• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PROFIL SOSIO-DEMOGRAFI PENDUDUK

3.1. Jumlah dan Komposisi Penduduk

Selama kurun waktu tahun 2000-2004 jumlah penduduk Kabupaten Pangkep yang tersebar di 12 kecamatan terus meningkat (BPS Kabupaten Pangkep, 2005). Pada tahun 2000 penduduk kabupaten ini berjumlah 268.894 orang, yang pada tahun 2001 dan 2002 meningkat menjadi 274.326 orang dan 277.935. Jumlah ini selanjutnya bertambah menjadi 279.887 orang pada tahun 2003 dan pada tahun 2004 meningkat menjadi 285.172 jiwa. Selama kurun waktu lima tahun tersebut, rata-rata laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Pangkep sebesar 1,18 persen per tahun.

Tabel 3.1 menyajikan data jumlah penduduk di Kabupaten Pangkep dan di kecamatan-kecamatan yang terdapat di wilayah kabupaten ini. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa jumlah penduduk terbanyak

terdapat di Kecamatan Labakkang, diikuti oleh Kecamatan Pangkajene dan Ma’rang. Ketiga kecamatan ini juga merupakan kecamatan dengan penduduk terpadat di Kabupaten Pangkep, meskipun kepadatannya berbeda. Kecamatan dengan penduduk terpadat adalah Kecamatan Pangkajene, diikuti oleh Kecamatan Labakkang dan Ma’rang. Kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah Tondong Tallasa yang sekaligus mempunyai kepadatan penduduk terendah.

Diantara tiga kecamatan yang terdapat di wilayah kepulauan (Liukang Tangaya, Liukang Kalmas dan Liukang Tupabbiring), Kecamatan Liukang Tupabbiring mempunyai jumlah penduduk terbanyak dan terpadat. Tabel 3.1 juga menunjukkan bahwa bahwa rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Pangkep sebesar 90, yang berarti jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dari penduduk perempuan .

Tabel 3.1

Jumlah Penduduk Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Menurut Kecamatan, Jenis Kelamin, Kepadatan dan Rasio Jenis Kelamin, 2004

Jenis Kelamin Kecamatan Lk Pr Lk+Pr Kepadatan Penduduk (km2) Rasio JK Lk Tangaya 7.807 8.349 16.156 135 94 Lk Kalmas 5.451 5.776 11.227 123 94 Lk Tupabbiring 13.352 14.405 27.757 198 93 Pangkajene 17.765 19.621 37.386 789 91 Balocci 7.802 7.994 15.796 110 96 Bungoro 17.073 18.038 35.111 390 95 Labakkang 18.709 21.426 40.135 408 87 Ma'rang 13.940 15.836 29.776 396 88 Segere 9.518 10.746 20.264 259 89 Minasa Te'ne 13.236 16.144 29.380 384 82 Tondong Tallasa 4.459 4.884 9.343 84 91 Mandalle 6.018 6.823 12.841 320 88 Jumlah 135.130 150.042 285.172 256 90

Sumber : BPS Kabupaten Pangkep, 2005. Kabupaten Pangkep dalam Angka 2004/2005.

Berdasarkan kelompok umur, terlihat bahwa sekitar sepertiga dari penduduk Kabupaten Pangkep berada pada kelompok usia muda (0-14 tahun). Sekitar 60 persen penduduk berada dalam kelompok umur produktif

secara ekonomi (15-59 tahun) dan sisanya, 7,4 persen adalah penduduk lanjut usia. Dari sekitar 60 persen penduduk dalam umur ekonomi produktif tersebut, sebanyak 24,2 persen adalah mereka yang berada dalam usia kerja prima (prime working age), 25-39 tahun. Rasio ketergantungan penduduk Kabupaten Pangkep relatif rendah, yaitu sebesar 0,59. Artinya, satu orang penduduk usia produktif (15-64) mendukung kurang dari satu orang penduduk yang tidak produktif, baik anak-anak maupun penduduk lanjut usia (usia 0-14 tahun dan 65 tahun keatas).

Gambar 3.1

Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, 2003 (%)

-8.00 -6.00 -4.00 -2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 0 – 4 5 – 9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 + Laki-laki Perempuan

Sumber : BPS Kab Pangkep. 2004. Penduduk Kabupaten Pangkep 2003 : Hasil Registrasi Penduduk. Pangkajene

Pada umumnya penduduk di Kabupaten Pangkep adalah campuran orang Bugis - Makasar. Hal tersebut terkait erat dengan sejarah kerajaan yang ada disekitar Pangkep dan Makasar dan adanya ikatan perkawinan antar kerjaan kecil yang ditaklukan di Sulawesi Selatan pada masa kerajaan kembar Goa dan Tallo (abad 17-18). Kerajaan kembar tersebut ketika itu berhasil menaklukan kerajaan Siang yang pusat kerajaannya berada di daerah Pangkep (http://www.sulsel.go.id/wilayah/pangkep/profil.html; http://www.pangkep.go.id/sejarah php). Walaupun demikian, penduduk di lokasi survei di wilayah kepulauan (Desa Matiro Bombang kecamatan

Liukang Tupabbiring) majoritas bersuku Bugis, sementara di Kelurahan Pundata Baji pada umumnya penduduk asli adalah suku Makasar.

Dari seluruh desa yang terletak di kawasan Kecamatan Liukang Tupabbiring, jumlah penduduk terbanyak ditemukan di Desa Mattiro Sompe (Tabel 3.2). Meskipun mempunyai jumlah penduduk terbanyak, Mattiro Sompe bukanlah desa dengan penduduk terpadat di Kecamatan Liukang Tupabbiring. Desa dengan penduduk terpadat adalah Mattiro Bulu yang mempunyai penduduk sebanyak 766 orang per kilometer persegi. Sama halnya dengan kondisi di tingkat kabupaten, rasio jenis kelamin penduduk desa-desa yang ada di kecamatan ini pada umumnya kurang dari 100. Hanya Desa Mattiro Ujung yang mempunyai penduduk laki-laki lebih banyak daripada penduduk perempuan.

Tabel 3.2

Penduduk Kecamatan Liukang Tupabbiring Menurut Desa, Jenis Kelamin, Kepadatan dan Rasio Jenis Kelamin, 2003

1.2.3.1 Jenis Kelamin Desa/Kelurahan LK PR Jumlah Kepadatan (km2) Rasio Jenis Kelamin Mattiro Sompe 2.005 2.052 4.057 507 98 Mattiro Deceng 1.348 1.452 2.800 311 93 Mattiro Langi 1.177 1.287 2.464 224 91 Mattiro Walie 951 979 1.930 62 97 Mattiro Matae 493 536 1.029 103 92 Mattiro Bombang 1.292 1.609 2.901 132 80 Mattiro Kanja 698 762 1.460 309 92 Mattiro Uleng 768 830 1.598 320 93 Mattiro Bulu 1.106 1.191 2.297 766 93 Mattiro Dolangeng 733 823 1.556 259 89 Mattiro Labangeng 502 512 1.014 254 98 Mattiro Bone 1.051 1.066 2.117 302 99 Mattiro Baji 614 685 1.299 304 90 Mattiro Ujung 578 556 1.134 76 104 Kec. Lk. Tupabbiring 13.316 14.340 27.656 198 93

Sumber : BPS Kab Pangkep. 2004. Penduduk Kabupaten Pangkep 2003 Hasil Registrasi Penduduk. Pangkajene

Berbeda dengan Desa Mattiro Bombang, Kelurahan Pundata Baji termasuk desa/kelurahan yang mempunyai penduduk terbanyak (lihat Tabel 3.3). Kelurahan ini menduduki peringkat kedua di kawasan Kecamatan

Labakkang sebagai kelurahan/desa dengan penduduk terbanyak, setelah Kelurahan Labakkang. Besarnya jumlah penduduk di Kelurahan Pundata Baji kemungkinan disebabkan karena ketersediaan lapangan pekerjaan, khususnya di sub-sektor perikanan (tambak). Seperti telah dikemukakan pada Bab II, kelurahan ini memiliki lahan tambak yang luas. Sebagian pekerja tambak adalah pendatang yang tinggal di lokasi tambak dan kemungkinan tercatat sebagai penduduk Kelurahan Pundata Baji. Dari kepadatan penduduknya, Kelurahan Pundata Baji menempati urutan kedua , setelah Kelurahan Labakkang. Rasio jenis kelamin penduduk di kelurahan ini memperlihatkan keadaan yang sama dengan penduduk Kabupaten Pangkep secara keseluruhan. Angkanya bahkan lebih kecil dibandingkan dengan di tingkat kabupaten.

Tabel 3.3

Penduduk Kecamatan Labakkang Menurut Desa/Kelurahan, Jenis Kelamin, Kepadatan dan Rasio Jenis Kelamin, 2003

Jenis Kelamin Desa/Kelurahan LK PR Jumlah Kepadatan (km2) Rasio JK Pundata Baji 1.809 2.039 3.848 737 89 Mangallekana 1.905 2.078 3.983 579 92 Batara 1.591 1.862 3.453 520 85 Patallassang 884 1.016 1.900 258 87 Labakkang 1.777 2.229 4.006 890 80 Manakku 986 1.186 2.172 239 83 Gentung 967 1.143 2.110 277 85 Taraweang 1.726 2.034 3.760 379 85 Kassi Loe 949 982 1.931 281 97 Bonto Manai 1.108 1.237 2.345 339 90 Kanaungan 1.596 1.840 3.436 302 87 Bara Batu 1.681 1.764 3.445 318 95 Bori Masunggu 1.634 1.900 3.534 677 86 Kec. Labakkang 18.613 21.310 9.923 405 87

Sumber : BPS Kab Pangkep. 2004. Penduduk Kabupaten Pangkep 2003 : Hasil Registrasi Penduduk. Pangkajene

Desa Mattiro Bombang yang mencakup empat pulau mempunyai penduduk sebanyak 2.880 orang. Persebaran penduduk pada tiap-tiap pulau disajikan pada Tabel 3.5. Jumlah penduduk terbanyak bertempat tinggal di Pulau Salemo yang merupakan pusat pemerintahan desa ini. Pulau yang

mempunyai luas 0,275 km2 ini juga merupakan daerah yang paling padat penduduknya, dibandingkan dengan Pulau Sabangko dan Pulau Sagara yang masing-masing mempunyai luas 0,998 km2 dan 0,733 km2. Kedua pulau ini hanya berpenduduk sebanyak 185 orang dan 385 orang.

Pada awalnya pulau-pulau di kawasan Desa Matiro Bombang belum berpenghuni. Wilayah yang termasuk dalam kekuasaan Raja Bone ini mulanya hanya merupakan pulau tempat rekreasi/peristirahatan Raja-raja Bone. Berdasarkan wawancara dengan salah seorang narasumber, sarjana jurusan sejarah, penduduk di Pulau Salemo adalah keturunan migran. Hal tersebut disebabkan Pulau Salemo berada pada jalur perdagangan antara Polmas dan Makasar. Jalur tersebut cukup padat, karena itu banyak orang Mandar dari Polmas dan orang Bugis dari Tanete (Barru) yang berdiam di Pulau Salemo. Dapat dikatakan bahwa kelompok penduduk tersebut merupakan populasi awal yang mendiami Pulau Salemo. Dalam perkembangannnya saat ini, penduduk Pulau Salemo sudah berkembang dan selain suku-suku tersebut di atas Pulau Salemo juga dihuni oleh penduduk yang berasal dari daerah lain seperti orang Mandar (Polewali), orang Makasar (Bulukumba) dan orang Bugis (Barru) (wawancara dengan salah seorang narasumber).

Sama dengan penduduk di Kabupaten Pangkep dan Kecamatan Liukang Tupabbiring pada umumnya, penduduk perempuan di Desa Mattiro Bombang lebih banyak dibandingkan dengan penduduk laki-laki. Keadaan ini kemungkinan disebabkan karena adanya migrasi keluar penduduk laki-laki, terutama sejak produksi ikan mengalami penurunan. Sebagian mereka bahkan pergi ke luar Sulawesi Selatan, seperti ke Balikpapan dan Tarakan (Kalimantan Timur serta ke Kotabaru (Kalimantan Selatan). Berbagai pekerjaan dilakukan oleh kelompok penduduk ini, antara lain berjualan besi bekas dan bekerja di tambak, terutama sebagai pekerja. Organisasi-organisasi sosial yang beranggotakan penduduk asal pulau ini di beberapa daerah biasanya menjadi sarana bagi penduduk yang ingin mencari pekerjaan di luar daerah11. Hal ini didukung oleh beberapa narasumber yang diwawancarai yang mengatakan bahwa ada keluarga-keluarga yang tinggal tanpa kepala keluarga (laki-laki) karena mereka sedang merantau, terutama untuk mencari pekerajaan.

11

Di Kota Makassar orang-orang asal Salemo kebanyakan tinggal di dekat pelabuhan Poutre. Di Kalimantan mereka mempunyai perkumpulan sosial, misalnya HIMAS (Himpunan Masyarakat Salemo) di Balikpapan dan GAS (Gabungan Anak Salemo) di Kota Tarakan. Selanjutnya, di Surabaya, penduduk asal Salemo pada umumnya tinggal di sekitar pelabuhan Tanjung Perak.

Tabel 3.4

Jumlah Penduduk Desa Mattiro Bombang Menurut Pulau dan Jenis Kelamin, 2005 Jenis Kelamin Pulau Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan Salemo 824 938 1.762 Sagara 122 263 385 Sabangko 92 93 185 Sakuala 255 293 548 Jumlah 1.293 1.587 2.880

Sumber: Bappeda Kabupaten Pangkep, 2006

Distribusi penduduk Kelurahan Pundata Baji berdasarkan kelompok umur disajikan pada Tabel 3.5. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa sekitar seperempat penduduk kelurahan ini adalah mereka yang berusia muda (dibawah 15 tahun). Meskipun tidak tersedia data mengenai struktur umur penduduk secara lebih rinci, dari besarnya proporsi penduduk usia muda tersebut dapat diperkirakan bahwa beban ketergantungan penduduk di desa ini tergolong tinggi.

Tabel 3.5

Penduduk Kelurahan Pundata Baji Menurut Kelompok Umur, 2005

Kelompok Umur

(tahun) Jumlah Persentase

0-3 203 4,9 4-6 195 4,7 7-12 436 10,5 13-15 229 5,5 16-18 214 5,2 19 + 2.865 69,2 Jumlah 4.142 100,0

Sumber: Monografi Kelurahan Pundata Baji, Desember 2005

Gambar 3.2 dan Gambar 3.3 menyajikan komposisi umur ART dalam rumah tangga terpilih menurut kelompok umur dan jenis kelamin di kedua lokasi penelitian. Kedua lokasi penelitian terlihat mempunyai komposisi penduduk yang hampir sama. Sekitar sepertiga dari penduduk Desa Mattiro Bombang dan Kelurahan Pundata Baji adalah penduduk usia

muda (0-15 tahun), sekitar 5 persen penduduk lanjut usia (60 tahun keatas) dan sisanya adalah mereka yang berada dalam kelompok umur ekonomi produktif. Komposisi penduduk menurut umur di kedua lokasi ini mempunyai pola yang sama dengan penduduk di Kabupaten Pangkep.

Gambar 3.2

Distribusi ART Sampel Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Desa Mattiro Bombang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, 2006 (%)

-8.00 -6.00 -4.00 -2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 0 – 4 10 – 14 20 – 24 30 – 34 40 – 44 50 – 54 60 – 64 Laki-laki Perempuan

Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Indonesia, 2006

Gambar 3.3

Distribusi ART Sampel Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Kelurahan Pundata Baji Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, 2006 (%)

-8.00 -6.00 -4.00 -2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 0 – 4 10 – 14 20 – 24 30 – 34 40 – 44 50 – 54 60 – 64 Laki-laki Perempuan

Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Indonesia, 2006