan Perwakilaan Rakyat

Pihak-pihak sebagai pelaksana dalam penerbitan SUN adalah:

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada saat pengesahan APBN yang

diperhitungkan sebagai bagian dari Nilai Bersih Maksimal Surat Berharga Negara yang

akan diterbitkan oleh Pemerintah dalam satu tahun anggaran.

b. Menteri Keuangan

Menteri berwenang menetapkan komposisi SBN dalam rupiah maupun valuta

asing, serta menetapkan komposisi SBN dalam bentuk SUN maupun SBSN dan hal-hal

lain yang diperlukan untuk menjamin penerbitan Surat berharga Negara secara hati-hati.

Dalam hal-hal tertentu, SUN dapat diterbitkan melebihi Nilai Bersih Maksimal yang

telah disetujui dewan perwakilan Rakyat, yang selanjutnya dilaporkan sebagai

Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau disampaikan dalam

Laporan Realisasi Anggaran tahun yang bersangkutan.

Pada dasarnya SUN dapat diterbitkan dengan dua cara yaitu melalui lelang atau

tanpa lelang. Penerbitan yang dilakukan melalui lelang memiliki beberapa metode

yaitu:134

133

(41)

a. Lelang dengan metode harga beragam (multiple price), yakni pemenang lelang membayar kepada Pemerintah sesuai harga penawarannya masing-masing.

b. Lelang dengan metode harga seragam (uniform price) yakni seluruh pemenang lelang membayar pada harga yang sama, yang dapat ditetapkan atas dasar

harga terendah dari penawaran yang dimenangkan.

Untuk penerbitan tanpa lelang, metode yang dipakai Pemerintah ialah:135

a. Bookbuilding, ialah proses pengumpulan dan pemutakhiran data pemesanan pembelian pada volume dan harga tertentu oleh investor, atas surat utang yang

ditawarkan. Proses pemesanan ini berlangsung selama periode tertentu (masa

penawaran) dimana dalam masa tersebut pemesan/investor dapat mengubah

baik volume maupun harga surat utang yang akan dibeli, sesuai dengan

perkembangan terakhir. Setelah masa penawaran berakhir, Pemerintah beserta

agen penjual akan menentukan harga akhir yang optimal dan melakukan

penjatahan/alokasi perolehan atas surat utang yang ditawarkan.

b. Private placement, yaitu Pemerintah melakukan penempatan langsung kepada investor tertentu sesuai kesepakatan. Terbitnya SUN pada saat rekapitalisasi

perbankan dahulu dan penerbitan obligasi Negara baru pengganti HB yang

jatuh tempo merupakan contoh penerbitan SUN tanpa lelang dengan metode

private placement.

Lelang SUN dilakukan dengan cara mengajukan penawaran pembelian

kompetitif dan/atau cara nonkompetitif. Penawaran pembelian kompetitif adalah pengajuan penawaran pembelian dengan mencantumkan volume dan tingkat Imbal hasil

134

Sapto Rahardjo, Panduan Investasi Obligasi, (Jakarta: Gramedia, 2003), hlm. 53. 135

(42)

(yield) yang diinginkan penawar atau dengan mencantumkan volume dan hargayang diinginkan penawar, sedangkan penawaran tanpa mencantumkan tingkat imbal hasil

maupun harga itulah yang disebut penawaran pembelian nonkompetitif. Ketentuannya adalah sebagai berikut: 136

Selain penjualan dilaksanakan pada pasar perdana dalam negeri, juga dilakukan

kegiatan penawaran dan penjualan SUN dalam valuta asing (Pasar Perdana

Internasional) secara langsung oleh pemerintah atau melalui agen penjual. Terdapat 2 Apabila telah ditetapkan hasil lelang, maka pemenang harus bertanggung jawab

terhadap setelmen 1 seluruh penawaran pada tanggal setelmen. Setelmennya adalah 2

(dua) hari kerja setelah tanggal pelaksanaan lelang untuk SPN, dan 5 (lima) hari kerja

untuk Obligasi Negara. Penjualan SUN juga dapat dilakukan tanpa lelang pada pasar

perdana dalam negeri, oleh Menteri Keuangan, Dirjen Pengelolaan Utang. Direktorat

Surat Utang Negara. Berbeda dengan metode lelang, SUN juga dapat dibeli oleh

pemerintah daerah dan/atau dealer utama. Mekanismenya didahului dengan mengajukan

penawaran beserta kelengkapan administrasi kepada menteri keuangan,kemudian oleh

Direktur Jenderal Pengelolaan Utang. Direktorat SUN ditindaklanjuti dengan

pembahasan lebih lanjut atau penolakan, dalam waktu selambat-lambatnya 5 (lima) hari

kerja sejak surat penawaran diterima.

Hasil pembahasan dituangkan dalam dokumen kesepakatan berupa menerima

sebagian atau seluruh atau menolak seluruh penawaran. Apabila diterima maka

setelmen dilakukan paling cepat 2 (dua) hari kerja dan paling lambat 5 (lima) hari kerja

setelah tanggal kesepakatan.

136

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Juli 2011, Perkembangan Utang Negara

(Pinjaman dan Surat Berharga Negara), Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, Departemen Keuangan

(43)

(dua) cara penjualan yaitu dengan private placement atau bookbuilding namun khususuntuk Pemerintah hanya dapat menjual melalui private placement. Jika penjualan dilaksanakan, maka diperlukan perjanjian dengan agen penjual (bilamana melalui agen),

perjanjian dengan konsultan hukum, perjanjian dengan agen fiskal, memorandum

informasi dan dokumen-dokumen lain sesuai metode penjualan yang digunakan.

setelmen SUN dalam valuta asing dilakukan paling cepat 2 (dua) hari kerja setelah

penetapan hasil penjualan, dan hasilnya merupakan penerimaan negara dalam APBN.

Surat utang negarayang telah dibeli oleh orang perseorangan atau kumpulan

orang dapat dijual kembali kepada pemerintah melalui lelang. Lelang diawali dengan

adanya pengumuman rencana lelang dari Dirjen Pengelolaan Utang. Direktorat SUN

yang memuat antara lain mengenai waktu pelaksanaan lelang, waktu pembukaan

danpenutupan penawaran lelang, seri SUN yang akan dibeli kembali, seri dan harga

SUN penukar dan seri SUN yang ditukar, waktu pengumuman hasil lelang dan tanggal

setelmen. Peserta lelang kemudian mengajukan penawaran lelang dengan mengajukan

seri SUN. Adapun kuantitas yang diajukan minimal 1.000 (seribu) unit atau nominal

Rp1.000.000.000,00 dan selebihnya dengan kelipatannya.

Setelah penawaran diterima, seluruh data penawaran disampaikan kepada

Direktur Jenderal Pengelolaan Utang dalam rapat penetapan hasil lelang, dan hasil

lelang kemudian diumumkan pada saat pelaksanaan lelang. Hasil lelang ini adalah

transaksi yang sah dan mengikat antara pemerintah dan peserta lelang. Sebagai

konsekuensinya, pemerintah harus membayar harga setelmen dan pemenang

lelangwajib menyerahkan SUN yang dimenangkan sampai dengan tanggal setelmen,

(44)

SUN dijual dengan harapan dapat meningkatkan rentabilitas modal sendiri

(return of equity) dengan konsep penggunaan faktor leverage. Sepanjang rentabilitas penggunaan SUN masih lebih besar dari biaya bunga SUN maka pemerintah dapat

mengandalkan penjualan SUN sebagai salah satu alternatif sumber dana untuk menutup

defisit, menutup kekurangan kas jangka pendek, dan mengelola portofolio utang negara.

Akibatnya penjualan SUN ini pasti berdampak kepada keuangan negara khususnya

APBN sehingga Menteri Keuangan harus bertanggung jawab atas penatausahaannya,

dan pemerintah harus menyampaikan laporan pertanggungjawabannya kepada DPR

sebagai bagian dari pertanggungjawaban APBN.

2. Pada Surat Berharga Syariah Negara

Pihak-pihak sebagai pelaksana dalam penerbitan SUN adalah:

a. Dewan Perwakilaan Rakyat

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada saat pengesahan APBN yang

diperhitungkan sebagai bagian dari Nilai Bersih Maksimal Surat Berharga Negara yang

akan diterbitkan oleh Pemerintah dalam satu tahun anggaran.

b. Menteri Keuangan

Menteri berwenang menetapkan komposisi SBN dalam rupiah maupun valuta

asing, serta menetapkan komposisi Surat Berharga Negara dalam bentuk SUN maupun

SBSN dan hal-hal lain yang diperlukan untuk menjamin penerbitan Surat berharga

Negara secara hati-hati. Dalam hal-hal tertentu, SBSN dapat diterbitkan melebihi Nilai

Bersih Maksimal yang telah disetujui dewan perwakilan Rakyat, yang selanjutnya

dilaporkan sebagai Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau

(45)

Penerbitan SBSN dapat dilaksanakan secara langsung oleh pemerintah atau

melalui Perusahaan Penerbit SBSN, SBSN yang dapat diterbitkan baik oleh Pemerintah

maupun Perusahaan Penerbit SBSN adalah semua jenis SBSN ditetapkan oleh Menteri.

Perusahaan Penerbit SBSN/Sukuk sendiri disebutkan sebagai badan hukum yang

berkedudukan di dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia 137 dan

bertanggungjawab kepada Menteri keuangan.138 Pertanggungjawaban dimaksud hanya

terkait dengan operasional perusahaan Penerbit SBSN dan pelaksanaan penerbitan

SBSN.139

Pemerintah ditunjuk oleh undang-undang sebagai pihak yang berhak untuk

mendirikan Perusahaan dimaksud.140 Sedangkan ketentuan mengenai pendirian, organ,

permodalan, fungsi dan pertanggungjawaban perusahaan penerbit SBSN diatur dengan

Peraturan Pemerintah.141

Menteri keuangan dalam hal ini memiliki peran yang cukup besar. Ketentuan

tersebut telah memberikan wewenang kepada Menteri Keuangan untuk menetapkan

jenis, nilai dan spesifikasi barang milik negara yang akan digunakan sebagai aset

obligasi syariah. Dalam hal ini yang dimaksud aset SBSN adalah objek pembiayaan

137

Pasal 13 ayat (2) Undang-undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara, menegaskan “Perusahaan penerbit SBSN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan badan hukum yang dibentuk berdasarkan undang-undang. Pasal 13 ayat (3) menyatakan “Perusahaan penerbit SBSN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah badan hukum yang berkedudukan di dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia.

138

Pasal 13 ayat (4) undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara, menegaskan perusahaan penerbit SBSN bertanggujawab kepada menteri. Yang dimaksud dengan Menteri adalah menteri Keuangan .

139

Penjelasan pasal 13 ayat (4) Undang-Undang No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga

Syariah Negara .

140

Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara yang menegaskan “dalam rangka penerbitan SBSN, Pemerintah dapat mendirikan Perusahaan Penerbit SBSN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1).

141

(46)

SBSN dan/atau Barang Milik Negara yang memilikinilai ekonomis, berupa tanah dan/

atau bangunan maupun selain tanah dan/ atas bangunan yang dalam rangka penerbitan

SBSN dijadikan sebagai dasar penerbitan SBSN.142

Penerbitan SBSN harus terlebih dahulu mendapat persetujuan Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR) pada saat pengesahan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) yang diperhiitungkan sebagai bagian dari nilai bersih maksimal SBN

yang akan diterbitkan oleh Pemerintah dalam satu tahun anggaran. Persetujuan tersebut

didahului dengan mengajukan rencana penerbitan dan pelunasan dan/atau pembelian

kembali yang disampaikan nota keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara, kepada DPR yang dalam hal ini adalah alat kelengkapan DPR yang

membidangi keuangan, untuk mendapatkan persetujuan.

Adapun barang Milik Negara

adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan

belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

143

C. Tanggung Jawab Penerbit Surat Berharga Negara

Tidak seperti tabungan dan konsumsi, investasi merupakan sebuah bisnis yang

tidak dapat diprediksi dan beresiko, karena investasi tidak harus mengikuti pergerakan

yang sama dengan produk nasional bruto (GNP) beda halnya dengan pengeluaran

konsumsi yang dapat memengaruhi nilai produk nasional bruto (GNP). Investasi

merupakan aktiivitas tersendiri dari sektor swasta dan sektor pemerintah.144

142

Pasal 1 angka (3) Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.

143

Pasal 8 ayat (1) dan Penjelasan Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentangg Surat Berharga Syariah Negara .

144

(47)

Resiko investasi bentuknya bisa bermacam-macam, baik disebabkan oleh faktor

internal maupun faktor eksternal dari produk investasi tersebut. Setiap tindakan.

Beberapa resiko investasi yaitu:145

1. Resiko Sistematis

Resiko sistematis atau resiko yang sering disebut resiko pasar ini adalah resiko

yang timbul akibat dampak dari suatu kejadian terbaru (current event) yang sangat berpengaruh terhadap pasar. Resiko pasar ini bisa datang dari berbagai macam

kejadian, mulai dari kondisi politik, sosial maupun terutama ekonomi. Resiko ini

disebut resiko pasar karena resiko ini bisa dirasakan dampaknya oleh semua peserta

pasar. Resiko ini bisa datang dari dalam negeri (resiko domestik) maupun dari luar

negeri (resiko internasional).

2. Resiko Tidak Sistematis

Untuk bisa mengendalikan resiko adalah salah satunya dengan cara

menghindarinya, artinya menghindari dengan benar-benar tidak melakukan

investasi pada instrumen investasi yang mengandung resiko tersebut, tetapi bukan

berarti juga tidak boleh menginvestasikan uang kita pada seluruh instrumen

investasi yang memiliki resiko. Justru dengan menghindari instrumen inves

Referensi

Dokumen terkait

Banyumas, menyatakan bahwa pada hari ini tahapan pemasukan /upload dokumen penawaran telah ditutup sesuai dengan waktu pada aplikasi SPSE, yaitu pukul 09.00

Dokumen bertulis dari Pihak Berkuasa Veterinar bagi tujuan memberitahu atau memaklum kepada pemilik premis, pemilik haiwan dan pihak–pihak yang berkepentingan dalam

[r]

Dalam konteks ini, visi yang dapat ditawarkan adalah visi pembebasan, dengan orientasi dan metode pertama, mendudukan derajat perempuan secara sama dengan laki-laki,

Menunjukkan nilai-nilai syukur pada ciptaan Tuhan YME dengan peninggalan hasil budaya zaman praaksara di Indonesia.. Menunjukkan sikap tanggungjawab menjaga peninggalan

Dengan modal mandat Inggeris tersebut, Yahudi selalu mengintimidasi sehingga pada hari Jumat tanggal 14 Mei 1948 pukul 04:38 sore waktu setempat, diselenggarakan

Tahapan penelitian ini meliputi penyulingan minyak atsiri serai wangi, identifikasi komponen kimia minyak atsiri dengan GC-MS, pengujian toksisitas minyak atsiri,