BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain studi evaluasi. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat alami. Studi evaluasi adalah penelitian yang bertujuan untuk menilai suatu organisasi/lembaga atau penyelenggaraan konseling.
Menurut Moleong (2007), penelitian kualitatif memiliki beberapa karakteristik, antara lain: 1) Latar alamiah, 2) Manusia sebagai alat (instrumen), 3) Analisis data secara induktif, 4) Teori dari dasar (grounded theory), 5) Deskriptif , 6) Lebih mementingkan proses daripada hasil, 7) Desain yang bersifat sementara, 8) Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.
Menurut Arikunto (2008:2), evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.
Model evaluasi program yang diterapkan dalam penelitian ini adalah model CIPP (conteks, input, process, and product). Model evaluasi CIPP
biasanya diterapkan dalam evaluasi program pembelajaran di dunia pendidikan. Evaluasi model CIPP yaitu sebuah pendekatan yang berorientasi pada pengambilan keputusan (a decision oriented evaluation approach
structured).
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menerapkan model CIPP untuk penelitian di bidang kesehatan. Hal itu dilakukan dengan cara memodifikasi model CIPP di dunia pendidikan ke dunia kesehatan yaitu program konseling pastoral di RSK Budi Rahayu Blitar. Model CIPP yang biasanya diterapkan pada evaluasi program pendidikan, tetapi juga bisa diterapkan dalam dunia kesehatan/konseling Pastoral.
CIPP Stufflebeam (Badrujaman, 2011: 53), mendefinisikan bahwa evaluasi sebagai “the process of delineating, obtaining, dan providing useful information for judging decision alternative”. Ada tiga hal yang ditekankan dari definisi ini, yaitu: 1) evaluasi merupakan proses sistematis yang terus menerus; 2) proses ini terdiri atas tiga langkah, yaitu: a) menyatakan pertanyaan yang menuntut jawaban dan informasi yang spesifik untuk digali, b) membangun data yang relevan, dan 3) menyediakan informasi akhir (kesimpulan) yang menjadi bahan pertimbangan mengambil keputusan; 3) evaluasi memberikan dukungan pada proses mengambil keputusan dengan memilih salah satu alternatif pilihan dan melakukan tindak lanjut atas keputusan tersebut.
Lebih lanjut Stufflebeam (Badrujaman, 2011: 54), berpendapat bahwa evaluasi seharusnya memiliki tujuan untuk memperbaiki (to improve) bukan
untuk membuktikan (to prove). Dengan demikian evaluasi seharusnya dapat membuat suatu perbaikan, meningkatkan akuntabilitas, serta pemahaman yang lebih mendalam mengenai fenomena.
Stufflebeam (Badrujaman, 2011: 54), menyatakan bahwa evaluasi dibagi menjadi empat tahapan, yaitu:
1. Evaluasi konteks (context evaluation)
Evaluasi konteks adalah upaya untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan suatu objek, seperti institusi, program, populasi target, atau orang, dan juga untuk menyediakan arahan untuk perbaikan. Selain itu evaluasi ini juga bertujuan untuk melihat apakah tujuan yang lama dan prioritas terhadapnya telah sesuai dengan kebutuhan yang seharusnya dilayani.
Pertanyaan yang dapat diajukan sehubungan dengan evaluasi konteks, yaitu (Arikunto, 2008: 46):
a. Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh program?
b. Tujuan pengembangan apakah yang belum dapat tercapai oleh program?
c. Tujuan pengembangan apakah yang dapat membantu mengembangkan masyarakat?
d. Tujuan-tujuan mana sajakah yang paling mudah dicapai? 2. Evaluasi input (input evaluation)
Orientasi utama dari evaluasi input adalah untuk membantu menentukan program yang membawa pada perubahan yang dibutuhkan.
Yang menjadi fokus masalah dalam evaluasi ini adalah apakah strategi yang dipilih untuk mencapai tujuan program sudah tepat. Tujuan evaluasi ini adalah untuk mengidentifikasi dan menelaah kapabilitas sistem, alternatif strategi program, desain prosedur dimana strategi akan diimplementasikan. Input dalam bimbingan dan konseling dapat berupa sumber daya manusia dan sarana yang mendukung (keuangan, ruangan, peralatan/komputer, sofware, serta media bimbingan).
Menurut Stufflebeam (Arikunto, 2008: 47), pertanyaan yang berkenaan dengan masukan mengarah pada pemecahan masalah yang mendorong diselenggarakan program yang bersangkutan. Contoh pertanyaan:
a. Apakah layanan pastoral konseling yang diberikan berdampak jelas bagi pasien?
b. Berapa orang yang suka/senang terhadap layanan ini?
c. Bagaimana reaksi pasien terhadap sakit dan kehidupannya setelah menerima layanan konseling pastoral?
3. Evaluasi proses (process evaluation)
Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan program sesuai dengan strategi yang telah direncanakan. Lebih lanjut Stufflebeam (Badrujaman, 2011:56), mengatakan bahwa evaluasi proses merupakan pengecekan yang berkelanjutan atas implementasi perencanaan.
Evaluasi proses bertujuan untuk mengindentifikasikan dan memprediksi dalam proses pelaksanaan, seperti cacat dalam desain prosedur dan implementasinya. Selain itu juga untuk menyediakan informasi sebagai dasar memperbaiki program, serta untuk mencatat, dan menilai prosedur kegiatan dan peristiwa.
Pertanyaan yang diusulkan oleh Stufflebeam (Arikunto, 2008:47), meliputi:
a. Apakah pelaksanaan program sesuai dengan jadwal?
b. Apakah staff yang terlibat di dalam pelaksanaan program akan sanggup menanggani kegiatan selama program berlangsung dan kemungkinan jika dilanjutkan?
c. Apakah sarana dan prasarana yang disediakan dimanfaatkan secara maksimal?
d. Hambatan-hambatan apa saja yang dijumpai selama pelaksanaan program dan kemungkinan jika program dilanjutkan?
4. Evaluasi produk (product evaluation)
Evaluasi produk adalah evaluasi yang bertujuan untuk mengukur, menginterpretasikan, dan menilai pencapaian program. Selain itu untuk mengumpulkan deskripsi dan penilaian terhadap luaran (outcome) dan menghubungkan itu semua dengan objektif, konteks,input, dan informasi proses, serta untuk menginterpretasikan kelayakan dan keberhargaan program.
Pertanyaan-pertanyaannya meliputi:
a. Apakah tujuan-tujuan yang ditetapkan sudah tercapai?
b. Pernyataan-pernyataan apakah yang mungkin dirumuskan berkaitan antara rincian proses dengan pencapaian tujuan?
c. Dalam hal-hal apakah berbagai kebutuhan klien sudah dapat dipenuhi selama proses pemberian layanan konseling pastoral?
d. Apakah dampak yang diperoleh klien dalam waktu yang relatif lama dengan adanya program layanan konseling pastoral?
Sebuah program akan dikatakan berhasil dan sukses apabila memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Mutrofin dan Hadi (Badrujaman, 2011: 64), menjelaskan bahwa kriteria merupakan karakteristik program yang dianggap basis penting untuk melakukan riset evaluasi pada program tersebut. Lebih lanjut ia menegaskan bahwa hal itu senada dengan apa yang disampaikan oleh Winkel dan Hastuti, bahwa kriteria adalah patokan dalam evaluasi program. Berikut tabel kriteria evaluasi program dari keempat aspek desain evaluasi model CIPP:
Tabel 1. Kriteria Evaluasi Konseling Pastoral
Aspek Indikator Kriteria
Konteks
Perencanaan program Program memenuhi kebutuhan rohani pasien: kegiatan mausiawi; konseling/ pendampingan; siaran radio; perpustakaan; pelayanan doa dan sakramen-sakramen; dan pelayanan kerohanian melalui radio/audio.
Konselor/petugas pastoral
Terdapat Pastor, suster, tenaga pastoral Jam kerja 07.00-14.30
Dukungan keuangan Terdapat rencana anggaran
Ruangan Terdapat ruang konseling yang nyaman Sarana dan prasarana Tersedia sarana yang mendukung
Inputs pelayanan rohani (konseling pastoral) Media Media yang menarik dan menginspirasi Metode pelayanan
pastoral
Kunjungan setiap hari kepada semua pasien tanpa memandang suku, agama, ras dan layanan konseling bagi pasien yang membutuhkan.
Proses
Keterlaksanaan program
Program terlaksana Waktu pelaksanaan Sesuai rencana Pemberian layanan
pastoral
(pendampingan dan konseling )
Pasien merasa puas atas layanan rohani yang disediakan rumah sakit
Penggunaan media layanan rohani
Pasien dan keluarga merasa terhibur, serta memperoleh peneguhan.
Penggunaan metode pelayanan pastoral
Pasien terlibat dan mau terbuka terhadap layanan konseling pastoral Ketercapaian layanan
konseling pastoral
Pasien merasakan dampak positif dari layanan yang diperolehnya
(kesembuhan, peneguhan, motivasi, makna hidup)
Hasil/ produck
Tujuan layanan tercapai
Pasien mengalami perubahan (dari situasi bergumul menuju penemuan makna dalam hidupnya)
Membangkitkan potensi pasien agar mampu mengambil keputusan.
Setelah membuat kriteria evaluasi, maka langkah berikutnya adalah menyusun tabel perencanaan evaluasi. Adapun tabelnya sebagai berikut:
Tabel 2. Tabel Perencanaan Evaluasi
Aspek Indikator Sumber Data Teknik
Pengumpulan Data Konteks Perencanaan program Dokumen Program
Pastoral Care (PC) Studi dokumen Konselor/petugas pastoral Petugas PC, Suster SSpS Wawancara
Jam kerja Dokumen Program
PC
Wawancara dan studi dokumen
Inputs
Dukungan keuangan Petugas PC Wa wancara
Ruangan Ruangan PC Observasi
Sarana dan prasarana Petugas PC Wawancara dan observasi
Media Majalah dinding Wawancara dan
observasi Metode pelayanan pastoral Program Konseling Pastoral RSK Budi Rahayu Studi dokumen, Wawancara dan Observasi Proses Keterlaksanaan program Kepala unit PC, Suster SSpS, dokter, staff PC, dan perawat Wawancara dan observasi
Waktu pelaksanaan Staff PC, dokter, perawat dan Suster
Wawancara dan observasi Pemberian layanan pastoral (pendampingan dan konseling ) Staff PC, dokter, perawat dan Suster, serta pasien dan keluarganya Wawancara dan observasi Penggunaan media layanan rohani Staff PC, perawat, dan pasien Wawancara dan observasi Penggunaan metode pelayanan pastoral Staff PC, perawat, dan pasien Wawancara dan observasi Ketercapaian layanan konseling pastoral Staff PC, Suster, Perawat, dokter, dan pasien Wawancara Hasil/ produck Tujuan layanan tercapai Staff PC, Suster, Perawat, dokter, pasien dan keluarganya wawancara
Penelitian kualitatif dengan desain evaluasi dimaksudkan untuk menilai keterlaksanaan layanan konseling pastoral di rumah sakit Budi Rahayu Blitar. Hal ini berfokus pada perencanaan, proses pelaksanaan, dan hasil layanan konseling pastoral bagi pasien, keluarga pasien, dan bagi pihak rumah sakit. Analisis kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk memperkaya informasi mengenai aspek produk.
B. Tempat dan Waktu Penelitian