BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
C. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa hasil karya ilmiah ini masih banyak keterbatasan. Keterbatasan itu disadari oleh peneliti bahwa diawal penelitian penulis kurang mempersiapkan diri. Ada beberapa hal yang belum secara penuh dikuasai oleh peneliti. Bagi peneliti, konseling pastoral adalah sesuatu yang masih baru, terlebih di bidang kesehatan khususnya di rumah sakit.
Konsep tentang konseling di bidang pendidikan masih terlalu kuat terbawa oleh peneliti, sehingga sempat menimbulkan keraguan. Peneliti larut dalam layanan konseling pastoral, sehingga hasil wawancara diawal penelitian menjadi bias. Akibatnya peneliti harus menambah waktu penelitian untuk menghasilkan data yang akurat.
Ada beberapa hal yang kurang bisa tergali datanya, karena waktu penelitian yang terbatas. Selain itu juga ada beberapa responden/pasien yang kurang terbuka. Peneliti masih perlu meningkatkan wawasan dan pemahamannya di bidang konseling pastoral di rumah sakit, psikologi orang sakit dan pendekatan konseling yang tepat bagi pasien, serta evaluasi program konseling pastoral.
Adanya keterbatasan-keterbatasan itu menyadarkan peneliti bahwa dalam penelitian kualitatif perlu persiapan yang matang dan penguasaan tentang apa yang akan diteliti, serta siap terhadap adanya perubahan-perubahan yang terjadi. Atas keterbatasan-keterbatasan tersebut peneliti mohon maaf.
143
DAFTAR PUSTAKA
Abineno J.L.CH, 1994. Pelayanan Pastoral Kepada Orang-Orang Sakit. Jakarta:BPK Gunung Mulia.
_____________, 2006. Pedoman Praktis untuk Pelayanan Pastoral.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
_____________, 2014. Pelayanan Pastoral Kepada Orang Sakit. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Arikunto Suharsimi, 2015. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Arikunto Suharsimi & Abdul Jabar CS, 2008. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Badrujaman Aip, 2011. Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan
Konseling. Jakarta: PT Indeks.
Beek Aart Van, 1987. Konseling Pastoral Sebuah Buku Pegangan Bagi Para
Penolong Di Indonesia. Semarang: Satya Wacana.
Collins Garry R, 1989. Konseling Kristen yang Efektif. Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara.
Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Gula Richard M, 2009. Etika Pastoral. Yogyakarta: Kanisius.
Hidayanti Ema, (Januari-Juni 2012). Pelayanan Bimbingan Konseling Bagi
Pasien Rawat Inap. Diambil pada tanggal 18 November 2014, dari
http://journal.walisongo.ac.id/index.php/dakwah/article/view/126/125. Haarsma F, 1991. Pastorat Dalam Dunia. Yogyakarta: Puspas.
Moleong L.J, 2007. Dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Puspas.
__________, 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
O’Brien Mary Elizabeth, 2009. Pedoman Perawat untuk Pelayanan Spiritual: Berdiri di Atas Tanah yang Kudus. Medan: Bina Media Perintis.
Suprana Oo, (2009). Analisis pengaruh pelayanan rohani terhadap kepuasan pasien rawat inap di rumah sakit panti wilasa “dr. cipto”, semarang tahun
2009 (tesis magister, universitas diponegoro semarang 2009). Diambil pada
tanggal 24 September 2014, dari
Purwanto M. Ngalim, 2014. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Sugiyono, 2013.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suhardi Alfons S, 1987. Pedoman Etis Dan Pastoral Rumah Sakit Katolik. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.
Susabda Yakub B, 1983. Pastoral Konseling Buku Pegangan untuk Pemimpin
Gereja dan Konselor Kristen.Pendekatan Konseling di Dasarkan pada Integrasi antara Psikologi dan Teologi. Malang: Gandum Mas.
Tulus Tu,u. 2007. Dasar-dasar Konseling Pastoral: Panduan bagi Pelayanan
Konseling Gereja, Yogyakarta: ANDI Offset.
Widjojo Subroto dkk, 2005. Konseling Pastoral Katolik. Pusat Pelayanan Konseling dan Konsultasi Psikologi “SHEKINAH”.
Wijayatsih Hendri, (April/Oktober 2011). Pendampingan dan Konseling Pastoral. Gema Teologi, 35, 0853-4500.
Wilis Sofyan S, 2014. Konseling Individual, Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.
Wiryasaputra Totok S, 1999. Konseling Pastoral Sarana pelayanan Karya
Kesehatan. Yogyakarta: Puspas.
Young Caroline & Koopsen Cyndie, 2007. Spiritual, Kesehatan, dan
L
A
M
P
I
R
A
N
DATA HASIL WAWANCARA RESPONDEN (Suster, Pastor, Dokter, Perawat, Petugas PC, Majelis)
ASPEK KODING REDUKSI HASIL/KESIMPULAN
Sasaran PC (PSs)
1. Ya semua pasien (px) dan keluarganya suster, tapi biasanya saya berani sedikit-sedikit yang katolik (PSs.D1) 2. Menurut saya yang menjadi sasaran utama ya semua
penderita suster, tanpa memandang agama (PSs.D2) 3. Menurut saya ya seluruh pasien rawat inap di rumah sakit
ini sus, tanpa memandang agama (PSs.D3)
4. umat kristiani pada umumnya dan beberapa umat lain yang minta untuk didoakan dan memiliki dasar iman yang sama/ orang lain yang sudah terbiasa dengan iman katolik (PSs.Rm)
5. Selama ini yang saya lihat itu, semua pasien terutama ini ter, pasien-pasien yang dalam proses persalinan atau setelah operasi. Misalnya pasien yang post SC hari I, operasi Caesar.biasanya kadang kan merasa cemas, itu biasanya (PSs.P1)
6. Yaitu ter, biasanya pasien dengan kasus/penyakit yang istimewa; dengan sakit yang sudah komplikasi; yang
1. Semua pasien (px) dan keluarganya, khususnya yang beragama katolik (PSs.D1; Rm; PSs.PC)
2. Semua penderita, tanpa memandang agama (PSs.D2). 3. Seluruh pasien rawat inap di
rumah sakit, tanpa memandang agama ( PSs.P1; PSs.D3, IC)
4. Pasien dengan kasus/penyakit yang istimewa, komplikasi; yang mengalami
psikosomatis; Stroke (CVA), Hipertensi pasien post
operasi; dan pasien yang tidak dijaga keluarganya (PSs.P1; PSs.P2; P2.1; P3; 1. Semua pasien (px) / penderita dan keluarganya (PSs. D1, Pc, D2, P1, Rm). 2. Tanpa memandang agama (PSs.D2). 3. Seluruh pasien rawat
inap (PSs.D3) 4. Pasien-pasien yang
dalam proses persalinan atau setelah operasi 5. pasien dengan
kasus/penyakit yang istimewa, Stroke (CVA), Hipertensi komplikasi; yang mengalami psiko-somatis (kecemasan tinggi); dan juga pasien
PEL
A
KSAN
mengalami psikosomatis; pasien post operasi; dan juga pasien yang tidak dijaga keluarganya (PSs.P2)
7. Biasanya ini ter, pasien dengan kasus istimewa, pasien kritis dan pasien yang mengalami gangguan mental (psikosa) (PSs.P2.1).
8. Suster setahu saya, biasanya yang dikunjungi adalah pasien-pasien dengan kondisi penyakit yang berat seperti Stroke (CVA), Hipertensi, tapi juga ke pasien-pasien yang dengan kondisi yang mulai membaik, menurut saya semua ter dikunjungi walau hanya disapa (PSs.P3)
9. Biasanya pasien dengan kasus atau penyakit yang istimewa, misalnya: penyakit-penyakit yang komplikasi, penyakit dengan kasus operasi/kasus bedah, pasien yang mengalami masalah psikologis (PSs.P4).
10. rata-rata hampir semua kasus di ICU ter, dan bila kondisi pasien tidak sadar, biasanya didoakan saja. Contoh kasus px yang dikunjungi adalah: pasien-pasien di ICU dengan kasus jantung, px anak-anak yang rata-rata dengan kasus (PSs.IC)
11. ya selama ini ya pasien yang membutuhkan pendampingan khusus, pasien yang mengalami kecemasan yang tinggi
P4, IC)
5. pasien-pasien dengan kondisi penyakit yang berat seperti (PSs.P3)
6. pasien yang membutuhkan pendampingan khusus(IC)
yang tidak dijaga keluarganya (PSs.P2), (2.1), (PSs.P4).
6. pasien yang membutuhkan
pendampingan khusus. Jadi sasaran layanan
konseling pastoral
adalah: semua pasien rawat inap dan ke-luarganya tanpa me-mandang agama. Ter-utama untuk pasien yang mem-butuhkan
pendampingan khusus dan pasien yang istimewa (sakit berat).
akan penyakit yang dideritanya yang akan menghambat aktifitasnya. Misalnya: pasien penderita kanker dan stroke (PSs.IC).
12. biasanya pasien yang khusus sus, misalnya: Kanker, Hipertensi, Ibu melahirkan ( setelah lahir bayi meninggal dunia ), bunuh diri; selain itu juga keluarga pasien, nah.. Apabila pasien tidak bisa diajak komunikasi, maka kita menemui keluarganya karena keluarga kan lebih dekat dengan pasien ter (PSs.PC)
Jadwal Waktu/ lama (PW)
1. wahhh…tidak pasti sih ter, tergantung kasusnya.
Seandainya ringan biasanya 15 menit, tapi kalau situasi kritis memang butuh waktu panjang . Selama ini waktunya tidak tentu suster, tergantung situasi dan kondisi pasien. Tetapi setiap hari sering terjadi konseling (PW.IC)
2. baru awal kita temukan diagnose penyakitnya butuh waktu lama sekitar 15-20 menit, karena masih menerangkan penyakitnya, bagaimana pengobatannya, tapi hari berikutnya cukup lima menit kalau tidak ada pertanyaan, kita hanya menerangkan hasil dan perkembangannya, karena di Indonesia ya..memang sakgitu (PW.D1)
1. Tidak pasti, tergantung kasusnya, ringan biasanya 15 menit, tapi kalau situasi kritis memang butuh waktu panjang, dilakukan setiap hari (PW.IC)
2. saat visitebed sekitar 15-20 menit, hari berikutnya cukup lima menit (PW.D1)
3. Jam kunjung 10.00-12.15 (PW.SS)
1. setiap hari (PW.IC, PW.D1, PW.SS, PW.PC) 2. jamnya tidak pasti 3. saat visitebed sekitar
15-20 menit
5. 10.00-12.15 (PW.SS) 4. setiap hari mulai pukul
08.30-09.30 dilanjutkan pukul 10.30-12.15 WIB (PW.PC)
pas-3. Jam kunjung 10.00-12.15, ya..karena diruangan ketika pagi masih sibuk dengan keperawatan, obat, rawat luka, dll. Karena memang disini jam besuk 24 jam, makanya kita harus mengusahakan sendiri, kalau banyak tamu ya ditinggal dulu (PW.SS)
4. utk pendampingan dilakukan setiap hari ter, mulai pukul 08.30-09.30 dilanjutkan pukul 10.30-12.15 WIB. Karena jam itu pasien sudah selesai mendapat perawatan dan jam 09.30 kembali kePC karena saat jam itu banyak pengunjung yang datang menjengguk pasien biasanya tidak bisa ditargetkan sus, tergantung situasi pasiennya. Biasanya per paviliun bergantian setiap hari. Jika perlu biasanya setelah jam kunjung, saya lanjutkan (PW.PC)
4. setiap hari mulai pukul 08.30-09.30 dilanjutkan pukul 10.30-12.15 WIB (PW.PC)
toral dilakukan setiap hari, waktunya tidak tentu. Hal itu men- yesuaikan konselornya (dokter, perawat, pendeta, romo). Tetapi untuk unit PC melakukan setiap hari 08.30-09.30/10.00 WIB dilanjutkan pukul 10.30-12.15 WIB (PW.PC), sedangkan suster 10.00-12.15 (PW.SS). Ada tindak lanjut bila dibutuhkan.
AUDIO Audio diaktifkan dari jam 07.00-13.00 suster, jam13.00 berhenti, karena jam istirahat selain itu jam13.00 saya bertugas di perpustakaan rumah sakit dan bila saya ada di PC karena tidak ada komputer diruangan itu sehingga untuk pencatatan saya kerjakan di PC. Hal itu juga
Audio diaktifkan dari jam 07.00-13.00 suster
Ada renungan pagi, doa, dan instrument mulai pukul 07.00-13.00
memudahkan jika ada yang membutuhkan layanan PC (PC) Jumlah pertemuan (PJP) dan dinyata kan Selesai (PS)
1. Itu juga tergantung kasusnya ter, biasanya pasien dan keluarganya kalau sudah tenang ya sudah cukup, dan bila mereka konsultasi lagi ya kita layani. Tapi biasanya cuma sekali (IC)
2. biasanya terjadi hanya satu kali, tidak pernah ada kasus yang terlalu serius (PJP.Rm)
3. Biasanya ketika mereka sudah mencari alternative-alternatif dan sudah cocok dengan dirinya. Saya rasa mereka sudah bisa mandiri, saya menghindari adanya ketergantungan, menghibur-hibur, memang aranya tidak kesana, dan saya rasa ia sudah bisa (SS).
4. Mungkin sekali dilihat, ternyata dia sudah merasa senang, mau apa sudah direncanakan, biasanya ya sudah jalan sendiri. (SS)
5. tergantung sus, biasanya sekali. Biasanya saya menawarkan apakah saya perlu datang atau tidak? Jika ya saya akan hadir lagi. (PC)
1. tergantung kasusnya (PJP .IC, PC )
2. sekali (PJP. IC, SS, Rm) 3. mereka sudah mencari
alternative, saya rasa mereka sudah bisa mandiri; sudah merasa senang, mau apa sudah direncanakan (PS.PC)
Jumlah pertemuan pendampingan/konseling hanya satu kali (PJP. IC, SS, Rm), ada tindak lanjut bila ada kasus tertentu/pasien membutuhkan kehadiran konselor lagi.
Dinyatakan cukup dan selesai bila:
1. tidak ada kasus yang terlalu serius
2. pasien sudah mengalami perubahan dan mencari alternatif-alternatif yang cocok dengannya. 3. pasien dipercaya bahwa
Kerja sama (PKs)
1. Suster, saya merasa sebagai dokter, belum menjalin kerjasama dengan unit PC, dalam penanganan pasien-pasien di ruang rawat inap (PKs.D1)
2. Ya, selama ini kami bekerja sama dengan baik sus (PKs.P1)
3. Ya suster selama ini ada kerjasama sus (PKs.P2)
kerjasama selama ini sebatas pemberitahuan, pemberian layanan sakramental (2.1).
4. Ya ter relasinya cukup baik, petugas PC sering menanyakan tentang jumlah pasien dan agamanya,dan perawat sering menghubungi petugas PC saat ada permintaan sakramen perminyakan dari keluarga pasien (PKs.P3)
5. ada ter (PKs.P4)
6. Iya ter, terjalin kerjasama yang baik antara para perawat dan petugas PC oleh karena kesinambungan yang tidak bisa terpisah-pisah. Misalnya: dari unit perawatan memberi motivasi dan tawaran untuk perminyakan pada pasien, kemudian perawat menyampaikan kepada petugas PC dan petugas PC menghubungi romo dan melakukan
1. belum menjalin kerjasama 2. bekerja sama dengan baik
(PKs.P1, PKs.P2, PKs.IC, PKs.P4, PKs.S)
3. kerjasama selama ini sebatas pemberitahuan, dan pemberian layanan sakramental (Rm).
Ada kerjasama dan relasi yang baik antara tenaga PC dengan tim medis (dokter dan perawat), karena layanan ini diterima sebagai bagian yang saling
berkesinambungan dan tidak bisa terpisah-pisah (Pks P1, P2, P3, P4, IC, S). hal yang berbeda diungkapkan seorang responden yang menyatakan belum menjalin kerjasama. (PKs.D1).
pendampingan pada saat perminyakan; bila ada px yang membutuhkan konseling, dari perawatan juga menghubungi ke PC dan selalu direspon dengan baik (PKs.IC).
7. sejauh yang saya tahu ada kerjasama dan relasi yang baik antara petugas PC dengan para perawat (PKs.S).
Langkah-langkah PC (PLL)
1. Proses konseling selama ini banyak dilakukan sambil dokter melakukan visite (bedsite counseling). Tetapi untuk kasus-kasus penyakit yang tidak bisa sembuh. Prosesnya: keluarga dipanggil ke ruang perawat untuk mendapat penjelasan detail, sedangkan untuk pasiennya sendiri diupayakan agar mendapatkan informasi-informasi yang tidak menambah stress pada yang bersangkutan (PLL.D1)
2. Biasanya mbak Ac…melihat status untuk mengetahui
identitas dan kasus pasien-pasien yang akan dikunjungi, setelah itu baru berkunjung (PLL.P1)
3. Sebelum kunjungan biasanya meminta ijin kepada kepala ruangan atau penanggung jawab saat itu suster; kemudian menanyakan pada petugas tentang pasien dan keluarga. Kira-kira pasien mana saja yang perlu dilakukan
1. keluarga dipanggil ke ruang perawat; pasiennya sendiri diupayakan agar mendapatkan informasi-informasi yang tidak menambah stress 2. Saya berusaha mengenal
mereka, Awalnya kita perlu mengenal latar belakang pasien, pekerjaannya, “pak, bu…nopo sing dirasake?”, kebiasaannya bagaimana? (PLL.D1)
3. meminta ijin kepada kepala ruangan (PPL.P2, PPL.P2.1,
Fase/tahap proses konseling: 1. Pembukaan: membangun
hubungan pribadi dengan konseli (berkunjung, menyapa, perkenalan, dan pertanyaan basa-basi, serta menemani) “Saya berusaha mengenal mereka, Awalnya kita perlu mengenal latar belakang pasien, pekerjaannya, “pak, bu…nopo sing dirasake?”, kebiasaannya
kunjungan PC atau ada kasus istimewa (PPL.P2)
4. Minta ijin petugas yang bertugas waktu itu (KP); Menanyakan kepada petugas, px mana saja yang perlu dikunjungi; Langsung mengadakan konseling; Melakukan pendokumentasian data pasien yang dikunjungi; Petugas yang bertugas saat itu menandatangani buku kegiatan PC (PPL.P2.1)
5. sebelum ke pasien biasanya petugas PC melihat status pasien, melihat tentang catatan keadaan pasien sebelumnya, dan kadang menanyakan ke petugas ruangan tentang keadaan pasien (PPL.P3)
6. petugas PC meminta ijin dulu ke penanggungjawab ruangan untuk melakukan kunjungan pasien (PPL.P4) 7. petugas PC menanyakan identitas px termasuk agamanya
dan kondisinya secara garis besar; (PPL.IC)
8. sejauh saya tahu “ya”, karena sebelum pelayanan pastoral
care melakukan kunjungan terlebih dahulu datang dan bertanya tentang pasien-pasien yang dirawat di RS di kantor perawatan unit tersebut bertanya kepada perawat ruangan mengenai pasien yang dirawat saat itu, penyakit
PLL.P4)
4. menanyakan pada petugas tentang keadaan pasien dan keluarga, mana saja yang perlu dilakukan kunjungan PC atau ada kasus istimewa (PLL.P2, PLL.P2.1, PPL.S) 5. melihat status untuk
mengetahui identitas dan kasus pasien-pasien yang akan dikunjungi (PLL.p2, PLL.IC), melihat tentang catatan keadaan pasien sebelumnya (PPL.P3). 6. berkunjung, langsung ke ruangan (PPL.P1) 7. mengadakan konseling (PPL.P2.1) 8. Melakukan pendokumentasian data bagaimana?” (PLL.D1) 2. Penjelasan: menerima ungkapan konseli apa adanya, serta
mendengarkan dengan penuh perhatian. Berusaha menentukan jenis masalah masalah dan pendekatan konseling yang sebaiknya diambil. Ini belum terlalu Nampak, biasanya langsung pemberian informasi dan saran.
“memahami situasi orang sakit, biasanya dengan me-nyapa, memberi peluang kepada pasien untuk
yang diderita pasien (PPL.S)
9. biasanya saya kunjungan pasien dan keluarga pasien sus, nah untuk langkah-langkahnya itu biasanya seperti ini sus, saya datang langsung ke ruangan, setelah itu melihat status pasien (agamanya apa?, sakitnya, dokter, asalnya), ya sudah kalau selesai kunjungan biasanya keruangan lagi untuk melakukan pencatatan; (pertama melakukan pendekatan dengan berkunjung, menyapa, dan menemani; 2) memberikan pendampingan untuk menggali sejauh mana apa yang dialami pasien pada saat itu; 3) menanggapi ungkapan pasien; 4) memberikan saran) (PLL.Pc)
10. memahami situasi orang sakit, setelah itu; Memancing dengan pertanyaan-pertanyaan yang sederhana (bagaimana...., lalu....oya...). Pasti suster sudah mengerti itu (sambil tertawa), peneliti iya Romo tetapi teori dengan praktek kan kadang berbeda; menguatkan mereka, orang sakit tidak bisa disamakan dengan orang pada umumnya (PLL.Rm)
11. Saya mencari data pasien: phisik, agama, data dari perawat. Dengan gambaran yang didapat, kemudian
pasien yang dikunjungi; PC (PPL.P2.1)
9. melihat status pasien (agamanya, sakitnya, dokter, asalnya)
10. melakukan pendekatan 1) menyapa,& menemani;2) memberikan pendampingan untuk menggali sejauh mana apa yang dialami pasien pada saat itu; 3) menanggapi ungkapan pasien; 4) mem-berikan saran (PLL.Pc) 11. memahami situasi orang sakit 12. Memancing dengan per-tanyaan-pertanyaan yang sederhana (bagaimana..,lalu.... o..ya...)
13. Menguatkan mereka
14. mencari data pasien;
menceritakan permasalah-annya; setelah itu kita mendengarkannya dengan penuh kesabaran dan kesempatan yang lebih bertemu dengan pasien” (S).
3. Penggalian latar belakang masalah: mengadakan analisis kasus, sesuai dengan pendekatan konseling yang dipilih.
“Menanyakan: sakit yang dirasakan,cari tahu apa yang menjadi ganjalan (masalah) yang dialami. Dari situ saya bisa menangkap dimana ada
mengunjungi pasien dan keluarga bila ada yang jaga; Menanyakan: sakit yang dirasakan,cari tahu apa yang menjadi ganjalan (masalah) yang dialami.
12. Menangkap: dimana masalah yang didengar dan klarifikasi dengan pasien dan keluarga.
13. Menyarankan beberapa alternatif yang sesuai dengan kondisi pasien dan pasien membuat pilihan untuk dijalankan.
14. Selesai dan pamit. Bila perlu kontrak waktu untuk ketemu lagi (PLL.SS).
15. saya mencari datanya dulu, kondisi bagaimana, hasil pemeriksaan lab bagaimana, mencari informasi ke perawat kira-kira pasien butuh bantuan apa?, jadi saya datang tidak kosong-kosong. Saya datang kepx sudah tahu dan punya gambaran, kira-kira saya bisa memberi apa pada mereka. Awalnya saya memperkenalkan diri, kemudian tanya gejala yang dirasakan, dan memang segala penyakit itu memiliki gejala yang berbeda karena secara ilmu saya tahu dan mengingat itu. Kemudian baru secara ekonomi, saya jelaskan untuk pengobatan selanjutnya, biaya dan
mengunjungi pasien dan keluarga; bertanya; Menangkap (mendengarkan dan klarifikasi); pemberian saran dan alternatif yang sesuai; kontrak waktu; pamit 15. dilihat dari kasus atau
diagnose & masalah-masalah yang sedang dipikirkan; konseling;, 1) kita memberi gambaran secara medis kepada pasien, 2) kita memberi dukungan secara psikis (senyum, sapaan, pujian/komunikasi
teraupetik), 3) memberi motivasi kepada pasien supaya mau makan, 4) memberikan saran supaya banyak berdoa, membaca
masalah yang didengar dan klarifikasi dengan pasien dan keluarga” (SS)
4. Penyelesaian masalah: menyalurkan arus pemikiran konseli. “maka saat itu saya mengajak mereka utk berpikir, juga memberi alternative-alternatif, disamping itu juga tak terlepas dari campur tangan Tuhan, sambil mengajak mereka untuk tetap berdoa. Jika mungkin saya ajak berdoa, menganjurkan doa Rosario jika mungkin bagi keluarga
kondisinya bagaimana, pasti secara kejiwaan, mereka ada rasa sedih, cemas, maka saat itu saya mengajak mereka utk berpikir, juga memberi alternative-alternatif, disamping itu juga tak terlepas dari campur tangan Tuhan, sambil mengajak mereka untuk tetap berdoa. Jika mungkin saya ajak berdoa, menganjurkan doa Rosario jika mungkin bagi keluarga yang menjaganya. Saya sampai follow up untuk hari selanjutnya mereka biasanya lebih baik (PLL.SS) 16. ya hari pertama nampak kecemasan….kemudian baru
mengecek latar belakang dari data yang saya pelajari sebelumnya, saya menyapaikan kelengkapan data, perawatan dan arahnya kemana, sehingga mereka semakin paham dan senang. Dan itu memang yang diharapkan oleh mereka, karena kadang mereka kosong dan tidak mengerti apa-apa, kalau dari penjelasan, saya menanyakan gejala-gejalanya, maka mereka lansung menerima dan mengiyakan, mereka senang dan memperoleh pemahaman, supaya nanti ditolong diberi obat, sehhg paham dan mengerti. Mereka justru mengharapkan penjelasan-penjelasan seperti itu. (PTK.SS)/LL
kitab suci, dan novena bagi umat katolik (P1).
16. 1) meminta ijin pada pasien atau keluarga, menjelaskan maksud dan tujuan yang akan dilakukan; 2) setuju dilakukan pendampingan & bimbingan; 3) bila tidak setuju kita menerima dengan lapang dada; 4) saat akan melakukan kegiatan pendampingan dan bimbingan, PC melihat medical raport dan menanyakan agama apa yang dianut pasien (agar sesuai) (P2).
17. melakukan pendekatan emosional, jika pasien kritis melihat situasi pasien; Memberikan pengertian
yang menjaganya.” (SS) 5. Penutup : mengakhiri
hubungan pribadi dengan konseli “memberi motivasi kepada pasien supaya mau makan Selesai dan pamit. Mengajak berdoa jika mungkin. Bila perlu kontrak waktu untuk ketemu lagi (PLL.SS)”; menguatkan mereka, orang sakit tidak bisa disamakan dengan orang pada umumnya”
17. dilihat dari kasus atau diagnose yang sedang dihadapi pasien terlebih dahulu, kemudian masalah-masalah yang sedang dipikirkan lalu konseling; ada suster, begini biasanya yang saya lakukan, 1) kita memberi gambaran secara medis kepada pasien, 2) kita memberi dukungan secara psikis (senyum, sapaan, pujian/komunikasi teraupetik), 3) memberi motivasi kepada pasien supaya mau makan, 4) memberikan saran supaya banyak berdoa, membaca kitab suci, dan novena bagi umat katolik (P1). 18. langkah-langkahnya: 1) meminta ijin pada pasien atau
keluarga, menjelaskan maksud dan tujuan yang akan dilakukan; 2) bila setuju langsung dilakukan pendampingan & bimbingan; 3) bila tidak setuju kita menerima dengan lapang dada; 4) saat akan melakukan kegiatan pendampingan dan bimbingan, PC melihat medical raport dan menanyakan agama apa yang dianut pasien (agar sesuai) (P2).
19. P2.1:
melakukan pendekatan emosional, jika pasien kritis melihat situasi pasien.
kepada keluarga tentang kondisi pasien; Menganjurkan pasien agar berdoa sesuai agama dan kepercayaan pasien; Menenangkan keluarga bahwa dokter dan petugas kesehatan sudah berusaha sekuat tenaga. 18. komunikasi dengan pasien;
mendekati keluarga pasien untuk menggali informasi tentang keadaan pasien sehari-hari; mengulas dan menanyakan ke pasien-pasien juga kebiasaan–kebiasaan yang menyenangkan bagi pasien
19. menyapa px/keluarga px