• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PROFIL LOKASI PENELITIAN

2.3. Sarana dan Prasarana Sosial Ekonomi

Sarana dan prasarana sosial ekonomi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembangungan ekonomi suatu daerah. Pada sub bagian ini akan diuraikan mengenai sarana dan prasarana sosial ekonomi yang terdapat di Kabupaten Pangkep secara umum, dan Desa Mattiro Bombang (Kecamatan Liukang Tuppabiring) serta Kelurah Pundata Baji (Kecamatan Labakkang) sebagai wilayah studi. Adapun sarana dan prasarana tersebut meliputi sarana pendidikan, kesehatan, ekonomi, komunikasi dan lembaga sosial dan ekonomi setempat.

2.3.1. Sarana Pendidikan

Secara umum, Kabupaten Pangkep memiliki fasilitas pendidikan formal yang cukup lengkap, mulai dari tingkat dasar (SD) sampai dengan perguruan tinggi. Pada umumnya, pusat fasilitas pendidikan terdapat di Kota Pangkajene, pusat pemerintahan dan perekonomian Kabupaten Pangkep. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Pangkep tahun 2005, tercatat jumlah sekolah dasar adaalah 306 unit, SLTP berjumlah 34 unit dan SLTA berjumlah 19 unit, yang tersebar di seluruh kecamatan dalam kabupaten. (Pemda Kabupaten Pangkep dan BPS Kabupaten Pangkep, 2005). Sarana dan prasarana tingkat dasar (SD dan SMP) terdapat di semua kecamatan termasuk ketiga kecamatan kepulauan, sedangkan pada tingkat yang lebih tinggi (SMA atau Perguruan Tinggi) umumnya hanya terdapat di pusat kecamatan daratan (Lihat Lampiran 1 s.d Lampiran 3).

Desa Mattiro Bombang memiliki sarana dan prasarana pendidikan yang cukup memadai mulai dari tingkat SD sampai dengan SMP. Hampir di semua dusun terdapat SD, berjumlah satu atau dua sekolah, yang tersebar di

masing-masing pulau, sedangkan untuk pendidikan tingkat SMP hanya terdapat di Pulau Salemo sebagai pusat pemerintahan desa. Sebelum adanya SMP di Pulau Salemo, penduduk Desa Mattiro Bombang yang berkeinginan melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP ke atas harus menetap di Pangkejene atau Makasar. Dengan demikian, saat ini, bagi sebagian penduduk Desa Mattiro Bombang, khususnya penduduk Pulau Salemo, untuk melanjutkan pendidikan SMP tidak menjadi kendala karena kedekatan jarak serta biaya pendidikan yang ditanggung oleh pemerintah. Akan tetapi, kesempatan tersebut tidak dapat dinikmati penduduk di pulau lainnya (Pulau Sagara, Sabangko dan Sakuala), karena mereka tetap harus keluar pulau untuk meneruskan pendidikan ke jenjang SMP, sehingga peluang terjadinya putus sekolah masih cukup tinggi.

Berbeda kondisinya dengan Desa Mattiro Bombang, Kelurahan Pundata Baji memiliki fasilitas pendidikan yang jauh lebih lengkap. Di kelurahan ini sudah terdapat SMA yang berada tidak jauh dari pusat kecamatan Labakkang. Dilihat dari aksesibilitasnya, kawasan pesisir tentunya memiliki akses yang relatif lebih mudah dijangkau karena tersedianya transportasi dan jarak menuju pusat Kota Pangkajene yang lebih dekat dan cepat terjangkau sehingga tingkat pendidikan masyarakat pesisir pun relatif lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat kepulauan. Selain itu, kesadaran untuk mendapatkan hak pendidikan bagi penduduk usia sekolah cukup tinggi. Keadaan tersebut dapat tercermin dari tingkat putus sekolah yang relatif lebih rendah di kawasan pesisir.

Guru merupakan salah satu faktor pendukung keberlangsungan pendidikan. Saat ini jumlah guru di Kabupaten Pangkep untuk tingkat SD mencapai 2.101 orang dan tingkat SLTP berjumlah 603 orang dengan ratio guru per murid masing-masing adalah 19,4 dan 12,48 (BPS Kabupaten Pangkep, 2005). Ratio tersebut memperlihatkan kondisi yang cukup baik bagi proses pendidikan. Selain itu, adanya program kesejahteraan bagi guru dari pihak pemerintah daerah Kabupaten Pangkep merangsang guru untuk menjalankan perannya dengan baik. Program tersebut adalah pemberian tunjangan khusus bagi guru yang mengabdi di wilayah terpencil dan tunjangan Hari Raya setiap tahunnya. Program kesejahteraan ini telah berlangsung sejak tahun anggaran 2005. Dengan demikian, ketersediaan sarana pendidikan dan pedukungnya tidak menjadi penghambat kelangsungan pendidikan.

Biaya pendidikan bagi penduduk Kabupaten Pangkep juga sudah tidak menjadi kendala utama bagi orang tua untuk menyekolahkan anaknya karena pemerintah Kabupaten Pangkep memberikan biaya pendidikan gratis bagi masyarakat yang mau melanjutkan pendidikannya dari tingkat SD

sampai dengan SMA, dengan dana berasal dari APBN dan APBD Kabupaten Pangkep. Rendahnya tingkat partisipasi pendidikan pada jenjang SMP ke atas tercermin tidak hanya di kecamatan Liukang Tuppabiring yang terletak di daerah kepulauan namun juga tersebar di semua kecamatan, terkecuali Kecamatan Pangkejene (Lihat pada Lampiran 1, 2, dan 3). Untuk meningkatkan kualitas Sumber daya manusia Kabupaten Pangkep, tidak cukup hanya dengan melengkapi fasilitas pendidikan dan memberikan kemudahaan biaya pendidikan bagi masyarakat. Peningkatan kesadaran akan pentingnya pendidikan yang lebih tinggi untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang juga sangat perlu dilakukan.

Pendidikan non formal di Kabupaten Pangkep hampir dikatakan tidak ada. Pada umummya, pendidikan non formal berupa pelatihan ketrampilan, seperti tata boga dan montir mesin, terdapat di pusat pemerintahan atau diselenggarakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Pangkep. Pemerintah daerah kecamatan Liukang Tuppabiring pernah melakukan pelatihan singkat montir mesin kapal yang diselenggarakan di Pangkejene. Kendala biaya operasional pelatihan menyebabkan peserta yang ikut terbatas, sehingga keahlian tersebut tidak dapat dikembangkan secara berkelanjutan di tempat tinggal peserta dan ditularkan kepada penduduk lainnya.. Pelatihan yang diselenggarakan di tingkat desa, khususnya Desa Mattiro Bombang dan Kelurahan Pundata Baji masih terbatas pada pelatihan bagi ibu-ibu untuk mengolah hasil laut seperti cara pengasinan ikan yang baik, budidaya rumput laut dan membuat kerupuk ikan, dapat sehingga memberikan penghasilan tambahan. Akan tetapi, pengetahuan tersebut tampaknya juga tidak terimplementasi dengan baik dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

2.3.2. Sarana Kesehatan

Sektor kesehatan menjadi perhatian utama pemerintah daerah Kabupaten Pangkep sejak tahun 2005. Kepedulian pemerintah tersebut diwujudkan dengan memberikan fasilitas pelayanan kesehatan gratis bagi seluruh masyarakat yang memanfaatkan fasilitas kesehatan milik pemerintah. Puskesmas terdapat di semua kecamatan Kabupaten Pangkep yang seluruhnya berjumlah 18 buah. Selain puskesmas juga terdapat 2 buah Rumah Sakit di kabupaten ini. Jumlah tenaga medis yang tercatat bertugas di Kabupaten Pangkep pada tahun 2004 adalah 24 orang dokter umum, 4 orang dokter gigi, 91 orang bidan, 188 orang paramedis perawatan, 134 orang paramedis non perawatan dan 64 orang tenaga non medis, (BPS Kabupaten Pangkep, 2005).

Fasilitas kesehatan di kedua kawasan penelitian, kepulauan dan pesisir, memperlihatkan kondisi yang cukup memadai dilihat dari jumlah fasilitas dan tenaga medis. Selain itu, aksesibilitas transportasi mencapai pusat pelayanan juga cukup memadai. Selain dari itu, kesadaran penduduk untuk mendapatkan pengobatan dari tenaga medis juga cukup tinggi. Di Desa Mattiro Bombang terdapat seorang bidan yang cukup aktif memberikan pelayanan kesehatan, bukan saja untuk pelayanan pesalinan tetapi juga pengobatan umum dan dengan rutin mendatangi penduduk di pulau-pulau yang termasuk dalam wilayah desa tersebut. Di Kelurahan Pundata Baji terdapat satu buah puskesmas dengan beberapa orang tenaga medis, yaitu tiga orang dokter umum, dua orang bidan dan tujuh orang perawat. Puskesmas Pundata Baji membawahi Kelurahan Pundata Baji, Desa Borimasunggu dan Bontomanae. Sarana kesehatan ini cukup memadai untuk pelayanan kesehatan masyarakat di ketiga wilayah tersebut.

Kesadaran akan pemanfaatan fasilitas kesehatan di kedua lokasi penelitian cukup tinggi, meskipun masih ada sebagian penduduk yang memilih berobat melalui sandro (dukun). Secara umum, pola pemanfaatan fasilitas kesehatan terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahapan pertama, pengobatan kesehatan melalui seorang sandro yang merupakan paranormal/ahli atau ulama yang dianggap mampu menyembuhkan penyakit. Tahapan kedua, apabila pengobatan melalui sandro tidak memperlihatkan hasil, , maka penderita akan mendatangi puskesmas/pustu (bidan/dokter) terdekat. Tahap ketiga terjadi apabila bidan/dokter tidak mampu untuk menangani kasus akibat keterbatasan sarana pengobantan, maka penderita akan dirujuk pada pelayanan yang lebih lengkap, seperti di Rumah sakit Kabupaten. Sebagian penduduk di Desa Mattiro Bombang dan Kelurahan Pundata Baji yang telah memiliki kesadara tinggi akan pentingnya kesehatan dan berobat kepada tenaga medis, umumnya tidak melewati tahapan pertama (berobat pada sandro), melainkan langsung ke tahapan kedua atau ketiga.

Penyakit yang banyak diderita penduduk Desa Mattiro Bombang dan Kelurahan Pundata Baji adalah penyakit gangguan pencernaan seperti diare dan typus, saluran pernapasan dan penyakit kulit. Ketiga kasus penyakit tersebut dirasakan oleh paramedis di kedua lokasi cukup banyak terjadi, di hampir semua dusun. Pada umumnya, kasus-kasus tersebut muncul pada saat musim kemarau (musim Timur) akibat dari kekurangan air bersih dan cuaca yang buruk. Pola hidup yang kurang sehat di masyarakat juga memicu terjadinya kasus diare, typus dan penyakit kulit lainnya. Kasus diare dan typus terjadi karena kebiasaan penduduk meminum air tanpa dimasak terlebih dahulu, sednagkan kasus penyakit kulit muncul akibat

ketidakbiasaan membersihkan diri dengan baik dan benar, mungkin juga terkait dengan sulitnya mendapatkan air bersih, terutama di kelurahan Pundata Baji. Penyakit saluran pernapasan, seperti influenza dan deman tinggi muncul tanpa melibatkan musim dan umumnya terjadi di sepanjang tahun.

Berdasarkan wawancara dengan beberapa tenaga medis, kondisi status gizi bayi dan balita di kedua lokasi cukup baik. Keadaan tersebut ditunjang dengan kebiasaan memberikan asupan makanan protein hewani yang cukup tinggi. Akan tetapi terdapat juga beberapa kasus gizi buruk di masyarakat. Angka kematian bayi di Desa Mattiro Bombang dan Kelurahan Pundata Baji cukup rendah. Hal tersebut dikarenakan kesadaran untuk melahirkan dengan pertolongan tenaga medis di kalangan masyarakat cukup tinggi. Kerjasama antara bidan dan sandro pamanak (dukun bayi) semakin baik dan menunjang keselematan ibu dan bayi. Strategi menjemput bola oleh tenaga medis, yaitu mendatangi ibu yang hamil untuk mengingatkan mereka agar melakukan pemeriksaan diri minimal 4 kali selama masa kehamilan, merupakan usaha untuk menekan tingkat kematian ibu dan bayi di kedua lokasi penelitian.

2.3.3. Sarana Ekonomi

Secara umum, fasilitas ekonomi di Kabupaten Pangkep seperti pasar tradisional, tersebar di setiap kecamatan, terkecuali tiga kecamatan kepulauan (Kecamatan Liukang Tangaya, Liukang Kalmas dan Liukang Tuppabiring). Bagi penduduk yang tinggal di kepulauan sarana ekonomi masih terbatas pada sarana pendukung kegiatan perdagangan, seperti toko dan warung. Pada umumnya warung tersebut menjual kebutuhan pokok sehari-hari. Selain itu, juga ada toko yang menjual kebutuhan untuk kegiatan melaut, seperti mata pancing, tali, bahan bakar dan es batu. Desa Mattiro Bombang, khususnya Pulau Salemo memiliki 5 buah warung besar, dan lebih dari 20 buah warung-warung kecil. Dibandingkan dengan kawasan kepulauan, kawasan pesisir tepatnya Kelurahan Pundata Baji memiliki fasilitas ekonomi yang lebih lengkap yaitu pasar besar, setiap dua minggu sekali (Pahing dan Kliwon). Selain itu, di Kelurahan Pundata Baji terdapat sejumlah toko besar dan kecil yang menjual berbagai kebutuhan rumah tangga sehari-hari selama pasar besar tidak beroperasi. Sarana pendukung perekonomian lainnya di Kawasan Kepulauan adalah pangkalan minyak. Untuk Desa Mattiro Bombang terdapat satu pangkalan minyak di Pulau Salemo yang membantu mendistribusi kebutuhan bahan bakar penduduk di sekitar kepulauan Desa Mattiro Bombang. Pangkalan bahan bakar tersebut

mencakup dusun lainnya yang terdapat di Pulau Sabangko dan Pulau Sagara.

Lembaga ekonomi lainnya yang terdapat di Desa Mattiro Bombang adalah koperasi untuk permodalan nelayan, namun sudah tidak berfungsi lain. Koperasi permodalan nelayan tersebut hanya mampu bertahan selama 10 tahun. Selain itu, di Desa Mattiro Bombang pernah terdapat program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS), yaitu porgram pemberian modal secara bergilir kepada beberapa nelayan melalui BKKBN. Akan tetapi program tersebut hanya mampu berjalan selama satu tahun karena banyak nelayan (peminjam modal) tidak mengembalikan uang yang dipinjam. Lembaga ekonomi berupa pemberi modal seperti perbankan adalah rentenir. Di Desa Mattiro Bombang terdapat dua orang rentenir yang memberikan pinjaman uang kepada penduduk yang membutuhkan modal. Pada umumnya besar bunga yang harus dikembalikan adalah 20 persen dari besar pinjaman awal. Rentenir tersebut beroperasi secara sembunyi-sembunyi. Lembaga perekonomian selain pasar di kelurahan Pundata Baji adalah koperasi, akan tetapi koperasi tersebut sudah beberapa tahun terakhir ini tidak berfungsi lagi, sehingga kebanyak penduduk memperoleh modal untuk usaha dari perbankan yang berada tidak jauh dari Kelurahan Pundata Baji.

Sebagai wilayah yang penduduknya bermatapencaharian utama di laut, fasilitas utama yang dibutuhkan yaitu dermaga sebagai tempat berlabuhnya kapal-kapal nelayan. Desa Mattiro Bombang memiliki dua dermaga besar sebagai tempat berlabuhnya kapal-kapal. Begitu pula Kelurahan Pundata Baji, memiliki satu dermaga di Maccine Baji yang berfungsi sebagai tempat penurunan dan penjualan ikan hasil tangkapan penduduk sekitar atau penduduk pulau. Di kedua lokasi penelitian belum terdapat tempat pelelangan ikan, bahkan juga di tingkat Kabupaten Pangkep. Hal tersebut menyebabkan segala hasil tangkapan nelayan ditampung terlebih dahulu oleh pedagang pengumpul, yang kemudian dibawa langsung ke Kota Makasar sebagai tempat penjualan ikan terbesar di Propinsi Sulawesi Selatan. Keadaan ini juga mungkin disebabkan karena jarak dari ibukota Kabupaten Pangkep ke Makassar tidak terlalu jauh. Tetapi, tidak adanya TPI lokal (tingkat kabupaten) menyebabkan nelayan tidak mengetahui dengan pasti harga jual per kilogram ikan hasil tangkapannya.

Sarana perbankan yang komersil hanya terdapat di pusat pemerintahan daerah Kota Pangkajene, yaitu Bank BPD, BRI dan BNI 46. Dengan demikian, penduduk yang memanfaatkan fasilitas ini pun terbatas kepada kalangan tertentu saja yang memiliki akses yang mudah ke pusat kota. Mayoritas penduduk kepulauan tidak memanfaatkan fasilitas tersebut.

Pada umumnya kegiatan simpan pinjam dilakukan melalui kelompok nelayan (punggawa – sawi) yang memiliki hubungan emosional. Punggawa memberikan bantuan mulai dari modal melaut sampai dengan kebutuhan rumah tangga. Keadaan tersebut menyebabkan ketergantungan antara sawi (anak buah kelompok) dengan ketua kelompok (Punggawa). Saat ini, di Pulau Salemo terdapat empat kelompok nelayan. Berbeda halnya dengan Kelurahan Pundata Baji, yang sebagian besar penduduknya sudah tidak sepenuhnya bergantung lagi pada hasil laut, keterikatan antara nelayan dengan bos (penampung hasil tangkapan nelayan) hanya sebatas pembelian hasil tangkapan tanpa ada ikatan emosional dan keterikatan modal sehingga tidak terjadi proses simpan pinjam diantara keduanya.

2.3.4. Sarana Komunikasi

Fasilitas Komunikasi melalui telepon hampir menjangkau seluruh kecamatan wilayah daratan di Kabupaten Pangkep. Fasilitas telepon seluler juga menjangkau beberapa kepuluan di Kabupaten Pangkep sehingga masalah komunikasi tidak menjadi faktor penghambat pembangunan ekonomi. Seperti kecamatan lainnya di Kabupaten Pangkep, Kecamatan Liukang Tupabbiring, khususnya Desa Mattiro Bombang mempunyai akses komunikasi yang cukup baik melalui jaringan telepon seluler sehingga mempermudah hubungan (perdagangan hasil laut) ke Kota Pangkajene dan Kota Makasar. Kelurahan Pundata Baji sebagai lokasi penelitian kawasan pesisir memiliki jangkauan fasilitas komunikasi telepon yang jauh lebih baik dibandingkan dengan kawasan kepulauan. Kelurahan Pundata Baji juga memiliki jaringan telepon berlangganan yang diakses oleh sebagian penduduknya.

Selain telepon, fasilitas komunikasi lainnya adalah televisi dan radio yang berfungsi sebagai penyalur informasi bagi penduduk di Kabupaten Pangkep. Siaran televisi dapat dijangkau hampir di semua kecamatan di Kabupaten Pangkep. Desa Mattiro Bombang dan Kelurahan Pundata Baji dijangkau siaran televisi melalui stasiun trasmisi televisi yang terdapat di Kabupaten Pangkep. Fasilitas komunikasi radio juga menjangkau sampai ke sebagian kecamatan di daratan dan kepulauan. Ketersediaan fasilitas televisi dan radio ini sangat mendukung penyebaran informasi di kedua lokasi penelitian.