• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PROFIL LOKASI PENELITIAN

2.2 Sumber Daya Alam

Kabupaten Pangkep sebagai kawasan yang terletak di wilayah perairan dan daratan, mempunyai potensi sumber daya darat dan laut. Dengan kondisi alam yang indah dan nilai budaya dan sejarah yang tinggi, maka kawasan ini juga mempunyai potensi pariwisata. Potensi sumber daya alam di darat meliputi lahan petanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan budidaya, dan pertambangan, sedangkan potensi sumber daya alam di laut meliputi terumbu karang, mangrove, rumput laut, dan biota laut lainnya. Potensi pariwisata yang cukup besar adalah wisata alam (bahari) dan budaya.

2.2.1 Sumber daya alam di darat

Kabupaten Pangkep memiliki potensi sumber daya alam di darat yang sangat beragam mulai dari lahan pertanian sampai dengan pertambangan. Hasil pertanian merupakan komoditi yang memiliki peluang sebagai bahan baku untuk pengembangan industri pengolahan seperti padi menjadi tepung beras, daging buah jambu mete menjadi abon, kulit dan biji anggur menjadi minyak pelumas, mangga menjadi sari buah dan buah kaleng, dan kemiri menjadi minyak dan rempah8.

Komoditi tanaman pangan yang dibudidaya di Kabupaten Pangkep adalah padi sawah/ladang, jagung, kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau, ketela pohon dan ketela rambat. Luas areal pertanian tanaman pangan, khususnya sawah pada tahun 2004 mencapai 18.248 hektar dengan produksi padi sebesar 102.116 ton. Persawahan di Kabupaten Pangkep terbagi menjadi empat jenis, yaitu sawah dengan pengairan teknis, pengairan setengah teknis, irigasi sederhana dan tadah hujan. Komoditi padi tersebar di semua kecamatan daratan di Kabupaten Pangkep. Kecamatan Labakkang merupakan kecamatan yang memberikan hasil produski padi terbesar, mencapai 3.007 ton pada tahun 2004 setelah Kecamatan Minasa Tene (BPS Kabupaten Pangkep, 2005). Namun demikian, sejak tahun 2000 sampai dengan 2006, produksi tanaman padi memperlihatkan penurunan. Adanya penurunan tersebut sejalan dengan perubahan fungsi lahan, yaitu dari sawah menjadi lahan produksi lainnya, terutama tambak dan juga perumahan. Kelurahan Pundata Baji yang menjadi lokasi penelitian memiliki luas sawah tadah hujan mencapai 150 hektar. Jika dibandingkan dengan kondisi 5 tahun yang lalu luas lahan sawah ini memperlihatkan penurunan. Keadaan tersebut

8

menyebabkan terjadinya penurunan produksi. Berbeda dengan di Pundata Baji, tanaman yang tumbuh dan berkembang di pulau-pulau yang termasuk wilayah Desa Mattiro Bombang sangat terbatas, yaitu pohon sukun, jambu air dan berbagai jenis tanaman hias. Sukun dan jambu air tumbuh secara alamiah dan dipertahan oleh penduduk pulau. Mereka menyakini pohon sukun dapat menyerap air untuk mempertahakan pasokan kebutuhan air bersih bagi penduduk di pulau tersebut. Tanaman hias ditanam di dalam berbagai wadah pot untuk penghijauan dan keindahan kampung.

Selain potensi sumber daya lahan untuk kegiatan pertanian pangan, potensi pengembangan usaha peternakan juga cukup besar bagi penduduk di kawasan pesisir dan kepulauan. Jenis hewan perternakan yang banyak dipelihara oleh penduduk kepuluan (Desa Mattiro Bombang) adalah bebek. Hasil produksi perternakan di Desa Mattiro Bombang adalah telur yang dijual kepada penduduk sekitar atau untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga. Di Kelurahan Pundata Baji, jenis ternak yang banyak dikembangkan oleh penduduk pesisir adalah bebek, ayam, dan kuda. Hasil produksinya selain bisa digunakan untuk kebutuhan rumah tangga juga dapat menjadi sumber pendapatan tambahan.

Potensi lainnya yang dapat dikembangkan dari ketersediaan sumber daya alam darat adalah perikanan budidaya. Perikanan budidaya yang berkembang dengan pesat adalah tambak. Data luas tambak dari tahun ke tahun memperlihatkan peningkatan yang signifikan. Hal tersebut terlihat dari peningkatan perubahan fungsi lahan persawahan menjadi lahan tambak, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan produksi ikan tambak. Komoditi unggulan perikanan tambak adalah ikan bandeng. Kabupaten Pangkep merupakan salah satu pemasok utama kebutuhan ikan bandeng di wilayah Makassar dan daratan Sulawesi Selatan. Kabupaten Labakkang, tepatnya kelurahan Pundata Baji merupakan salah satu sumber produksi ikan bandeng terbesar pada tingkat kecamatan dan kabupaten dengan luas tambak mencapai 283 hektar. Selain di pesisir, perikanan tambak juga terdapat di wilayah kepulauan, yaitu di Desa Mattiro Bombang, tepatnya di Pulau Sabangko, dengan luas tambak sebesar 89,22 hektar. Tambak di kepulauan pada umumnya bukan merupakan milik penduduk setempat melainkan milik pendatang yang mempekerjakan penduduk setempat untuk memelihara tambaknya. Manfaat ekonomi dari tambak ini baru dirasakan oleh sebagian kecil penduduk kepulauan saja.

Sumber daya alam lainnya di darat yang memiliki potensi besar dengan jenis yang cukup beragam adalah lahan pertambangan. Beberapa jenis tambang yang telah dikembangkan sampai dengan saat ini adalah batubara, pasir sillika, tanah liat, batu gamping, dan sirtu. Berdasarkan peta

potensi sumber pertambangan, Kabupaten Pangkep masih memiliki berbagai macam jenis bahan galian lainnya yang belum dimanfaatkan sepenuhnya. Komoditi yang memiliki peluang pengembangan di sektor pertambangan adalah batu marmer menjadi tegel, batu hias/asesoris, batu sabak menjadi cat, tegel dan batu dekorasi, pasir kuarsa menjadi keramik, kaca dan gelas, batu bara menjadi bahan bakar dan batu gamping menjadi bahan bangunan, semen, keramik dan kapur. Potensi pergunungan Karts (batu kapur) di kawasan yang berbatasan dengan Kabupaten Maros menjadi daya tarik bagi pengusaha (lokal dan asing) untuk berinvestasi membangun perusahaan pengolahan marmer. Saat ini, tercatat 10 perusahaan marmer yang berizin dan aktif berproduksi. Empat diantaranya merupakan perusahaan yang mengelola marmer mulai dari penambangan sampai dengan menjadi produk siap pakai, sedangkan enam perusahaan lainnya hanya menambang marmer hingga menjadi blok-blok marmer (setengah jadi). Produk marmer dipasarkan di tingkat lokal maupun mancanegara (Korea dan Cina). Beberapa tambang marmer yang tercatat sudah dieksplorasi berada di Kecamatan Bungoro, Labakkang, Balocci, dan Tondong Talasa.

2.2.2 Sumber daya alam di laut

Di samping potensi sumber daya alam di darat yang melimpah, Kabupaten Pangkep mempunyai potensi sumber daya laut yang sangat besar. Potensi sumber daya laut mencakup hutan mangrove, terumbu karang serta beragama jenis ikan dan biota laut. Namun demikian, secara umum, kondisi mangrove di Kabupaten Pangkep telah mengalami kerusakanan yang cukup memprihatinkan. Keadaan tersebut dapat dilihat dari banyaknya hutan mangrove yang dikonversi menjadi tambak. Kelurahan Pundata Baji merupakan salah satu lokasi dimana sebagian hutan mangrovenya telah mengalami konversi menjadi tambak. Saat ini, mangrove hanya terdapat di garis tepi pantai dengan tingkat ketebalan yang sangat tipis. Keadaan yang sama juga terjadi di Pulau Sabangko yang hanya memiliki hutan mangrove di sekitar tepian pulau dengan ketebalan kurang dari 5 meter.

Di Wilayah perairan Kabupaten Pangkep terbentang terumbu karang seluas 37.000 hektar yang merupakan tempat ikan berkembang biak. Berdasarkan data terakhir yang dikumpulkan, kondisi terumbu karang diperkirakan sudah mengalami kerusakan berat mencapai 60 persen9, seperti dapat terlihat di sekitar perairan pulau-pulau Spermonde, termasuk

9

http://www.jurnalcelebes.com/view.php?id=227. Jumat, 11-04-2003 | 03:44:48 AM. 60

Kecamatan Liukang Tuppabiring. Kerusakan terumbu karang juga dirasakan oleh penduduk pesisir dan kepulauan melalui penurunan kuantitas hasil tangkapan nelayan di sekitar perairan pulau-pulau Spermonde. Kondisi terumbu karang yang masih relatif baik terdapat di perairan di sekitar kecamatan Liukang Kalmas dan Liukang Tanggaya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh LIPI – COREMAP, kondisi tutupan karang yang hidup (baik) di perairan Kabupaten Pangkep, khususnya perairan pulau spermonde mencapai 31,30 persen dengan mayoritas jenis non arcopora (Lihar Gambar 2.3).

Gambar 2.3

Sebaran Karang dan Persentase Tutupan Karang Hidup di Perairan Kabupaten Pangkep

Perairan Pangkep bagian Selatan Perairan Pangkep bagian utara

Sumber : Hasil Penelitian Tim Ekologi CRITIC COREMAP, 2005

Seperti yang telah dikemukan sebelumnya, wilayah Kabupaten Pangkep memiliki luas perairannya mencapai 17.000 km2 dengan garis pantai 45 km. Perairan Kabupaten Pangkep memiliki potensi perikanan yang sangat besar, dengan 11.063 jiwa penduduknya bermatapencahari sebagai nelayan (DKP Kabupaten Pangkep, 2005). Kekayaan perairan ini menjadi salah satu sumber pendapatan utama tidak hanya bagi penduduk Kabupaten Pangkep, namun juga sebagian penduduk Kota Makasar. Beberapa jenis ikan yang banyak ditangkap oleh penduduk untuk dikonsumsi dan dijual adalah ikan tenggiri, layang, tembang, tuna, kembung, cumi-cumi dan kepiting. Ikan Kerapu pada umumnya ditangkap untuk dijual dalam kondisi hidup melalui penampung yang terdapat di Kota Makasar untuk kemudian diekspor ke Hongkong atau Singapora. Menurut Sadovy dan Liu (2004),

limapuluh persen volume import ikan karang hidup atau mencapai 6.500 – 11.500 ton di Hongkong dari tahun 1997-2002 berasal dari perairan Indonesia. Setiap tahun diperkirakan ikan karang hidup yang masuk ke negara tersebut mencapai 15.000 ton dari Indonesia, belum termasuk data yang tidak tercatat.

Berdasarkan data potensi perikanan tangkap Kabupaten Pangkep, produksi penangkapan pada tahun 2005 mencapai 9.775,1 ton dengan nilai ekonomi mencapai Rp.7.387.650,-. Nilai tersebut relatif kecil apabila dibandingkan dengan hasil kekayaan perairan yang sebenarnya ditangkap . Hal tersebut dikarenakan pada umumnya hasil tangkapan nelayan dari Kabupaten Pangkep dipasarkan langsung ke Kota Makasar tanpa melewati pasar di tingkat Kabupaten, sehingga tidak tersedia data statistiknya di tingkat kabupaten. Dilihat dari perkembangan produksi penangkapan, terjadi penurunan hasil yang signifikat dari tahun ke tahun dengan besar laju penurunan produksi dalam kurun waktu lima tahun (2000 – 2004) sebesar 3 persen per tahun. Penurunan produksi ini sejalan dengan penurunan kualitas terumbu karang di perairan Kabupaten Pangkep.

2.2.3 Potensi wisata alam/budaya

Kabupaten Pangkep juga memiliki kekayaan potensi wisata, baik yang telah dikelola maupun yang belum/akan dikelola. Secara umum, objek wisata di Kabupaten Pangkep terbagi menjadi 3 yaitu objek wisata bahari, objek wisata pegunungan, dan objek wisata budaya. Objek wisata pegunungan yang berupa perpaduan wisata budaya dan agro-wisata terdapat di Kecamatan Balloci dan Kecamatan Pangkajene dengan Taman rekreasi Mattapa dimana terdapat gua bersejarah dan museum karts. Museum ini memiliki koleksi buku karts yang bernilai sejarah sangat tinggi.

Objek wisata Bahari terdiri dari wisata taman laut Kapoposang dan Pulau Langkadea, Pulau Cengkeh, Pulau Pala serta beberapa pulau yang kosong. Objek wisata ini meyajikan keindahan pantai pasir yang putih, laut yang tenang dan keindahan berbagai macam terumbu karang serta ikan hias. Wisata bahari di Pulau Kapoposang kecamatan Liukang Tupabbiring telah dikelola oleh pihak swasta bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Pangkep.

Selain objek wisata yang telah dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Pangkep, Desa Mattiro Bombang, khususnya Pulau Salemo memiliki potensi wisata bahari yang sekaligus wisata budaya yang belum dikelola. Pulau Salemo memiliki nilai sejarah perkembangan masyarakat Bugis

sebagai tempat pertama penyiaran agama Islam di tanah Bugis. Selain itu, di sekitar perairan ini juga terdapat gugusan karang yang masih dalam keadaan cukup baik dan pemandangan pasir putih yang indah. Kedua hal tersebut dapat menjadi potensi wisata besar bila dikelola dengan baik. Di kawasan pesisir potensi objek wisatanya adalah pemancingan di tambak bandeng yang dilengkapi dengan kendaraan dokar menuju lokasi pemancingan serta penyajian makanan tradisional. Saat ini, wisata alam dan budaya di Kelurahan Pundata Baji telah dikelola secara sederhana oleh pemerintahan Kelurahan Pundata Baji (Kecamatan Labakkang) meskipun hanyan terbatas pada tamu tertentu berdasar pemesanan..